• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang memiliki"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kakao

Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri. Perkembangan kakao dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal, terutama perkebunan kakao rakyat dan perkebunan swasta. Di pihak lain ada kecenderungan timbulnya factor-faktor pembatas di negara-negara pengekspor kakao. Hal ini akan menguatkan perkakaoan kita. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan para petani lain berpindah haluan menjadi petani kakaoyang diduga akan memberikan harapan yang lebih cerah (Susanto, 1994).

Pada tahun 1984 harga kakao mengalami lonjakan cukup tinggi sehingga mampu mendorong negara-negara produsen untuk memperluas areal perkebunan kakao. Negara-negara produsen utama kakao adalah Pantai gading, Ghana, Malaysia, dan Indonesia. Dalam kurun waktu 7 tahun ini, laju penigkatan produksi terbesar datang dari Indonesia sekitar 33%, Malaysia sekitar 18,9%, Ghana sekitar 8,16%, dan Pantai gading sekitar 4,72%. Dengan demikian situasi perkakaoan di dunia selalu ditandai dengan dengan kelebihan produksi (Prawoto, 1989).

Indonesia memilki peluang yang besar untuk perkembangan kakao sebabpersediaan hutan cukup luas, tenaga kerja yang banyak dan murah. Di samping itu Indonesia memiliki kelemahan juga yaitu produktivitas yang rendah dan

(2)

proses fermentasi yang tidak benar. Kekurangan lain adalah biji-biji kakao berjamur dan berserangga, hal lain disebabkan oleh tempat penampungan yang kurang baik.

Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak factor, misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan lain-lain. Namun yang menentukan adalah proses fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Dalam proses fermentasi akan ditentukan citarasa, kenampakan kakao, pengurangan rasa pahit, dan sepat pada biji (Anonimous, 2010).

Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Sistematik tanaman kakao diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping satu)

Ordo : Malvales

Genus : Sterculiaceae Species : Theobroma cacao (Susanto, 1994).

(3)

Menurut Susanto (1994) kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tipe besar yaitu :

a. Criollo :

Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia/edel cacao atau fine flavour cacao. Criollo memiliki cirri-ciri: masa berbuah lambat, agak

peka terhadap serangan hama dan penyakit, kulit buah tipis dan mudah teriris, tiap buah berisi 30-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat,warna buah umumnya merah dan bila sudah masak menjadi orange.

b. Forastero :

Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao

curah/kakao curia/bulk cacao. Tipe Forastero memiliki cirri-ciri: pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi, masa berbuah lebih awal, endospermnya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng, alur-alur pada kulit buah agak dalam, rasa biji lebih pahit, kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal dari Amazon.

c. Trinitario :

Trinitario merupakan hasil persilangan antara Criollo dan Forastero. Dari

hasil persilangan ini terdapat jenis-jenis baru yang mutunya baik, buah dan biji nya besar. Jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu: Angoleta, Cundeamor, Amelonado, Calaba cillo.

(4)

Proses pengolahan biji kakao sangat menentukan mutu akhir dari biji kakao tersebut. Proses pengolahan biji kakao akan menentukan citarasa khas dari kakao dan mengurangi atau menghilangkan citarasa yang tidak baik. Misalnya rasa sepat dan pahit, yang disebabkan oleh kandungan senyawa purin, yaitu theobromin dan kafein untuk rasa pahit.

Menurut Spillane (1995) tahap-tahap proses pengolahan kakao dalah sebagai berikut : Panen Sortasi buah Pemecahan buah Fermentasi Pencucian Penuntasan Penjemuran Sortasi Penyimpanan Pemanenan

Panenan dan pengolahan hasil merupakan hal yang penting dalam budidaya kakao sebab sangat menentukan mutu biji kakao yang dihasilkan. Walaupun produksinya tinggi, tetapi dalam panenan dan pengolahan hasil kurang tepat, maka mutu biji akan kurang baik sehingga harga nya akan sangat rendah, bahkan tidak laku atau ditolak oleh para konsumen. Akibat lebih jauh adalah para pekebun sendiri

(5)

menderita rugi. Hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam pemanenan buah kakao adalah sebagai berikut :

• Tidak memanen buah yang masih muda. • Waktu memanen tidak merusak bantalan buah.

• Cara memanen tidak boleh diputar dan harus menggunakan pisau potong yang tajam

• Buah-buah yang busuk harus disingkirkan

• Pemanenan harus bersih, artinya tidak ada buah masak yang tertinggal. • Tidak ada biji yang tercecer, pemanen harus teliti

(Susanto, 1994).

Fermentasi

Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, juga menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.

Ada beberapa cara fermentasi biji kakao yaitu : 1. Fermentasi dengan kotak

Biji kakao dimasukkan kedalam kotak yang terbuat dari lembaran papan yang berukuran panjang 60 cm dengan tinggi 40 cm (kotak dapat menampung ± 100 kg biji kakao basah), setelah itu kotak ditutup dengan karung goni. Pada hari ke 3 dilakukan pembalikan agar fermentasi biji merata. Pada hari ke 6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap untuk dijemur.

(6)

2. Fermentasi dengan keranjang bambu

Keranjang bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi dengan daun pisang baru kemudian biji kakao dimasukkan, (keranjang dapat menampung ± 50 kgbiji kakao basah). Setelah biji kakao dimasukkan keranjang ditutup dengan daun pisang. Pada hari ke 3 dilakukan pembalikan biji pada hari ke 6 biji-biji dikeluarkan untuk siap dijemur.

Perendaman dan Pencucian

Tujuan perendaman adalah menghentikan proses fermentasi, memperbaiki kenampakan biji, mengurangi asam cuka yang timbul akibat fermentasi, dan mengurangi warna biji hitam.

Biji yang tidak mengalami pencucian kenampakannya kurang menarik. Sedangkan biji yang pencucian nya bersih, kulit biji menjadi rapuh sehingga meningkatkan jumlah biji yang pecah dan mengurangi rendamen. Maka dianjurkan melakukan pencucian setengah bersih untuk memperbaiki penampakan, mempercepat pengeringan dan menghindari penurunan rendamen biji.

Sebelum melakukan pencucian, biji kakao direndam 2-3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat, kenampakan menarik, dan warna cokelat cerah. Pencucian biji dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu secara manual dengan tangan dan secara mekanik dengan menggunakan mesin pencuci biji kakao.

(7)

Elemen Alat

Elemen – elemen yang digunakan pada perancangan alat ini adalah :

1. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hamper semua mesin meneruskan tenaga bersama- sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Dalam merencanakan sebuah poros, perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau gabungan antara punter dan lentur. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban- beban diatas.

b. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian. Karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

c. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis yang dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian- bagian

(8)

nya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.(Sularso, 2004).

2. Bantalan (Bearing)

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak- baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun tidak dapat bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros

1) Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur atau poros dan bantalan karena permukaan bantalan dengan perataraan lapisan pelumas.

2) Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang diputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol.

b. Atas dasar arah beban terhadap poros 1) Bantalan radial

Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros. 2) Bantalan aksial

(9)

3) Bantalan gelinding khusus yakni bantalan yang dapat menumpu beban kombinasi antara beban aksial dan beban radial.

3. Puli(Pulley)

Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke puli selanjutnya setelah itu baru akan memutar poros.

4. Sabuk

Sabuk – v terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk – v bekerja lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan maka dapat dipakai beberapa sabuk – v yang dipasang sebelah – menyelah.

Dipasaran terdapat bermacam – macam ukuran sabuk, namun untuk mendapatkan sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan umumnya sukar. Jarak poros harus sebesar 1,5 sampai 2 kali ukuran diameter puli besar. Panjang sabuk yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : L = 2C + (dp + Dp) + (Dp – dp)2……(Sularso,2004).

Dimana :

L = panjang sabuk (mm) C = jarak sumbu poros (mm) Dp = diameter puli besar (mm)

(10)

5. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya,yang terbuat dari besi. Alat ini mempunyai panjang 112 cm, lebar 60 cm, tinggi 52 cm.

6. Alat penggerak manual

Alat penggerak manual ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu : pulley

besar, pulley kecil, gear, v-belt, gardang. 7. Saluran Pengeluaran

Saluran pengeluaran ini berfungsi sebagai saluran pengeluaran lendir kakao yang telah lepas dari biji kakao. Saluran pengeluaran ini terbuat dari bahan alumunium, dengan lebar 3 cm.

Alat Pencuci Biji Kakao

Pada saat ini alat pencuci biji kakao sudah dikembangkan oleh peneliti di Indonesia seperti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang sudah menghasilkan alat pencuci biji kakao dari rangka besi dan digerakkan oleh motor listrik. Alat ini dapat mencuci biji kakao sampai 150 kg/jam. Bagian utamanya terdiri dari motor listrik, tabung penampung. silinder pemutar tabung,tabung penampung.

Namun, alat ini mempunyai keterbatasan ruang dalam penggunannya. Alat ini hanya bisa bekerja jika terdapat sumber listrik. Maka dengan itu dikembangkan lagi alat pencuci biji kakao tanpa elektromotor. Alat pencuci biji kakao memanfatkan tenaga manusia untuk memutar tabung penampung. Alat ini terdiri dari bagian penting yaitu tabung penampung, dan alat putar manual.

(11)

Prinsip Kerja Alat Pencuci Biji Kakao

Alat pencuci biji kakao ini bekerja berdasarkan prinsip putaran sentrifugal. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, biji kakao dimasukkan ke dalam tabung penampung. Kemudian diisi air sebagai media pencuci, lalu tabung penampung diputar melalui alat putar manual maupun motor listrik. Lendir-lendir yang melekat pada biji kakao akan jatuh dengan sendirinya ke bawah lalu akan di buang melalui saluran pengeluaran lendir. Sementara biji yang telah bersih akan tetap berada di dalam tabung penampung.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya variable adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang dihasilkan (Soeharno, 2007).

Untuk menilai kelayakan financial, diperlukan semua data yang menyangkut aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran kelayakan tersebut meliputi tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, 2008).

(12)

Pengukuran Biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = ……….(1)

dimana:

BT = total biaya tetap (Rp/jam) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja per tahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode garis lurus)

D = ………(2)

dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya :

(13)

dimana :

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun) - Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literature menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

- Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap teriri dari :

- Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi = ………(4)

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi local, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

Break Event Point

Break event point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan proses

(14)

sendiri(self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008).

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Padakondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

N = ………(5)

dimana :

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F = biaya tetap per tahun (Rupiah)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rupiah) V = biaya tidak tetap per unit produksi.

(15)

Net Present Value

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan dating. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan

discount factor (Pudjosumarto, 1998).

Secara singkat rumusnya :

CIF – COF 0………(6) dimana : CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam%) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan Penerimaan (CIF) = pendapatan (P/A, I, n) + Nilai akhir (P/F, I, n)…(7) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, I, n)………(8) Kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yag dikeluarkan.

(16)

(Darun, 2002).

Internal Rate of Return

Dengan menggunakan metode IRR kita akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan ini yang disebut dengan IRR. Sedangkan kewajiban disebut dengan Minimum Atractive Rate of Return (MARR) (Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan

lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.

Internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C

ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV = Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR =

p % +

x (q% - p%) (

positif dan negatif

)………(9)

dan

IRR =

p % +

x (q% - p%) (

positif dan negatif

)………(10)

dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

(17)

X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q (Purba, 1997).

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dari katalis homogen bila dibandingkan dengan katalis heterogen adalah mekanisme katalitik sangat mudah dipelajari dalam sistem katalis homogen, dan metode yang paling

Dalam latar belakang yang dikemukakan penulis diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Apakah ada manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kasus bronchopneumonia terhadap

Tepung Spirulina sp yang dibutuhkan pada pakan berpengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna ikan sumatra dengan yang terbaik berada pada perlakuan E yaitu

Kandungan kurikulum Geografi bertujuan untuk melengkapkan murid dengan pengetahuan geografi, penguasaan kemahiran geografi dan pemupukan nilai bagi melahirkan warganegara

Posisi ini tidak boleh lebih dari 20 °, karena dengan posisi trendelenburg yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan penurunan prefusi cerebral dan dapat

Dengan melihat pentingnya pengaruh dari perancangan interior pada pusat perfilman, maka Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail dipilih untuk dirancang dengan tujuan agar dapat

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu membuat desain pembelajaran (RPP) yang telah direncankan dalam konsep sumber daya air terhadap budaya masyarakat

berfungsi untuk menyediakan O2 dan nutrisi untuk jaringan dan mengeluarkan CO2 dan zat-zat sisa terdiri dari arteriol, kapiler dan venul aliran darah melalui kapiler