• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha yang diwakili oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha yang diwakili oleh"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat

Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha yang diwakili oleh petani-petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1 sampai 2 ekor ternak. Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi usaha peternakan rakyat. Jumlahnya mencapai lebih dari 95% dari jumlah keseluruhan peternak di Indonesia. Tipe usaha ini tidak mengalami kemajuan pesat, karena perkembangannya sangat dipengaruhi oleh daya dukung wilayah dan terbatasnya modal dan pemakaian teknologi (Rohani, dkk., 2011).

Usaha peternakan sapi perah rakyat merupakan usaha peternakan yang melaksanakan biosekuriti secara terbatas, karena masalah biaya sedangkan perkandangan terbuka, sehingga terjadi hubungan dengan ternak liar. Secara terperinci ciri-ciri sistem peternakan rakyat adalah :

a. Manajemen intensif yang rendah. b. Modal yang sangat rendah.

c. Produknya adalah susu dengan ketergantungan pada pasar output dan input pada jasa pelayanan (Rohani, dkk., 2011).

2.2. Deskripsi Sapi Perah 2.2.1. Sapi Perah Fries Holland

Bangsa sapi yang banyak dipelihara oleh peternak kita adalah Friesien Holstein. Ada juga yang menyebutnya Fries Holland karena sapi ini berasal dari

(2)

negeri Belanda. Sapi ini lebih dikenal dengan nama sapi FH, yang merupakan singkatan dari Friesien Holstein atau Fries Holland (Edward dan Imelda, 2007). a. Ciri khas :

Warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih. Di negeri Belanda sendiri ada Fries Holland yang mempunyai warna coklat atau merah dengan bercak-bercak putih (Brown FH). Bulu ujung ekor berwarna putih. Bagian bawah carpus (kaki) berwarna putih atau hitam dari atas ke bawah. Tanduknya pendek dan menjurus ke depan.

b. Sifat :

Pada betina tenang dan jinak, sedangkan penjantan agak liar dan ganas. Tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. c. Berat dan bentuk badan :

Sapi perah FH merupakan sapi terbesar di dunia. Berat badan standar betina 625 kg, jantan 900 kg, bahkan ada yang lebih dari 1 ton. Badannya besar, ambing besar, dan kepala panjang sempit.

d. Grazing ability:

Cenderung mempunyai sifat merumput baik di padang rumput yang baik saja. Bila rumput kurang baik, daya merumputnya juga rendah.

e. Reproduksi :

Mempunyai sifat reproduksi yang baik. Berat lahir pedet rata-rata sekitar 45 kg atau kira-kira 10% dari berat badan induk.

f. Kedewasaan :

Fries Holland mempunyai sifat masak lambat (late maturity), betina bisa dikawinkan pada umur antara 18 – 21 bulan. Pertama kali melahirkan umur 28 – 30 bulan. Pertumbuhan badan maksimum sampai pada umur 7 bulan.

(3)

g. Produksi susu :

Penghasilan susu tertinggi di dunia menghasilkan rata-rata 6000 liter per laktasi. Presentase kadar lemak rata-rata 3,5% yang bervariasi 2,5 – 4,3%.

h. Produksi daging :

Dalam menghasilkan daging juga merupakan nomor satu dibandingkan dengan sapi perah lainnya. Pada beberapa penelitian, sapi jantan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pejantan tipe dagingnya sendiri (Makin, 2011).

2.2.2. Bakalan untuk Induk

Ada berbagai macam kriteria yang perlu ditentukan untuk pemilihan induk atau calon indukan sapi perah. Kondisi sapi perah yang baik antara lain dipilih dari berbagai indikator melalui bentuk anatomi dan proposi bagian tubuh (Akoso, 2012). Calon induk yang baik apabila berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi (Prasetya, 2012).

Kriteria untuk seleksi memang tidak sederhana dan sering tidak harus memenuhi semua kondisi ideal untuk mendapatkan sapi yang diharapkan. Penilaian juga bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor umur dan tahap kebuntingan. Dalam melakukan evaluasi, perlu ditentukan prioritas dari kriteria, terutama ditinjau dari segi kinerja organ penghasil susu dan kondisi kesehatan secara umum (Akoso, 2012).

(1) Bentuk dan Proporsi Tubuh

Bentuk dan proporsi tubuh harus jelas mengarah pada tipe perah, terutama tercermin dalam tampilan alat reproduksi khususnya pada alat kelamin, kelenjar ambing dan dengan proporsi tubuh yang besar dan berimbang. Sapi juga harus

(4)

memiliki silsilah serta kriteria yang sesuai sebagaimana ciri dasar dari rumpun asalnya. Untuk dapat mengenali ciri-ciri calon induk yang baik diperlukan banyak pengalaman (Akoso, 2012).

a. Ciri khusus

Memiliki ciri khusus terhadap ras atau bangsanya. Sifat kebetinaan jelas dengan perangai jinak bersahabat, entuk tubuhnya seperti baji (Prasetya, 2012). Tubuhnya tegap dan kekar, tanduknya kecil pendek dan menghadap ke muka, kebanyakan pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga (Rukmana, 2009). Dada bidang dan lingkar dada lebar. Rongga dada yang lebar memberikan ruang yang lapang bagi perkembangan jantung dan paru. Perut berukuran besar memanjang seimbang dengan tubuhnya. Mata besar besinar, kelopak mata bersih. Moncong selalu basah dan lubang hidung terbuka lebar sehingga memiliki kesempatan asupan oksigen yang baik. Tulang rahang tampak kuat, nafsu makan dan minum baik. Telinga panjang, sempit, tipis berambut halus (Akoso, 2012).

b. Kepala dan leher

Kepala berbentuk simetris dan besarnya seimbang dengan besar tubuh dan memiliki dahi lebar, sedikit cekung. Leher panjang, kuat, berbentuk pipih, dengan lipatan kulit halus, bergelambir kecil dan bersih (Akoso, 2012). Kepala dan leher sedikit panjang, bentuk kepala baik (Prasetya, 2012).

c. Badan

Bagian bahu tampak kokoh berisi dan berkulit bulu halus, punggung lurus dan lebar. Mulai dari gumba sampai ke arah pinggang dan punggung terkesan merupakan bentuk garis lurus rata dan panjang. Pinggang pendek dan lebar.

(5)

Tulang kemudi lebar mendekati bentuk segitiga dengan rongga pinggul yang luas sehingga memungkinkan proses kelahiran anak menjadi mudah (Akoso, 2012). d. Kaki

Kaki belakang dan depan lurus dan kuat, pada keempat kaki bagian bawah berwarna putih (Rukmana, 2009). Jarak antara kedua kaki belakang lebar membentuk segiempat simetris, sehingga memungkinkan perkembangan ambing yang optimal. Bila berjalan langkahnya tegap dan tidak pincang. Teracak kuat tertutup rapat, pertumbuhan kuku normal, diantara belahan kuku utuh, tidak tampak luka (Akoso, 2012).

e. Ekor

Bentuk ekor ramping, panjang mudah bergerak dengan pangkal ekor memiliki ketinggian yang lurus dengan garis punggung, berbulu halus dan lebat pada ujung ekor (Akoso, 2012). Ekornya berwarna putih (Rukmana, 2009).

f. Kulit dan bulu

Kulit kencang, halus, licin, lentur dan lunak bila diraba, kuat dan tidak ada kerusakan atau luka, bulu halus pendek. Sapi yang baik keadaan kulitnya lunak, tipis dan mudah lepas tetapi kuat sehingga mudah dilipat. Pada kulit yang baik akan tumbuh bulu yang halus, pendek, dan mengkilat (Edward dan Imelda, 2007). g. Ambing

Penampilan ambing pada sapi perah betina memiliki peranan penting. Pada pedet atau sapi dara yang belum bunting tidak mudah untuk ditafsirkan dari penampilan ambingnya. Karakteristik tipe sapi perah dapat dilihat lebih jelas pada sapi dewasa atau bunting. Letak ambing tampak kokoh, berisi dan serasi di bawah dinding perut bagian belakang, berada diantara kedua kaki belakang yang memberi ruang lebar, mengarah dari belakang ke depan sampai bawah perut.

(6)

Ukuran besarnya ambing pada sapi bunting tergantung usia kebuntingan. Bentuk ambing simetris (Akoso, 2012).

Puting besar, panjang, menggantung silindris penuh, letak simetris dan seragam. Jumlah puting empat buah atau dua pasang, tidak lebih ataupun kurang. Vena susunya jelas tampak di bawah perut mulai dari dekat pusar sampai ke ambing. Konsistensi vena terasa halus dan lemas dalam rabaan. Sewaktu masih muda venanya kecil dan semasa laktasi berkembang dengan jelas menjadi besar, panjang, bercabang dan berkelok-kelok. Besar ambing mengisyaratkan banyaknya air susu yang mampu untuk ditampung di dalamnya, sehingga diharapkan semakin besar ambing, produksi susu yang dihasilkan akan semakin banyak (Akoso, 2012).

h. Temperamen

Dalam seleksi sapi perah perlu dipilih sapi-sapi calon induk yang memiliki temperamen jinak dan tenang, menurut, aktif (makan) sehingga sapi mudah dipelihara atau dikuasai. Sapi yang memiliki sifat gugup dan tidak dapat beradaptasi dengan cara yang dipergunakan dalam pengelolaan dapat mengakibatkan produksi susu menurun (Edward dan Imelda, 2007).

i. Kesehatan

Tubuh sehat dan tidak cacat, bukan sebagai pembawa penyakit menular dan tiap tahun beranak. Sapi yang tidak sehat akan mudah terkena infeksi suatu penyakit, misalnya Brucellosis (Prasetya, 2012).

(2) Kemampuan Produksi

Menurut Bourdon (2002) dalam Dudi dan Dhalika (2006), susu merupakan produk utama yang dihasilkan peternak sapi perah. Kuantitas dan kualitas susu

(7)

yang dihasilkan berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh setiap peternak. Oleh karena itu selain adanya dukungan faktor lingkungan (pakan, tatalaksana, pencegahan penyakit dan lain-lain) yang berkualitas, maka untuk memperoleh kualitas dan kuantitas hasil susu yang optimum harus didukung oleh kualitas genetik sapi perah yang dibudidayakan. Faktor genetik sangat penting, karena bersifat mewaris, artinya keunggulan yang diekspresikan oleh suatu individu dapat diwariskan pada keturunannya. Dengan demikian maka faktor genetik merupakan kemampuan individu ternak, sedangkan faktor lingkungan merupakan kesempatan untuk memunculkan keunggulan ternak tersebut.

2.3. Preferensi Konsumen

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Budiono, 2005) yang dimaksud dengan preferensi adalah pilihan, kecenderungan atau kesukaan. Pilihan seorang konsumen untuk membeli suatu barang lebih banyak atau lebih sedikit, atau untuk tidak membeli sama sekali, sebagian merupakan hasil dari preferensi, selain sebagai respons terhadap harga-harga berbagai barang yang tersedia (Miller and Meiners, 2000).

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang. Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel barang yang mereka berikan pada konsumen. Preferensi bersifat independen terhadap pendapatan dan harga. Kemampuan untuk membeli barang-barang tidak menentukan menyukai atau tidak disukai oleh konsumen. Terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk A lebih dari produk B, tetapi ternyata sarana

(8)

keuangannya hanya cukup untuk memiliki produk B (Besanko and Braeutigam, 2008).

Menurut Lilien et al, dalam Simamora (2003), ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi, yaitu :

a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan.

b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam atribut apa yang paling penting.

c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut.

d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam.

e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

2.4. Perilaku Konsumen

2.4.1. Definisi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumer behaviour) didefinisikan sebagai studi unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Seorang konsumen tidak dapat mengelak dari proses pertukaran (exchange process), dimana segala sumber daya ditransfer diantara kedua belah pihak. Selain itu, istilah unit pembelian (buying units) juga digunakan oleh konsumen (Mowen and Minor, 2002).

(9)

Menurut Sumarwan (2004) dalam Wijaya (2008), perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, kemudian kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang atau jasa (Lamb et al, 2000).

2.4.2. Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen (1) Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar (Kotler, 1988).

a. Sub-budaya, setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

b. Kelas sosial, adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Kelas sosial menunjukkan perbedaan pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu (Kotler, 1988).

(2) Faktor-faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial (Kotler, 1988).

(10)

a. Kelompok referensi, adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Pentingnya kelompok referensi bevariasi diantara produk dan merek.

b. Keluarga, dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku membeli. Dibedakan dua macam keluarga dalam kehidupan membeli, yaitu keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua dan keluarga sebagai sumber keturunan, yakni suami-istri beserta anak-anaknya.

c. Peranan dan status, yakni kedudukan seseorang dalam setiap kelompok (Kotler, 1988).

(3) Faktor Pribadi

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri (Kotler, 1988).

a. Usia dan tahap daur hidup, dimana orang membeli suatu barang dan jasa yang berubah-ubah selama daur hidupnya. Selera orang pun berbeda-beda berhubungan dengan usianya.

b. Pekerjaan, yaitu pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh pekerjaannya. c. Keadaan ekonomik, akan berpengaruh besar terhadap pilihan produk.

Keadaan ekonomik seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan milik kekayaan, kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran lawan menabung.

d. Gaya hidup, adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan pribadi yang

(11)

berinteraksi dengan lingkungannya. Orang yang berasal dari sub-budaya kelas sosial, bahkan dari pekerjaan yang sama, mungkin memiliki gaya hidup yang berbeda.

e. Kepribadian dan konsep diri, dimana kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang, yang menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Konsep mengenai kepribadian ini yaitu konsep diri (citra diri) (Kotler, 1988).

(4) Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama seperti motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian (Kotler, 1988).

a. Motivasi (motivation), seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Sebagian kebutuhan bersifat biogenic, kebutuhan yang demikian berasal dari keadaan psikologis mengenai ketegangan seperti rasa lapar, haus, tidak enak. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenik, kebutuhan demikian berasal dari keadaan psikologis mengenai ketegangan seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa kepemilikan (Kotler and Amstrong, 2012).

b. Persepsi (perception), proses dimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan mengintepretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti (Kotler and Amstrong, 2012). Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (Van den Banand and Hawkins, 1999). Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.

(12)

Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. Orang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama (Kotler, 1988).

c. Pengetahuan (knowledge), ketika orang-orang bertindak, mereka belajar. Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman. Ahli teori pengetahuan mengatakan bahwa pengetahuan seseorang dihasilkan melalui suatu proses yang saling mempengaruhi dari dorongan stimuli, petunjuk, tanggapan dan penguatan (Kotler and Amstrong, 2012). Pengetahuan konsumen (consumer knowledge) didefinisikan sebagai sejumlah pengalaman dengan informasi tentang produk atau jasa tertentu yang dimiliki oleh seseorang (Mowen and Minor, 2002). d. Kepercayaan dan pendirian (beliefs and attitudes), suatu kepercayaan adalah

pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Kepercayaan ini mungkin ada atau mungkin tidak mengandung unsur emosional. Suatu pendirian menjelaskan evaluasi kognitif yang menguntungkan atau tidak menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang mapan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide (Kotler and Amstrong, 2012).

2.5. Karakteristik Konsumen 2.5.1. Motivasi

Motivasi adalah proses yang mendasari tingkah laku manusia dimana tingkah laku tersebut digerakkan dan diarahkan ke suatu tujuan. Berdasarkan motifnya, motivasi dapat diklasifikasikan menjadi cognitive motive dan affective

(13)

motive. Cognitive motive yaitu motif yang menekankan pada proses informasi seseorang atau perasaan seseorang, sedangkan affective motive yaitu motif yang menekankan pada rangsangan yang diberikan pada seseorang (Mowen and Minor, 2002). Motivasi adalah keadaan yang diaktivasi atau digerakkan, dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan yang dalam hal ini termasuk dorongan, keinginan dan hasrat (Hurriyati, 2005).

2.5.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan konsumen. Berdasarkan manfaat yang dirasakan konsumen, pengetahuan dibedakan menjadi pengetahuan produk dan pengetahuan pembelian. Pengetahuan produk merupakan gabungan dari berbagai jenis informasi yang berbeda, terdiri dari kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang suatu produk. Sedangkan pengetahuan pembelian merupakan berbagai macam potongan yang ada dalam ingatan konsumen mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar benar-benar mendapatkan produk tersebut (Fitri, 2013).

2.5.3. Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi atau diperoleh yang ada pada seseorang yang membuatnya unik. Konsep kepribadian memiliki empat aspek penting yaitu perilaku harus konsisten setiap waktu, perilaku harus membedakan seseorang dengan seseorang lainnya, karakteristik kepribadian tidak berhubungan erat dengan jenis perilaku tertentu, akan tetapi berinteraksi dengan situasi, dan kepribadian dapat meredakan pengaruh pesan-pesan iklan dan situasi pemasaran terhadap konsumen (Hurriyati, 2008).

(14)

2.5.4. Sikap

Thurstone sebagai salah satu pencetus teori pengukuran sikap modern mendefinisikan sikap sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan. Beberapa definisi terbaru menyebutkan bahwa sikap merupakan kategorisasi objek pada rangkaian kesatuan evaluatif. Karakteristik utama yang membedakan sikap dari konsep lainnya adalah sikap evaluatif atau afektif. Sikap juga merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud tertentu (Mowen and Minor, 2002).

Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen mengenai suatu objek apakah disukai atau tidak dan dapat juga menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut (Sumarwan, 2002).

Sikap juga didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Van den Ban and Hawkins, 1999). Sikap seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu, salah satu kebutuhan tersebut adalah bermotif ekonomi (Isbandi dan Diah, 2013).

2.5.5. Keterlibatan

Keterlibatan konsumen adalah minat konsumen terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi barang, jasa atau ide. Semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang semakin besar untuk

(15)

memperhatikan, memahami, dan mengolaborasikan informasi tentang produk atau jasa yang ditawarkan (Mowen and Minor, 2002).

2.5.6. Gaya Hidup

Menurut John Plummer dalam Hurriyati (2005), gaya hidup mengukur aktivitas manusia dalam hal bagaimana mereka menghabiskan waktu, minat dan pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain dan karakter dasar yang pernah dilalui dalam kehidupan (penghasilan, pendidikan).

2.6. Produktivitas Usaha

Produktivitas diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu, atau diartikan juga sebagai perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan (Simanjuntak, 1985).

Produktivitas usaha sangat tergantung pada satuan masukan yang diberikan oleh tenaga kerja dan satuan keluaran yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Satuan masukan dan satuan keluaran pada produktivitas tenaga kerja hanya tenaga kerja itu sendiri dan hasilnya. Seorang tenaga kerja yang produktif adalah tenaga kerja yang cekatan dan menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan mutu yang ditetapkan dengan waktu yang lebih singkat atau bila tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan produk atau output yang lebih besar dari tenaga kerja yang lain dalam waktu yang lama (Steaven, dkk., 2014).

(16)

Produktivitas mempunyai arti penting dalam meningkatkan kesejahteraan nasional. Hal ini disebabkan karena produktivitas merupakan kekuatan untuk menghasilkan barang dan jasa. Peningkatan produktivitas juga dapat berdampak pada peningkatan standar hidup. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara keluaran (output) yang dihasilkan dengan masukan (input) yang sebenarnya. Dalam Laporan Dewan Produktivitas Nasional tahun 1993, dikatakan bahwa “Produktivitas mengandung sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini” (Hasibuan S.P. Malayu, 2009).

2.7. Keputusan Pembelian

Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian akan melalui beberapa tahap, yaitu pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Setiadi, 2003). a. Pengenalan masalah, dimana proses membeli disadari dengan adanya masalah

kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dimana timbul suatu keinginan dalam diri konsumen yang pada akhirnya menjadi dorongan untuk membeli sesuatu. Selain itu, suatu kebutuhan juga dapat timbul karena disebabkan oleh rangsangan eksternal, misalnya sedang adanya potongan harga yang dapat merangsang keinginan konsumen untuk membeli sesuatu.

b. Pencarian informasi, yaitu seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen

(17)

berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif.

c. Evaluasi alternatif, adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses evaluasi konsumen bersifat kognitif, dimana konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

d. Keputusan pembelian, dimana pada tahap ini konsumen membentuk preferensi terhadap hal-hal yang terdapat pada perangkat pilihan. Akan tetapi, tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga, manfaat produk, dan pendapatan atau modal. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.

e. Perilaku pasca pembelian, sesudah pembelian terhadap produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang menarik minat pasar. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya (Setiadi, 2003).

Referensi

Dokumen terkait

2013.. Tren berolah raga telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini, salah satunya adalah melakukan fitness. Setiap melakukan latihan, banyak orang membawa

Kemandirian anak dalam berpakaian berdasarkan observasi yang bisa melakukan secara mandiri sebanyak 72 anak (92,30%) dan yang tidak 6 anak (7,70%) kedua yang bisa 52 anak (66,67%)

The alumina-activated carbon composite as adsorbent composite are used according to the color concentration in the wastewater (calculation by experiment adsorption

Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-undang NO. 7 Tahun 2004 tentang SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Contoh kasus kemunculan MCC di perbatasan wilayah perbatasan antara Sumatera Barat dan Riau dengan intesitas curah hujan yang cukup tinggi pada saat kejadian

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam

Secara keseluruhan, hanya 44,2 persen keluarga yang melakukan strategi coping berfokus pada masalah yang tergolong ke dalam kategori tinggi dan sisanya 55,8 persen