• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, maju dan berkembangnya suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, maju dan berkembangnya suatu"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Manajemen Operasional

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasional

Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, maju dan berkembangnya suatu perusahaan tergantung dari manajemen dari perusahaan tersebut. Salah satu cabang atau divisi dalam manajemen adalah manajemen operasional. Semua jenis perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya tidak terlepas dari kontribusi ilmu manajemen operasional. Dalam membuat suatu barang atau jasa, seluruh organisasi atau perusahaan mempunyai tiga fungsi. Fungsi-fungsi tersebut sangatlah diperlukan untuk kelangsungan organisasi atau perusahaan. Salah satu fungsi tersebut adalah operasi atau sering kita sebut dengan produksi.

Render dan Heizer (2001: 5) mengatakan bahwa tiga fungsi yang harus dijalankan oleh setiap organisasi adalah:

1. Pemasaran, yang membuat adanya permintaan atau paling tidak

mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa (tidak ada yang terjadi sampai adanya penjualan).

2. Produk/operasi, yang menghasilkan produk.

3. Keuangan/akuntansi, yang memantau apakah perusahaan berjalan

dengan baik, membayar seluruh tagihan, dan mengumpulkan uang. Manajemen produksi atau operasi terdiri dari kata manajemen dan operasi. Suyadi Prawirosentono (2000:5) juga berpendapat bahwa “Manajemen adalah mengelola yang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengangkat pegawai dan mengawasi”.

(2)

Sedangkan Malayu Hasibuan (2004:1) menyatakan bahwa “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Adapun definisi produksi menurut Suyadi Prawirosentono (2000:5) adalah “secara umum dapat diartikan sebagai membuat atau menghasilkan suatu barang dari berbagai bahan lain”. Kemudian, Heizer dan Render (2005:4) menuturkan bahwa “Produksi (production) adalah proses penciptaan barang dan jasa”.

Fogarty (dalam Eddy Herjanto, 2007:2) mendefinisikan “manajemen operasi sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan”. Eddy Herjanto (2007:2) menyebutkan bahwa, “Unsur-unsur pokok definisi itu dapat dijelaskan lebih lanjut yakni kontinyu yang berarti manajemen operasi bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, keputusan manajemen bukan merupakan suatu tindakan sesaat melainkan tindakan yang berkelanjutan atau suatu proses yang kontinyu. Efektif, berarti segala pekerjaan harus dapat dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya serta mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan”.

Sejalan dengan Fogarty, Schroeder (1994:17) memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan operasi pada tiga hal, yaitu pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa, adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa, serta adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen operasi. Sementara itu, Heizer (2004) lebih menitik beratkan manajemen operasi sebagai suatu sistem yang bertujuan

(3)

menciptakan barang dan atau menciptakan jasa. Secara umum, Eddy Herjanto (2007:2) menyimpulkan bahwa “manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan”.

Dengan berkembangnya teknik dan metode manajemen produksi, maka penerapan manajemen operasi tidak hanya berlaku pada kegiatan pembuatan barang-barang yang berwujud saja, melainkan juga bisa digunakan untuk mengoperasikan fungsi manajemen perusahaan dalam menghasilkan barang-barang tak berwujud atau jasa. Pada awalnya, manajemen produksi di lingkungan jasa disebut dengan istilah manajemen operasi. Namun, istilah operasi sesungguhnya juga dipakai dalam perusahaan manufaktur, yaitu dalam pengertian kegiatan mengoperasikan sumber daya produksi untuk untuk menghasilkan barang. Istilah manajemen operasi mengandung pengertian yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam perkembangannya kemudian digunakan istilah manajemen operasi saja, yang mencakup kedua jenis kegiatan baik untuk menghasilkan barang maupun jasa.

Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000:1) mengatakan “Operasi merupakan salah satu dari fungsi-fungsi yang ada dalam suatu lembaga. Fungsi lain selain operasi adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan lain-lain”.

Pengertian manajemen operasional merupakan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan operasional/produksi yang masing-masing memiliki arti tersendiri akan tetapi dapat memiliki pengertian yang lebih apabila digabungkan kedua kata

(4)

tersebut. Manajemen operasional juga tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya dan operasional atau produksi pada khususnya.

Banyak sekali pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli manajemen mengenai pengertian menejemen itu sendiri diantaranya menurut Maman Ukas (2004:6) berpendapat bahwa “Manajemen adalah segenap aktivitas manusia dalam organisasi dengan menggunakan bantuan sumber-sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.

Menurut Dervitsiotis (1984) yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi

Manufaktur dan Jasa, (2007:7) berpendapat bahwa:

“Istilah proses manajemen berkaitan dengan sejumlah aktivitas yang perlu diambil dalam usaha menentukan: (a) system nilai dan tujuan, (b) struktur organisasi, (c) desain, (d) perencanaan, (e) pengendalian atas operasi sebuah organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi nirlaba.”

Pangestu Subagyo (2000:1) mengatakan “Manajemen adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan mengkoordinasi kegiatan orang lain”. Sedangkan menurut Eddy Herjanto, (2007:2) berpendapat bahwa:

“Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”

Untuk pengertian operasi Pangestu Subagyo (2000:1) berpendapat bahwa: “Operasi atau operations adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan mengubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa”.

(5)

Menurut Rosenberg (1993) yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi

Manufaktur dan Jasa, (2007:17) bahwa:

“Operation yang kemudian diterjemahkan operasi atau operasional merupakan suatu proses atau tindakan tertentu yang menjadi unsure dari sejumlah kegiatan untuk membuat suatu produk. Operations (jamak dari operation) menunjukkan jumlah semua kegiatan atau proses yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa tertentu.”

Kemudian Russel dan Taylor (2000), yang juga dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, yang berjudul Manajemen Produksi

Modern: Operasi Manufaktur dan Jasa (2007:17), menyamakan makna operations dengan proses pengubahan (transformation process) dan diartikan

sebagai fungsi atau sistem yang melakukan kegiatan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar.

Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:17) mengemukakan pendapatnya, bahwa:

“Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar”.

Pangestu Subagyo (2000:2) juga mengatakan bahwa “Manajemen operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakukan secara efisien”.

Seperti yang dikatakan oleh Barry Render dan Jay Heizer (2001:2) dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Operasi mengatakan bahwa

(6)

“Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan jasa terjadi di semua sektor organisasi”.

Akan tetapi dalam buku Operation Management yang terbaru (edisi ketujuh), Heizer dan Render (2005:4) mengatakan dengan maksud yang sama, bahwa “Manajemen Operasi (operation management--OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output”.

Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2000:1) dalam bukunya Manajemen Operasi (Analisis dan Studi Kasus) menyatakan:

“Manajemen produksi (operasi) adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set of activities) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain. Proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi disebut proses produksi”.

Heizer dan Render (2005:5) menyebutkan bahwa manajemen operasi (MO) dipelajari karena empat alasan:

1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama sebuah organisasi, dan secara utuh berhubungan dengan semua fungsi bisnis yang lainnya. Semua organisasi memasarkan, membiayai dan memproduksi, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas MO berjalan. Karena itu pula kita mempelajri bagaimana orang mengorganisasikan diri mereka untuk mendapatkan perusahaan yang produktif.

(7)

2. MO dipelajari karena untuk mengetahui bagaimana barang dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang meciptakan produk yang kita gunakan.

3. MO dipelajari untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oelh manajer ini, kita dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi manajer seperti itu. Hal ini membantu kita untuk menjelajahi kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang MO.

4. MO dipelajari karena bagian ini merupakan bagian yang paling banyak mengeluarkan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar pengeluaran perusahaan terletak pada fungsi MO. Meski demikian, MO memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat.

Banyak sekali para ahli mendefinisikan mengenai manajemen operasional akan tetapi yang dapat peneliti ambil benang merahnya yaitu, suatu rangkaian kegiatan dalam mengubah atau mentransformasikan semua masukan (input) perusahaan menjadi keluaran (output) perusahaan yang sering kita artikan sebagai suatu produktivitas atau kegiatan menghasilkan sesuatu produk.

(8)

Sumber: Eddy Herjanto (2006:5)

Gambar 2. 1

Skema Proses Transformasi

Kegiatan umpan balik dilihat dari skema tersebut dilakukan dengan melakukan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan standar atau acuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil (keluaran) dengan standar, dilakukan tindakan koreksi, yang dapat berupa perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga keluarannya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pernyataan tersebut dikutip oleh peneliti dari buku Eddy Herjanto, (2006:5).

Umpan balik merupakan sebuah informasi, informasi itu dapat berupa data kesesuaian hasil produksi dengan spesifikasi, data kesesuaian biaya rata-rata dengan proyeksi anggaran, kesesuaian waktu penyelesaian dengan target yang telah ditentukan, produktivitas tenaga kerja, dan sebagainya. Dengan demikian umpan balik atau sistem informasi produksi ini menjadi media pengendalian pihak manajemen atas fungsi atau sistem produksi. Dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, (2007:4-5) berjudul Manajemen Produksi Modern:

Operasi Manufaktur dan Jasa. Manusia Mesin Material Modal Metode Energi Barang atau Jasa Proses Transformasi Masukan Umpan Balik Keluaran

(9)

Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:19) mengutarakan bahwa Manajemen Produksi terdapat lima tujuan , yaitu:

1. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk menghasilkan keluaran sesuai yang diharapkan oleh pasar,

2. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menghasilkan keluaran secara efisien,

3. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk mampu menghasilkan nilai tambah atau manfaat yang semakin besar,

4. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menjadi pemenang dalam setiap kegiatan persaingan, dan

5. Mengarahkan organisasi atau perusahaan agar keluaran yang dihasilkan atau disediakan semakin digandrungi oleh pelanggan.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2000:5) manajemen produksi mempunyai ruang lingkup merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengangkat petugas, dan mengawasi kegiatan produksi, agar diperoleh produk yang direncanakan. Secara singkat, ruang lingkup manajemen produksi adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Produksi (PP) atau dalam bahasa inggrisnya adalah

Production Planning (PP).

b. Pelaksanaan Produksi

c. Pengendalian Produksi (Production Control)

2.1.1.2 Perkembangan Manajemen Operasional

Dalam perkembangannya, ilmu manajemen operasional memang terbilang masih muda dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lainnya yang ada di dalam ekonomi. Meskipun masih terbilang muda, akan tetapi sejarah perkembangannya sangat menarik. Berikut akan peneliti coba ceritakan tentang perkembangan yang menarik dari manajemen operasional yang dikutip dari buku Barry Render dan Jay Heizer (2001:3).

(10)

Eli Whitney (1800) dikenal karena mempopulerkan bagian yang dapat dibongkar pasang, yang dicapainya melalui standarisasi dan pengendalian mutu pada pembuatan produk. Melalui kontrak yang ia tanda tangani dengan pemerintah Amerika untuk 10.000 pucuk senjata, ia berhasil mendapatkan laba yang baik karena produk dijadikan bagian yang dapat dibongkar pasang.

Frederick W. Taylor (1881), yang dikenal sebagai bapak ilmu manajemen, menyumbangkan seleksi personel, perencanaan dan penjadwalan, studi gerakan, dan bidang factor-faktor manusia yang sekarang popular. Salah satu sumbangsih yang ia berikan ialah bahwa manajemen semestinya lebih panjang akal dan agresif dalam membuat metode kerja. Taylor dan rekannya, Henry L.Gantt and Frank, dan Lilian Gilbert, termasuk yang pertama kali membuat sistematika cara memproduksi yang terbaik.

Pada tahun 1913, Henry Ford dan Charles Sorensen menggabungkan apa yang mereka tahu tentang standarisasi suku cadang dengan lini perakitan dan pengepakan makanan industri mail-order, ditambah konsep lini perakitan (assembly line) di mana para pekerja hanya berdiri di satu tempat dan bahan yang bergerak. Charles Sorensen adalah orang yang menarik sasis mobil dengan seutas tambang di pabrik Ford, sementara yang lain menambahkan suku cadang.

Pengendalian mutu, adalah sumbangsih berharga lain di bidang manajemen operasional. Walter Shewhart (1924) menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya tentang statistik dengan pentingnya suatu pengendalian mutu, dan membuat suatu peta kendali mutu dari produk yang diambil sebagai sample. W. Edwards Deming (1950) dan Frederick Taylor percaya bahwa manajemen

(11)

harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan proses dan lingkungan kerja agar mutu dapat lebih ditingkatkan.

Setelah melihat peristiwa-peristiwa tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan Manajemen Operasional sangatlah pesat. Perkembangan dari Manajemen Operasional itu sendiri dapat kita lihat dari beberapa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia industri atau manufaktur.

Elemen-elemen yang mendasari manajemen operasi secara umum dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2.2 berikut:

Sumber: Eddy Herjanto (2006:6)

Gambar 2. 2

Elemen Dasar Manajemen Operasi

• Konsep dasar manajemen produksi, yang membedakannya dari disiplin ilmu yang lain, misalnya konsep perencanaan tata letak, perencanaan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, persediaan, penjadwalan, dan pengendalian mutu.

• Teknik dan konsep yang dikembangkan melalui teori organisasi dan manajemen. Teknik dan konsep tersebut banyak digunakan terutama dalam perencanaan kerja, pengorganisasian sumber daya, dan pengendalian proses. MANAJEMEN OPERASI Konsep dasar manajemen produksi Organisasi dan manajemen Disiplin ilmu lain Penemuan teknologi

(12)

• Penerapan pengetahuan atau praktek yang dikembangkan dari disiplin ilmu lain, seperti ekonomi, keuangan, dan matematika. Sebagai contoh, penentuan tingkat produksi didasarkan atas pendekatan permintaan-penawaran dari teori ekonomi, analisis kinerja operasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, penggunaan metode kuantitatif atau matematik dalam pengambilan keputusan (misalnya pemrograman linear atau metode penguasaan), dan sebagainya.

• Penemuan-penemuan teknologi. Komputer dan laser merupakan contoh dari penemuan teknologi terakhir yang sangat berpengaruh dalam sistem produksi, yang antara lain menyebabkan perubahan dalam tata letak, jenis mesin/peralatan, maupun proses produksi.

2.1.1.3 Tugas Manajemen Operasi

Setiap lembaga tentu saja dalam menjalankan kegiatannya selalu diusahakan secara efisien. Apabila perusahaan yang mencari laba biasanya selalu berusaha memaksimumkan labanya. Oleh karena itu, setiap pemecahan masalah produksi atau operasi yang ada harus mendukung usaha ini.

Menurut Pangestu Subagyo (2000:12) “ada tiga macam masalah yang dihadapi oleh suatu lembaga, yaitu masalah positioning atau masalah penentuan posisi lembaga, masalah design, dan masalah operasional”. Masalah-masalah tersebut akan dijelaskan berikut ini yang dikutip dari buku Manajemen Operasi, Pangestu Subagyo (2000:12-13), yaitu sebagai berikut:

(13)

• Penentuan Posisi Lembaga

Penentuan posisi pada lembaga dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan suatu lembaga serta aktivitas yang dilakukannya tidak asal jalan saja. Untuk menyelesaikan masalah ini, dilakukan pengambilan keputusanpada bidang penentuan posisi atau sering disebut dengan

positioning decision. Keputusan ini antara lain pemilihan strategi

berproduksi, menentukan produk (barang/jasa) apa yang akan dihasilkan, dan menentukan kualitas termasuk keunggulan yang dimiliki oleh hasil kegiatan lembaga itu.

• Masalah Desain

Masalah kedua adalah masalah desain, yaitu perencanaan fasilitas-fasilitas produksi atau operasi yang akan digunakan. Pengatasan masalah ini dilakukan dengan pengambilan keputusan dibidang rancang bangun atau design decision. Contoh lain dari keputusan ini adalah perencanaan letak pabrik, macam proses operasi dan teknologi yang akan digunakan, merencanakan kapasitas mesin yang akan dipasang, perencanaan bangunan, perencanaan tata ruang (layout), dan perencanaan lingkungan kerja.

• Masalah Operasional

Masalah ketiga adalah masalah operasional, yang timbul pada saat proses produksi sudah berjalan. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan dengan mengambil keputusan di bidang operasional atau sering disebut operting decision. Contoh dari masalah ini adalah menentukan berapa banyakanya persediaan bahan baku, barang setengah jadi, bagaimana menjadwal kerja para karyawan, pengawasan kualitas, pembagian pekerjaan harian, dan pengawasan biaya produksi.

2.1.2 Strategi Operasi

2.1.2.1 Pengertian Strategi Operasi

Kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam, dari produk-produk berwujud hingga produk estetika dan psikologis. Perusahaan dapat memuaskan semua kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan mengembangkan serta mencapai misi dan strategi, yang bisa jadi berbeda sesuai dengan pelanggan yang dilayani. Strategi setiap perusahaan sudah pasti berbeda-beda. Strategi dibangun di bawah bayang-bayang tantangan dan peluang dalam lingkungan, dan kekuatan kelemahan organisasi. Akhirnya, setiap strategi adalah sebuah upaya untuk

(14)

menjawab pertanyaan penting bagi seluruh perusahaan yaitu “Bagaimana caranya memuaskan pelanggan?”.

Perusahaan selalu bersaing untuk memenangkan konsumen dan ia merancang strategis kompetitif demi memenuhi kebutuhan konsumen dan keinginan pasar secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing. Strategi diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk mencapai tujuannya. Menurut Keneth R. Andrews yang dikutip oleh peneliti dari (http://www.pdf-search-engine.com/manajemen-operasi-dan-produksi-pdf.html. [24 02 2008]), menyatakan bahwa:

“Strategi adalah suatu proses evaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam perusahaan yang dilakukan oleh eksekutif puncak serta melihat kesempatan dan ancaman pada saat ini dan memutuskan strategi pemasaran produk yang cocok dengan kesempatan yang ada pada lingkungannya”.

Russel dan Taylor (2000) mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian strategi yang dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi Modern: Operasi Manufaktur dan

Jasa (2007:37), bahwa “Strategi adalah visi umum yang menyatukan organisasi,

menyediakan acuan konsistensi dalam pembuatan keputusan, dan akan tetap menjaga agar perusahaan bergerak pada arah yang benar”.

Selanjutnya Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001) menjelaskan bahwa, strategi berhubungan dengan proses jangka panjang yang harus memperhatikan perubahan di masa datang yang pasti terjadi. Pernyataan tersebut dikutip dari buku Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin berjudul Manajemen Produksi

(15)

Strategi adalah rencana aksi organisasi untuk mencapai misi, Barry Render dan Jay Heizer (2001:28). Misi itu sendiri didefinisikan sebagai batasan dan fokus untuk organisasi dan konsep yang akan menjadi landasan organisasi untuk bergerak. Setiap bidang fungsional memiliki strategi untuk mencapai misinya dan untuk membantu organisasi untuk mencapai seluruh misinya.

Michael Porter yang dikutip dari Barry Render dan Jay Heizer (2001:28) menegaskan bahwa perusahaan mencapai misi dalam tiga cara konseptual: Diferensiasi, kepeloporan biaya, respons yang cepat. Atau dengan kata lain, pelanggan menginginkan barang dan jasa yang: (1) lebih baik, atau setidaknya berbeda, (2) lebih murah, dan (3) lebih cepat.

Manajer-manajer operasi menterjemahkan konsep-konsep stratejik itu menjadi tugas-tugas berwujud yang harus dituntaskan. Salah satu atau kombinasi dari ketiga konsep stratejik itu bisa menghasilkan sebuah sistem yang memiliki keunggulan unik atas perusahaan-perusahaan pesaingnya.

Sumber: Murdifin dan Mahfud (2007:45)

Gambar 2. 3

Strategi Generik Perusahaan

Matriks dalam Gambar 2.3 menunjukkan, pilihan strategi generik ditentukan oleh dua faktor, yaitu cakupan persaingan (wilayah pemasaran yang luas atau sempit) serta target keunggulan stretegis perusahaan. Jika target adalah

Cakupan persaingan Sasaran yang sempit Sasaran yang luas Diferensiasi

3a. Fokus pada biaya 2. Diferensiasi 3b. Fokus pada diferensiasi Biaya lebih rendah 1. Keunggulan biaya

(16)

diferensiasi dan cakupan persaingan sempit atau terbatas, sebaiknya memilih fokus pada diferensiasi, artinya memilih atribut tertentu untuk dapat membedakan produk dengan produk saingan dalam industri. Tetapi apabila cakupan persaingan luas dan ingin unggul dalam soal harga, maka perusahaan harus memilih strategi keunggulan biaya menyeluruh, itu yang dikatakan oleh Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:45-46).

2.1.2.2 Tujuan Strategi Operasi

Strategi operasi sebagai jabaran dari strategi perusahaan berfungsi untuk turut mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena strategi perusahaan dirumuskan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki (termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan) serta aspek lingkungan (struktur industri, termasuk intensitas persaingan) dan industri pendukung (termasuk pembekal), maka strategi operasi otomatis memperhatikan pula aspek lingkungan dimaksud. Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:46).

(17)

Sumber: Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:47) Gambar 2. 4

Kerangka Kerja Strategi Operasi

Tujuan dari perusahaan membuat strategi tidak lain adalah untuk menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan. Render dan Heizer (2001:32) menuturkan bahwa “keunggulan bersaing menunjukkan penciptaan sistem yang memiliki keunggulan unik atas pesaing”. Dalam mewujudkan competitive advantage tersebut, perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya demi memenuhi permintaan dari para konsumen.

Dalam membuat strategi agar dapat menciptakan competitive advantage. Maka, manajer operasi harus bisa membuat keputusan yang efektif. Render dan Heizer (2001:32-33) mengatakan bahwa terdapat sepuluh keputusan-keputusan operasi berdasarkan sepuluh bidang pengaruh. Sepuluh keputusan manajemen operasi yang mendukung misi dan menerapkan strategi adalah:

(18)

1. Mutu. Harapan mutu pelanggan harus ditentukan dan kebijakan dan

prosedur dibangun untuk mengidentifikasi serta mencapai mutu yang ditetapkan.

2. Desain barang dan jasa. Merancang barang dan jasa mendefinisikan

sebagian besar proses transformasi. Keputusan mutu, biaya dan sumber daya manusia sangat berinteraksi dengan desain. Desain sering kali menetapkan batas bawah biaya dan batas atas mutu.

3. Desain proses dan kapasitas. Pilihan proses tersedia untuk produk dan

jasa. Keputusan proses mengikat manajemen pada teknologi, mutu, pemanfaatan sumber daya manusia, dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen biaya dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar perusahaan.

4. Seleksi lokasi. Keputusan lokasi fasilitas baik untuk perusahaan

manufaktur maupun jasa bias menentukan keberhasilan perusahaan. Kesalahan yang dibuat pada saat ini dapat menghambat efisiensi. 5. Desain tata letak. Kebutuhan kapasitas, tingkat personel, keputusan

pembelian, dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. Selain itu, proses dan bahan baku harus ditempatkan dengan memperhatikan keterkaitan satu sama lain.

6. Manusia dan system kerja. Manusia adalah bagian integral dan mahal

dari desain system total. Oleh karena itu, kehidupan mutu kerja yang disediakan, bakat dan keahlian yang dibutuhkan, dan biayanya harus ditentukan.

(19)

7. Manajemen dan rantai pasokan. Keputusan ini menentukan apa yang

akan dibuat dan apa yang perlu dibeli. Pertimbangan juga diperlukan untuk mutu, pengiriman, dan inovasi, dengan harga memuaskan. Suasana saling menghormati antara pembeli dan pemasok dibutuhkan untuk pembelian yang efektif.

8. Persediaan. Keputusan persediaan bias dioptimalkan hanya bila

keputusan pelanggan, pemasok, jadwal produksi, dan perencanaan sumber daya manusia dipertimbangkan.

9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang layak dan efisien harus

dikembangkan, permintaan terhadap sumber daya manusia dan fasilitas harus ditentukan dan dikendalikan.

10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat berkaitan dengan tingkat

pemeliharaan yang diinginkan. Rencana untuk implementasi dan pengawasan sistem pemeliharaan adalah perlu.

Di antara sepuluh keputusan manajemen operasi yang disebut dengan strategi operasi terdapat pemeliharaan. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemeliharaan merupakan hal yang penting dalam menjalankan bisnis perusahaan. Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi yang akan dijalankan oleh manajer operasional.

(20)

2.1.3 Pemeliharaan

2.1.3.1 Peranan dan Pengertian Pemeliharaan

Peranan pemeliharaan dalam manajemen operasi dapat dilihat dari keputusan manajemen operasi yang telah dikemukakan sebelumnya. Kegiatan pemeliharaan yang berada di fungsi perencanaan terbagi menjadi dua yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Kegiatan perencanaan pemeliharaan jangka panjang meliputi kegiatan pemeliharaan bangunan, gedung, dan fasilitas lainnya. Sedangkan kegiatan perencanaan pemeliharaan jangka pendek meliputi pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan produksi.

Dengan demikian kegiatan pemeliharaan merupakan suatu hal yang mutlak yang harus dilaksanakan secara terencana agar semua faktor produksi selalu dalam keadaan siap untuk selalu beroperasi setiap saat.

Pemeliharaan yang merupakan kegiatan yang ditujukan agar seluruh peralatan atau fasilitas produksi dapat digunakan kapanpun produksi itu dilakukan dan agar peralatan dan fasilitas dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena kegiatan ini menjadi salah satu bagian penting di dalam manajemen operasi dan produksi. Karena apabila kegiatan tersebut diabaikan, maka akan berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi akan terhambat.

Berikut adalah pengertian pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:95) menuturkan bahwa “pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan

(21)

operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan”. Sedangkan menurut Hani T. Handoko (2000:108) “Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk menjaga mesin-mesin dan peralatan serta fasilitas lainnya dan mengadakan perbaikan dan penggantian yang diperlukan agar pada suatu kegiatan operasi produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar”.

Render dan Heizer (2001:622) juga manambahkan bahwa “pemeliharaan meliputi segala aktivitas yang terlibat dalam penjagaan peralatan sistem dalam aturan kerja”.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa pemeliharaan adalah suatu aktivitas untuk memelihara agar peralatan atau fasilitas produksi dapat bekerja dengan baik, untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Tetapi pemeliharaan yang baik adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dalam usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan selama proses produksi atau kegiatan operasional perusahaan berlangsung.

2.1.3.2 Arti Penting Pemeliharaan

Dalam hal pemeliharaan ini, perlu diperhatikan bahwa sering terlihat di dalam suatu perusahaan kurang memperhatikan bidang pemeliharaan sehingga terjadi kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah mesin-mesin mengalami kerusakan. Hendaknya kegiatan pemeliharaan harus dapat menjamin bahwa proses produksi bisa berlangsung tanpa adanya kemacetan yang disebabkan oleh mesin-mesin atau

(22)

fasilitas lainnya. Tetapi pada umumnya jika terjadi kerusakan akibat pemeliharaan yang kurang baik, maka baru dirasakan betapa pentingnya pemeliharaan tersebut. Agus Ahyari (2002:349) berpendapat bahwa:

“Apabila suatu perusahaan tidak melaksanakan pemeliharaan dengan baik maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan-kesulitan pada waktu yang akan datang. Di samping itu peralatan fasilitas produksi yang seharusnya masih dapat berfungsi dengan baik akan cepat rusak serta cepat menurunkan tingkat kegunaannya”.

“Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan yang terduga dan menemukan kondisi (keadaan) yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi”. Anshari (1996:159) menambahkan. Saling ketergantungan operator, mesin dan mekanik adalah kunci utama strategi pemeliharaan yang berhasil. Secara ringkas konsep pemeliharaan digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Heizer dan Render (2001:542).

Gambar 2. 5

Konsep Strategi Pemeliharaan Yang Baik Akan Membutuhkan Karyawan dan Prosedur Yang Baik

Keterlibatan karyawan: 1. Pembagian informasi 2. Pelatihan keahlian 3. Sistem imbalan 4. Pembagian kekuasaan Prosedur Karyawan :

1. Bersihkan dan lumasi 2. Monitor dan sesuaikan 3. Perbaikan ringan 4. Catatan terkomputerisasi Hasil: 1. Mengurangi persediaan 2. Memperbaiki mutu 3. Memperbaiki kapasitas 4. Reputasi mutu 5. Perbaikan terus-menerus

(23)

Menurut Anshari (1996:169) “Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan sehingga fasilitas atau peralatan tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik”.

Sangat jelas bahwa pemeliharaan penting dalam menjaga agar proses produksi tetap berjalan lancar dan dalam kondisi baik. Apabila peralatan dibiarkan tanpa tindakan pemeliharaan dan perawatan, akan mengakibatkan peralatan tersebut cepat rusak dan akan dibutuhkan biaya yang tinggi untuk perbaikannya serta dampaknya akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi.

2.1.3.3 Fungsi dan Kegunaan Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam suatu perusahaan untuk menjamin kelancaran proses produksi. Maka dapat dikatakan bahwa lancar tidaknya proses produksi secara langsung dipengaruhi oleh baik buruknya mesin atau peralatan lainnya. Dengan demikian kedudukan pemeliharaan tidak bisa dianggap ringan.

Peranan bagian pemeliharaan tidak hanya menjaga agar pabrik tetap dapat bekerja dan produk dapat diproduksi dan diserahkan kepada langganan tepat pada waktunya, tetapi untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan/mengurangi kemacetan-kemacetan menjadi sekecil mungkin.

Pemeliharaan mempunyai fungsi yang sangat menentukan dalam kegiatan produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi, hasil produksi dan efisien produksi.

(24)

Menurut Agus Ahyari (2002:349) beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik antara lain:

a. Mesin atau peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan di dalam jangka waktu yang relatif panjang.

b. Proses produksi dengan peralatan tersebut dapat berjalan dengan lancar (selama tidak ada sebab-sebab lain) oleh karena dengan adanya pemeliharaan yang baik maka peralatan produksi ini juga berjalan dengan baik dan jarang timbul segala kemacetan peralatan fasilitas produksi.

c. Dapat menghindarkan diri atau paling tidak menekan sekecil mungkin dari adanya kemungkinan dari adanya kemungkinan kerusakan-kerusakan yang berat dari peralatan atau fasilitas-fasilitas produksi. Hal ini dikarenakan setiap adanya kerusakan segera diperbaiki sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berat.

d. Oleh karena mesin-mesin, peralatan atau fasilitas produksi dapat berjalan dengan baik dan stabil, maka pengendalian kualitas proses akan berjalan dengan baik sehingga kualitas produksi akhir dapat dipertahankan dalam tingkat yang tinggi.

e. Dengan dapat dihindarkan kerusakan total dan peralatan produksi maka berarti perusahaan tidak menekan biaya pemeliharaan, oleh karena penggantian/perbaikan kecil-kecilan ini biayanya lebih murah daripada kerusakan fatal.

f. Apabila peralatan berjalan dengan baik maka penyerapan bahan baku juga berjalan dengan lancar dan normal. Hal ini berarti dengan adanya pemeliharaan yang baik maka penyimpangan penyerapan bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin.

g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada akan semakin berkurang . Hal ini disebabkan karena perencanaan beban bagi masing-masing mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.

Render dan Heizer (2001:544) juga menggambarkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila melaksanakan pemeliharaan, dilihat dari segi biaya. Secara ringkas keuntungan pemeliharaan dilihat dari segi biaya digambarkan sebagai berikut:

(25)

preventive maintenance cost total cost

breakdown maintenance cost

maintenance commitment

M

M : Optimal point (lowest-cost maintenance policy)

Sumber: Heizer dan Render (2001:544). Gambar 2. 6

Keuntungan Pemeliharaan Dari Segi Biaya 2.1.3.4 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan

Pelaksanaan pemeliharaan pada suatu perusahaan dimaksudkan agar fasilitas atau peralatan pabrik dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai, sehingga diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan terjalmin.

Di dalam melakukan segala sesuatu maka kita harus menerangkan tujuan yang hendak dicapai dengan jelas. Adapun tujuan dari pemeliharaan menurut Suyadi Prawirosentono (2000:320) adalah:

a. Melaksanakan rencana kerja pemeliharaan yang meliputi:

1) Membagi kegiatan perawatan mesin pada setiap jenjang operasi perusahaan dalam satu tahun dalam periode yang lebih lanjut. 2) Menyelenggarakan keseimbangan antara kegiatan perawatan

dengan seluruh kegiatan operasi proses produksi.

b. Merencanakan seluruh kegiatan pemeliharaan mesin pada berbagai kegiatan produksi untuk saat ini ataupun periode pada masa yang akan datang. Penyajian menyeluruh dan rinci dari kegiatan pemeliharaan sejak awal sampai dengan pasca produksi dapat digunakan untuk mendesain perencanaan kegiatan pemeliharaan mesin per minggu bahkan per hari.

(26)

Pemeliharaan serta segala pelengkapannya dalam tatanan kerja yang baik sangat penting untuk mencapai tingkat kualitas dan keandalan tertentu serta kerja yang efisien.

Kemudian menurut Sofjan Assauri (2004:95) mengatakan bahwa tujuan pemeliharaan adalah, sebagai berikut:

1) Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.

2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.

3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai invesatasi tersebut.

4) Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya.

5) Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan kerja para pekerja.

6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.

(27)

Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002:351) kegiatan pemeliharaan untuk mesin dan peralatan produksi yang dilakukan di dalam suatu perusahaan adalah “bertujuan untuk memperpanjang umur ekonomis, dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi”.

Selain itu menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:542), salah satu peran utama diadakannya kegiatan pemeliharaan adalah, “tujuan pemeliharaan adalah untuk memelihara kemampuan sistem dan mengendalikan biaya”. Hanni T. Handoko (2000:165) juga berpendapat bahwa “tujuan pemeliharaan adalah untuk memelihara realibitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeliharaan adalah menjaga peralatan dan mesin itu sendiri serta memperhatikan efisien dengan mengadakan kerjasama dengan fungsi yang lain dalam rangka mencapai tingkat keuntungan sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.

2.1.3.5 Jenis-Jenis Pemeliharaan

Sofjan Assauri (2004:96) berpendapat bahwa “Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dalam suatu perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Preventive maintenance (perawatan)

Preventive maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan dan

perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas

(28)

produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapat preventif maintenance akan terjamin kelancarannya dalam bekerja dan selalu diusahakan dalam kondisi siap digunakan setiap saat, sehingga perlulah dibuat suatu rencana dan schedule pemeliharaan yang cermat dan rencana produksi yang tepat. Dalam prakteknya

preventive maintenance yang dilakukan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

1) Routine Maintenance

Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan secara rutin misalnya setiap hari. Contohnya: kegiatan pembersihan, pelumasan atau pengecekan oli serta pengecekan isi bahan bakar, dan sebagainya.

2) Periodik Maintenance

Periodik maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik/jangka waktu tertentu misalnya sebulan sekali, seratus jam sekali atau setahun sekali. Kegiatan ini jauh lebih berat daripada routine maintenance.

Dalam preventive maintenance terdapat beberapa langkah pelaksanaannya yang disebut FITCAL (Feel, Inspection, Tighten, Clean, Adjustment, Lucrication), yaitu:

1) Feel (Merasakan)

Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara melihat, mendengar, meraba, dan mencium pada mesin yang sedang dijalankan terhadap

(29)

kemungkinan adanya kelainan-kelainan sebagai gejala akan adanya kerusakan.

2) Inspection (Memeriksa)

Tindakan yang dilakukan dengan cara mengawasi dan mengamati keadaan mesin-mesin yang beroperasi, bentuk penanggulangan atas hasil pemeriksaan dapat berupa tindakan pengencangan, pembongkaran atau penggantian.

3) Tighten (mengencangkan)

Suatu tindakan yang dilakukan bilamana tampak bagian-bagian mesin yang longgar akibat getaran pada saat mesin beroperasi atau pemasangan bagian-bagian yang longgar akibat ketidaktelitian petugas terdahulu.

4) Clean (Membersihkan)

Suatu tinakan yang dilakukan dalam upaya membersihkan bagian-bagian mesin yang kotor akibat terkena debu, pasir, sisa pelumas, atau kotoran lainnya, serta termasuk didalamnya proses pengecatan ulang dalam upaya menjaga kebersihan mesin atau peralatan produksi.

5) Adjustment (Penyesuaian)

Penyesuaian dilakukan untuk mendapatkan kondisi atau keadaan yang sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Biasanya tindakan ini dilakukan setelah pemasangan salah satu bagian yang baru diperbaiki.

(30)

6) Lubrication (Pelumasan)

Suatu tindakan yang dilakukan dalam usaha mencegah gesekan antara dua logam untuk mencegah keausan atau kerusakan. Oleh karena itu pelumasan harus dilaksanakan secara teratur dan teliti.

b) Corrective/breakdown maintenance

Corrective/breakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan

perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelakuan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelalaian pada fasilitas atau perawatan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Perbaikan yang dilakukan karena kerusakan tersebut biasanya merupakan suatu akibat dari tidak dilakukannya atau kurang optimalnya kegiatan preventive maintenance.

2.1.3.6 Aktivitas Pemeliharaan

Proses pemeliharaan untuk mesin atau peralatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari perusahaan dimana mesin atau peralatan tersebut dibuat.

Secara garis besar aktivitas pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:99) dapat digolongkan dalam 5 tugas pokok sebagai berikut:

a. Inspeksi (Inspection)

b. Kegiatan teknik (engineering) c. Kegiatan produksi (production) d. Pekerjaan administrasi (clerical work) e. Pemeliharaan bangunan (housekeeping)

(31)

a. Inspeksi (inspection)

Kegiatan inspeksi ini meliputi kegiatan pengecekan atau pemeliharaan secara berkala terhadap bangunan dan peralatan pabrik sesuai dengan rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan-laporan dari hasil pengecekan atau pemeriksaan tersebut. Adapun maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan/fasilitas yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Jika seandainya terjadi kerusakan, maka dapat segera diadakan perbaikan sesuai dengan laporan hasil inspeksi dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

b. Kegiatan teknik (engineering)

Kegiatan teknik ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli dengan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan atau komponen peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah terlihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan bagi perluasan dan kemajuan dari bangunan dan peralatan pabrik. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan, terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu diadakan perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan tertentu

(32)

terhadap komponen dan mesin-mesin yang bersangkutan, agar mesin dapat bekerja kembali.

Dalam kegiatan teknik ini, termasuk pula kegiatan penyelidikan sebab terjadinya kerusakan pada peralatan tertentu dan cara-cara atau usaha-usaha untuk mengatasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan produksi. Dengan mengetahui sebab-sebab ini, maka dengan kegiatan teknik dapat dibuat alat-alat penjaga atau pencegah terjadinya kerusakan pada masa-masa yang akan datang. Di samping itu dalam kegiatan ini dipelajari spesifikasi mesin dan usaha-usaha agar mesin dapat bekerja lebih efektif.

c. Kegiatan produksi (production)

Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Pada dasarnya kegiatan ini melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan kegiatan teknik. Dengan melaksanakan kegiatan ini semua, maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

d. Pekerjaan administrasi (clerical work)

Pekerjaan administrasi ini khusus dalam pencatatan mengenai kegiatan pemeliharaan antara lain pencatatan mengenai biaya-biaya yang berhubungan dengan pemeliharaan, komponen atau spare part yang dibutuhkan untuk inspeksi dan perbaikan. Jadi kegiatan

(33)

administrasi di sini termasuk penyusunan planning dan schedulling yaitu rencana kapan masih harus dicek/diperiksa, diminyaki/diservis dan direparasi.

e. Pemeliharaan bangunan (housekeeping)

Kegiatan ini menjaga agar bangunan atau gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya. Jadi kegiatan ini meliputi pembersihan dan pengecatan gedung, pembersihan halaman dan kegiatan pemeliharaan peralatan lain yang tidak termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian pemeliharaan.

Lain halnya menurut Suyadi Prawirosentono (2000:318) kegiatan pemeliharaan dibagi dalam, lima kegiatan pokok:

a. Mechanical maintenance (pemeliharaan mesin)

b. Electrical maintenance (pemeliharaan jaringan listrik)

c. Instrument maintenance (pemeliharaan instrumen)

d. Electrical Power maintenance (pemeliharaan pembangkit listrik)

e. Workshop (bengkel pemeliharaan)

2.1.3.7 Organisasi Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan fungsi yang sangat penting dalam suatu perusahaan sehingga perlu mendapat perhatian untuk menjamin kelancaran proses produksinya, karena kegiatan pemeliharaan ini sangat kompleks sifatnya yang menyangkut semua peralatan-peralatan yang ada dalam pabrik.

Besar kecilnya bagian pemeliharaan tergantung besar kecilnya perusahaan dan otomatis tidaknya mesin-mesin yang digunakan. Perusahaan yang besar mempunyai struktur organisasi yang lebih rumit dari perusahaan kecil. Sedangkan

(34)

pada perusahaan kecil mungkin hanya mempunyai tenaga kerja beberapa orang saja di bagian pemeliharaan.

2.1.3.8 Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan perusahaan kadang-kadang berbeda dengan perusahaan lainnya. Pelaksanaan kebijaksanaan dari kegiatan pemeliharaan biasanya ditentukan oleh pimpinan puncak perusahaan. Syarat untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:102) yaitu:

a. Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan. b. Harus ada planning dan scheduling

c. Harus ada surat perintah yang tertulis

d. Harus ada persediaan alat-alat/spare parts (storage control)

e. Harus ada catatan (records)

f. Harus ada laporan, pengawasan dan analisa (report,control and analysis). Dari keenam prasyarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan

Yaitu merupakan data keseluruhan mengenai mesin dan peralatan seperti nomor, jenis, umur dan tahun pembuatan, keadaan atau kondisinya. Pembebanan dalam operasi produksi direncanakan per jam atau kapasitas dan bagaimana operator menjalankan mesin tersebut, berapa jumlah maintenance

crew dan sebagainya.

b. Planning dan Scheduling

Dalam hal ini disusun perencanaan dan jadwal pemeliharaan untuk jangka pendek dan jangka panjang seperti preventive maintenance maupun reparasi kerusakan. Perlu pula direncanakan banyaknya tenaga pemeliharaan

(35)

yang harus ada agar pekerjaan pemeliharaan dapat berjalan efektif dan efisien.

c. Surat perintah yang tertulis

Surat perintah ini haruslah memberitahukan atau menyatakan tentang:

1) Apa yang dikerjakan

2) Siapa yang mengerjakan dan yang bertanggung jawab 3) Dimana dikerjakan, apakah ke luar atau di dalam pabrik.

4) Berapa tenaga dan bahan/alat-alat yang dibutuhkan dan macamnya. 5) Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan

waktu selesainya.

d. Persediaan alat-alat/ spare parts (storage control)

Dalam hal ini, oleh karena pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dibutuhkan adanya spare parts (alat-alat) dan material, maka spare part dan material ini harus disediakan dan diawasi. Maka manajer bagian pemeliharaan harus selalu berusaha agar spare part dan material tetap ada pada saat dibutuhkan.

e. Catatan (records)

Yaitu berupa catatan tentang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan apa yang perlu untuk kegiatan pemeliharaan tersebut. Jadi perlu adanya catatan/gambaran yang menunjukkan jumlah dan macam serta letak peralatan/mesin serta catatan tentang inspeksi serta biaya pemeliharaan. Di

(36)

samping itu pula perlu dibuat catatan mengenai jam produksi, waktu berhenti dan jumlah produksi.

f. Laporan, pengawasan dan analisa (report, control and analysis)

Laporan yang dimaksud disini adalah laporan tentang pembetulan yang telah diadakan serta pengawasannya. Disamping itu juga perlu dilakukannya penganalisaan tentang kegagalan yang pernah terjadi. Analisa ini penting untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan akan kegiatan atau kebijaksanaan pemeliharaan.

2.1.3.9 Metode-Metode Pemeliharaan

Menurut Hanni T. Handoko (2000:162) untuk mengevaluasi biaya-biaya yang harus dikeluarkan ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung biaya pemeliharaan yaitu:

1) Preventive Maintenance, merupakan kegiatan pemeliharaan yang

dilakukan sebelum terjadi kerusakan. Untuk mencari biaya perbaikannya terlebih dahulu dihitung ekspektasi jumlah kerusakan mesin dengan rumus sebagai berikut:

P

B

P

B

P

B

P

B

x x x x n i

Pn

N

Bn

) 1 ( 1 3 ) 3 ( 2 ) 2 ( 1 ) 1 ( −

+

+

...

+

+

=

Keterangan:

Bn = Ekspektasi jumlah kerusakan mesin dalam n bulan. N = Jumlah mesin.

(37)

TCr = Biaya bulanan total kebijaksanaan korektif. NC2 = Biaya perbaikan semua mesin.

n

ΣiPi = Jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan-kerusakan.

i=1

2) Corrective Maintenance, merupakan kegiatan pemeliharaan yang

dilakukan setelah terjadinya kerusakan. Untuk mengetahui biaya

corrective maintenance dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut: Keterangan:

=

=

n i i

iP

NC

TCr

1 2

2.1.3.10 Pengertian Biaya Pemeliharaan dan Harga Satuan Pemeliharaan

Setiap transaksi pemeliharaan peralatan menyebabkan dimulainya transaksi keuangan sebagai contoh, apabila pemeliharaan peralatan dikerjakan oleh pihak kedua dengan suatu kontrak, maka satu bagian dari suatu proses keuangan mungkin telah dilakukan oleh pemeliharaan peralatan. Dalam pemeliharaan peralatan suatu aktivitas yang berhubungan dengan hal tersebut di atas akan selalu diikuti dengan kebutuhan dana. Penyediaan dana tingkat peralatan dipengaruhi oleh besarnya dana yang tersedia. Sofjan Assauri (2004:92) berpendapat bahwa, “Adapun biaya-biaya pengecekan, penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian (Adjustment dan biaya perbaikan atau reparasi).

Pada dasarnya biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan peralatan sebagai usaha untuk menyediakan peralatan dalam kondisi siap untuk dipakai dalam proses produksi. Disisi lain harga satuan pemeliharaan

(38)

adalah biaya yang terjadi di bagi dengan produksi yang dihasilkan dengan menggunakan peralatan yang dipelihara.

2.1.4 Mesin

2.1.4.1 Pengertian Mesin

Mesin merupakan suatu fasilitas yang mutlak diperlukan perusahaan dalam berproduksi. Dengan menggunakan mesin, maka perusahaan dapat menekan tingkat kegagalan produknya, dapat mencapai ketepatan waktu dalam menyelesaikan produknya sesuai dengan permintaan pelanggan dan penggunaan sumber bahan baku akan lebih efisien karena dapat lebih terkontrol penggunaannya.

Adapun pengertian mesin menurut pendapat Sofjan Assauri (2004:79), bahwa: "Mesin adalah suatu peralatan yang digerakan oleh suatu kekuatan/tenaga yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian tertentu".

2.1.4.2 Jenis Mesin

Mesin memiliki jenis-jenis yang berbeda, menurut Sofjan Assauri (2004:79), mesin dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Mesin yang bersifat umum/serba guna (general purpose machine). Mesin yang seba guna merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang/produk atau bagian dari produk (part). Ciri-ciri mesin yang serba guna (general purpose machine), yaitu:

(39)

a. Mesin ini dibuat dengan bentuk standar dan selalu atas dasar untuk pasar (ready stock) dan bukan atas dasar pesanan.

b. Mesin ini memproduksi dalam volume yang besar, maka harganya relatif lebih murah. Sehingga investasi dalam mesin ini lebih murah.

c. Penggunaan mesin sangat fleksibel dan variasinya banyak.

d. Diperlukan kegiatan pemeriksaan atau inspeksi atas dasar apa yang dikerjakan pada mesin serba guna ini.

e. Biaya operasi produksi lebih mahal.

f. Biaya pemeliharaan mesin serba guna ini lebih murah,karena bentuk mesin serba guna ini standard dan mesin ini tidak mudah ketinggalan jaman. 2. Mesin yang bersifat khusus (special purpose machine). Mesin yang bersifat

khusus adalah mesin-mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama. Ciri-ciri mesin yang bersifat khusus (special purpose machine), yaitu:

a. Mesin ini dibuat atas dasar pesanan dan dalam jumlah atau volume yang kecil. Oleh karena harga mesin-mesin ini biasanya relatif lebih mahal, sehingga investasi dalam mesin ini menjadi lebih mahal.

b. Mesin bersifat khusus ini biasanya agak otomatis, sehingga pekerjaannya lebih cepat dan biasanya dipergunakan dalam pabrik yang menghasilkan produknya dalam jumlah yang besar.

c. Biaya pemeliharaan dari mesin ini lebih mahal dari mesin serba guna. d. Biaya produksi per unit relatif lebih rendah.

(40)

2.1.4.3 Peranan Mesin Dalam Proses Produksi

Setiap perusahaan di dalam memproduksi suatu barang biasanya menggunakan mesin yang bermacam-macam. Dengan adanya mesin-mesin ini pekerjaan jauh lebih mudah dan lebih cepat dijalankan. Oleh karena itu penggunaan mesin sangat diperlukan dalam berproduksi.

Sofjan Assauri (2004:79) menuturkan bahwa:

“Mesin-mesin sangat membantu manusia dalam melakukan proses pengerjaan atau produksi suatu barang, sehingga barang-barang dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik”.

Dari pendapat di atas, jelas bahwa peranan mesin sangat besar sekali sebagai alat untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi juga menambah kualitas dan kuantitas hasil produksi dan manusia berfungsi sebagai penggerak.

2.1.5 Proses Produksi

Sebelum kita membahas tentang proses produksi akan lebih baik apabila kita lebih dahulu membahas tentang pengertian proses. Menurut Sofjan Assauri (2004:75) proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil dan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa.

(41)

2.1.5.1 Pengertian Proses Produksi

Pengertian proses produksi seperti yang dikemukakan oleh S. Buffa dalam buku Sujadi Prawirosentono (2000:64) mengatakan: “Proses produksi merupakan serangkaian proses yang ditujukan untuk menciptakan barang dan jasa”.

Sedangkan Sofjan Assauri (2004:7) berpendapat lain dengan mengatakan bahwa “Proses produksi adalah hasil dari kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan barang atau jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi ke dalam ekonomi berupa modal, tenaga kerja dan lain-lain. Kelancaran proses produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan, kualitas produk, ketepatan waktu dalam proses produksi merupakan tingkat kegiatan yang diselesaikan sesuai dengan target perusahaan sehingga dapat menunjang kelancaran proses produksi. Dengan indikator:

a) Jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan target perusahaan. (Output dibagi Target)

b) Kualitas hasil produksi sesuai dengan kualitas yang ditentukan perusahaan. (Output dibagi barang yang memenuhi standar)

c) Ketepatan waktu dalam proses produksi. (Output dibagi target)

Agus Ahyari (2002:88) juga berpendapat bahwa: “proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada”.

Melihat ketiga definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,

(42)

mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Adapun jenis proses produksi dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi wujud proses produksi dan segi arus produksi.

a. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Wujud Proses Produksi

Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Menurut Agus Ahyari (2002:66) proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi dua yaitu: proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses

assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi.

Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous

processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).

Penjelasan tentang proses produksi menurut wujud, yaitu sebagai berikut: 1) Proses produksi kimiawi

Merupakan suatu proses produksi yang menitik beratkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia.

2) Proses produksi perubahan bentuk

Merupakan suatu proses produksi dimana pelaksanaan proses produksi tersebut dititik beratkan kepada adanya perubahan bentuk dari masukan (input) menjadi keluaran (output).

3) Proses produksi assembling

Merupakan suatu proses yang di dalam pelaksanaan proses produksinya akan lebih mengutamakan kepada proses penggabungan (assembling) dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan.

(43)

4) Proses produksi transportasi

Merupakan suatu proses produksi dengan jalan menciptakan jasa tempat dari barang ataupun manusia.

5) Proses produksi penciptaan jasa administrasi

Merupakan suatu proses produksi memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga lain yang memerlukannya.

b. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Arus Proses Produksi

Menurut Agus Ahyari (2002:72) “Proses produksi yang urutan proses sama, ini umumnya sering disebut dengan proses produksi terus-menerus, sedangkan proses produksi dengan urutan yang tidak selalu sama seringkali disebut dengan proses produksi terputus-putus”.

1) Proses produksi terus menerus, pada proses produksi terus menerus ini terdapat pola atau urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah

2) Proses produksi terputus-putus, ini seringkali disebut pula sebagai proses produksi intermitten (intermitten process). Dalam pelaksanaan

(44)

produksi dengan menggunakan proses produksi semacam ini, akan terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. (Agus Ahyari, 2002:74).

2.1.6 Hasil Produksi

Secara umum telah disadari bahwa tingkat produksi mempunyai peranan yang sangat besar dalam usaha meningkatkan kesejahteraan. Tiada jenis aktivitas manusia yang dilakukan tidak memperoleh keuntungan dari tingkat produksi yang tinggi sebagai suatu power yang menghasilkan lebih banyak ragam barang dan jasa.

Menurut pendapat dari Ashary (1996:6), memberikan definisi:

“Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam yaitu:

a. Faedah bentuk

Yaitu seseorang atau perusahaan yang mengubah bentuk misalnya dari kayu menjadi meja, kursi dan sebagai.

b. Faedah tempat

Yaitu seseorang atau perusahaan yang membawa hasil-hasil pertanian dari kawasan pedesaan ke daerah lain.

c. Faedah waktu

Yaitu penyimpanan barang-barang yang baru saja diturunkan dari kapal sampai dengan barang tersebut diperlukan”.

Dari pernyataan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa melalui pengukuran produksi, maka pihak perusahaan dapat membandingkan hasil yang diperoleh dalam periode-periode tertentu apakah terjadi peningkatan atau tidak. Untuk membandingkan antara keluaran dan masukan ini maka tingkat produksi dapat dipandang sebagai alat yang harus diperhatikan terus menerus terutama terhadap

(45)

sumber-sumber yang berubah, seperti tenaga kerja dan sebagainya, jika diukur secara tepat akan mengindikasikan suatu penampilan yang efektif dan efisien.

Swastha (2001:280), menyatakan bahwa: “Teori produksi adalah suatu proses yang dapat mengubah barang dan jasa yang disebut output”. Sedangkan bagi pekerja, produksi itu berarti segala sesuatu yang dicapai hari ini harus lebih baik dari pada yang dicapai saat kemarin.

Menurut pendapat Atmosoeprapto (2001:25):

Produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan manusia dipergunakan dengan baik dan dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan, secara singkat dapat dikatakan produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan: seberapa jauh masukan (input) dapat menghasilkan keluaran (output), baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan standard (baku) yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Sumodiningrat (2000:3), memberikan argumentasi tersendiri dengan mengatakan: “Produksi adalah setiap perbuatan yang menjadikan barang dapat lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu produksi juga diartikan sebagai pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen, hasil itu dapat berupa barang dan jasa”. Pada dasarnya hasil produksi adalah merupakan jumlah hasil yang dicapai seorang pekerja atau faktor produksi yang lain dalam jangka waktu tertentu.

2.1.7 Pengaruh Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin Terhadap Kelancaran Proses Produksi

Dalam usahanya memperlancar kegiatan proses produksi perawatan mesin produksi mempunyai peranan yang sangat penting bagi tindak lanjut dari kegiatan

(46)

pemeliharaan ini maka setiap perusahaan wajib melaksanakan kegiatan pemeliharaan dengan harapan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Menurut Sofjan Assauri (2004:75) "proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada". Sofjan Assauri (2004:77) juga menambahkan bahwa kelancaran proses produksi yaitu, “Suatu kegiatan untuk mengurangi kemacetan pada saat menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang terdiri dari; tenaga kerja, modal, bahan baku, mesin, pasar, sehingga kegiatan produksi tidak terganggu.

Sedangkan pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004:95) adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan mesin dan penggantian komponen mesin yang diperlukan sesuai dengan yang direncanakan.

Berdasarkan pendapat tersebut dari masing-masing variabel sesuai dengan pengertian kegiatan pemeliharaan terhadap proses produksi mempunyai maksud bahwa dalam usaha menunjang kelancaran proses produksi perlu adanya salah satu dari manajemen menunjang kelancaran proses produksi, dalam arti perusahaan bisa melaksanakan proses produksi tanpa hambatan-hambatan yang bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kerusakan maka proses produksi bisa berhenti karena mesin produksi tidak beroperasi sehingga target produksi tidak tercapai. Hubungan pemeliharaan dengan kelancaran proses produksi sangat erat, dengan adanya perawatan mesin

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dijalankan untuk mengenal pasti perkaitan antara personaliti pelajar dan tingkah laku pengajaran guru dengan pencapaian Matematik.. Borang soal selidik

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Dalam tahap ini peneliti melakukan pelaksanaan proses pembelajaran dan sekaligus melakukan pengamatan terhadap apa yang telah direncanakan dalam upaya menumbuhkan motivasi

Dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Hasil penelitian dari BMT Mitra Ummat Rumbia bahwa kompensasi yang telah didapat oleh karyawan terutama Account Officer (AO) adalah kompensasi finansial berupa bonus,

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based