• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja akhir terhadap produk barang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja akhir terhadap produk barang"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA AKHIR TERHADAP PRODUK BARANG. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun oleh : Lulutiana Pisani 109114047. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTO. “Semua akan Indah Pada Waktunya, Tuhan Selalu Beri Jalan.”. Pengkhotbah 3:11. “GOD’s plan is better and greater than any plan we’ve ever made for ourselves” Hebrews 11:40. “Education is the most powerful WEAPON which you can use to CHANGE the world” -Nelson Mandela. “First they ignore you, then they laugh at you, Then they fight you, then you win” -Mahatma Gandhi. “learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow” –Albert Einstein. “Not all of us caN do great thiNgs. But we caN do small thiNgs with great loVe” –Mother Teresa iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya tulis ini dipersembahan untuk :. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tidak lelah menemaniku sepanjang waktu. Tuhan telah beri jalan yang terbaik meski harus melewati rintangan.. Bapak ku (Yulianus Sumarja), Ibu ku (Kuntari Subiyati) dan Adik ku (Girinda Kapindi). Untuk teman ku tercinta Keket, Dita (Ndut), Bibin, Tyas, Vica, Agnes, Yutti, Akeng, Agnes, Dody, Fajar, Angel, Dewi Argo, Chimul, Pejuang 2010 dan temanteman lain yang belum disebutkan.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA AKHIR TERHADAP PRODUK BARANG Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulutiana Pisani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja akhir terhadap produk barang. Hipotesis penelitian ini menunjukkan ada hubungan negatif antara pembelian impulsif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja akhir terhadap produk barang. Subjek dalam penelitian ini adalah 186 remaja akhir (103 perempuan dan 65 laki-laki). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif. Skala kecenderungan pembelian impulsif disusun berdasarkan dua jenis aspek menurut Verplanken & Herabadi (2001), skala tersebut terdiri dari 24 aitem ( = 0,901). Skala regulasi diri disusun berdasarkan tiga jenis aspek regulasi diri menurut Bandura dalam Feist & Feist (2010), skala tersebut juga terdiri dari 24 aitem ( = 0,939). Hasil analisis data menggunakan Spearman Rho menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja akhir terhadap produk barang (r = -0,374, p = 0,000). Kata kunci : Regulasi Diri, Kecenderungan pembelian impulsif, Remaja, Produk Barang. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE CORRELATION BETWEEN SELF-REGULATION WITH IMPULSIVE BUYING TENDENCY IN LATE ADOLESCENTS TOWARDS THE GOODS PRODUCTS. Study of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta. Lulutiana Pisani. ABSTRACT This research aims to determine the correlation between self-regulation with impulsive buying tendency in late adolescents towards the goods products. The hypothesis proposed that was negative correlation between self-regulation with impulsive buying tendency in late adolescents. Subject of this research were 186 late adolescents (103 women and 65 men). The measurement instruments of this research were self-regulation scale and impulsive buying tendency. The scale of impulsive buying tendency is based on two aspects according to Verplanken and Herabadi (2001), the scale consists of 24 items ( = 0,901). The scale of self-regulation is based on three aspects of self-regulation according to Bandura in Feist & Feist (2010), the scale consists of 24 items ( = 0,939). The result of data analysis using Spearman Rho showed that there was a negative the correlation between self-regulation with impulsive buying tendency in late adolescents towards the goods products (r = -0,374, p = 0,000). Keywords: self-regulation, impulsive buying, adolescent, goods products. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Saya sebagai penulis masih menyadari adanya kekurangan dalam skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat dan membantu penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak R. Landung Eko P., M.Psi.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan banyak waktu dan penuh kesabaran telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi serta memberikan inspirasi atas skrpsi ini. 4. Ibu (Alm.) Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.Si 5. P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 6. P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. yang juga sebagai dosen penguji. 7. Minta Istono., M.A. selaku dosen penguji, terima kasih atas revisiannya.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan membagi wawasan yang sangat berguna bagi penulis. 9. Semua karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan selama penulis menempuh studi serta karyawan di perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. 10. Kedua Orang Tua (Bapak dan Ibu) penulis terima kasih atas doa, semangat, dukungan dan pengorbanan secara moril serta materiil. 11. Adikku yang selalu membantu dan selalu direpoti. 12. Keluarga besar Mangun dan Padmo yang selalu memberikan dukungan. 13. SMA N 1 Sedayu, SMK YPKK, SMK N 3 Yogyakarta, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas partisipasi serta bantuannya dalam penelitian skripsi ini. 14. OMK Santo Thomas Seyegan untuk partisipasinya dalam penelitian skripsi. 15. Teman-teman terbaikku Catarina Chandra C (Keket), Gregroriana Dita (Mbak Ndut), Bianca Atmajaya (Bibin), Monica Dhani (Yutti), Vica Nirmala (Vica), Agnes Dita (Dafuk), Tyas, Akeng, Agnes, Dody, Fajar, Angel, Dewi Argo, Chimul, Pejuang 2010 dan teman-teman lain yang belum disebutkan.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ix KATA PENGANTAR ....................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx BAB I:. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8 1. Manfaat Teoritis .................................................................... 8 2. Manfaat Praktis ..................................................................... 8. BAB II:. LANDASAN TEORI ...................................................................... 9 A. Kecenderungan Pembelian Impulsif ........................................... 9 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif ................... 9 2. Aspek-aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif ............. 10 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Pembelian Impulsif ............................................................. 13 B. Regulasi Diri ............................................................................. 17 1. Pengertian Regulasi Diri ..................................................... 17 2. Aspek-aspek Regulasi Diri ................................................. 18 C. Remaja ...................................................................................... 20 1. Pengertian Remaja .............................................................. 20 2. Karakteristik Remaja Akhir ................................................ 21 D. Produk Barang .......................................................................... 25 E. Dinamika Hubungan Regulasi Diri dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Pada Remaja Terhadap Produk Barang .......................................................................... 26 F. Bagan Hubungan Regulasi Diri Dengan Kecenderungan Kecenderungan Pembelian Impulsif ......................................... 29 G. Hipotesis ................................................................................... 30 BAB III: METODE PENELITIAN ............................................................. 31 A. Jenis Penelitian.......................................................................... 31 B. Variabel Penelitian .................................................................... 31 1. Variabel Bebas .................................................................... 31 2. Variabel Tergantung ........................................................... 31 C. Definisi Operasional ................................................................. 31 xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Regulasi Diri ....................................................................... 31 2. Kecenderungan Pembelian Impulsif ................................... 32 D. Subjek Penelitian ...................................................................... 33 E. Metode dan Alat Pengambilan Data ......................................... 34 F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 39 1. Validitas .............................................................................. 39 2. Seleksi Aitem ...................................................................... 39 3. Reliabilitas .......................................................................... 43 G. Analisis Data ............................................................................. 44 1. Uji Asumsi .......................................................................... 44 a) Uji Normalitas ............................................................... 44 b) Uji Linearitas ................................................................ 44 2. Uji Hipotesis ....................................................................... 45 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 46 A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 46 B. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................... 46 C. Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 49 D. Hasil Penelitian ......................................................................... 52 1. Uji Asumsi .......................................................................... 52 a) Uji Normalitas ............................................................... 52 b) Uji Linearitas ................................................................ 53 2. Uji Hipotesis ....................................................................... 54 E. Analisis Tambahan .................................................................... 55 xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Uji Perbedaan Menurut Jenis Kelamin ............................... 55 2. Uji Perbedaan Menurut Usia ............................................... 58 3. Uji Perbedaan Menurut Uang Saku .................................... 61 F. Pembahasan ............................................................................... 64 BAB V:. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 71 A. Kesimpulan ............................................................................... 71 B. Saran ......................................................................................... 71 1. Bagi Subjek Penelitian ........................................................ 71 2. Bagi Orang Tua ................................................................... 72 3. Bagi Penelitian Selanjutnya ................................................ 72. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74 LAMPIRAN ..................................................................................................... 78. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1.. Skor Jawaban Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ........... 35. Tabel 3.2.. Sebaran Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ......... 36. Tabel 3.3.. Skor Jawaban Skala Regulasi Diri ............................................... 37. Tabel 3.4.. Sebaran Aitem Skala Regulasi Diri ............................................. 38. Tabel 3.5.. Sebaran Aitem Kecenderungan Pembelian Impulsif (Setelah Uji Coba)........................................................................ 41. Tabel 3.6.. Sebaran Aitem Skala Regulasi Diri (Setelah Uji Coba) .............. 42. Tabel 4.1.. Data Usia Subjek Penelitian......................................................... 47. Tabel 4.2.. Data Uang Saku Tiap Bulan......................................................... 47. Tabel 4.3.. Data Jenis Kelamin ...................................................................... 48. Tabel 4.4.. Data Produk Barang Yang Sering Dibeli Subjek Penelitian ........ 48. Tabel 4.5.. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 50. Tabel 4.6.. Norma Kategorisasi Regulasi Diri Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif ...................................................................... 51. Tabel 4.7.. Skor Kategorisasi Regulasi Diri Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif ...................................................................... 51. Tabel 4.8.. Jumlah Persentase Subjek Untuk Setiap Kategorisasasi .............. 51. Tabel 4.9.. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ........................................... 52. Tabel 4.10. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel............................ 53 Tabel 4.11. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ...................................................... 54. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 4.12. Deskripsi Data Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Jenis Kelamin Hasil....................................................... 55 Tabel 4.13. Hasil Two Independent Sample Test Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Jenis Kelamin dengan Mann-Whitney Test (Ranks) ......................................................... 55 Tabel 4.14. Hasil Two Independent Sample Test Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Jenis Kelamin dengan Mann-Whitney Test (Test) ............................................................ 56 Tabel 4.15. Deskripsi Data Regulasi Diri Menurut Jenis Kelamin Hasil ....... 56 Tabel 4.16. Hasil Two Independent Sample Test Regulasi Diri Menurut Jenis Kelamin dengan Mann-Whitney Test (Ranks) ......................................................... 57 Tabel 4.17. Hasil Two Independent Sample Test Regulasi Diri Menurut Jenis Kelamin dengan Mann-Whitney Test (Test) ............................................................ 57 Tabel 4.18. Deskripsi Data Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Usia ............................................................................... 58 Tabel 4.19. Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Usia (Ranks).............. 58 Tabel 4.20. Hasil Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Usia (Test) ....... 59 Tabel 4.21. Deskripsi Data Regulasi Diri Menurut Usia ................................ 59 Tabel 4.22. Regulasi Diri pada Usia (Ranks).................................................. 60 Tabel 4.23. Hasil Regulasi Diri pada Usia (Test) ........................................... 60. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 4.24. Deskripsi Data Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Usia ............................................................................... 61 Tabel 4.25. Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Usia (Ranks).............. 61 Tabel 4.26. Hasil Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Usia (Test) ....... 62 Tabel 4.27. Deskripsi Data Regulasi Diri Menurut Usia ................................ 62 Tabel 4.28. Regulasi Diri pada Usia (Ranks).................................................. 63 Tabel 4.29. Hasil Regulasi Diri pada Usia (Test) ........................................... 63. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ............... 77 1. Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Sebelum Uji Coba) ............................................................ 79 2. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Sebelum Uji Coba) ............................................................ 84 3. Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Setelah Uji Coba)............................................................... 85 4. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Setelah Uji Coba)............................................................... 87. Lampiran 2. Blueprint Skala Regulasi Diri ................................................... 88 1. Aitem Skala Regulasi diri (Sebelum Uji Coba) ............................................................ 89 2. Blueprint Skala Regulasi diri (Sebelum Uji Coba) ............................................................ 97 3. Aitem Skala Regulasi diri (Setelah Uji Coba)............................................................... 98 4. Blueprint Skala Regulasi diri (Setelah Uji Coba)............................................................. 102. Lampiran 3. Skala Uji Coba ........................................................................ 103. Lampiran 4. Skala Penelitian ....................................................................... 122. Lampiran 5. Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif .......... 135 xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Sebelum Seleksi Aitem) .................................................. 136 2. Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Sesudah Seleksi Aitem) ................................................... 138 Lampiran 6. Reliabilitas Skala Regulasi Diri .............................................. 140 1. Reliabilitas Skala Regulasi Diri (Sebelum Seleksi Aitem) .................................................. 141 2. Reliabilitas Skala Regulasi Diri (Setelah Seleksi Aitem) ..................................................... 144. Lampiran 7. Uji Asumsi: Uji Normalitas Dan Uji Linearitas...................... 147 1. Uji Normalitas ................................................................... 148 2. Uji Linearitas .................................................................... 148. Lampiran 8. Uji Hipotesis ........................................................................... 149. Lampiran 9. Uji Analisis Tambahan: Uji Two Independent Sample Test dan Uji K Independent Sample Test............................................... 151 1. Uji Two Independent Sample Test Kecenderungan Pembelian Impulsif ..................................................... 152 2. Uji K Independent Sample Test Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Usia .................................... 153 3. Uji K Independent Sample Test Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Uang Saku .......................... 154. Lampiran 10 Uji Analisis Tambahan: xxi.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Uji Two Independent Sample T-Test dan K Independent Sample Test ..................................................... 156 1. Uji Two Independent Sample T-Test Regulasi Diri .... 157 2. Uji K Independent Sample Test Regulasi Diri pada Usia ..................................................................... 158 3. Uji K Independent Sample Test Regulasi Diri pada Uang Saku .......................................................... 159. xxii.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi di Indonesia ditandai dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tempat-tempat berbelanja. Pusat perbelanjaan atau mall saat ini semakin berkembang di kota-kota besar. APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) mengatakan data yang diperoleh. tahun. 2014,. Indonesia. memiliki. mall. sebanyak. 250. (finance.detik.com/2014). Semakin banyak pusat berbelanjaan yang dibangun memberi banyak kesempatan kepada orang untuk lebih mudah memperoleh barang yang dinginkan. Tempat yang menarik dan suasana. yang. menyenangkan menjadi cara para pemasar untuk menarik konsumen masuk ke dalam mall (Indarjati, 2003). Tidak hanya sekedar berjalan-jalan menikmati suasana mall, para konsumen pun tertarik untuk melakukan pembelian dan bahkan berbelanja merupakan gaya hidup tersendiri dan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang (Tambuhan, dalam Dira 2014. Coley & Burgess (Yistiani, 2012) menyebutkan ada 50 persen pembeli di mall berbelanja secara impulsif. Hal ini salah satu yang menyebabkan berkembangnya perilaku berbelanja pada masyarakat, terutama berbelanja dengan spontan (impulsive buying). Pembelian impulsif juga terjadi di Indonesia, ada 85 persen konsumen ritel cenderung melakukan pembelian impulsif (Majalah Marketing/05/V/Mei/2007 1.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. dalam Yistiani, 2012). Hal ini juga didukung oleh penelitian Nielsen yang dilakukan selama bulan Desember 2010 sampai bulan Januari 2011 di beberapa kota besar Indonesia yang menunjukkan bahwa para konsumen semakin melakukan pembelian impulsif. Kondisi ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dua kali lipat sejak tahun 2003, para konsumen tersebut mengaku tidak pernah membuat rencana belanja saat melakukan pembelian (Post Industrial, 2011). Mowen & Minor (2002) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai perilaku membeli tanpa ada niat membeli sebelumnya, keputusan membeli dilakukan saat itu juga. Kecenderungan pembelian impulsif dapat didefinisikan sebagai keputusan secara tiba-tiba dan langsung di dalam toko dengan tanpa niat atau rencana membeli produk tertentu atau produk secara spesifik (Kollat & Willet, 1967; Beatty & Farrel, 1998, dalam Ghani et al, 2011). Rook (1987) mengungkapkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak rasional dan sebagian terkait dengan pembelian yang tidak terencana dan pembelian secara mendadak ketika berada di toko, diikuti dengan adanya keinginan yang kuat dan perasaan senang. Kecenderungan pembelian impulsif ditandai dengan kurangnya perencanaan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian suatu barang tanpa mengetahui alasan membeli barang tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001). Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, menurut Stern (dalam Steuart, 1996) adalah, kondisi ekonomi, lokasi, dan regulasi diri. LaRose (2001) juga memperkuat faktor pembelian impulsif yang disebutkan.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. oleh Stern yaitu regulasi diri. Faktor-faktor pembelian impulsif lainnya yaitu kepribadian, budaya (Schiffman & Kanuk, 2008; Sumarwan, 2011), usia (Ghani, Imran & Jan, 2011; Lin & Lin, 2005) dan gender (Gasiorowska, 2011; Lin & Chuang, 2005; Dittmar, 1995) yang menyatakan bahwa remaja perempuan cenderung lebih impulsif daripada remaja laki-laki. Remaja perempuan. sudah. terbiasa. melakukan. pembelian. seperti. membantu. keluarganya berbelanja memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Berdasarkan tokoh-tokoh di atas faktor-faktor pembelian impulsif adalah faktor ekonomi, lokasi, regulasi diri, kepribadian, budaya usia dan gender. Perilaku pembelian impulsif dapat terjadi pada semua kalangan tua muda dan semua rentang usia termasuk remaja. Beberapa peneliti menemukan bahwa remaja di Indonesia cenderung melakukan pembelian impulsif. Hal ini dibuktikan dari survey yang dilakukan oleh Deteksi Jawa Post yang menemukan bahwa 20,9% dari 1.071 responden yang bertempat tinggal di Surabaya dan Jakarta pernah menggunakan uang SPPnya untuk membeli barang yang tidak mereka butuhkan (Jawa Post dalam Sitohang, 2009) Remaja yang lebih muda atau remaja awal biasanya kurang kompeten dalam pengambilan keputusan dibanding remaja yang lebih tua (Mann, Harmoni & Power, dalam Santrock, 2002). Masa transisi pengambilan keputusan muncul pada usia 11-12 tahun yang lebih muda dan pada usia 15-16 tahun yang lebih tua (Lewis 1981, dalam Santrock, 2002). Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pembelian impulsif memiliki efek yang signifikan antara usia 15-19 tahun. Pada usia 19 tahun pembelian.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. impulsif memiliki skor tertinggi secara signifikan, skor tertinggi kedua pada usia 15 tahun, dan selanjutnya pada usia 17 tahun (Lin & Lin 2005). Pada tahap perkembangan remaja, kematangan emosi dikatakan belum stabil (Hall, dalam Sarwono, 2011). Santosa, dalam Diba (2014) juga menyatakan kematangan emosi individu belum stabil pada masa remaja mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak. wajar.. konsumen. Sifat remaja yang cenderung belum stabil mengakibatkan remaja. mudah terpengaruh oleh rayuan penjual maupun. terpengaruh pada penampilan produk, kurang berpikir hemat dan impulsif. Kecenderungan perilaku pembelian impulsif remaja pada produk ini tidak sejalan dengan kemampuan finansial yang belum dimiliki remaja secara mandiri. Hal ini yang menyebabkan remaja menjadi konsumen yang potensial bagi produsen karena cenderung mudah terpengaruh oleh promosi penjual, mudah terbujuk oleh iklan terutama pada penampilan produk sehingga kurang berpikir hemat dan kurang realistis serta impulsif (Johnstone; Santosa 1998, dalam Utami & Sumaryono, 2008). Beth-Maron, dkk (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa pada masa remaja merupakan masa dimana remaja belajar mengambil keputusan. Dimana jika dibandingkan dengan masa kanak-kanak, masa remaja lebih cenderung memiliki banyak pilihan-pilihan, menguji suatu situasi dari banyak perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan yang diambil dan mempertimbangkan kredibilitas dari banyak sumber. Seharusnya remaja sudah bisa mengambil keputusan dan mempertimbangkan resiko namun pada kenyataannya masih.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. ada remaja yang melakukan pembelian secara impulsif, seperti yang terjadi di lingkungan peneliti. Maka peneliti melakukan wawancara untuk memperkuat penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara pribadi (Februari, 2015) dengan beberapa orang remaja, yang memiliki umur 19-21 tahun, terdiri atas 3 perempuan dan 2 laki-laki. Hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek sering melakukan pembelian di luar perencanaan awal. Subjek II (Laki-laki, 21 tahun) menyatakan, “sebelum berbelanja, biasanya tidak membuat daftar belanja dan saat sampai tempat perbelanjaan atau toko membeli apa yang dilihat bagus dan menarik”. Saat berada pada pusat perbelanjaan, subjek cenderung terpengaruh oleh kondisi emosional bukan rasional. Subjek II mengatakan produk yang sering dibeli adalah aksesoris motor dan peralatan otomotif. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan juga oleh subjek III (Laki-laki, 20 tahun), “lebih tertarik untuk memiliki barang yang dinginkan saat itu, ada uang langsung beli”. Subjek III mengatakan produk yang sering dibeli adalah baju dan celana. Subjek V tidak jauh berbeda dengan dua subjek lainnya (Perempuan, 21 tahun) yang menyatakan “tertarik dengan produk-produk yang memiliki potongan harga atau diskon”. Produk yang biasanya dibeli oleh subjek adalah baju makanan dan aksesoris. Selain itu, subjek IV (Perempuan, 19 tahun) juga berpendapat sama, yaitu “kadang ada penyesalan setelah membeli karena tidak berguna atau terpakai”. Produk yang biasanya dibeli subjek IV adalah.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. baju parfum dan tas. Subjek I juga menyatakan “lebih besar mata daripada pengeluaran”. Ungkapan seperti itulah dirasa cocok bagi subjek. Subjek I (Perempuan, 21 tahun) juga menyatakan “Sebelum berbelanja, biasanya membuat daftar belanja, namun saat sampai tempat perbelanjaan atau toko justru membeli apa yang tidak direncanakan dan barang yang terdapat di list justru tidak terbeli. Tidak jarang uang yang ditargetkan untuk membeli barang kebutuhan justru terpakai untuk membeli barang yang tidak diperlukan. Ketertarikan sesaat akan benda tersebut membuat mereka sering kali mengalami penyesalan setelahnya.” Produk yang biasanya dibeli subjek I adalah makanan, aksesoris, baju dan sepatu. Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa remaja sering melakukan pembelian diluar rencana, tidak tahan melihat barang bagus dan ingin segera membelinya. Selain itu, muncul rasa penyesalan setelah membeli suatu barang. Hal ini sama yang diungkapkan Fitri (Diba, 2014) dimana remaja membeli barang tanpa berfikir jernih sehingga yang terdapat di dalam benak individu adalah hanya ingin memuaskan keinginan belanja. Adanya regulasi diri menjadi faktor penting dalam perkembangan remaja. Regulasi diri sendiri termasuk dalam faktor kepribadian dalam hal motivasi. Regulasi diri menjadikan individu memotivasi diri, dapat berpikir untuk menetapkan tujuan personal dan dengan dengan kemampuannya dapat merencanakan strategi, mengevaluasi dan memanipulasi lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut (Bandura, dalam Pervin et al, 2010). Menurut. Rodin. (dalam. Utami. &. Sumaryono, 2008).

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. kecenderungan untuk melakukan pembelian impulsif sebenarnya dapat dikurangi, apabila seseorang memiliki pengendalian diri yang baik, salah satunya dengan cara membuat daftar barang yang ingin dibeli terlebih dahulu,. sehingga. hal. tersebut. dapat mengurangi pembelian impulsif.. Regulasi diri memiliki dampak yang berguna bagi seorang remaja untuk membantu dirinya cara aktif membangun kehidupannya di masa depan dan mereka dapat dikatakan mampu menyadari mengenai apa yang dipikirkan serta mengontrol pikirannya. Selain itu, remaja mampu menyelesaikan masalahnya terutama jika dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam hal pembelian (Mischel, 1999; Feist & Feist, 2010). Berdasarkan uraian di atas penelitian yang dilakukan mengenai hubungan regulasi diri dan pembelian impulsif pada remaja akhir. Penelitian ini akan mengambil subjek dengan rentang umur 18 tahun sampai 23 tahun (Hall dalam Santrock , 2007; Muss, dalam Sarwono, 2011).. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan regulasi diri dengan pembelian impulsif pada remaja akhir?. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan regulasi diri dengan pembelian impulsif terhadap pada remaja akhir..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi konsumen, khususnya mengenai hubungan regulasi diri dengan pembelian impulsif pada remaja akhir.. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai umpan balik dan bahan evaluasi bagi remaja berkaitan dengan perilaku pembelian impulsifnya..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Kecenderungan Pembelian Impulsif 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Perilaku kecenderungan pembelian impulsif dipandang sebagai tindakan spontan, tiba-tiba, tanpa berpikir secara bijak, tidak rasional, tanpa pertimbangan semua informasi dan alternatif pilihan yang tersedia dan pembelian secara mendadak ketika berada di toko, diikuti dengan adanya keinginan yang kuat dan perasaan senang. (Rook, 1987). Mowen & Minor (2002) mendefinisikan kecenderungan pembelian impulsif sebagai tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau niat atau maksud membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda. Kecenderungan pembelian impulsif juga dapat didefinisikan sebagai pembelian secara tiba-tiba, sebenarnya tidak diharapkan, diiringi keinginan mendadak untuk membeli produk tertentu dan diwujudkan dengan melakukan. pembelian. Kecenderungan. produk. pembelian. tersebut. impulsif. (Gasiorowska,. ditandai. dengan. 2011).. kurangnya. perencanaan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian suatu barang tanpa mengetahui alasan membeli barang tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001).. 9.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. Engel & Blacwell (dalam Semuel, 2006) mendefinisikan kecenderungan pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko. Dengan kata lain, kecenderungan pembelian impulsif adalah tindakan tidak disengaja, dan disertai dengan respon emosional yang kuat (Rook & Gardner, dalam Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Rook (1995) juga memberikan definisi yang secara luas dari kecenderungan pembelian impulsif, yang mencakup tiga fitur utama, yaitu, pembelian yang tidak direncanakan, sulit untuk mengontrol, dan disertai dengan respons emosional. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian dengan kurangnya perencanaan, membeli dengan spontan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian. Munculnya keinginan yang kuat untuk membeli dan tidak tertahankan disertai munculnya perasaan senang, puas, kecewa dan rasa menyesal setelah membeli suatu barang. 2. Aspek-aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Loudon & Bitta (1993), mengemukakan lima elemen penting yang membedakan tingkah laku konsumen yang impulsif. Elemen-elemen tersebut yaitu:.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. a. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya. b. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis, dimana untuk sementara waktu merasa kehilangan kendali. c. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan berusaha untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian. d. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif (proses berpikir) dari produk tersebut. e. Konsumen seringkali melakukan pembelian secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi di masa yang akan datang. Dalam penelitian Loudon & Bitta (1993) lima elemen dapat juga dijelaskan melalui penelitian yang lebih baru yakni menurut penelitian Verplanken & Herabadi (2001), dimana kelima elemen tersebut dispesifikkan menjadi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Hal ini diperkuat dari penelitian Rook (1987) yang menyatakan bahwa aspek afektif akan muncul dan dialami oleh pembeli ketika melakukan pembelian impulsif. Meningkatnya aspek afektif dalam pembelian impulsif akan semakin mengarah ke kognitif seseorang. Kedua aspek tersebut merupakan komponen yang dialami oleh pembeli dan yang membentuk perilaku kecenderungan pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. 1. Aspek Kognitif Aspek kognitif yang dimaksud dalam kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan tidak atau kekurangan adanya pertimbangan, pemikiran, dan kurang merencanakan dalam pembuatan keputusan membeli produk. Pembeli atau konsumen cenderung terpengaruh akan harga produk yang ditawarkan dan keuntungan yang didapat setelah membeli produk tersebut. 2. Aspek Afektif Aspek afektif berkaitan dengan emosi minat dan sikap. Aspek ini meliputi dorongan emosional yang muncul setelah konsumen atau pembeli melakukan kecenderungan pembelian impulsif dan munculnya perasaan senang, gembira, dorongan atau ketertarikan untuk membeli berkali-kali dan kesulitan untuk mengontrol dan meninggalkan barang yang akan dibeli, serta penyesalan atau rasa bersalah setelah pembelian. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan pada aspek kognitif yang terjadi pada seorang konsumen yang melakukan kecenderungan. pembelian. impulsif. berdasarkan. kurangnya. pertimbangan dan kurang merencanakan sebelumnya. Sedangkan aspek afektif, seorang konsumen yang membeli barang berdasarkan dengan perasaan senang, sulit meninggalkan barang yang ingin dibeli serta adanya penyesalan setelah membeli..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. Berdasarkan teori-teori tersebut, peneliti akan mengunakan teori Verplanken. &. Herabadi. (2001). sebab. menjelaskan. aspek-aspek. kecenderungan pembelian impulsif yang lebih baru penelitiannya. 3. Faktor-faktor. yang. Mempengaruhi. Kecenderungan. Pembelian. Impulsif Menurut Stern (dalam Steuart, 1966); Schiffman & Kanuk, 2008; La Rose (2001); Sumarwan, 2011; Rook (1987); Rook & Fisher (1995); Lin & Lin (2005); Loudon & Bitta (1993) mengemukakan kecenderungan pembelian impulsif dipengaruhi oleh: a. Kondisi ekonomi Pendapatan, tabungan dan kekayaan termasuk dalam kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang dapat berpengaruh dalam pembelian suatu produk. Seseorang yang memiliki pendapatan yang banyak cenderung lebih mudah membelanjakan uangnya untuk membeli barang (Stern dalam Steuart, 1966; Lin & Lin, 2005). Semuel (2006) mengemukakan bahwa tersedianya uang membuat sebagian orang menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati secara signifikan dan menjadikan sumber kekuatan. Semakin tinggi uang saku yang dimiliki, maka akan semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah uang saku maka semakin rendah pula kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan oleh remaja. Karakter sosial ekonomi seseorang akan berpengaruh pada kecenderungan pembelian impulsif Loudon & Bitta (1993)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. b. Kepribadian Kepribadian merupakan salah satu faktor psikologis yang mendasari perilaku seseorang. Karakter yang menyusun kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan pembelian impulsif (Rook & Fisher, 1995). Tidak ada manusia di dunia ini yang sama persis dalam sifat atau kepribadiannya. Masing-masing pribadi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lain. Memahami kepribadian konsumen adalah hal penting bagi para pemasar karena kepribadian bisa berkaitan dengan perilaku konsumen. Perbedaan. dalam. kepribadian. konsumen. akan. mempengaruhi. perilakunya dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang yang sesuai dengan kepribadiannya (Sumarwan, 2011). Kepribadian seseorang dapat membantu menentukan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam berbelanja. Remaja menjadi sasaran utama bagi pemasar karena mereka mudah terbujuk oleh rayuan penjual, iklan dan tampilan produk. Remaja memiliki karakteristik kepribadian yang cenderung labil secara emosi akan lebih mudah terpengaruh dalam pembelian impulsif (Johnstone; Santosa 1998, dalam Utami & Sumaryono, 2008). c. Budaya Budaya merupakan salah satu bagian dalam lingkungan yang mampu mempengaruhi sikap, persepsi dan perilaku konsumen yang melakukan kecenderungan pembelian impulsif (Schiffman & Kanuk,.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 2008). Budaya sendiri dianggap sebagai kepercayaan, nilai dan kebiasaan yang dipelajari untuk membantu mengarahkan perilaku konsumen anggota masyarakat tertentu. Budaya bukan hanya berbentuk abstrak seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan, tetapi juga bisa berberbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik dan pakaian. Semua itu merupakan contoh-contoh produk yang dapat dianggap sebagai budaya suatu masyarakat. Suatu nilai-nilai bisa dianggap sebagai makna budaya (cultural meaning) jika semua orang dalam sebuah masyarakat memiliki pemahaman yang sama terhadap nilai-nilai tersebut (Sumarwan, 2011). d. Lokasi Letak toko juga bisa memberikan dampak dalam kecenderungan pembelian impulsif. Lokasi atau letak toko yang dekat dengan akses keluar masuk konsumen dan penataan display produk yang menarik akan meningkatan kecenderungan pembelian impulsif (Stern dalam Steuart, 1966). e. Regulasi diri Regulasi. diri. merupakan. kemampuan. seseorang. untuk. mengendalikan perilakunya. Seseorang akan mudah dalam melakukan pembelian. yang. tidak. terencana. jika. memiliki. kemampuan. pengendalian diri yang rendah (Stern dalam Steuart, 1966; La Rose, 2001)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. f. Usia Penelitian yang di lakukan Lin & Lin (2005) mengemukan bahwa pada usia 19 tahun pembelian impulsif memiliki skor tertinggi secara signifikan, skor tertinggi kedua pada usia 15 tahun, dan selanjutnya pada usia 17 tahun. Wood (1998) juga mengemukan bahwa pembelian impulsif terjadi peningkatan pada usia 18 tahun sampai 39 tahun dan setelah melewati usia 39 tahun akan terjadi penurunan. Selain itu menurut Ghani, Imran & Jan (2011) menemukan orang-orang yang lebih muda cenderung lebih impulsif dibandingkan orang-orang yang lebih tua. g. Gender Selain itu gender dapat mempengaruhi pembelian impulsif, menurut Gasiorowska (2011) bahwa laki-laki dan perempuan memiliki gaya berbelanja yang berbeda dimana gaya belanja tersebut dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif mereka. Perempuan cenderung lebih impulsif daripada laki-laki karena perempuan terbiasa melakukan pembelian impulsif yang lebih tinggi (Lin & Chuang, 2005). Dittmar (1995) juga mengungkapkan secara umum perempuan lebih cenderung impulsif daripada laki-laki dalam pembelian. Hal ini dikarenakan perempuan cenderung menghargai produk secara simbolis dan emosional, sedangkan laki-laki menghargai produk secara fungsionnal dan kesenangan. Selain itu, mereka memiliki alasan yang berbeda dalam menghargai produk. Perempuan lebih merajuk pada.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. hubungan dan emosional sedangkan laki-laki terkait dengan instrumental dan fokus pada aktifitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kecenderungan pembelian impulsif adalah kondisi ekonomi, kepribadian, budaya, lokasi usia, gender dan regulasi diri.. B. Regulasi Diri 1. Pengertian Regulasi Diri Regulasi diri merupakan proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian target dan tindakan mereka sendiri. Mengevaluasi kesuksesan saat mencapai target tersebut dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut (Friedman & Schustock, 2008). Regulasi diri merupakan salah satu kunci pencapaian prestasi seseorang. Proses regulasi diri melibatkan keaktifan seseorang untuk menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan, merencanakan serta mengadaptasikannya guna mencapai tujuan-tujuannya (Zimmerman, 2000 dalam Husna et al, 2014). Menurut pendapat lainnya Woolfolk, regulasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk menganggap dirinya bertanggung jawab atas usaha pencapaian hasil. Maka dari itu seseorang akan membuat pilihan, membuat rencana untuk tindakannya, memotivasi dan mengatur jalannya rencana tersebut (dalam Husna et al, 2014). Bandura mengemukakan bahwa proses internal penetapan target, perencanaan dan self-reinforcement akan menghasilkan regulasi diri atas.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. perilaku. Konsep regulasi diri memberikan seseorang standar internal perilaku yang mengukur kesuksesan atau kegagalan. Bandura percaya bahwa standar internal ini mungkin terinternalisasi melalui pembelajaran observasional, akan tetapi pada akhirnya masa lalu digunakan sebagai standar untuk menilai masa depan (Bandura, 1971). Bandura meyakini bahwa seseorang menggunakan cara proaktif dan reaktif untuk melakukan regulasi diri. Hal ini berarti bahwa seseorang secara reaktif berusaha untuk mengurangi perbedaan antara pencapaian dan tujuan mereka yang baru dan lebih tinggi untuk diri mereka sendiri (Feist & Feist, 2010). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan untuk mencapai tujuan hidup. Regulasi merujuk pada kontrol terhadap diri sendiri untuk merencanakan, mengevaluasi dan mengubah perilakunya sendiri serta memberikan penghargaan terhadap diri sendiri setelah mencapai tujuannya. 2. Aspek-aspek Regulasi Diri Menurut Bandura (Feist & Feist, 2010; Bandura, 1971) ada tiga hal yang menjadi aspek dalam regulasi diri. Ketiga hal tersebut meliputi observasi diri, proses penilaian, dan reaksi diri. a. Self observation (Observasi diri) adalah hal-hal yang dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, dan orisinalitas tingkah laku diri setelah melakukan suatu kegiatan atau.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. setelah mencapai suatu tujuan. Hal-hal tersebut diobservasi bergantung pada minat diri. b. Judgemental process (Proses penilaian) merupakan suatu proses untuk melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar atau persepsi pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar yang ada atau membandingkannya dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas. Seseorang yang cenderung bekerja keras biasanya percaya akan kemampuannya untuk berhasil mencapai tujuannya. Begitu pula orang yang percaya dan bertanggung jawab atas kegagalan yang tidak maksimal dari dirinya, maka orang tersebut siap bekerja dalam regulasi diri daripada orang yang meyakini kegagalan berasal dari faktor yang diluar kendali (Bandura dalam Feist & Feist, 2010). c. Self respon process (Reaksi diri) adalah faktor internal yang didasarkan pada penilaian individu terhadap dirinya sendiri dan bagaimana individu tersebut mengevaluasi dirinya secara positif atau negatif serta memberikan hadiah atau hukuman terhadap diri sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Bandura (Feist & Feist, 2010) karena teori tersebut sudah mencakup proses regulasi diri secara keseluruhan..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. C. REMAJA 1. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak menuju dewasa, masa ini melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja mulai mengalami perubahan fisik dengan cepat dan terjadi peningkatan yang drastis dalam hal tinggi dan berat badan, perubahan pertumbuhan rambut kemaluan dan wajah serta suara yang lebih dalam. Pada masa ini remaja berupaya untuk mencapai kemandirian dan menemukan identitas merupakan isu yang menonjol. Pikiran remaja berubah menjadi lebih logis, abstrak dan idealis (Santrock, 2011). Remaja menurut WHO, 1974 (dalam Sarwono, 2011) didefinisikan sebagai: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangannya. b. Individu juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identitas diri dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Adanya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang sepenuhnya kepada keadaan yang lebih mandiri. Masa remaja (adolescene) menurut Santrock (2003) adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang dimulai sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 hingga 22 tahun. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. remaja. Selanjutnya, WHO membagi batasan usia remaja menjadi 2, yakni remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (dalam Sarwono, 2011). Sedangkan menurut Hall (dalam Santrock, 2003), masa remaja usianya berkisar antara 12-23 tahun yang diwarnai oleh pergolakan. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencangkup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Masa remaja diawali dari usia 12 tahun sampai usia 23 tahun yang dibagi dari masa remaja awal dan masa remaja akhir. 2. Karakteristik Remaja Akhir Pada masa remaja merupakan masa kesempurnaan dan merupakan tahap puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari mementingkan diri sendiri menjadi mementingkan orang lain serta mementingkan harga diri (Muss dalam Sarwono, 2011). Masa pubertas menampilkan tantangan baru dengan memunculkan perubahan perkembangan, tetapi sebagian besar remaja mampu mengatasi tantangan itu dengan baik. Dunia remaja juga melibatkan tidak hanya pengaruh biologis, tetapi juga pengaruh kognitif dan lingkungan (Block, 1992; Eccles & Buchanan, 1992 dalam Santrock, 2003). Masa remaja merupakan masa topan dan badai (strum und drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai (Hall, dalam Sarwono, 2011). Menurut pendapat lainnya, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. ketegangan emosi meninggi. Pada kenyataannya tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun, benar jika sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu akibat usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial baru. Gessel et al (dalam Hurlock, 1980) mengatakan meskipun emosi remaja seringkali kuat, tidak terkendali dan irasional tetapi pada umumnya dari tahun-ketahun mengalami perbaikan perilaku emosionalnya. Misalnya remaja 17 tahun lebih mudah dan sering marah, mudah dirangsang dan emosinya cepat meledak dan sulit mengendalikan perasaanya sendiri. Sedangkan remaja 21 tahun lebih bisa mengendalikan emosinya, maka periode badai dan tekanan akan berkurang menjelang berakhirnya masa remaja. Remaja yang bisa mengambil keputusan dengan baik, biasanya dalam kondisi yang tenang dan keputusan yang diambil jauh lebih bijaksana. Begitu pula sebaliknya jika remaja dalam kondisi emosi yang tinggi nantinya akan membuat keputusan yang tidak bijaksana. Emosi seringkali dapat menghambat pengambilan keputusan (Paus, 2009; Steinberg, 2008, dalam Santrock, 2012). Seiring berjalannya waktu remaja akan mencapai yang dinamakan kematangan emosi, mereka tidak mudah untuk melupakan emosi atau meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan akan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengunggapkan emosinya dengan cara yang lebih diterima (Hurlock, 1980). Dalam masa remaja akhir adalah tahap konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan 5 pencapaian, yakni:.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. a. Memiliki minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah. d. Terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri (egosentrisme) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Adanya “dinding” yang memisahkan diri sendiri (private life) dengan mayarakat umum (Blos, dalam Sarwono, 2011). Menurut Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengontruksikan dunia kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi yang berasal dari lingkungan tidak hanya sekedar dimasukkan kedalam pikiran mereka. Agar dapat dipahami maka remaja mengorganisasikan pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan yang dirasa penting atau tidak penting dan menggabungkan gagasan-gagasan tersebut satu sama lain. Remaja juga mengadaptasikan pikiran mereka untuk menerima gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan pemahaman mereka (Santrock, 2003). Sebagian remaja membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk berhasil menjadi menjadi dewasa yang matang, namun banyak pula yang tidak berhasil. Perbedaan etnik, budaya, gender, ekonomi, gaya hidup dan lainnya dapat mempengaruhi hidup remaja itu sendiri. Remaja yang hidup di zaman sekarang banyak dihadapkan oleh pilihan yang berbagai macam melalui media dan banyak remaja yang kini semakin.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. tergoda. Selain itu terdapat beberapa remaja yang kurang mendapat dukungan dari orang yang lebih dewasa (McLoyd dalam Santrock, 2012). Perkembangan kekuatan pikiran remaja membuka cakrawala kognitif dan sosial yang baru. Remaja dilihat dari teori Piaget masuk kedalam tahapan operasi formal (formal operational) yang memiliki karekteristik yang menonjol yakni, sifatnya yang lebih abstrak dibanding pemikiran operasi konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman yang aktual konkret sebagai tumpuan dalam berpikirnya. Mereka mampu menciptakan situasi fantasi, peristiwa yang murni berupa kemungkinan hipotesis atau hanya berupa abstraksi dan mencoba bernalar secara logis. Kualitas abstrak dari pemikiran remaja adalah kemampuan mereka dalam memecahkan masalah secara verbal (Santrock, 2003). Remaja sendiri memiliki tugas dalam masa perkembangannya yakni berhubungan. dengan. penyesuaian. sosial.. Remaja. lebih. banyak. menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya sebagai sebuah kelompok, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Remaja memiliki kebutuhan untuk diterima dan disukai oleh teman sebaya atau kelompoknya. Maka terkadang sebagaian remaja akan melakukan apapun untuk dapat diterima dalam kelompok seperti bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima dan menjadi kelompok lebih besar. Demikian pula jika anggota kelompok mencoba minum alkohol, narkoba dan rokok.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan resiko dan perasaannya sendiri (Hurlock, 1980). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa topan dan badai (strum und drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman yang aktual konkret sebagai tumpuan dalam berpikirnya. Mereka mampu menciptakan situasi fantasi, peristiwa yang murni berupa kemungkinan hipotesis atau hanya berupa abstraksi dan mencoba bernalar secara logis. Salah satu tugas perkembangan remaja yang sulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya sebagai sebuah kelompok, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.. D. Produk barang Produk menurut Kotler & Armstrong (2010) didefiniskan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan atau diperjualbelikan kepada pasar agar menarik perhatian, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti “sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya”. Produk-poduk tersebut meliputi objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi atau ide..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Produk impulsif kebanyakan adalah produk-produk dengan harga murah yang tidak terduga. Sehingga remaja memiliki kecenderungan melakukan kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk barang tersebut. Beberapa macam dari barang-barang konsumen berasal dari pembelian tidak terencana, barang-barang yang paling sering dibeli adalah pakaian, perhiasan atau aksesoris dan mendukung penampilan (Park, 2006). Jenis produk barang juga bermacam-macam, yaitu pakaian anak, pakaian wanita dan pria, aksesoris, tas wanita dan tas pria, sepatu atau sandal, dan kosmetik. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk barang merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan atau diperjualbelikan kepada pasar agar menarik perhatian, dapat digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.. E. DINAMIKA. HUBUNGAN. KECENDERUNGAN. REGULASI. PEMBELIAN. IMPULSIF. DIRI PADA. DENGAN REMAJA. TERHADAP PRODUK BARANG Regulasi diri sendiri menjadi pengaruh dalam kecenderungan pembelian impulsif karena erat kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk dapat berpikir dan menetapkan tujuan serta mengendalikan perilakunya sendiri terhadap perubahan lingkungan sekitarnya dan diri sendiri. Regulasi diri merupakan proses dimana dapat mengatur pencapaian dan kemampuan untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Menentukan target atau tujuan untuk diri sendiri, merencanakan strategi, mengevaluasi perilakunya dan memberikan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. penghargaan terhadap apa yang telah dicapainya. Ada 3 aspek yang terdapat pada regulasi diri yang berperan dalam pengaturan perilaku seseorang, yakni aspek observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Seseorang remaja yang memiliki regulasi diri yang baik adalah orang yang mampu menyadari tentang perilakunya sendiri, mampu menghadapi masalah dengan baik, mampu menentukan tujuan yang ingin dicapai dan secara aktif membangun kehidupannya di masa depan. Remaja tersebut juga mampu menyelesaikan masalanya dengan baik serta mampu menentukan pilihannya sendiri. Peran penting regulasi diri bagi remaja adalah dalam menentukan perilaku. Perilaku yang dimaksud adalah tingkah laku dalam membeli. Remaja sebagai konsumen masih mudah terpengaruh oleh rayuan penjual maupun tampilan produk, remaja sendiri cenderung labil, kurang berpikir hemat dan impulsif. Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya regulasi diri adalah melakukan pembelian secara impulsif, adanya penyesalan setelah membeli dan uang saku habis sebelum waktunya. Regulasi diri memiliki pengaruh yang penting pada seorang remaja dalam mengontrol pikirannya terutama saat melakukan pembelian. Regulasi diri dapat menentukan pengambilan keputusan dalam membeli suatu barang. Perilaku kecenderungan pembelian impulsif atau tidak terencana dapat dikurangi atau diantisipasi apabila seorang remaja memiliki regulasi diri yang baik sehingga mampu mengontrol perilakunya sendiri. Sebaliknya remaja yang tidak memiliki regulasi diri yang baik tidak bisa mengontrol perilakunya dan akan melakukan kecenderungan pembelian impulsif..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Pembelian impulsif dapat diartikan sebagai pembelian secara spontan, relatif cepat, tidak direncanakan sebelumnya dan kurang pertimbangan yang matang sebelum membeli. Pembelian impulsif cenderung terjadi pada konsumen yang memiliki perasaan yang kuat tidak tertahankan untuk membeli dan memiliki positif terhadap suatu barang disertai munculnya perasaan senang, puas, kecewa dan rasa menyesal setelah membeli suatu barang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan terdapat dua aspek pada kecenderungan pembelian impulsif, yakni aspek kogntif dan afektif. Pada aspek kognitif yang terjadi pada seorang konsumen yang melakukan kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan kurangnya pertimbangan dan kurang merencanakan sebelumnya. Sedangkan aspek afektif, seorang konsumen yang membeli barang berdasarkan dengan perasaan senang, sulit meninggalkan barang yang ingin dibeli serta adanya penyesalan setelah membeli. Produk impulsif kebanyakan adalah produk-produk dengan harga murah yang tidak terduga. Beberapa macam dari barang-barang konsumen berasal dari pembelian tidak terencana, barang-barang yang paling sering dibeli adalah pakaian, perhiasan atau aksesoris dan mendukung penampilan. Jenis produk barang juga bermacam-macam, yaitu pakaian anak, pakaian wanita dan pria, aksesoris, tas wanita dan tas pria, sepatu atau sandal, dan kosmetik..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. F. BAGAN HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPUSIF. Regulasi Diri Tinggi. -. -. Memiliki kemampuan untuk mengatur perilaku diri sendiri Mampu mengendalikan emosi dan dorongan dari dalam dirinya Mampu menentapkan tujuannya Mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Regulasi Diri. Regulasi Diri Rendah. -. -. -. Tidak memiliki kemampuan untuk mengatur perilaku diri sendiri Tidak mampu mengendalikan emosi dan dorongan dari dalam dirinya Tidak mampu menentapkan tujuannya Tidak mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Remaja mampu menahan atau mengendalikan diri untuk membeli. Remaja tidak mampu menahan atau mengendalikan diri untuk membeli. Kecenderungan pembelian impulsif rendah. Kecenderungan pembelian impulsif tinggi.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. G. HIPOTESIS Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara regulasi diri dengan tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasi (correlational studies). Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Azwar, 2016). Korelasi yang dimaksud adalah hubungan antara variabel X (regulasi diri) dengan variabel Y (kecenderungan pembelian impulsif). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara regulasi diri dan tingkat kecenderungan remaja yang melakukan pembelian impulsif.. B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah regulasi diri. 2. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecenderungan pembelian impulsif.. C. Definisi Operasional 1. Regulasi Diri Regulasi. diri. adalah. penilaian. diri. remaja. akhir. terhadap. kemampuannya untuk menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan dalam. 31.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. mengatur pencapaian target, perencanaan dan mengatur perilakunya sendiri. Regulasi diri melibatkan pada kontrol terhadap diri sendiri untuk merencanakan, mengevaluasi dan mengubah perilakunya sendiri serta pemberian penghargaan terhadap diri sendiri setelah mencapai tujuan. Pengukuran aspek regulasi diri ini menggunakan alat berupa skala regulasi diri. Skala ini dibuat berdasarkan teori Bandura (Feist & Feist, 2010). Skala ini mencangkup tiga aspek, yang pertama yaitu observasi diri terdiri atas penilaian diri terhadap kualitas penampilan, kuantitas penampilan, dan orisinalitas tingkah laku setelah melakukan suatu kegiatan atau setelah mencapai suatu tujuan. Kedua adalah evaluasi diri terdiri atas melihat kesusaian tingkah laku dengan standar diri, membandingkan tingkah laku dan menilai dan yang ketiga proses respon diri, terdiri atas evaluasi diri dan pemberian hadiah atau hukuman. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dalam skala maka semakin baik regulasi diri seseorang begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh maka regulasi diri seseorang tersebut rendah. 2. Kecenderungan Pembelian Impulsif Kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan remaja akhir untuk melakukan pembelian dengan kurangnya perencanaan, membeli dengan spontan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian. Remaja juga merasakan adanya keinginan yang kuat untuk membeli dan tak tertahankan disertai munculnya perasaan senang, puas, kecewa dan rasa menyesal setelah membeli suatu barang..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. Pengukuran kecenderungan pembelian impulsif ini menggunakan alat berupa skala kecenderungan pembelian impulsif. Skala ini dibuat berdasarkan teori Verplanken & Herabadi (2001) yang terdiri atas dua aspek, yakni aspek kognitif seperti spontan, tanpa berpikir terlebih dulu dan tidak adanya perencanaan. Sedangkan aspek afektif seperti tidak terkontrol, perasaan senang, puas, kecewa dan penyesalan. Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka kecenderungan seseorang melakukan kecenderungan pembelian impulsif tinggi. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang didapat maka kecenderungan melakukan kecenderungan pembelian impulsif rendah.. D. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan kisaran usia 18-23 tahun, mereka memasuki usia remaja akhir yang sudah dianggap dapat berpikir, mengontrol perilakunya dan mampu mengambil keputusannya terutama dalam hal pembelian (Hall, dalam Santrock, 2007 & Muss, dalam Sarwono, 2011). Jenis penelitian sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2011). Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling yakni teknik penarikan sampel yang didasari pada kemudahan menemukan sampel. Sampel.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. dipilih karena berada pada waktu, situasi dan tempat yang tepat (Prasetyo dan Jannah, 2005).. E. Metode dan Alat Pengambilan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah penyebaran skala. Metode skala merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu (Azwar, 2016). Penelitian ini menggunakan metode summated rating yang merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2016). Skala tersebut terdiri atas dua skala yakni skala regulasi diri dan skala kecenderungan pembelian impulsif. Skala kecenderungan pembelian impulsif menggunakan aspek yang dikemukakan Verplanken & Herabadi (2001) yang terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam skala kecenderungan pembelian impulsif ini terdapat dua pernyataan yang terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Responden. akan. diminta. untuk. menyatakan. kesesuaian. atau. ketidaksesuaiannya terhadap isi penyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS). Rentang skor pada tiap butir aitem adalah 1 sampai 4..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. Tabel 3.1. Skor Jawaban Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) SS (Sangat Setuju). Pernyataan Favorable Unfavorable 1 4 2 3 3 2 4 1. Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif. Blueprint persebaran item dalam setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut..

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Tabel 3.2 Sebaran Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Aspek Kognitif. Komponen -. Afektif. -. Aitem. Jumlah. Persentase. 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39. 10. 25 %. 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40. 10. 25 %. Favorable. 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33,37. 10. 25 %. Unfavorable. 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38. 10. 25 %. 40. 100%. Favorable Tidak ada pertimbangan Kurang pemikiran Spontan Unfavorable Kurang perencanaan Mudah terpengaruh Dorongan atau ketertarikan Puas/gembira Senang Menyesal Kecewa. Total. Sedangkan skala regulasi diri menggunakan tiga aspek yang dikemukakan oleh Bandura (Feist & Feist, 2010) yang terdiri atas aspek observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Dalam skala kecenderungan pembelian impulsif ini terdapat dua pernyataan yang terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Responden. akan. diminta. untuk. menyatakan. kesesuaian. atau. ketidaksesuaiannya terhadap isi penyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS). Rentang skor pada tiap butir item adalah 1 sampai 4..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. Tabel 3.3. Skor Jawaban Skala Regulasi Diri Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) SS (Sangat Setuju). Pernyataan Favorable Unfavorable 1 4 2 3 3 2 4 1. Perolehan skor pada skala ini menunjukkan mengenai regulasi diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi regulasi diri seseorang. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah regulasi diri seseorang. Blueprint persebaran item dalam setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. Tabel 3. 4. Sebaran Aitem Skala Regulasi Diri Aspek Observasi diri. Komponen -. Proses penilaian. -. -. Reaksi diri. Total. -. Aitem. Jumlah. Persentase. Penilaian kualitas penampilan Kuantitas penampilan Orisinalitas tingkah laku. Favorable. 1, 2, 3, 19, 20, 21, 37, 38, 39, 55. 10. 16,66 %. Unfavorable. 10, 11, 12, 28, 29, 30, 46, 47, 48, 58. 10. 16,66%. Melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar diri Membandingkan tingkah laku Menilai. Favorable. 4, 5, 6, 22, 23, 24, 40, 41, 42, 56. 10. 16,67%. Unfavorable. 13, 14, 15, 31, 32, 33, 49, 50, 51, 59. 10. 16,67%. Evaluasi diri Pemberian hadiah/hukuman. Favorable. 7, 8, 9, 25, 26, 27, 43, 44, 45, 57. 10. 16,67%. Unfavorable. 16, 17, 18, 34, 35, 36, 52, 53, 54, 60. 10. 16,67%. 60. 100%.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas tes berarti sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksud untuk diukur (Azwar, 2015). Alat ukur yang dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukur atau akurat dalam melakukan pengukuran yang ingin diukur (Azwar, 2015). Kategori validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau expert judgement yang bersifat subyektif (Azwar, 2015). Validitas isi melalui expert judgement dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi dan salah satu dosen fakultas psikologi. 2. Seleksi Aitem Seleksi aitem dilakukan setelah aitem diuji dengan validitas isi melalui professional judgment dan telah dilakukan try-out. Try out dilakukan di beberapa tempat yaitu, kampus I, II dan III Universitas Sanata Dharma dan beberapa café di Babarsari. Responden ujicoba skala sebanyak 50 orang (25 laki-laki dan 25 perempuan). Seleksi aitem dilakukan dengan tujuan untuk melihat aitem-aitem yang layak serta efektif untuk menjadi alat ukur penelitian atau tidak. Seleksi aitem dilihat melalui daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Seleksi aitem dengan melihat daya.

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. diskriminasi aitem ini digunakan untuk memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh peneliti (Azwar, 2015). Untuk melihat korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan,pengujian aitem dilakukan menggunakan SPSS for Windows 20,00. Korelasi antara skor aitem dengan skor aitem total akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix) yang dikenal dengan parameter daya beda aitem. Besarnya koefisien korelasi aitem total mulaidari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Skor yang semakin mendekati angka 1,00 memiliki daya diskriminasi yang tinggi. Skor yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik atau rendah. Pemilihan. aitem. berdasarkan. korelasi. aitem-total. biasanya. menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 memiliki daya diskriminasi yang baik. Sedangkan aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasinya kurang dari 0,30 dianggap sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi atau daya beda rendah (Azwar, 2015). Hasil pengujian daya beda aitem pada skala kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan bahwa dari 40 aitem yang masing-masing terdiri atas 10 aitem favorable dan 10 aitem unfavorable. Terdapat 29 aitem yang dinyatakan lolos seleksi dan 11 aitem yang koefisien korelasinya berada di bawah 0,30 atau tidak lolos seleksi. Peneliti melakukan penurunan standar.

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. koefisien korelasi menjadi rix ≥ 0,25. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan 5 aitem, sehingga jarak aitem antar indikator tidak jauh berbeda. Selain itu, untuk menyeimbangkan aitem-aitem antar aspek agar tidak adanya perbedaan yang mencolok antar aspek. Penurunan standar koefisien korelasi aitem total menjadi 0,25 masih dianggap baik (Azwar, 2015). Sehingga aitem-aitem yang gugur adalah aitem nomor 6, 14, 17, 22, 32 dan 35. Berikut ini tabel distribusi skala kecenderungan pembelian impulsif setelah uji coba. Tabel 3.5. Sebaran Aitem Kecenderungan Pembelian Impulsif (Setelah Uji Coba) Aspek Kognitif. Afektif. Aitem Favorable. 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 39 Unfavorable 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 36, 40 Favorable 1, 5, 9, 13, 21, 25, 29, 33, 37 Unfavorable 2, 10, 18, 26, 30, 34, 38 Total. Jumlah. Persentase. 9. 26,47 %. 9. 26,47 %. 9. 26,47 %. 7. 20,59 %. 34. 100%. Hasil pengujian daya beda aitem pada skala regulasi diri menunjukkan bahwa dari 60 aitem terdapat aitem yang dinyatakan lolos seleksi dan 19 aitem yang koefisien korelasinya berada di bawah 0,30 atau tidak lolos seleksi. Selain itu, peneliti melakukan penurunan standar koefisien korelasi menjadi > 0,25. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan 3 aitem, sehingga.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Artinya, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara trait kecerdasan emosional dengan kecenderungan pembelian impulsif pada individu dewasa awal.. Kata kunci :

Hasil menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal, namun tidak memiliki hubungan yang linear antara kecenderungan pembelian impulsif dan ethnocentrism pada remaja (p =

Artinya, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara trait kecerdasan emosional dengan kecenderungan pembelian impulsif pada individu dewasa awal.. Kata kunci :

Rook (1987), menyatakan bahwa pembelian impulsif merupakan aktivitas pembelian yang dilakukan seseorang yang tidak memiliki perencanaan, pertimbangan dan

Hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis regresi linier seder- hana menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki peran terhadap pembelian impulsif secara

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan oleh dorongan yang kuat untuk membeli barang secara spontan

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif adalah dorongan (alamiah) yang muncul dari dalam diri individu untuk melakukan pembelian tidak