• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE

TAHUN 2002 - 2015

Siti Delvi Jarniati

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara

Email: siti.delvi.sd.93@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan merupakan data runtun waktu (time series) dari tahun 2002 – 2015. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, uji t, f-test dan koefisien determinasi dengan metode LS- Least Squares (LS and ARMA) menggunakan program eviews 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, investasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh berpengaruh terhadap pengangguran di Indonesia.

Kata kunci : Inflasi, Investasi, Pertumbuhan Ekonomi,Pengangguran

I. PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan persoalan yang pelik serta berpengaruh terhadap perekonomian di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang belum juga terpecahkan di era globalisasi saat ini. Jumlah angkatan kerja yang kian meningkat, sedikitnya jumlah lapangan pekerjaan serta ketatnya pesaingan dalam mendapatkan pekerjaan menjadi masalah yang perlu di atasi oleh pemerintah Indonesia. Ketidakseimbangan yang terjadi antara jumlah angkatan kerja dengan lapangan pekerjaan menjadi momok yang menakutkan yang juga menjadi faktor timbulnya tindakan kriminalitas sehingga menyebabkan terganggunya perekonomian dan juga keamanan di Indonesia.

Disamping pengangguran, Inflasi juga merupakan persoalan serius yang mempengaruhi perekonomian di negara indonesia. Meningkatnya harga secara umum dan terus-terus berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga menjadi penyebab bertambahnya angka pengangguran. Hal demikian menjadi juga momok yang menakutkan dan tidak dapat dihindari jika pemerintah berusaha mengurangi inflasi dan berusaha menekan harga. Karena inflasi berdampak pada perekonomian Indonesia, maka Pemerintah perlu membuat kebijakan untuk dapat mengatasi inflasi dan juga meminimalisir dan juga menghindari sebab terjadinya inflasi.

Selain itu, investasi menyebabkan kenaikan produksi barang yang juga berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Hal tersebut menyebabkan betambahnya lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran. Oleh karena itu investasi berdampak positif terhadap perekonomian di Indonesia. Perlu kiranya pemerintah berusaha membantu meningkatkan investasi dengan mengadakan kerja sama dengan negara lain berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun peningkatan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

(2)

Tingginya laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian di Indonesia dan juga sebaliknya. Pemerintah perlu melakukan upaya dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan juga memperluas lapangan kerja. Peningkatan sumber daya manusia, soft skill dan keterampilan juga menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dikarenakan adanya hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sumber daya manusia.

Berikut ini adalah tabel angka inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi serta pengangguran di Indonesia periode tahun 2002 – 2015.

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran di Indonesia tahun 2002-2015

TAHUN INFLAS I INVESTASI PDB PENGANGGURA N 2002 10.03 353.9 4.5 9,06 2003 5.16 515.5 4.78 9,51 2004 6.4 552.3 5.03 9,86 2005 17.11 738.7 5.69 11,24 2006 6.6 848.2 5.5 10,28 2007 6.59 984.6 6.35 9,11 2008 11.06 1508.8 6.01 8,39 2009 2.78 1737.1 4.63 7,87 2010 6.96 2083.4 6.22 7,14 2011 3.79 2443.5 6.49 6,56 2012 4.3 3021.7 6.26 6,14 2013 8.38 3243.1 5.73 5,92 2014 8.36 3653.1 5.06 5,94 2015 3.35 1975.2 5.04 5,99 Sumber : BPS (Tahun 2002 – 2015 )

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa adanya perubahan persentase pengangguran di Indonesia yang mengalami kenaikan serta penurunan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2015 pengangguran di Indonesia mencapai 5,99 dimana angka tersebut masih tergolong tinggi. Dengan masih tingginya angka tersebut, diharapkan pemerintah dapat mengatasi serta menanggulangi pengangguran sehingga persentase pengangguran semakin rendah.

Teori Inflasi

Semakin tingginya inflasi yang terjadi dapat berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang menurun, sehingga akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran. Karena dengan kenaikan harga-harga di semua sektor, makam perusahaan-perusahaan akan mengambil kebijakan mengurangi biaya untuk memproduksi barang atau jasa dengan cara mengurangi pegawai atau tenaga kerja. Akibatnya, angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan dapat membuat perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Oleh karena itu, inflasi sangat berkaitan erat dengan pengangguran. Menurut Amir (2007), menjelaskan bahwa teori A.W. Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasiyang tinggi dan diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. Berdasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata

(3)

ada hubungan yang eratantara Inflasi dengan tingkatpengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah.s

Teori investasi

Dalam jangka panjang pertumbuhan investasi berpengaruh pada bertambahnya stok capital dan selanjutnya menaikan produktivitas. Di negara yang tingkat penganggurannya tinggi, seperti Indonesia sekarang, angkatan kerja yang menganggur dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan modal. Beberapa teori mengenai investasi yaitu :

1. Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow

dan Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, 17 akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010: 88-89).

2. Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barangbarang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007: 256-257).

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Dalam teori ekonomi dikenal istilah Hukum Okun (Okun’s Law), yaitu hokum yang dikenalkan oleh Arthur Okun (1962) untuk menguji secara empiris hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Hukum Okun menyatakan adanya hubungan negatif yang linear antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi: 1% kenaikan tingkat pengangguran akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 2% atau lebih (Prachowny, 1993). Sebaliknya1% kenaikan pada output akan menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sebesar 1% atau kurang (Case & Fair, 1999).

Hubungan Inflasi dengan Pengangguran

Menurut penelitian yang dilakukan Dinarno, John and Mark. P. Moore (1999), menunjukkan adanya hubungan positif antara inflasi melalui GDP deflator dengan pengangguran yang terjadi di Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Kurva Philips ini hanya berlaku pada tingkat inflasi ringan dan dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan harga yang membuat perusahaan meningkatkan jumlah produksinya dengan harapan memperoleh laba yang lebih tinggi. Namun, jika inflasi yang terjadi adalah hyper inflation, kurva Philips tidak berlaku lagi. Pada saat inflasi tinggi yang tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat, perusahaan akan mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran akan bertambah. Salah satu peristiwa moneter yang sering kali dijumpai di hampir tiap negara di dunia adalah Inflasi. (Salvatore, 2007) menyatakan bahwa definisi

(4)

singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga darisatu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Hubungan Investasi Dengan Pengangguran

Besar kecilnya investasi yang terjadi di masyarakat akan sangat mempengaruhi besar kecilnya kesempatan kerja yang tercipta dalam masyarakat tersebut. Adanya investasi akan meningkatkan kegiatan produksi sehingga akan membuka kesempatan kerja baru. Adanya kesempatan kerja baru akan menyebabkan berkurangnya jumlah pengangguran. Jadi, antara investasi dan pengangguran terdapat hubungan negatif. Ini berarti jika tingkat investasi naik maka tingkat pengangguran akan turun. Tapi apabila investasi turun, maka tingkat pengangguran akan meningkat. Namun apabila investasi yang ditanamkan bersifat padat modal, maka kenaikan investasi tidak berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja.

Adanya investasi akan meningkatkan kegiatan produksi sehingga akan membuka kesempatan kerja baru. Adanya kesempatan kerja baru akan menyebabkan berkurangnya jumlah pengangguran. Ini berarti jika tingkat investasi naik maka tingkat pengangguran akan turun. Tapi apabila investasi turun, maka tingkat pengangguran akan meningkat. Menurut Harrod-Domar (Mulyadi, 2000), Investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunanya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Maka setiap negara berusaha meningkatkan invetasiterutama investasi swasta yang dapat membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pengangguran dapat berkurang.

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengangguran

Menurut Todaro (1985 : 219) pembangunan ekonomi mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya. Setiap adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Angkatan kerja merupakan jumlah total dari pekerja dan pengangguran, sedangkan pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur.

Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Ketika ekonomi bertumbuh, berarti terdapat pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi maka kebutuhan akan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa pun akan tumbuh. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.

Di dalam artikel ini, peneliti akan meneliti pengaruh inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Secara teori meningkatnya

(5)

komponen persentase inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi pengangguran d Indonesia.

II. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dalam bentuk time series selama tahun 2002-2015. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Selain itu, peneliti melakukan studi pustaka yaitu upaya untuk memperoleh data dengan mempelajari dan menganalisis buku-buku literatur dan data-data olahan untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dan akurat.

Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengangguran, sedangkan variable independenya adalah inflasi, investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Teknik Analisis

Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi objek penelitian adalah pengangguran. Dalam penelitian ini terdapat tigas macam variable bebas yaitu inflasi, invetasi, dan pertumbuhan ekonomi serta satu variable terikat yaitu pengangguran.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik.Data yang digunakan merupakan data runtun waktu (time series) tahunan. Data time series adalah sebuah kumpulan observasi terhadap nilai-nilai sebuah variable dari beberapa periode waktu yang berbeda dan data yang digunakan adalah priode tahun 2001-2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, analisis regresi berganda, uji hipotesis parsial (uji t), dan koefisien determinasi. Keempat metode analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan diantara variable bebas terhadap variable terikat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Riset

Dalam penelitian ini analisis estimasi model riset adalah model linier berganda dengan metode LS- Least Squares (LS and ARMA) menggunakan program eviews 6.. Persamaan regresi linier berganda dalam riset ini sebagai berikut:

PENGANGGURAN=β0+β1INF+β2INV+β3PDB+e Tabel. 3.1

Hasil Estimasi Model

Dependent Variable: LOG(PENGANGGURAN) Method: Least Squares

Date: 09/16/17 Time: 15:07 Sample: 2002 2015

Included observations: 14

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(INFLASI) 0.055336 0.067454 0.820356 0.4311 LOG(INVESTASI) -0.280248 0.049826 -5.624490 0.0002 LOG(PDB) 0.381151 0.287487 1.325801 0.2144

(6)

R-squared 0.819399 Mean dependent var 2.064680 Adjusted R-squared 0.765218 S.D. dependent var 0.226905 S.E. of regression 0.109945 Akaike info criterion -1.342709 Sum squared resid 0.120880 Schwarz criterion -1.160122 Log likelihood 13.39897 Hannan-Quinn criter. -1.359611 F-statistic 15.12353 Durbin-Watson stat 1.219484 Prob(F-statistic) 0.000479

Dari hasil diatas diperoleh persamaan regresi log-linier berganda sebagai berikut: LOG PENGANGGURAN = 3,330717 + 0,055336LOG(INFLASI) - 0,280248LOG(INVESTASI) + 0,381151LOG(PDB)

Persamaan tersebut memiliki arti bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang positif terhadap pengangguran. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,055336. Variabel investasi mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengangguran. Dengan koefisien korelasi sebesar -0,280248. Variabel PDB mempunyai hubungan yang positif terhadap pengangguran. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,381151. Dan dari persamaan diatas untuk nilai kofisien korelasi dari konstanta sebesar 3,330717, yang menunjukkan bahwa ketika semua variabel yaitu inflasi, investasi dan PDB sedang tidak ada, maka menyebabkan pengangguran meningkat sebesar 3,330717 %.

3.1.1. Hasil Uji Asumsi Klasik 3.1.1.1. Normalitas

Gambar. 3.1 Hasil Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 -0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2 Series: Residuals Sample 2002 2015 Observations 14 Mean 1.54e-16 Median -0.006984 Maximum 0.182268 Minimum -0.182932 Std. Dev. 0.096428 Skewness 0.232991 Kurtosis 2.769446 Jarque-Bera 0.157672 Probability 0.924191

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas bahwa Nilai Probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,924191 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah terpenuhi.

(7)

3.1.1.2. Heteroskedastisitas

Tabel. 3.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.020566 Prob. F(3,10) 0.4241 Obs*R-squared 3.281639 Prob. Chi-Square(3) 0.3502 Scaled explained SS 2.748435 Prob. Chi-Square(3) 0.4321

Berdasarkan hasil uji heroskedastisitas di atas bahwa Nilai Prob. F(3,10) atau (F hitung) sebesar 0,4241 > 0,05 dan Nilai Prob. Chi-Squqre sebesar 0,3502 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

4.1.1.3. Multikolinieritas

Nilai yang digunakan dari hasil estimasi persamaan R1, R2, R3, R4 dan R5 adalah nilai

R2 square. Pengambilan keputusan berdasarkan ketentuan: R

1 > R2, R3, R4, R5 maka tidak

diketemukan adanya multikolinearitas dalam model yang digunakan.

3.1.1.4. Autokorelasi

Tabel. 3.4 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.259579 Prob. F(2,8) 0.7776 Obs*R-squared 0.853160 Prob. Chi-Square(2) 0.6527

Berdasarkan hasil uji autokorelasi di atas bahwa Nilai Prob. F(2,8) atau (F hitung) sebesar 0,7776 > 0,05 dan Nilai Prob. Chi-Squqre sebesar 0,6527 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi yang artinya bahwa dalam model regresi linier yang diajukan tidak mengandung autokorelasi.

3.1.2. Hasil Uji Statistik 3.1.2.1. Uji Simultan (Uji-F)

Berdasarkan Tabel 4.1. Hasil Estimasi Model di atas, diketahui bahwa Nilai F-statistic sebesar 15,12353 dengan Prob. 0,000479 dimana Prob. < 0,05 (0,000479< 0,05).

Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak artinya variabel bebas inflasi, investasi dan PDB secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat pengangguran kerja di Indonesia.

3.1.2.2. Uji Parsial (Uji-t)

Berdasarkan Tabel 4.1. Hasil Estimasi Model di atas, diketahui bahwa:

(8)

Nilai t-statistic variabel INF sebesar 0,820356 dengan Prob. 0,4311. Dimana Prob. > 0,05 (0,4311 >0,05).

Dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima artinya variabel bebas inflasi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat pengangguran di Indonesia.

 Untuk variabel bebas INVESTASI

Nilai t-statistic variabel INV sebesar -5,624490 dengan Prob. 0,0002. Dimana Prob. < 0,05 (0,0002 < 0,05).

Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak artinya variabel bebas investasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat pengangguran di Indonesia.

 Untuk variabel bebas PDB

Nilai t-statistic variabel PDB sebesar 1,325801 dengan Prob. 0,2144. Dimana Prob. > 0,05 (0,2144 >0,05).

Dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima artinya variabel bebas PDB secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat pengangguran di Indonesia.

3.1.2.3. Uji Koefesien Determinasi (R2)

Berdasarkan Tabel 4.1. Hasil Estimasi Model di atas, diketahui bahwa Nilai R-Square sebesar 0,819399 menunjukkan bahwa proporsi pengaruh variabel inflasi, investasi dan PDB terhadap variabel pengangguran sebesar 81,93%. Artinya, bahwa sumbangan pengaruh yang diberikan oleh variabel inflasi, investasi dan PDB adalah sebesar 81,93 %, sedangkan sisanya sebesar 18,07 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ada di dalam model regresi.

3.2. Pembahasan Riset

3.2.1. Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia tahun 2002 – 2015

Berdasarkan hasil regresi linier berganda menunjukkan tingkat inflasi mempengaruhi tingkat pengangguran. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran di Indonesia tahun 2002-2015 dengan besarnya koefisien 0,055336. Koefesien regresi inflasi bernilai positif artinya pada saat inflasi naik maka persentase pengangguran juga mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat persentase inflasinya turun maka persentase penganggurannya juga turun. Hal ini dikarenakan karena pada waktu terjadi kenaikan harga secara trus menerus atau tingginya inflasi, maka terjadi pengurangan tenaga kerja sehingga menyebabkan bertambahnya angka pengangguran. penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Wahyu Utomo yang memperoleh hasil penelitian variabel inflasi tidakberpengaruh signifikan terhadap pengangguran.

4.2.2. Pengaruh Investasi terhadap Pengangguran di Indonesia Tahun 2002-2015

Berdasarkan hasil regresi linier berganda menunjukkan nilai investasi mempengaruhi pengangguran. Nilai investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia tahun 2002-2015 dengan besarnya koefisien -0,280248. Koefesien regresi investasi bernilai negatif artinya pada saat investasi naik maka pengangguran mengalami penurunan. Begitu pula pada saat persentase investasi turun maka persentase pengangguran mengalami kenaikan. Kenaikan nilai investasi sebesar 1%, akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 0,280248 %.

Penelitian tentang investasi di berbagai daerah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan periode waktu yang berbeda, yaitu Noffath Hasanah, harlen, dn Hainim Kadir (2015) yang berjudul “Pengaruh migrasi masuk dan investasi terhadap pengangguran di kota Pekanbaru”. Variabel investasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran di Kota Pekanbaru tahun 2002-2011.

(9)

3.2.1. Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia tahun 2002 – 2015

Berdasarkan hasil regresi linier berganda menunjukkan tingkat PDB mempengaruhi tingkat pengangguran. Tingkat PDB berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran di Indonesia tahun 2002-2015 dengan besarnya koefisien 0,381151. Koefesien regresi PDB bernilai positif artinya pada saat PDB naik maka persentase pengangguran juga mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat persentase PDB turun maka persentase penganggurannya juga turun. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori dikarenakan pada saat itu terjadi kenaikan inflasi sehingga menyebabkan pengangguran meningkat walaupun pertumbuhan ekonomi meningkat

Beberapa penelitian tentang peetumbuhan ekonomi di berbagai daerah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan periode waktu yang berbeda., yaitu Moch Heru Anggoro (2015) yang berjudul “Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran di kota Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara variabel pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di kota Surabaya yang berbanding terbalik atau berlawanan. Sedangkan variabel pertumbuhan angkatan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di kota Surabaya. Sementara kedua variabel independen yakni pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja secara bersama – sama menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran di kota Surabaya.

.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengangguran di Indonesia. 2. Investasi berpengaruh negative tidak signifikan terhadap pengangguran di Indonesia. 3. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengangguran di

Indonesia. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori dikarenakan pada saat itu terjadi kenaikan inflasi sehingga menyebabkan pengangguran meningkat walaupun pertumbuhan ekonomi meningkat.

4. Inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengangguraan di Indonesia.

5. Besar pengaruh inflasi, investasi serta pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia sebesar 27,9 %, sedangkan sisanya sebesar 72,1 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

VI. Saran

1. Kepada Pemerintah agar memberikan berbagai solusi seperti meminjamkan modal kepada masyarakat yang ingin berwirausaha sehingga dapat menambah lapangan kerja mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

2. Kepada masyarakat Indonesia agar berfikir kreatif dan inovatif dalam menciptakan lapangan kerja.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel independen lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti pendidikan Sekolah Dasar, pendidikan Sekolah Menengah Pertama, dan angkatan kerja agar penelitian memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

(10)

Daftar Pustaka

Hasanah, Noorfath dkk. 2015. Pengaruh Migrasi masuk dan Investasi terhadap Pengangguran di Kota Pekanbaru. JOM FEKON Vol.2 No. 1 Februari 2015.

Kuncoro, Mudrajad, 2000, Ekonomi Pembangunan, AMP YKPN, Yogjakarta Nopirin. 1995. Pengantar Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE.

Sucitrawati, Ni Putu dkk. “Pengaruh Inflasi, investasi, dan tingkat upah terhadap tingkat pengangguran di Bali. Bali : Jurusan Ekonomi Pesmbangunan Fakultas Ekonomi Udayana.

Sukirno, Sadono. 2000. Makro EkonomiModern. Jakarta. PT Grafindo Persada.

Suwanika, Putu dkk. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Investasi daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan tingkat Pengangguran di Provinsi Bali. Bali : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Udayana.

Tambunan, Tulus. 2002. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta. PT Mutiara Sumber Widya.

Todaro, Michael.P, Smith, C.Stephen. 2009, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid 1, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Burhanudin Abdullah, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran di Indonesia tahun 2002-2015 TAHUN INFLAS I INVESTASI PDB PENGANGGURAN 2002 10.03 353.9 4.5 9,06 2003 5.16 515.5 4.78 9,51 2004 6.4 552.3 5.03 9,86 2005 17.11 738.7 5.69 11,24 2006 6.6 848.2 5.5 10,28 2007 6.59 984.6 6.35 9,1

Referensi

Dokumen terkait

suara, seorang pemilih memberikan suara lebih dari sekali, orang yang diminta bantuan memberikan tanda pilihan oleh pemilih tunanetra memberikan suara kepada parpol/calon yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dari tes hasil belajar pada siklus I dan II serta hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator

( 1) PPN atas penyerahan Pulsa dan Kartu Perdana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan huruf b, terutang pada saat pembayaran diterima, termasuk

Latar belakang : Pada awal bayi dilahirkan, sampai empat sampai enam bulan sistem pencernaannya masih belum sempurna sehingga paling tepat diberikan air susu ibu (ASI)

Pada hasil p values menunjukkan nilai 0.000 di mana hasil tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu p values &lt;0.050 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

• Penetrasi pemerintah juga harus dilakukan untuk insentif bagi pengembang biodiesel, termasuk juga pada kebijakan untuk penyediaan bahan baku maupun pengembangan distribusi

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana menyajikan sebuah materi pembelajaran yang lengkap dan menarik sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami pelajaran, dalam hal