• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN

Rhona Sandra*, Rika Sabri,SKp,MKep,Sp.Kom, Dessie Wanda,SKp,MN

ABSTRACT

The nurse in charge has a little awareness of importance of nursing and caring’s documentation. This can be seen from the documentation which is still not fully comprehensive from examination, diagnose, planning, implementation, and nursing evaluation. Nurse’s motivation will have influence on this documentation execution.The purpose of this research is to see the relationship between motivation of nurse in charge and documentation implementation of caring and nursing in the ward of RSUD Pariaman.This research is using cross sectional analytic observational design. The sample of this research is the nurse in charge at the ward of RSUD Pariaman that involves9wards and 86 nurses as respondent, using proportional random sampling.The data is gathered by documentation study that written by the respondent that contain diagnose, planning, measurement, evaluation, and nursing note.The result of chi-square bivariat statistic test shows that there is a relationship between motivation and documentation (p=0.004). This result recommend the chairman of RSUD Pariaman to improve nurse’s motivation by giving them opportunity to improve their degree to diploma and scholar, and take a consideration of giving a reward or additional incentive for documentation implementation.

(2)

PENDAHULUAN

Pendokumentasian merupakan suatu kegiatan pencatatan atau merekam suatu kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk pemberian pelayanan yang dianggap sangat berharga dan penting Tungpalan (1983, dalam Dalami, 2011). Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk menentukan pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum (Hidayat, 2004).

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya. Pentingnya pendokumentasian ini sebagai langkah akhir dari peran seorang manajer dalam fungsi atau proses manajemennya, yaitu melaksanakan fungsi pengendalian (Marquis, 2010). Hal ini dapat di ukur dari kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikatornya nilai dokumentasi keperawatan. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien harus terhindar dari kesalahan-kesalahan dengan cara menggunakan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar sesuai dengan standar yang berlaku (Nursalam, 2008).

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan mempunyai nilai hukum. Jika terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, perawat sebagai pemberi jasa pelayanan dan pasien sebagai penerima jasa pelayanan, maka dokumentasi menjadi sangat penting sebagai bukti otentik jika sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 749a Tahun 1989 tentang Rekam Medis (Medical Records) menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Pada pasal 2 disebutkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis. Pembuatan rekam medis sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 3 dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang memberi pelayanan langsung kepada pasien.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a Tahun 1989 diatas maka tenaga keperawatan berkewajiban mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dokumentasi asuhan keperawatan adalah sesuatu yang mutlak harus ada di setiap sarana pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi di ruang rawat inap RSUD Kelet Jepara pada tahun 2009 tentang analisis hubungan faktor pengetahuan, motivasi dan persepsi perawat tentang supervisi kepala ruangan terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, didapatkan bahwa ada hubungan faktor motivasi perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,0001) dan rata-rata pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan masih rendah yaitu 58,9%. Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi pendokumentasian adalah motivasi, dimana motivasi merupakan dorongan seseorang untuk menjalankan tugas dan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan hasil kerja seorang

(3)

karyawan. Jika seseorang termotivasi dalam bekerja maka akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan dan menyelesaikan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja walaupun bukan satu-satunya faktor yang membentuk kinerja Robert & Angelo (2001 dalam Wibowo, 2007). Salah satu faktor yang dapat memotivasi pekerja untuk mencapai kinerja tingkat tinggi adalah dengan memberikan penghargaan atau reward. Tujuan utama pemberian penghargaan adalah untuk menarik orang yang cakap atau mampu untuk bergabung dalam organisasi dan menjaga pekerja agar datang untuk bekerja, menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly (2000, dalam Wibowo, 2007)

Hasil penelitian Rugaya (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, sikap, motivasi, imbalan, dan supervisi dengan kinerja perawat pelaksana. Namun faktor lama kerja dan prasarana tidak berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan sikap merupakan determinan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Hasil penelitian tersebut, juga menunjukkan bahwa mayoritas (81,4%) perawat pelaksana mempunyai kinerja kurang baik dalam pendokumentasian.

Fenomena yang ada menunjukkan motivasi kerja perawat masih rendah, dimana perawat belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan ketidakpuasan dari pasien dan keluarga atas sikap dan perilaku kerja dari para pegawai, terutama tenaga keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap. Fenomena ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2003), yang menyimpulkan bahwa motivasi kerja tenaga

paramedis di rumah sakit umum Dr.Pringadi Medan masih dikategorikan rendah, yang terlihat dari rendahnya gairah kerja, disiplin, loyalitas, tanggung jawab, dan semangat kerja yang dimiliki.

Hasil observasi peneliti pada studi awal pelaksanaan residensi di RSUD Pariaman, terkait dengan motivasi perawat dalam bekerja terlihat kurang bersemangat, dan lebih banyak mengerjakan rutinitas, dan untuk pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, terlihat bahwa masih kurangnya pemahaman perawat tentang dasar-dasar dokumentasi keperawatan, hal ini dapat terjadi karena jenjang pendidikan perawat yang bervariasi, yaitu SPK, DIII Keperawatan, dan S1 Keperawatan, sehingga tidak adanya keseragaman pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya dokumentasi keperawatan menyebabkan pencatatan terkadang tidak lengkap.

Keterbatasan tenaga perawat juga menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja, sehingga tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan, supervisi yang masih belum terorganisir dengan jelas mulai dari jadwal supervisi kapan harus dilakukannya supervisi, pemberian arahan dan bimbingan yang jarang dilakukan, untuk mendorong perawat agar dapat lebih giat lagi dalam bekerja, yang menjadi alasan bagi perawat untuk tidak melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan. Dan hasil kegiatan residensi mengenai pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diruangan rawat inap ditemukan bahwa 50% perawat jarang melakukan dokumentasi asuhan keperawatan, serta kurangnya motivasi perawat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan (Sandra, 2011)

(4)

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah observasional analitik, yang bertujuan melihat hubungan antar variabel yaitu, motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, dengan dimensi waktu bersifat cross sectional karena pengukuran motivasi perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Setiadi, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Motivasi perawat pelaskana sebagai variabel independen dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai variabel dependen.Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan rawat inap RSUD Pariaman.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Pariaman yang berjumlah 110. Besar sampel yang diteliti

dengan menggunakan rumus

(Arikunto,2006) sebagai berikut : N n = 1 + N (d2) Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan /ketepatan yang diinginkan 95% (0,05) 110 n = 1 + 110 (0.052) 110 = 1 + 110 (0.0025) 110 = 1 + 0.275 110 = = 86 1.275

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 86 responden dengan teknik sampling proportional random sampling.

Alasan peneliti melakukan penelitian di rumah sakit ini karena saat ini RSUD Pariaman tengah berusaha untuk menjadikan Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), yang mana usaha menuju BLUD ini, salah satunya adalah dengan peningkatan mutu pelayanan keperawatan, yaitu dengan meningkatkan motivasi perawat terutama dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2012 dan pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari uji kuesioner sampai pengumpulan data dari tanggal 01 Junisampai dengan 16 Juni 2012.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner motivasi yang dikembangkan oleh peneliti sendiri berdasarkan modifikasi dari beberapa teori dan konsep, kuesioner pendokumentasian dengan menggunakan studi dokumentasi yang mengacu pada standar DEPKES (2001). Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahapan (Hastono, 2007) diantaranya editing, coding, processing, dan cleaning. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, dan bivariat.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Karakteristik Responden a. Umur

Gambaran umur responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21-55 tahun, dimana responden pada kelompok umur < 30 tahun lebih banyak (59.3%) dibandingkan responden pada kelompok umur ≥ 30 tahun sebanyak (40.7%).

Umur akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang, semangat, beban dan tanggung jawab baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pada perawat yang berumur kurang dari 30 tahun, meskipun memiliki kondisi fisik yang cukup baik, untuk menjalankan kegiatan fisik namun pada umumnya mereka memiliki rasa tanggung jawab yang relatif kurang dibandingkan dengan yang berusia ≥ 30 tahun (Martoyo, 1998).

b. Jenis Kelamin

Gambaran jenis kelamin perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat inap RSUD Pariaman menunjukan bahwa lebih banyak perawat pelaksana yang berjenis kelamin perempuan yaitu 95.3% dari pada berjenis kelamin laki-laki 4.7%.

Dalam melakukan

pendokumentasian tidak dibedakan antara perawat laki-laki dengan perempuan, artinya perawat laki-laki mempunyai kewajiban yang sama dengan perawat perempuan, namun hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh (Ilyas, 2002) menjelaskan jenis kelamin akan memberikan dorongan yang berbeda dalam melakukan pekerjaan.

c. Tingkat Pendidikan

Gambaran tingkat pendidikan perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman menunjukan bahwa, tingkat pendidikan DIII/DIV lebih banyak 80.2%, dibandingkan dengan yang berpendidikan Sarjana 10.5% dan SPK 9.3%.

Berarti rata-rata perawat pelaksana mempunyai latar belakang tingkat pendidikan DIII/DIV, yang merupakan perawat vokasional yang lebih berfokus pada keterampilan prosedur tindakan keperawatan. Simanjuntak, (1985) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya. Hal ini didukung oleh (Green, 1980) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penentu terhadap perilaku kerja seseorang.

d. Lama Kerja

Gambaran perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat inap RSUD Pariaman berdasarkan lama kerja, menunjukan bahwa dari 86 perawat pelaksana, 50% dengan lama kerja < 5 tahun, dan sisanya dengan lama kerja 5-10 tahun serta >5-10 tahun.

Banyaknya perawat dengan lama kerja < 5 tahun, terlihat dari adanya kebijakan dari manajemen RSUD Pariaman yang menerima tenaga perawat sistem kontrak yang berlaku selama satu tahun, dimana perawat yang memiliki kinerja baik kontraknya akan dilanjutkan dengan kontrak baru, sementara yang memiliki kinerja tidak baik kontraknya tidak dilanjutkan, kebijakan ini menjadikan perawat pelaksana kurang pengalaman. Menurut Anderson (1994) makin lama pengalaman kerja seseorang maka semakin terampil petugas tersebut, mudah memahami tugas dan tanggung jawabnya, sehingga memberi peluang untuk berprestasi.

(6)

e. Status Kepegawaian

Gambaran perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman berdasarkan status kepegawaian adalah PNS 54.7%, dan non PNS 45.3%. Lebih dari separoh perawat pelaksana status kepegawaiannya adalah PNS, namun hampir berimbang dengan perawat pelaksana yang berstatus kepegawaian non PNS.

Robbins, 2003 menyatakan keamanan dan perlindungan tentang masa depan ditempat kerja akan menjadi dorongan kuat bagi staf dalam bekerja. Kondisi ini sesuai dengan perawat yang bekerja diruang rawat inap RSUD Pariaman yang beranggapan bahwa status kepegawaian PNS dan Non PNS mempunyai kewajiban yang sama dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan.

2. Gambaran Motivasi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 perawat pelaksana menunjukan bahwa motivasi perawat pelaksana buruk sebesar 44.2%, yang diukur berdasarkan faktor satisfiers dan dissatisfiers. Buruknya motivasi perawat pelaksana dapat dilihat dari 61.6% perawat pelaksana mengatakan tidak pernah menerima insentif tambahan untuk pelaksanaan pendokumentasian, 38.3% perawat mengatakan tidak pernah insentif untuk pengisian pendokumentasian diberikan dengan adil, 40.6% perawat mengatakan kadang-kadang gaji yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan dan dokumentasi yang dilakukan, 45.3% perawat mengatakan jarang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam pendokumentasian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2008), yang menunjukan bahwa motivasi

kerja perawat pelaksana masih kurang, yang dilihat pada aspek motiv, harapan, dan insentif.

3. Gambaran pelaksanaan

pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Pariaman.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa lebih dari separuh pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman adalah buruk yaitu 60.5%. Banyak aspek yang menjadi penyebab buruknya pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman.

Hasil studi dokumentasi yang peneliti lakukan diruang rawat inap

RSUD Pariaman terhadap

pendokumetasian yang lakukan oleh perawat pelaksana didapatkan hasil sebagai berikut, untuk aspek pengkajian data tidak dikaji sejak pasien masuk sampai pulang (71.0%), masalah tidak dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsi hidup (97.7%), dari aspek diagnosa keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan aktual dan resiko tidak sesuai dengan pengkajian (23.3% dan 61.6%), dari aspek perencanaan rumusan tujuan tidak sesuai dengan standar (65.1%), rencana tindakan tidak mengacu pada tujuan yang jelas (55.8%), rencana tindakan tidak menggambarkan keterlibatan pasien dan keluarga (82.5%), dari aspek tindakan, tidak ada revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan (93%), dari aspek evaluasi, evaluasi tidak mengacu pada tujuan (72.1%), dan aspek catatan asuhan keperawatan, pencatatan tidak mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal dan jam dilakukan tindakan (66.2%).

(7)

Melihat banyaknya aspek yang tidak di dokumentasikan oleh perawat pelaksana, hal ini menunjukan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan yang di tulis oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Pariaman belum memenuhi ketentuan yang berlaku atau tidak sesuai dengan standar yang diharapkan, menurut standar asuhan keperawatan Depkes RI (2001) dan Kron (1987), yang menyatakan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan yang bernilai baik adalah ≥ 80%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safrudin (2003), dimana 43.5% dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana buruk.

4. Analisis Hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pariaman

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perawat pelaksana yang mempunyai motivasi buruk menghasilkan pendokumentasian buruk (78.9%) dibandingkan dengan motivasi baik. Hal ini bermakna secara statistik dengan p value 0.004, artinya ada hubungan bermakna antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Faktor satisfiers diantaranya adalah prestasi dan pengembangan potensi individu. Kebutuhan prestasi akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreatifitas dengan mengarahkan semua kemampuannya untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Seseorang akan berprestasi tinggi jika memungkinkan untuk diberi kesempatan (Simamora,2004).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi perawat pelaksana jika ditinjau pada aspek satisfiers yang dilihat dari aspek

pengembangan potensi diri, 43.0% perawat menjawab kadang-kadang atasan memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan, dan 45.3% perawat menjawab kadang-kadang manajemen R.S memberikan kesempatan untuk

meningkatkan kemampuan

pendokumentasian.

Hal ini menunjukan bahwa kurangnya kesempatan perawat untuk mengikuti pelatihan berpengaruh terhadap buruknya motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saefulloh (2009) yang menyatakan bahwa pelatihan asuhan keperawatan secara bermakna meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Indramayu.

Menurut Herzberg faktor dissatisfiers individu dalam bekerja dapat dilihat dari gaji atau upah serta kualitas supervisi. Supervisi merupakan suatu proses terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas (Swanburg, 1990). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 52.3% perawat pelaksana mengatakan kepala ruangan kadang-kadang memberikan arahan dalam pengisian dokumentasi asuhan keperawatan, dan 50% perawat mengatakan atasan kadang-kadang memberikan umpan balik dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kurangnya arahan dari kepala ruangan juga menjadi penyebab buruknya motivasi perawat dalam pendokumentasian yang dilakukan.

Robbins (2003) supervisi yang dilakukan oleh atasan akan sangat membantu staf, karena dalam kegiatan supervisi, seorang supervisor akan memberikan dukungan terhadap sumber-sumber yang dibutuhkan oleh staf dalam menyelesaikan pekerjaannya. Mc.Farland, Leonard and Marris (1984

(8)

dalam Arwani, 2003) yang mengatakan supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat untuk mengevaluasi tugas terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tentang analisis hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman pada tanggal antara kemampuan komunikasi efektif kepala ruangan dengan tingkat motivasi kerja perawat pelaksana di RS Jiwa HB Sa’anin Padang pada tanggal 01 Juni sampai dengan 16 Juni 2012, dapat disimpulkan: Pertama, Karakteristik perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman sebagian besar berusia < 30 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan DIII/DIV, lama kerja < 5 tahun, dan status kepegawaian PNS. Kedua, Lebih dari separuh motivasi perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariman baik. Ketiga, Lebih dari separuh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan buruk. Keempat, Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pariaman dengan nilai p value = 0.004. DAFTAR PUSTAKA

Achir, Yani. (2007). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit Pusat Data dan Informasi PERSI (persi.co.id) Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: PT Bina Rupa Aksara.

Dalami, Rochimah, Beresia,S., Nurhalimah, Sumartini, Nurmilah, Rusmiati, Suliswati. (2011). Dokumentasi Keperawatan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Depkes, RI. (2001). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni,H., Chairani,R. (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.

Gillies, Dee Ann. (1989). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta: EGC.

Green, L.W. (1980). Health Promotion Planning an Educational and Enviromental Approach. Mayfield Publising Co.

Hamzah, H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode

Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hastono,S.P. (2007). Basic data analysis for health research training. Jakarta : FKM Univeristas Indonesia.

http://eprints.undip.ac.id/17297/1/F_A_R_I_ D_A_H.pdf diperoleh Februari 2012

(9)

http://eprints.undip.ac.id/16228/1/Agung_Pri badi.pdf diperoleh Maret 2012

http://eprints.undip.ac.id/15951/1/Yahyo_Di yanto.pdf diperoleh Maret 2012 https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cac he:jAW0491FrZYJ:repository.usu.ac.i d/bitstream/123456789/30972/1/Refer ence.pdf+pdf+penelitian+rugaya+2006 +tentang+pendokumentasian+di+RSU D+Dr.H.Chasan+Boesoirie+ternate&h l=id&gl=id&piddi peroleh Maret 2012 Ilyas, Yaslis. (2002). Kinerja, Teori,

Penilaian, dan Penelitian. Depok: FKM UI.

Iyer, Patricia W. (2005). Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar

Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kozier. (1995). Fundamentals of Nursing Concept Process and Practice, fith Edition. California : Addison Wasley. Malayu, S.P Hasibuan.(2010). Organisasi

dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchlas, Makmuri. (1999). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Program Pendidikan Pascasarjana Megister Manajemen Rumah Sakit UGM. Martoyo, S (1998). Manajemen Sumber

Daya Manusia.Yogyakarta: BPFE

Marquis, Bessie L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi,Ed.4. Jakarta: EGC

Nasution, S. (2000). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

__________________. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

________. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

________. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik . Jakarta: Salemba Medika.

Perry&Potter.(2009). Fundamental of Nursing. 7th Ed. St.Louis Missouri : Elseiver

PPNI.(2010). Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia. Jakarta : PPNI Riza,Musni.(2002). Telaahan Penelitian

Optimalisasi Pendokumentasian Keperawatan di RS Dharmais. Jakarta : Jurnal Keperawatan Indonesia Vol III No 9:334.

Robbins, Stephen P. (2010). Manajemen. Jakarta: Erlangga.

(10)

Robbins, Stephen P., Judge,Timothy A. (2008). Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Safrudin. (2003). Hubungan Karakteristik Perawat dan Manajemen Waktu perawat pelaksana dengan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Husada Jakarta. Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia.

Samsudin, Sadili, Wijaya, E. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

______. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siagian, Sondang, P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Simamora. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Soeroso, Santoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Tim Penyusun RSUD Pariaman. (2010). Profil Kesehatan RSUD Pariaman. Pariaman: tidak dipublikasikan. Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Winardi, J. (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wiyono, Djoko. (1997). Manajemen

Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Zainun, Buchari. (2004). Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Bapak / Ibu/ Kakak/ Adik/ Saudara/i mengeluhkan sesuatu akibat kerokan kulit dan kuku tersebut seperti rasa nyeri yang tidak dapat ditahan, atau terdapat bintik-bintik

Pembuktian perkara tindak pidana perusakan hutan dalam pemeriksaan di pengadilan sesuai dengan sistem pembuktian negatif yakni ajaran pembuktian yang menyatakan

Eosinofilik esofagitis merupakan gangguan dimana terjadi infiltrasi eosinofil pada mukosa superfisial esophagus yang berhubungan dengan alergi makanan dan kondisi

Tidak seperti media tradisional yang berjalan dengan mementingkan Exposure (pembukaan) yang bearti suatu tampilan awal dari media yang membuat orang tertarik dan impression

komputer terdiri dari beberapa komputer yang terhubung.. menggunakan beberapa jenis interface,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia; (2) ada

Dari data hasil penelitian dengan menggunakan head 1,3 m dan debit 0,012 m 3 /s didapat grafik yang menghasilkan efisiensi total maksimal sebesar.. Efisiensi maksimal tersebut

Jari-jari atomnya yang lebih kecil dan muatan intinya yang lebih besar mengakibatkan logam alkali tanah membentuk kristal dengan susunan yang lebih rapat, sehingga mempunyai