• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN  SEKTOR  KELAUTAN    

DAN  PERIKANAN  MENGHADAPI    

MASYARAKAT  EKONOMI  ASEAN  

(MEA)  2015  

Direktorat Jenderal P2HP Oleh  :  

Dr.  Ir.  Syafril  Fauzi,  M.Sc.  

Sekretaris  Ditjen  Pengolahan  dan  Pemasaran  Hasil  Perikanan  

Kementerian  Kelautan  dan  Perikanan  

Disampaikan pada:

Rapat Koordinasi Minapolitan

Batam, 22 September 2014

(2)

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

2015

(3)

Negara GDP (PPP)

(USD 000) GDP Real Growth (%)

GDP per Capita

(USD)

Labor

Force Index Gini Population Total Growth Pop. (%)

Life

Expect. Death Rate* (%) Brunei 21,110,000 2.8 49,400 188,800 - 401,890 1.71 76.17yr 3.35 Indonesia 1,121,000,000 6.4 4,700 117,000,000 36.8 245,613,043 1.07 71.33yr 6.26 Malaysia 447,000,000 5.2 15,600 11,900,000 46.2 28,728,607 1.58 73.79yr 4.93 Filipina 393,400,000 4.7 4,100 39,810,000 45.8 101,833,938 1.9 71.66yr 5.02 Singapura 314,500,000 5.3 59,900 3,212,000 47.8 4,740,737 0.82 82.14yr 4.95 Thailand 609,800,000 1.5 9,700 39,280,000 53.6 66,720,153 0.57 73.6yr 7.29 • Deaths/1,000

• All data as of 30 Jan 2013

•  Pasar sebesar ± 600 juta dengan total GDP (PPP) lebih dari US$ 2,7 Triliun

•  Perekonomian ASEAN tumbuh, kelas menengah makin berkembang

•  Akan meningkatkan tuntutan standar hidup lebih baik dan khususnya demand terhadap berbagai jasa

(4)

u

AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah

komitmen yang dibangun oleh 10 negara ASEAN untuk

meningkatkan perekonomian kawasan, dengan cara

meningkatkan daya saing perdagangan dan investasi

kawasan ASEAN di pasar global agar tercipta pertumbuhan

ekonomi yang merata, peningkatan taraf hidup masyarakat,

dan penurunan angka kemiskinan.

u

Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi

pasar

terbuka

yang berbasis produksi, dimana

aliran barang

,

jasa

,

dan

investasi

akan bergerak bebas, sesuai dengan

kesepakatan ASEAN

PENGERTIAN DASAR

(5)

PERJALANAN ASEAN 1967 - 2015

E  N  L  A  R  G  E  M  E  N  T  

D  E  E  P  E  N  I  N  G   1967: INA, MAL PHI, SIN, THA

1977: PTA 1992: CEPT AFTA 1984: BRU 1995: VN 1997: LAO, MYM 1999: CAM 1995: AFAS 2004: ASN-China 2006: ASN-KOR 2008: ASN-JAP 2009: ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment

EAFTA Study CEPEA Study 1997: ASEAN Vision 2020 1998: AIA 2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020;

11 Priority Integration Sectors (PIS)

2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint

2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force

2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard

ASEAN Economic Community 2015 2005: Logistics as PIS

2010: ASEAN Plus Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation

2010: Connectivity Master Plan

(6)

ASEAN-Australia- New Zealand FTA ASEAN-Korea FTA ASEAN-Japan CEP ASEAN-Canada TIFA (Being Developed) ASEAN-China FTA ASEAN-Russia ASEAN-EU FTA (Individual/ Regional) ASEAN-Pakistan ASEAN-India FTA ASEAN-US TIFA Global Engagement is Key

ASEAN-GCC

ASEAN-MERCOSUR Trans Pacific

Partnership? East Asian community? Asia Pacific community?

(7)

Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional Kawasan Berdaya- saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata Integrasi dengan Perekonomian Dunia

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Visi ASEAN 2020:

ASEAN yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang

merata, dan tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang menurun

(8)

ASEAN Economic Community

Strategic Schedule of the AEC Blueprint (2008-2015)

Pillar 1 Single Market & Production Base

•  Free flow of goods

•  Free flow of services

•  Free flow of

investment

•  Freer flow of capital

•  Free flow of skilled

labor

•  Priority Integration

Sectors

•  Food, agriculture and

forestry Pillar 2 Competitive Economic Region •  Competition policy •  Consumer protection •  Intellectual property rights •  Infrastructure development •  Taxation •  E-Commerce Pillar 3 Equitable Economic Development •  SME development

•  Initiative for ASEAN

Integration

Pillar 4 Integration into the Global Economy

•  Coherent approach towards external economic relations •  Enhanced participation in global supply networks

HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT RESEARCH AND DEVELOPMENT

(9)

PILAR:

SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE

A. Comprise five core elements:

1.

free flow of goods

2.

free flow of services

3.

free flow of investment

4.

free flow of capita

5.

free flow of skilled labour

B. Include two important components namely, the

priority integration sectors, and food, agriculture

and forestry.

(10)

Catatan:

•  UMKM disepakati menjadi “player” dalam ke-12 PIS tersebut.

•  Indonesia merupakan country coordinator untuk sektor automotive dan wood-based.

1.

Agro-based

2.

Automotive

3.

Electronic

4.

Fisheries

5.

Healthcare

6.

ICT

7.

Rubber-based

8.

Textile and apparel

9.

Wood-based

10.

Air travel

11.

Tourism

12.

Logistic services

(11)

SCORECARD KESIAPAN MEA 2015 (%)

(12)
(13)

Indonesia saat ini

Indonesia 2030

Ekonomi terbesar ke-16 dunia Ekonomi terbesar ke-7 di dunia

45 juta orang konsumen berdaya beli 137 juta orang konsumen berdaya beli 53% populasi ada di perkotaan dan

memperoduksi 74%GDP

71% populasi ada di perkotaan dan memproduksi 86% GDP

Memiliki 55 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja

Membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil yang siap kerja

Adalah peluang pasar senilai US$ 0.5 triliun (sekitar Rp 4.800 triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan

Adalah peluang pasar senilai US$ 1.8 triliun (sekitar Rp 17.280 triliun) bagi produk jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan

LAPORAN MCKINSEY GLOBAL INSTITUTE 2012:

(14)

PERMINTAAN TERHADAP IKAN TERUS MENINGKAT

SEIRING DENGAN PERMINTAAN

TERHADAP SUMBER PANGAN FAUNA LAINNYA

Sumber : Hall et al. (2011) Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 Pig Chicken Fish

Production targets (national data) Production forecast (this study)

Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 FAO (2004) Wijkstrom (2003) IFPRI (2003) Ye (1999) Fish •Baseline  scenario

•Technological  advances  in  aquaculture

•Ecological  collapse  of  fisheries

• Global  consumption    remains  at 1996   levels  (15.6  kg/y)

• Global  consumption  rises  to  22.5  kg/y

Growing fisheries (0.7% per annum) Stagnant fisheries Year Pr od uc tio n (m illi on to nn es ) 20 40 60 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 80 100 120 FAO (2004) Wijkstrom (2003) IFPRI (2003) Ye (1999) Fish •Baseline  scenario

•Technological  advances  in  aquaculture

•Ecological  collapse  of  fisheries

• Global  consumption    remains  at 1996   levels  (15.6  kg/y)

• Global  consumption  rises  to  22.5  kg/y

Growing fisheries (0.7% per annum) Stagnant fisheries

(15)

PERIKANAN BUDIDAYA TERUS TUMBUH

UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN

(16)

Sumber : FAO - Cai (2011)

(17)
(18)

TANTANGAN

(19)

    COUNTRY RANK/144 SCORE (1-7) GCI 2011-2012 RANK Switzerland 1 5.67 1 Singapore 2 5.61 2 Finland 3 5.54 3 Malaysia 24 5.03 25 Brunei 26 4.95 28 China 29 4.84 29 Thailand 37 4.54 38 Indonesia 38 4.53 50 Brazil 48 4.33 56 South Africa 53 4.37 52 Philippines 59 4.29 65 India 60 4.28 59 Russia Federation 64 4.25 67 Vietnam 70 4.18 75 Cambodia 88 4.01 85 Burundi 146 2.92 144 Guinea 147 2.91 141 Chad 148 2.85 139

Global    

CompeTTveness    

Index  2013-­‐2014    

(20)

NEGARA   2010   2011   2012   2013   INDONESIA   44   46   50   38   SINGAPURA   3   2   2   2   MALAYSIA   26   21   25   24   THAILAND   38   39   38   37   BRUNEI   28   28   28   26   FILIPINA   85   75   65   59   VIETNAM   59   65   75   70   KAMBOJA   109   97   85   88  

LAOS   n/a   n/a   n/a   81  

TIMOR-­‐LESTE   n/a   n/a   136   138  

MYANMAR   n/a   n/a   n/a   139  

PERINGKAT DAYA SAING

ASEAN 2013

Naik   Stabil   Turun  

Korupsi 19.3

Birokrasi berbeli-belit 15.0

Insfrastruktur 9.1

Akses ke Lembaga keuangan 6.9

Regulasi buruh 6.3

Kebijakan selalu berubah 5.7

Etika kerja buruh rendah 5.7

Inflasi 5.8

Pajak 5.2

Instabilitas Pemerintah 4.9

Pekerja terdidik 4.2

Layanan kesehatan 3.5

Kriminal dan pencurian 2.8

Regulasi pajak 2.6

Kapasitas inovasi lemah 2.1

Regulasi mata uang 1.6

Faktor Penghambat

Bisnis di Indonesia

(21)

RANK

COUNTRY

SCORE/100

WORLD RANK

1

New Zealand

82,1

11

2

Japan

81,0

13

3

Australia

80,4

14

4

South Korea

76,9

22

5

Malaysia

63,7

32

6

China

61,9

37

7

Thailand

57,4

43

8

Vietnam

49,4

56

9

Philippines

46,6

61

10

Indonesia

45,8

64

11

Myanmar

36,4

78

12

Cambodia

30,1

87

Sumber : Economic Intelligent Unit, The Economist. Date of release: October 17, 2012

INDEKS KETAHANAN PANGAN, 2012*

(ASIA TIMUR DAN PASIFIK)

(22)

NEGARA

SUKU  BUNGA  (%)

Malaysia

4,8

Singapura

5,4

Brunei  Darussalam

5,5

Filipina

5,7

Thailand

7,1

Indonesia

11,8

Myanmar

13,0

Vietnam

13,5

Timor  Leste

22,2

PERBANDINGAN SUKU BUNGA PINJAMAN, 2012

(23)

World Bank LPI

2010

TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME

Country LPI Rank

China 27 Thailand 35 Philippines 44 India 47 Tunisia 61 Honduras 70 Ecuador 71 Indonesia 75 Paraguay 76

Syrian Arab Republic 80

Country LPI Rank

India 46

Morocco 50

Philippines 52

Vietnam 53

Egypt, Arab Rep. 57

Indonesia 59 Yemen, Rep. 63 Ukraine 66 Pakistan 71 Guatemala 74 Sumber: lpi.worldbank.org

RANKING KINERJA LOGISTIK INDONESIA

World Bank LPI

2012

TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME

World Bank LPI

2014

TOP 10 COUNTRIES LOWER MIDDLE INCOME

Country LPI Rank

Japan 10

Malaysia 25

Thailand 35

Indonesia 53

Philippines 57

Egypt, Arab Rep. 62

Brazil 65

Pakistan 72

Kenya 74

(24)

INDEKS  PEMBANGUNAN  MANUSIA  

ASIA  PASIFIK,  2012

     

(UNDP,  2013)  

IPM  Indonesia  masih  kalah  dengan  negara-­‐negara  kecil:  

Palau,  Tonga,  Samoa,  Micronesia,  dan  KiribaT  

(25)

Nasional  

Perikanan  Tangkap   70  Triliun  Rupiah   Perikanan   Budidaya   75  triliun  Rupiah   Pengolahan  Hasil,   Pemasaran   Distribusi   115  triliun  Rupiah   Sumber : BPS, 2013 Sumber : FAO and Glitnir Bank, 2012

(26)

CONSUMPTON GROWTH OF FISH

AND SEAFOOD

 

                        •                     •                     •           

More  than  50%  increase  2006  to          

 2030          

   § China              § India          

   § Other  South  Asia          

   § Cent./West  Asia  &  N.Africa          

Less  than  20%  increase  2006  to          

 2030          

   § Southeast  Asia              § Sub-­‐Sahara  Africa              § North  America              § LaYn  America          

Regions  with  liale  growth  or                  

 decline                  

   § Other  Asia  &  Pacific              § Europe          

(27)

(South East Asia Nutrition Survey/SEANUT, Kompas 20 November 2012) DATA DUNIA • Underweight 18% • Stunting 36% • Wasting 13% (Unicef, 2013) DATA INDONESIA • Underweight 17.9% • Stunting 35.6% • Wasting

(28)

29.08 30.48

32.25 33.89

35.62

2009 2010 2011 2012 2013*

TINGKAT KONSUMSI IKAN

*) estimated

Periode 2009 –2013

tingkat konsumsi

ikan dalam negeri

meningkat sebesar

5,20% per tahun.

Tahun 2013, tingkat

konsumsi ikan

diperkirakan sebesar

35.62 kg/kapita

Target Konsumsi

2014: 38 kg/kapita

(29)

Jawa dan Sumatera merupakan wilayah sentra industri bagi pengolahan produk

perikanan, sementara Maluku dan Papua sebagai sentra produksi ikan terbesar saat ini.

JUMLAH UNIT PENGOLAHAN INDUSTRI

DI INDONESIA MENURUT WILAYAH

(30)

KOMODITAS PROYEKSI  (Ton) (%/TAHUN)KENAIKAN   2015 2016 2017 2018 2019

Perikanan  Tangkap

Perikanan  tangkap  di  laut 5.748.550 5.805.700 5.919.980 6.035.360 6.181.250 1,83

Perikanan  tangkap  di  

perairan  umum  406.790  407.780  408.820  409.950  411.170 0,27 Sub  Total 6.155.340 6.213.480 6.328.800 6.445.310 6.592.420 1,73 Budidaya Ikan        7.669.500            9.150.700        11.132.500        13.879.500        17.520.100   20,62 Rumput  laut 11.906.000 13.092.000 14.791.000 17.104.000 20.147.000 14,09 Sub  Total 19.575.500 22.242.700 25.923.500 30.983.500  37.667.000 17,82 TOTAL 25.730.840              28.456.180          32.252.300          37.428.810          44.259.520   12,65

ITEM PERKIRAAN TARGET PROYEKSI

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi (Kg/Kapita) 35,62 38,00 40,01 42,12 44,35 46,69 49,16 Populasi (Juta orang) 248,4 252,1 255,9 259,7 263,6 267,5 271,5 Kebutuhan Ikan (Juta ton) 8,9 9,6 10,2 10,9 11,7 12,5 13,3 Kebutuhan bahan baku untuk

(31)
(32)

RANK NEGARA PRODUKSI (TON) 1 CHINA 15,418,967 2 INDONESIA 5,380,266 3 INDIA 4,694,968 4 USA 4,369,540 5 PERU 4,261,091 6 RUSIA 4,069,624 7 JEPANG 4,044,285 8 MYANMAR 3,063,210 9 CHILE 2,679,736 10 FILIPINA 2,675,292

POSISI INDONESIA

DALAM PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DUNIA, 2010

§  Total Produksi Dunia :

88,603,826 Ton

§  Cakupan komoditas :

ikan, udang, kepiting, molluska dan lain-lain

(33)

RANK   NEGARA   PRODUKSI  (TON)   1   CHINA   36,734,215   2   INDIA   3,785,779   3   VIETNAM   2,671,800   4   INDONESIA   2,304,828   5   BANGLADESH   1,308,515   6   THAILAND   1,286,122   7   NORWEGIA   1,008,010   8   MESIR   919,585   9   MYANMAR   850,697   10   FILIPINA   744,695  

POSISI INDONESIA

DALAM PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DUNIA, 2012

§  Total Produksi Dunia :

59,002,185 Ton

§  Cakupan komoditas :

ikan, udang, kepiting molluska, hewan amfibi & biota air lainnya

(34)

§  Produksi perikanan budidaya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan produksi perikanan

tangkap.

§  Total produksi perikanan tahun 2013 sebesar 19,56 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap

5,86 juta ton dan perikanan budidaya 13,70 juta ton.

§  Produksi perikanan tahun 2013 naik sebesar 26,2 % dibanding tahun 2012.

11.66   13.65   15.50   19.56   0.00   5.00   10.00   15.00   20.00   25.00   0.00   5.00   10.00   15.00   20.00   25.00      2  010   2011   2012   2013   Juta  to n   Juta  to

n   Perikanan  Budidaya  (rumput  laut)  

Perikanan  Budidaya  (Ikan/Udang)   Perikanan  Tangkap  

Total  Produksi  

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN INDONESIA,

2010 – 2013 (JUTA TON)

(35)

RANK   NEGARA   NILAI  (Mil  USD)   1   CHINA   18,12  (15.04)   2   NORWEGIA   8.51  (7.06)   3   THAILAND   7.34  (6.09)   4   VIETNAM   5.96  (4.95)   5   USA   5.44  (4.51)   6   CANADA   4.18  (3.47)   7   SPANYOL   3.67  (3.05)   8   INDONESIA   3.59  (2.98)   9   BELANDA   3.32  (2.76)   10   CHILE   3.23  (2.68)  

POSISI INDONESIA DALAM PERDAGANGAN HASIL

PERIKANAN DUNIA, 2012

§  Nilai perdagangan dunia :

120.49 Milyar USD

§  Cakupan komoditas :

- Fish, fresh (live or dead), chilled or fozen

- Fish dried, salted or in brine, smoked fish, flours, meals etc

- Crusaceans, molluscs, aquatic invertebrates, flours & pellets

- Preserved fish, crustacean, molluscs, aquatic

invertebrates

(36)

- 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 2008   2009   2010   2011   2012   M illions U S$

Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Kamboja Laos

PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL PERIKANAN

NEGARA ASEAN, 2008-2012

(37)

2.35   0.35   0.82   3.34   4.79   0.39   0.37   Indonesia   Singapura   Malaysia   Thailand   Vietnam   Filipina   Myanmar   2.43   0.33   0.77   3.04   4.91   0.37   0.30   Indonesia   Singapura   Malaysia   Thailand   Vietnam   Filipina   Myanmar   2.82   0.30   0.70   2.91   4.25   0.43   0.29   0.01   Indonesia   Singapura   Malaysia   Thailand   Vietnam   Filipina   Myanmar   2010 2011 2012

KONTRIBUSI EKSPOR ASEAN

DI PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN DUNIA,

2010-2012

NILAI  EKSPOR  DUNIA  (  000  USD)

2010 2011 2012

85.737.065 100.585.212 97.688.997

(38)

•  Ekspor hasil perikanan telah mengarah pada produk bernilai tambah, ditandai dengan meningkatnya harga

rata-rata produk

•  Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2013 meningkat sebesar 8,9% dibanding dengan tahun 2012, dengan

nilai ekspor tertinggi terjadi pada komoditas udang

•  Terdapat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,69 miliar pada tahun 2013

•  Impor dikendalikan dengan baik, impor tahun 2013 sebesar 11,2% dari nilai ekspor (impor 2012 = 10,7%

nilai ekspor; impor 2011 = 13,9% nilai ekspor)

2.86   3.52   3.85   4.16   0.39   0.49   0.41   0.47   2.47   3.03   3.44   3.69    -­‐      .5000      1.000      1.5000      2.000      2.5000      3.000      3.5000      4.000      4.5000     2010   2011   2012   2013   Ekspor   Impor   Neraca  Perdagangan   Surplus

PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR HASIL PERIKANAN INDONESIA,

2010 – 2013 (MILYAR USD)

(39)

Asia   52,97 % Afrika  2,49% Australia   1,65% Amerika   31,35% Eropa  

11,53% Tujuan EksporAsia

Afrika Australia Amerika Eropa

Dari 53% ekspor ke Asia, 48% ke Jepang, 16% ke Cina & 26% ke ASEAN 41% 14% 10% 7% 5% 5% 4% 14% Jepang Cina Thailand Vietnam Hongkong Malaysia Singapura Lainnya

Pasar Tujuan Ekspor Utama

(based on single country):

AS 31%, Jepang 25 %, China termasuk HK 10%

Nilai Ekspor 2012: USD 3,853,658

NILAI EKSPOR PERIKANAN INDONESIA TAHUN 2012

MENURUT KAWASAN

(40)

18.92   19.98   24.07   6.56   6.30   5.94   26.91   25.00   24.87   38.58   40.47   36.30   0.00   10.00   20.00   30.00   40.00   50.00   60.00   70.00   80.00   90.00   100.00   2010 2011 2012

Market Share Asean (%)

Indonesia Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Myanmar Brunei Darussalam Kamboja Laos

Nilai Ekspor (000 USD)       11,437,147 12,210,348 10,652,970

MARKET SHARE

PASAR HASIL PERIKANAN ASEAN,

2010-2012

(41)

0 50000 100000 150000 200000 250000 VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) 2008 2009 2010 201 1 2012 2013* Thousands  

Laos Kamboja Vietnam

Brunai Darussalam Myanmar Philipina

Singapura Malaysia Thailand

0 10000 20000 30000 40000 50000 VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) NILAI (US$) 2008 2009 2010 201 1 2012 2013* Thousands  

EKSPOR INDONESIA KE NEGARA ASEAN IMPOR INDONESIA DARI NEGARA ASEAN

Sumber : BPS , diolah * angka sementara

(42)

KOMODITAS EKSPOR-IMPOR INDONESIA, 2012

Berdasarkan nilai ekspor/impor diatas 1 juta USD

NO. KOMODITAS PASAR TUJUAN

1. Udang termasuk Lobster Vietnam, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina

2. Tuna Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia dan

Filipina

3. Kepiting Singapura dan Malaysia

4. Rumput laut Filipina, Vietnam dan Malaysia

5. Cumi-cumi Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia

6. Kekerangan Vietnam, Singapura, malaysia dan Thailand

Komoditas Impor utama Indonesia yaitu :

1.

Tuna

dari Filipina dan Thailand

(43)

0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 VOLUME

(KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) NILAI (US$) VOLUME (KG) (US$) NILAI VOLUME (KG) (US$) NILAI 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

Ekspor Impor Neraca

NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN

INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN

Pertumbuhan  nilai  ekspor  :  13,71%/tahun   Pertumbuhan  nilai  impor  :  9,34%/tahun  

Sumber : BPS, diolah * angka sementara

(44)

KEBIJAKAN SEKTOR KELAUTAN DAN

PERIKANAN MENGHADAPI MEA 2015

(45)

PELUANG DI SEKTOR KELAUTAN

DAN PERIKANAN

Akses pasar yang lebih besar di negara-negara ASEAN

Tenaga kerja terampil/profesional Indonesia dapat lebih

mudah bekerja di negara-negara ASEAN

Adanya transfer

knowledge

akibat dari bergabungnya (

joint

venture

) perusahaan – perusahaan yang sudah

berpengalaman di bidangnya dengan perusahaan –

perusahaan lokal di Indonesia.

Informasi yang lebih transparan mengenai peraturan ekspor,

(46)

ü

Peningkatan

supply chain and value chain management

untuk mendukung industrialisasi perikanan, diantaranya

melalui program:

1.

Produksi perikanan tangkap yang terkendali

: pengadaan kapal

yang lebih besar ukurannya untuk mengganti kapal-kapal ukuran

kecil yang sekarang dipakai nelayan;

2.

Peningkatan produksi perikanan budidaya

;

3.

Peningkatan produksi produk olahan

bernilai tambah tinggi

melalui peningkatan kapasitas UKM dan industrialisasi pengolahan;

4.

Pengembangan industri pendukung

(

supporting industries

).

KEBIJAKAN STRATEGIS

ü

Industrialisasi

Kelautan dan Perikanan sebagai

grand policy

(47)

2.    Percepatan  industrialisasi  dengan  menggenjot  nilai  tambah  

produk  perikanan.    

3.    Penguatan  pasar  dalam  negeri  melalui  :  a)  Pembangunan  

infrastruktur  cold  chain  system;  b)  Early  warning  system  gejolak  

harga,  c)  Pengembangan  informasi  pasar;  d)  Pelaksanaan  SLIN,  

e)  Penguatan  regulasi  dan  enforcement;  f).  Penguatan  SNI;                

f)  Importasi  untuk  mendorong  ekspor;  dan  g)  Penguatan  

kemitraan  asosiasi  dengan  anggotanya.    

KEBIJAKAN

PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL

1.    Penguatan  sistem  produksi  hulu  :  kualitas  dan  kuanYtas  bahan  

baku    

4.    Penguatan  pasar  luar  negeri  melalui  :  a)  Diversifikasi  pasar;            

b)  Penguatan  branding;  c)  Penguatan  market  intelegence,                  

d)  Penguatan  kemitraan  asosiasi  dengan  anggotanya.    

(48)

5.  Pengurangan  biaya  ekonomi  Ynggi  untuk  logisYk  dan  transportasi  

perkapalan,  penguatan  kliring  ekspor  dan  import,  fasilitasi  dan  

kemudahan  serYfikiasi/perijinan    

6.  Peningkatan  SDM,  ketenagakerjaan,  riset  dan  inovasi  teknologi  

8.  Perluasan  ASEAN  melalui  RCEP  yang  memasukkan  Jepang,  India,  

Korea,  Australia  dan  New  Zealand  

Lanjutan…  

7.  Fasilitasi  Yngkat  suku  bunga  yang  kompeYYf  dibandingkan  

dengan  negara-­‐negara  ASEAN  lainnya.  

(49)

1.

Penguatan Kelembagaan dan Posisi Kelautan dan Perikanan,

diantaranya:

 

 

                       

a. Menyusun Undang-undang Kelautan dalam rangka penguatan basis

legal sektor kelautan Indonesia sebagai Negara Kepulauan

b. Menyusun Rencana Aksi Nasional/RAN

(National Plan of Action/

NPOA)

dalam rangka penanggulangan

Illegal, Unreported and

Unregulated

(IUU)

Fishing

dengan prioritas di 3 focal area, yaitu:

Laut Natuna, Utara Laut Sulawesi, dan di Laut Arafura

c. Meningkatkan peran asosiasi

d. Mendorong kemitraan Pemerintah-Asosiasi-Stakeholder

(50)

2. Peningkatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan, melalui:

 

                       

b. Mengembangkan Sistem

Logistik Ikan Nasional

a. Pengembangan industri

perikanan tangkap

c. Penguatan sistem Jaminan

Mutu Hasil Perikanan

d. Penguatan Kapasitas Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

Kelautan dan Perikanan

h. Penguatan standardisasi

e. Pengembangan perikanan

budidaya

g. Peningkatan kapasitas

Sumber Daya Manusia

f. Penguatan kapasitas

(51)

3. Penguatan Pasar Dalam Negeri, melalui:

a. Peningkatan konsumsi hasil perikanan terutama produksi dalam

negeri

e. Pengembangan sistem informasi pasar sebagai antisipasi lonjakan harga

dan pengamanan ketersediaan produk perikanan dan sinergitas hulu-hilir

b.Peningkatan pasokan ikan/bahan baku produksi dalam negeri untuk

pasar/industri

c. Pengembangan sistem rantai dingin dan distribusi

d. Peningkatan pengendalian mutu dan jaminan keamanan hasil

perikanan

f.Peningkatan kapasitas dan skala usaha UKM

f. Peningkatan fungsi perbankan agar dapat menjadi intermediasi sektor

perikanan

(52)

4. Penguatan dan Peningkatan Pasar Ekspor, melalui:

                           

a.  Promosi  peningkatan  ekspor  produk  perikanan  di  pasar  

Internasional  

b.  Penguatan  branding  produk  perikanan    

c.  Penguatan  market  intelligence    

d.  Diversifikasi  pasar  ekspor    

f.  Pengendalian  impor  

(53)

KESIAPAN PELAKU USAHA

Memperkuat komitmen dan kemitraan antar pelaku

usaha/asosiasi

Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan

teknologi dalam proses produksi

Meningkatkan efisiensi

dan daya saing usaha

Mengantisipasi masuknya investor asing

Mengantisipasi pergerakan tenaga kerja di sektor

kelautan dan perikanan

Peningkatan kemampuan bahasa dan pemahaman

aturan/persyaratan ekspor/impor serta standar di

negara ASEAN.

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil identifikasi risiko berdasarkan karakteristik sistem yang dibuat, teridentifikasi ada 11 risiko dan karena ada beberapa risiko menjadi agen risiko yang lain, maka

[r]

1) Sebagai sarana informasi terhadap kondisi konkrit tentang pelaksanaan pendidikan pada SMP Darul Fallaah Unismuh Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa,

Hasil Anova Kadar Gula Reduksi Permen Jelly Albedo Jeruk Bali- Rosela Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig.. Hasil Anova Kadar Vitamin C Permen

Selain dilihat dari karakteristik ibu, peningkatan rerata skor total pengetahuan responden yang bermakna ini disebabkan beberapa hal, diantaranya media yang

Salah satu aspek yang ditekankan dalam setiap pembelajaran praktik keperawatan komunitas adalah kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pengkajian terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achivement Division ) dapat meningkatkan

FACR berarti terjadi peningkatan aktiva tetap dengan persentase yang lebih tinggi. daripada persentase peningkatan modal