• Tidak ada hasil yang ditemukan

India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sejak abad ke 19 kota Medan telah tumbuh sebagai kota berpenduduk majemuk. Hal ini dikarenakan kota Medan berada pada posisi jalur lalu litas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura sehingga cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting (pemkomedan.go.id).

Pada tahun 1863 di kota Medan didirikan industri perkebunan (mulanya perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys. Pada masa itu banyak buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa didatangkan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Suprayitno, 2005).

Kehadiran buruh dari Cina, India dan Pulau Jawa lambat laun membuat pendatang tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga Negara Indonesia seperti bangsa India dan Cina. Sampai sekarang masih terlihat keberadaan mereka di kota Medan. Di Sumatera Utara, hingga kini diperkirakan ada sekitar 67.000 orang warga keturunan India. Menurut situs pengelola jaringan India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh dunia sekitar 20 juta orang pada tahun 2000-an. Status mereka ada dua macam. Pertama, mereka yang berstatus sebagai warga negara India, namun bekerja di

(2)

negara lain dan yang kedua adalah keturunan India yang sudah menjadi warga negara di tempatnya merantau (Emsan, 2011).

Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, dan Gujarat. Kelompok India Tamil yang berasal dari India Selatan merupakan etnis India terbesar di kota Medan. Orang India lainnya yang terdapat di Medan adalah Punjabi yang berasal dari India Utara (Waspada, Juni 2011).

Kepribadian orang India ditandai oleh konsep jiva. Jiva mewakili segala sesuatu mengenai seorang individu. Konsep jiva ini terdiri dari lima lapisan, lapisan terluar adalah tubuh (body), lapisan berikutnya adalah nafas kehidupan (mengarah kepada proses fisiologis), lapisan ketiga melibatkan sensasi dan fikiran yang mengkoordinasi fungsi sensoris, lapisan keempat mewakili aspek kognitif dan yang kelima atau lapisan terdalam adalah atman, suatu asas abadi sebagai representasi Yang Esa (Panjpe dalam Berry dkk, 2004).

Hal yang menarik adalah secara kultural mayoritas masyarakat Indonesia secara intensif memperoleh pengaruh dari kebudayaan India. Disebutkan bahwa orang India mementingkan hal yang bersifat universal, mengecilkan arti individualitas, memandang segala sesuatu sebagai kesatuan statik, menganggap kepribadian manusia dari segi subjektif, tunduk kepada hal universal, terasing dari dunia nyata, serta suka kepada pemikiran introspektif dan metafisik (Habib, 2004).

Menurut Dr. Phil Ichwan Azhari, MS, sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) menyatakan bahwa suku bangsa India telah menambah kemajemukan kota Medan dan pengaruh budaya India sangat terasa kental pada

(3)

beberapa komunitas etnis di Sumatera Utara, namun sungguh disayangkan hampir tidak pernah dibahas secara ilmiah melalui seminar terutama dijenjang perguruan tinggi (Analisa, 2009). Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang etnis India yang ada di kota Medan. Penelitian ini secara khusus akan membahas mengenai etnis India Tamil dan Punjabi yang ada di kota Medan.

Lubis (2005) dalam penelitiannya mengenai kajian awal komunitas India di kota Medan menyebutkan bahwa orang-orang Cina yang pada awalnya datang ke Medan sebagai kuli perkebunan telah berkembang menjadi satu kelompok yang menguasai ekonomi. Sementara itu imigran keturunan India yang juga datang dalam kurun waktu yang sama dan untuk sebagian besar dengan status yang sama tidak memperlihatkan kemajuan penguasaan ekonomi semaju orang Cina. Hal ini terlihat dari pernyataan yang diberikan oleh Mose Algesen, seorang tokoh keturunan India Tamil, kepada anggota DPRD Sumut pada awal Mei 2011, bahwa kebanyakan masyarakat India Tamil di kota Medan bekerja di sektor-sektor informal seperti menjadi tukang parkir, pedagang, guru, atau buruh kasar. Tidak sedikit pula yang bekerja keluar negeri sebagai TKI. Sangat sedikit orang-orang Tamil yang bekerja di kantor pemerintahan di Medan dibandingkan jumlah warga Tamil yang mencapai puluhan ribu orang. Di sektor kecil, seperti kelurahan tidak pernah ada wakil suku Tamil. Bahkan di Kampung Madras yang kebanyakan orang India, tidak ada warga India yang pernah menjadi lurah (Waspada,Juni 2011).

Berdasarkan penelitian mengenai moral ekonomi komunitas India di kota Medan yang dilakukan oleh Florence (2008), pada umumnya orang Tamil memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan hanya sedikit dari mereka yang

(4)

memiliki pendidikan formal. Hal senada juga diungkapkan oleh Sofyan Tan, seorang tokoh masyarakat Sumatera Utara, bahwa satu-satunya cara untuk mengangkat kesejahteraan hidup etnis India Tamil agar lebih baik dan bisa hidup sejajar dengan lainnya adalah memperbaiki pendidikan mereka (Analisa, Juni 2011).

Berbeda dengan orang-orang Tamil, orang-orang Punjabi tergolong tekun dan sukses menjalankan bisnis mereka, sehingga baik secara ekonomi maupun tingkat pendidikan, Punjabi terlihat lebih mapan dibandingkan suku-suku India lain yang menetap di Sumatera Utara. Kesuksesan ini ditopang oleh kuatnya solidaritas sesama orang-orang Punjabi, yang antara lain diwujudkan melalui pengembangan jaringan bisnis sesama warga Punjabi. Kesuksesan orang-orang Punjabi ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko sport yang sudah ditekuni sejak tahun 1930-an. Hingga saat ini telah ada kurang lebih 20 toko sport di Kota Medan yang pemiliknya berasal dari suku bangsa Punjabi. Pada bidang pendidikan orang–orang secara khusus sangat kuat dalam bidang pendidikan Bahasa Inggris, suku bangsa Punjabi membuka tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang dibuka untuk umum. Selain toko sport dan pendidikan, suku Punjabi di kota Medan juga terkenal dengan kemampuan berternak sapi yang menghasilkan susu yang sudah dikenal luas di Sumatera (Lubis, 2005).

McClelland (1987) mengatakan bahwa hal yang bertanggungjawab terhadap perbedaan perkembangan ekonomi suatu negara atau kelompok adalah motivasi berprestasi. Motivasi yang tinggi sering diasosiasikan dengan kesuksesan dalam materi dan karir. Motivasi berprestasi adalah usaha yang gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan, salah satunya dalam hal

(5)

mencari penghasilan dan karir. McClelland (1987) menyebutkan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri yang tinggi, lebih ulet, lebih giat dalam melaksanakan suatu tugas, mempunyai harapan yang tinggi untuk sukses dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Kebutuhan untuk mendapatkan prestasi merupakan motif yang bersifat sosial karena motif ini dipelajari dalam lingkungan dan melibatkan orang lain. Bila dilihat dari lingkungan, meskipun masyarakat India Tamil dan India Punjabi tinggal jauh dari negara asal mereka namun mereka tetap mempertahankan nilai-nilai adat budaya mereka. Mereka hidup dengan nilai-nilai budaya asli mereka. Oleh karena itu, baik secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan mempengaruhi cara hidup mereka. Motivasi berprestasi individu dipengaruhi oleh faktor budaya. Masyarakat India di kota Medan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan mereka. Masyarakat Tamil masih berpegang teguh terhadap budaya dan adat istiadat mereka. Mereka memiliki berbagai macam kebudayaan dan adat istiadat yang sampai sekarang masih dijalankan di kota Medan. Orang-orang Punjabi dapat dikatakan masih relatif kuat dalam mempertahankan identitas budaya mereka dibandingkan dengan etnis India Tamil (Lubis, 2005). Hal ini sejalan dengan hasil survey sederhana yang dilakukan oleh peneliti yang menemukan bahwa penanaman nilai-nilai budaya India Punjabi yang lebih kuat dibandingkan dengan India Tamil kota Medan. Adanya Medan Sikh Community Centre yang berpusat di gurdwara Shree Arjundev Ji di Karangsari Medan dapat menjadi salah satu tempat pengembangan budaya Punjabi. Sekolah ini diadakan

(6)

setiap hari sabtu dan di sekolah ini diajarkan bahasa serta kebudayaan Punjabi kepada anak-anak etnis India Punjabi yang beragama Sikh.

Di dalam seluruh kebudayaan India sifat yang paling kuat ialah susunan kasta (Waluya, 2007). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Florence (2008) budaya dalam bentuk kasta telah menyebabkan perbedaan ekonomi antara India Tamil dan Punjabi. Budaya kasta telah mempengaruhi motivasi kerja dan moral ekonomi komunitas Tamil dalam berdagang sehingga sulit berkembang. Pada umumnya komunitas Tamil hanya memiliki usaha yang lebih kecil seperti pedagang kaki lima, warung kecil, dan tukang parkir sedangkan komunitas Punjabi memiliki toko dalam mengembangkan usaha mereka.

Sistem kasta masyarakat India memiliki ciri-ciri yaitu, keanggotaan kasta berdasarkan kelahiran, perkawinan dengan orang diluar golongan tersebut dilarang dan pergaulan dengan golongan terendah dilarang. Kemudian setiap golongan memiliki kedudukan sosial yang sangat tajam batasan-batasannya, sehingga lahir dan mati dalam golongannya dan sepanjang hidupnya tidak dapat dirubah (kodrati) (Waluya, 2007).

Sistem kasta pada etnis India ini timbul akibat perbedaan asal dan warna kulit. Pada tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India. Kulit mereka lebih putih dibandingkan dengan penduduk asli. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya kasta agar keturunan dan warna kulit bangsa Arya tetap terjaga dan tidak bercampur dengan penduduk asli, yaitu bangsa Dravida (Florence, 2008).

Florence (2008) menyebutkan di Kampung Madras kasta yang ada adalah kasta Ksatria dan kasta Sudra. Orang Tamil menduduki golongan kasta terendah yaitu kasta Sudra. Orang Punjabi memiliki kasta yang lebih tinggi yaitu kasta

(7)

Ksatria. Walaupun agama Sikh mengatakan sistem kasta tidak ada namun pengaruh dari agama Hindu itu masih ada, terbukti dengan realitas komunitas Sikh yang dimasukkan ke dalam kategori kasta Ksatria yaitu kasta kaum pejuang.

Sistem kasta ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan walaupun

masyarakat India sendiri terkadang tidak mengakuinya (Noorkasiani, 2007). Hal

ini terlihat dengan masyarakat Punjabi yang menekankan untuk menikah dengan sesama kasta. Dalam kehidupan sehari–hari biasanya etnis India Tamil dan India Punjabi tidak berbaur. Orang-orang Punjabi lebih mengutamakan satu etnik yang kastanya sama baik untuk dipekerjakan di toko maupun untuk ditolong pada saat kesulitan (Florence, 2008) . Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh J (30 tahun) seorang yang berasal dari etnis tamil :

“ walaupun rumah ibadah mereka (Punjab) bersebelahan dengan kita, kita gak pernah bertegur sapa dengan mereka, mereka itu orangnya kejam- kejam, orang punjab juga ga pernah beli di tempat kami, kalo ketemu di jalan juga gak saling berteguran .

(Wawancara Interpersonal, Oktober 2011) Kasta memainkan peranan dalam pembentukan ekonomi seseorang. Sistem kasta adalah bagian dari budaya Hindu yang membentuk nilai-nilai dan keyakinan individu. Pekerjaan seseorang ditentukan oleh kasta mereka, kemudian diteruskan kepada generasi mendatang (Audretsch dan Meyer, 2009).

Sistem kasta telah dihapuskan sejak tahun 1950 tetapi dampaknya pada persepsi masyarakat India tetap bertahan. Kasta yang rendah dipersepsikan sebagai inferior. Secara umum stigma kasta mereka menandai mereka tidak mampu (Hoff and Pandey, 2008).

Penelitian Hoff dan Pandey (2008) mengenai prestasi siswa di India menunjukkan adanya perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang berasal

(8)

kasta tinggi dan kasta rendah. Mereka yang berasal dari kasta yang tinggi memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kasta rendah. Hoff dan Pandey (2011) menemukan bahwa kasta menghasilkan kesenjangan dalam kinerja, mereka yang berasal dari kasta tinggi belajar dan bekerja lebih produktif dari pada kasta rendah. Ditemukan juga bahwa mereka yang berasal dari kasta tinggi memiliki konsep diri dan kepercayaan diri yang lebih baik daripada mereka yang berasal dari kasta yang rendah. Mereka yang berasal dari kasta rendah merasa tidak bisa (I can’t) dan tidak berani (I don’t dare). Demikian juga penelitian mengenai perbedaan prestasi pada siswa di India yang dilakukan oleh Nuthanap (2007 ) menunjukkan bahwa siswa dengan kasta rendah berbeda dalam hal prestasi akademik dengan siswa yang berasal dari kasta tinggi. Siswa dengan kasta yang rendah memiliki prestasi akademik yang lebih rendah daripada siswa kasta tinggi. Menurut Hoff dan Pandey (2008) hal ini dikarenakan mereka yang berasal dari kasta tinggi termotivasi oleh lingkungan sosial mereka.

Hill & Shelton (dalam Martaniah, 1998) menyatakan bahwa motivasi berprestasi yang dikembangkan oleh individu tergantung kebudayaan tempat ia dilatih, pola tersebut sesuai dengan nilai dan harapan perilaku yang akan dihadapinya sebagai orang dewasa didalam masyarakat tempat ia hidup. Bila lingkungan sosialnya memberi kesempatan pada individu untuk mengekspresikan kemampuannya, maka individu menjadi lebih percaya diri, sehingga walaupun ia mengalami kegagalan, ia tetap terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik. Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu

(9)

mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang membuat manusia berbeda satu sama lain (Morgan,dkk, 1986).

Graham (dalam Santrock, 2003) menyebutkan perlunya mempelajari motivasi berprestasi dari anak-anak yang berasal dari golongan minoritas. Hal ini dikarenakan bukan hanya faktor kelas sosial saja yang membedakan perbedaan prestasi remaja jika ditinjau dari etnis. Motivasi berprestasi juga dapat menjelaskan mengapa suatu kelompok dapat lebih sukses secara ekonomi daripada kelompok lain.

Berkaitan dengan perbedaan latar belakang ekonomi India tamil dan India Punjabi yang ada di kota Medan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Motivasi Berprestasi India Tamil dan Punjabi di kota Medan”

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan Motivasi Berprestasi pada masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Motivasi Berprestasi pada masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan.

(10)

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Sosial mengenai motivasi berprestasi masyarakat India di kota Medan. Penelitian ini diharapkan akan berperan dalam pengembangan ilmu psikologi.

2. Manfaat praktis

a. Masyarakat India Tamil dan Punjabi Kota Medan

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat India di kota Medan dan institusi yang terkait dalam hal motivasi berprestasi India Tamil dan Punjabi di kota Medan.

b. Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk melihat perbedaan motivasi berprestasi masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan untuk kemudian dapat dilakukan penelitian lebih lanjut oleh peneliti berikutnya.

(11)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah :

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas :

Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan landasan teori yang terdiri atas :

Teori motivasi berprestasi, Ciri Motivasi Berprestasi dan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Bab ini juga menjelaskan mengenai masyarakat India di kota Medan.

BAB III Merupakan metodologi penelitian, yang terdiri atas:

Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, sampel dan populasi, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV Analisa dan Interpretasi Data, yang terdiri atas:

Gambaran subjek penelitian, uji asumsi penelitian, hasil utama penelitian dan hasil tambahan.

BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran penyempurnaan penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

JOF METAL belum memakai teknologi yang dapat menunjang kinerja bisnis, diberikan juga solusi dalam penanganan masalah tersebut dengan memberikan harga dan

Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi..

[r]

However, there was limited observable information on the second group since the genotypes of C-1 and IT-1 (lowland non-aromatic without mutagen) had close genetic

Tujuan penelitian adalah mengetahui lebih mendalam proses reproduksi sosial yang dilakukan pencipta iklan pada iklan Sampoerna A Mild dan proses pembentukkan dan

PIKEUN NGARONJATKEUN KAMAMPUH NULIS RINGKESAN WARTA (Studi Kuasi Éksperimen ka Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandung.. Taun

Bagaimanakan pengaruh bahan pencemaran limbah-limbah terhadap air tanah, dan bagaimana kualitas airtanah yang berada di lokasi ini dan bagaimana arah aliran

Tujuan mereka adalah tanah Kanaan, tetapi Musa tidak mengambil rute yang terpendek, sekitar 400 kilometer menyusuri pesisir yang berpasir—yang pasti