KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN
DAN PERIKANAN MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA) 2015
Direktorat Jenderal P2HP Oleh :
Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.Sc.
Sekretaris Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Disampaikan pada:
Rapat Koordinasi Minapolitan
Batam, 22 September 2014
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
2015
Negara GDP (PPP)
(USD 000) GDP Real Growth (%)
GDP per Capita
(USD)
Labor
Force Index Gini Population Total Growth Pop. (%)
Life
Expect. Death Rate* (%) Brunei 21,110,000 2.8 49,400 188,800 - 401,890 1.71 76.17yr 3.35 Indonesia 1,121,000,000 6.4 4,700 117,000,000 36.8 245,613,043 1.07 71.33yr 6.26 Malaysia 447,000,000 5.2 15,600 11,900,000 46.2 28,728,607 1.58 73.79yr 4.93 Filipina 393,400,000 4.7 4,100 39,810,000 45.8 101,833,938 1.9 71.66yr 5.02 Singapura 314,500,000 5.3 59,900 3,212,000 47.8 4,740,737 0.82 82.14yr 4.95 Thailand 609,800,000 1.5 9,700 39,280,000 53.6 66,720,153 0.57 73.6yr 7.29 • Deaths/1,000
• All data as of 30 Jan 2013
• Pasar sebesar ± 600 juta dengan total GDP (PPP) lebih dari US$ 2,7 Triliun
• Perekonomian ASEAN tumbuh, kelas menengah makin berkembang
• Akan meningkatkan tuntutan standar hidup lebih baik dan khususnya demand terhadap berbagai jasa
u
AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah
komitmen yang dibangun oleh 10 negara ASEAN untuk
meningkatkan perekonomian kawasan, dengan cara
meningkatkan daya saing perdagangan dan investasi
kawasan ASEAN di pasar global agar tercipta pertumbuhan
ekonomi yang merata, peningkatan taraf hidup masyarakat,
dan penurunan angka kemiskinan.
u
Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi
pasar
terbuka
yang berbasis produksi, dimana
aliran barang
,
jasa
,
dan
investasi
akan bergerak bebas, sesuai dengan
kesepakatan ASEAN
PENGERTIAN DASAR
PERJALANAN ASEAN 1967 - 2015
E N L A R G E M E N T
D E E P E N I N G 1967: INA, MAL PHI, SIN, THA
1977: PTA 1992: CEPT AFTA 1984: BRU 1995: VN 1997: LAO, MYM 1999: CAM 1995: AFAS 2004: ASN-China 2006: ASN-KOR 2008: ASN-JAP 2009: ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment
EAFTA Study CEPEA Study 1997: ASEAN Vision 2020 1998: AIA 2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020;
11 Priority Integration Sectors (PIS)
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint
2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
ASEAN Economic Community 2015 2005: Logistics as PIS
2010: ASEAN Plus Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation
2010: Connectivity Master Plan
ASEAN-Australia- New Zealand FTA ASEAN-Korea FTA ASEAN-Japan CEP ASEAN-Canada TIFA (Being Developed) ASEAN-China FTA ASEAN-Russia ASEAN-EU FTA (Individual/ Regional) ASEAN-Pakistan ASEAN-India FTA ASEAN-US TIFA Global Engagement is Key
ASEAN-GCC
ASEAN-MERCOSUR Trans Pacific
Partnership? East Asian community? Asia Pacific community?
Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional Kawasan Berdaya- saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata Integrasi dengan Perekonomian Dunia
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Visi ASEAN 2020:
ASEAN yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang
merata, dan tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang menurun
ASEAN Economic Community
Strategic Schedule of the AEC Blueprint (2008-2015)
Pillar 1 Single Market & Production Base
• Free flow of goods
• Free flow of services
• Free flow of
investment
• Freer flow of capital
• Free flow of skilled
labor
• Priority Integration
Sectors
• Food, agriculture and
forestry Pillar 2 Competitive Economic Region • Competition policy • Consumer protection • Intellectual property rights • Infrastructure development • Taxation • E-Commerce Pillar 3 Equitable Economic Development • SME development
• Initiative for ASEAN
Integration
Pillar 4 Integration into the Global Economy
• Coherent approach towards external economic relations • Enhanced participation in global supply networks
HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT RESEARCH AND DEVELOPMENT
PILAR:
SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE
A. Comprise five core elements:
1.
free flow of goods
2.
free flow of services
3.
free flow of investment
4.
free flow of capita
5.
free flow of skilled labour
B. Include two important components namely, the
priority integration sectors, and food, agriculture
and forestry.
Catatan:
• UMKM disepakati menjadi “player” dalam ke-12 PIS tersebut.
• Indonesia merupakan country coordinator untuk sektor automotive dan wood-based.
1.
Agro-based
2.
Automotive
3.
Electronic
4.
Fisheries
5.
Healthcare
6.
ICT
7.
Rubber-based
8.
Textile and apparel
9.
Wood-based
10.
Air travel
11.
Tourism
12.
Logistic services
SCORECARD KESIAPAN MEA 2015 (%)
Indonesia saat ini
Indonesia 2030
Ekonomi terbesar ke-16 dunia Ekonomi terbesar ke-7 di dunia
45 juta orang konsumen berdaya beli 137 juta orang konsumen berdaya beli 53% populasi ada di perkotaan dan
memperoduksi 74%GDP
71% populasi ada di perkotaan dan memproduksi 86% GDP
Memiliki 55 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja
Membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja
Adalah peluang pasar senilai US$ 0.5 triliun (sekitar Rp 4.800 triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan
Adalah peluang pasar senilai US$ 1.8 triliun (sekitar Rp 17.280 triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan
LAPORAN MCKINSEY GLOBAL INSTITUTE 2012:
PERMINTAAN TERHADAP IKAN TERUS MENINGKAT
SEIRING DENGAN PERMINTAAN
TERHADAP SUMBER PANGAN FAUNA LAINNYA
Sumber : Hall et al. (2011) Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 Pig Chicken Fish
Production targets (national data) Production forecast (this study)
Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 FAO (2004) Wijkstrom (2003) IFPRI (2003) Ye (1999) Fish •Baseline scenario
•Technological advances in aquaculture
•Ecological collapse of fisheries
• Global consumption remains at 1996 levels (15.6 kg/y)
• Global consumption rises to 22.5 kg/y
Growing fisheries (0.7% per annum) Stagnant fisheries Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 FAO (2004) Wijkstrom (2003) IFPRI (2003) Ye (1999) Fish •Baseline scenario
•Technological advances in aquaculture
•Ecological collapse of fisheries
• Global consumption remains at 1996 levels (15.6 kg/y)
• Global consumption rises to 22.5 kg/y
Growing fisheries (0.7% per annum) Stagnant fisheries
PERIKANAN BUDIDAYA TERUS TUMBUH
UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN
Sumber : FAO - Cai (2011)
TANTANGAN
COUNTRY RANK/144 SCORE (1-7) GCI 2011-2012 RANK Switzerland 1 5.67 1 Singapore 2 5.61 2 Finland 3 5.54 3 Malaysia 24 5.03 25 Brunei 26 4.95 28 China 29 4.84 29 Thailand 37 4.54 38 Indonesia 38 4.53 50 Brazil 48 4.33 56 South Africa 53 4.37 52 Philippines 59 4.29 65 India 60 4.28 59 Russia Federation 64 4.25 67 Vietnam 70 4.18 75 Cambodia 88 4.01 85 Burundi 146 2.92 144 Guinea 147 2.91 141 Chad 148 2.85 139
Global
CompeTTveness
Index 2013-‐2014
NEGARA 2010 2011 2012 2013 INDONESIA 44 46 50 38 SINGAPURA 3 2 2 2 MALAYSIA 26 21 25 24 THAILAND 38 39 38 37 BRUNEI 28 28 28 26 FILIPINA 85 75 65 59 VIETNAM 59 65 75 70 KAMBOJA 109 97 85 88
LAOS n/a n/a n/a 81
TIMOR-‐LESTE n/a n/a 136 138
MYANMAR n/a n/a n/a 139
PERINGKAT DAYA SAING
ASEAN 2013
Naik Stabil Turun
Korupsi 19.3
Birokrasi berbeli-belit 15.0
Insfrastruktur 9.1
Akses ke Lembaga keuangan 6.9
Regulasi buruh 6.3
Kebijakan selalu berubah 5.7
Etika kerja buruh rendah 5.7
Inflasi 5.8
Pajak 5.2
Instabilitas Pemerintah 4.9
Pekerja terdidik 4.2
Layanan kesehatan 3.5
Kriminal dan pencurian 2.8
Regulasi pajak 2.6
Kapasitas inovasi lemah 2.1
Regulasi mata uang 1.6
Faktor Penghambat
Bisnis di Indonesia
RANK
COUNTRY
SCORE/100
WORLD RANK
1
New Zealand
82,1
11
2
Japan
81,0
13
3
Australia
80,4
14
4
South Korea
76,9
22
5
Malaysia
63,7
32
6
China
61,9
37
7
Thailand
57,4
43
8
Vietnam
49,4
56
9
Philippines
46,6
61
10
Indonesia
45,8
64
11
Myanmar
36,4
78
12
Cambodia
30,1
87
Sumber : Economic Intelligent Unit, The Economist. Date of release: October 17, 2012
INDEKS KETAHANAN PANGAN, 2012*
(ASIA TIMUR DAN PASIFIK)
NEGARA
SUKU BUNGA (%)
Malaysia
4,8
Singapura
5,4
Brunei Darussalam
5,5
Filipina
5,7
Thailand
7,1
Indonesia
11,8
Myanmar
13,0
Vietnam
13,5
Timor Leste
22,2
PERBANDINGAN SUKU BUNGA PINJAMAN, 2012
World Bank LPI
2010
TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME
Country LPI Rank
China 27 Thailand 35 Philippines 44 India 47 Tunisia 61 Honduras 70 Ecuador 71 Indonesia 75 Paraguay 76
Syrian Arab Republic 80
Country LPI Rank
India 46
Morocco 50
Philippines 52
Vietnam 53
Egypt, Arab Rep. 57
Indonesia 59 Yemen, Rep. 63 Ukraine 66 Pakistan 71 Guatemala 74 Sumber: lpi.worldbank.org
RANKING KINERJA LOGISTIK INDONESIA
World Bank LPI
2012
TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME
World Bank LPI
2014
TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME
Country LPI Rank
Japan 10
Malaysia 25
Thailand 35
Indonesia 53
Philippines 57
Egypt, Arab Rep. 62
Brazil 65
Pakistan 72
Kenya 74
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
ASIA PASIFIK, 2012
(UNDP, 2013)
IPM Indonesia masih kalah dengan negara-‐negara kecil:
Palau, Tonga, Samoa, Micronesia, dan KiribaT
Nasional
Perikanan Tangkap 70 Triliun Rupiah Perikanan Budidaya 75 triliun Rupiah Pengolahan Hasil, Pemasaran Distribusi 115 triliun Rupiah Sumber : BPS, 2013 Sumber : FAO and Glitnir Bank, 2012CONSUMPTON GROWTH OF FISH
AND SEAFOOD
• • •
More than 50% increase 2006 to
2030
§ China § India
§ Other South Asia
§ Cent./West Asia & N.Africa
Less than 20% increase 2006 to
2030
§ Southeast Asia § Sub-‐Sahara Africa § North America § LaYn America
Regions with liale growth or
decline
§ Other Asia & Pacific § Europe
(South East Asia Nutrition Survey/SEANUT, Kompas 20 November 2012) DATA DUNIA • Underweight 18% • Stunting 36% • Wasting 13% (Unicef, 2013) DATA INDONESIA • Underweight 17.9% • Stunting 35.6% • Wasting
29.08 30.48
32.25 33.89
35.62
2009 2010 2011 2012 2013*
TINGKAT KONSUMSI IKAN
*) estimated
•
Periode 2009 –2013
tingkat konsumsi
ikan dalam negeri
meningkat sebesar
5,20% per tahun.
•
Tahun 2013, tingkat
konsumsi ikan
diperkirakan sebesar
35.62 kg/kapita
•
Target Konsumsi
2014: 38 kg/kapita
Jawa dan Sumatera merupakan wilayah sentra industri bagi pengolahan produk
perikanan, sementara Maluku dan Papua sebagai sentra produksi ikan terbesar saat ini.
JUMLAH UNIT PENGOLAHAN INDUSTRI
DI INDONESIA MENURUT WILAYAH
KOMODITAS PROYEKSI (Ton) (%/TAHUN)KENAIKAN 2015 2016 2017 2018 2019
Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap di laut 5.748.550 5.805.700 5.919.980 6.035.360 6.181.250 1,83
Perikanan tangkap di
perairan umum 406.790 407.780 408.820 409.950 411.170 0,27 Sub Total 6.155.340 6.213.480 6.328.800 6.445.310 6.592.420 1,73 Budidaya Ikan 7.669.500 9.150.700 11.132.500 13.879.500 17.520.100 20,62 Rumput laut 11.906.000 13.092.000 14.791.000 17.104.000 20.147.000 14,09 Sub Total 19.575.500 22.242.700 25.923.500 30.983.500 37.667.000 17,82 TOTAL 25.730.840 28.456.180 32.252.300 37.428.810 44.259.520 12,65
ITEM PERKIRAAN TARGET PROYEKSI
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Konsumsi (Kg/Kapita) 35,62 38,00 40,01 42,12 44,35 46,69 49,16 Populasi (Juta orang) 248,4 252,1 255,9 259,7 263,6 267,5 271,5 Kebutuhan Ikan (Juta ton) 8,9 9,6 10,2 10,9 11,7 12,5 13,3 Kebutuhan bahan baku untuk
RANK NEGARA PRODUKSI (TON) 1 CHINA 15,418,967 2 INDONESIA 5,380,266 3 INDIA 4,694,968 4 USA 4,369,540 5 PERU 4,261,091 6 RUSIA 4,069,624 7 JEPANG 4,044,285 8 MYANMAR 3,063,210 9 CHILE 2,679,736 10 FILIPINA 2,675,292
POSISI INDONESIA
DALAM PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DUNIA, 2010
§ Total Produksi Dunia :
88,603,826 Ton
§ Cakupan komoditas :
ikan, udang, kepiting, molluska dan lain-lain
RANK NEGARA PRODUKSI (TON) 1 CHINA 36,734,215 2 INDIA 3,785,779 3 VIETNAM 2,671,800 4 INDONESIA 2,304,828 5 BANGLADESH 1,308,515 6 THAILAND 1,286,122 7 NORWEGIA 1,008,010 8 MESIR 919,585 9 MYANMAR 850,697 10 FILIPINA 744,695
POSISI INDONESIA
DALAM PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DUNIA, 2012
§ Total Produksi Dunia :
59,002,185 Ton
§ Cakupan komoditas :
ikan, udang, kepiting molluska, hewan amfibi & biota air lainnya
§ Produksi perikanan budidaya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan produksi perikanan
tangkap.
§ Total produksi perikanan tahun 2013 sebesar 19,56 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap
5,86 juta ton dan perikanan budidaya 13,70 juta ton.
§ Produksi perikanan tahun 2013 naik sebesar 26,2 % dibanding tahun 2012.
11.66 13.65 15.50 19.56 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 2 010 2011 2012 2013 Juta to n Juta to
n Perikanan Budidaya (rumput laut)
Perikanan Budidaya (Ikan/Udang) Perikanan Tangkap
Total Produksi
PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN INDONESIA,
2010 – 2013 (JUTA TON)
RANK NEGARA NILAI (Mil USD) 1 CHINA 18,12 (15.04) 2 NORWEGIA 8.51 (7.06) 3 THAILAND 7.34 (6.09) 4 VIETNAM 5.96 (4.95) 5 USA 5.44 (4.51) 6 CANADA 4.18 (3.47) 7 SPANYOL 3.67 (3.05) 8 INDONESIA 3.59 (2.98) 9 BELANDA 3.32 (2.76) 10 CHILE 3.23 (2.68)
POSISI INDONESIA DALAM PERDAGANGAN HASIL
PERIKANAN DUNIA, 2012
§ Nilai perdagangan dunia :
120.49 Milyar USD
§ Cakupan komoditas :
- Fish, fresh (live or dead), chilled or fozen
- Fish dried, salted or in brine, smoked fish, flours, meals etc
- Crusaceans, molluscs, aquatic invertebrates, flours & pellets
- Preserved fish, crustacean, molluscs, aquatic
invertebrates
- 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 2008 2009 2010 2011 2012 M illions U S$
Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Kamboja Laos
PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL PERIKANAN
NEGARA ASEAN, 2008-2012
2.35 0.35 0.82 3.34 4.79 0.39 0.37 Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar 2.43 0.33 0.77 3.04 4.91 0.37 0.30 Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar 2.82 0.30 0.70 2.91 4.25 0.43 0.29 0.01 Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar 2010 2011 2012
KONTRIBUSI EKSPOR ASEAN
DI PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN DUNIA,
2010-2012
NILAI EKSPOR DUNIA ( 000 USD)
2010 2011 2012
85.737.065 100.585.212 97.688.997
• Ekspor hasil perikanan telah mengarah pada produk bernilai tambah, ditandai dengan meningkatnya harga
rata-rata produk
• Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2013 meningkat sebesar 8,9% dibanding dengan tahun 2012, dengan
nilai ekspor tertinggi terjadi pada komoditas udang
• Terdapat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,69 miliar pada tahun 2013
• Impor dikendalikan dengan baik, impor tahun 2013 sebesar 11,2% dari nilai ekspor (impor 2012 = 10,7%
nilai ekspor; impor 2011 = 13,9% nilai ekspor)
2.86 3.52 3.85 4.16 0.39 0.49 0.41 0.47 2.47 3.03 3.44 3.69 -‐ .5000 1.000 1.5000 2.000 2.5000 3.000 3.5000 4.000 4.5000 2010 2011 2012 2013 Ekspor Impor Neraca Perdagangan Surplus
PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR HASIL PERIKANAN INDONESIA,
2010 – 2013 (MILYAR USD)
Asia 52,97 % Afrika 2,49% Australia 1,65% Amerika 31,35% Eropa
11,53% Tujuan EksporAsia
Afrika Australia Amerika Eropa
Dari 53% ekspor ke Asia, 48% ke Jepang, 16% ke Cina & 26% ke ASEAN 41% 14% 10% 7% 5% 5% 4% 14% Jepang Cina Thailand Vietnam Hongkong Malaysia Singapura Lainnya
Pasar Tujuan Ekspor Utama
(based on single country):
AS 31%, Jepang 25 %, China termasuk HK 10%
Nilai Ekspor 2012: USD 3,853,658
NILAI EKSPOR PERIKANAN INDONESIA TAHUN 2012
MENURUT KAWASAN
18.92 19.98 24.07 6.56 6.30 5.94 26.91 25.00 24.87 38.58 40.47 36.30 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 2010 2011 2012
Market Share Asean (%)
Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Darussalam Kamboja Laos
Nilai Ekspor (000 USD) 11,437,147 12,210,348 10,652,970
MARKET SHARE
PASAR HASIL PERIKANAN ASEAN,
2010-2012
0 50000 100000 150000 200000 250000 VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) 2008 2009 2010 201 1 2012 2013* Thousands
Laos Kamboja Vietnam
Brunai Darussalam Myanmar Philipina
Singapura Malaysia Thailand
0 10000 20000 30000 40000 50000 VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) 2008 2009 2010 201 1 2012 2013* Thousands
EKSPOR INDONESIA KE NEGARA ASEAN IMPOR INDONESIA DARI NEGARA ASEAN
Sumber : BPS , diolah * angka sementara
KOMODITAS EKSPOR-IMPOR INDONESIA, 2012
Berdasarkan nilai ekspor/impor diatas 1 juta USD
NO. KOMODITAS PASAR TUJUAN
1. Udang termasuk Lobster Vietnam, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina
2. Tuna Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia dan
Filipina
3. Kepiting Singapura dan Malaysia
4. Rumput laut Filipina, Vietnam dan Malaysia
5. Cumi-cumi Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia
6. Kekerangan Vietnam, Singapura, malaysia dan Thailand
Komoditas Impor utama Indonesia yaitu :
1.
Tuna
dari Filipina dan Thailand
0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 VOLUME
(KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) (US$) NILAI 2008 2009 2010 2011 2012 2013*
Ekspor Impor Neraca
NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN
INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN
Pertumbuhan nilai ekspor : 13,71%/tahun Pertumbuhan nilai impor : 9,34%/tahun
Sumber : BPS, diolah * angka sementara
KEBIJAKAN SEKTOR KELAUTAN DAN
PERIKANAN MENGHADAPI MEA 2015
PELUANG DI SEKTOR KELAUTAN
DAN PERIKANAN
•
Akses pasar yang lebih besar di negara-negara ASEAN
•
Tenaga kerja terampil/profesional Indonesia dapat lebih
mudah bekerja di negara-negara ASEAN
•
Adanya transfer
knowledge
akibat dari bergabungnya (
joint
venture
) perusahaan – perusahaan yang sudah
berpengalaman di bidangnya dengan perusahaan –
perusahaan lokal di Indonesia.
•
Informasi yang lebih transparan mengenai peraturan ekspor,
ü
Peningkatan
supply chain and value chain management
untuk mendukung industrialisasi perikanan, diantaranya
melalui program:
1.
Produksi perikanan tangkap yang terkendali
: pengadaan kapal
yang lebih besar ukurannya untuk mengganti kapal-kapal ukuran
kecil yang sekarang dipakai nelayan;
2.
Peningkatan produksi perikanan budidaya
;
3.
Peningkatan produksi produk olahan
bernilai tambah tinggi
melalui peningkatan kapasitas UKM dan industrialisasi pengolahan;
4.
Pengembangan industri pendukung
(
supporting industries
).
KEBIJAKAN STRATEGIS
ü
Industrialisasi
Kelautan dan Perikanan sebagai
grand policy
2. Percepatan industrialisasi dengan menggenjot nilai tambah
produk perikanan.
3. Penguatan pasar dalam negeri melalui : a) Pembangunan
infrastruktur cold chain system; b) Early warning system gejolak
harga, c) Pengembangan informasi pasar; d) Pelaksanaan SLIN,
e) Penguatan regulasi dan enforcement; f). Penguatan SNI;
f) Importasi untuk mendorong ekspor; dan g) Penguatan
kemitraan asosiasi dengan anggotanya.
KEBIJAKAN
PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL
1. Penguatan sistem produksi hulu : kualitas dan kuanYtas bahan
baku
4. Penguatan pasar luar negeri melalui : a) Diversifikasi pasar;
b) Penguatan branding; c) Penguatan market intelegence,
d) Penguatan kemitraan asosiasi dengan anggotanya.
5. Pengurangan biaya ekonomi Ynggi untuk logisYk dan transportasi
perkapalan, penguatan kliring ekspor dan import, fasilitasi dan
kemudahan serYfikiasi/perijinan
6. Peningkatan SDM, ketenagakerjaan, riset dan inovasi teknologi
8. Perluasan ASEAN melalui RCEP yang memasukkan Jepang, India,
Korea, Australia dan New Zealand
Lanjutan…