• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri Alat Pengupas Kulit Buah Kopi Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi (1965-2006) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Industri Alat Pengupas Kulit Buah Kopi Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi (1965-2006) Chapter III VI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

LATAR BELAKANG KEBERADAAN INDUSTRI ALAT PENGUPAS KULIT BUAH KOPI DI DESA BANGUN KECAMATAN PARBULUAN

KABUPATEN DAIRI.

3.1 latar Belakang Keberadaan Pengrajin Alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun

Daerah pedesaan di Indonesia merupakan wilayah yang potensial untuk

landasan pembangunan nasional, hal tersebut dilihat dari segi kekayaan alam dan

sumber daya manusia yang tersedia. Potensi tenaga kerja di pedesaan dapat direkrut

dan dibina serta diarahkan untuk mengelola industri kecil/tradisional ataupun

kerajinan rumah tangga.

Hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu peluang usaha yakni sebuah

home industri yang merupakan salah satu cara pencegahan pengangguran dipedesaan.

Jika dikelola dengan baik dan terencana dan dengan di dukung potensi yang baik

seperti bahan baku yang bersumber dari alam desa tersebut, usaha ini dapat menjadi

sebuah pertimbangan bagi masyarakat untuk membuka sebuah usaha industri di desa,

dengan demikian perekonomian dipedesaan juga akan mengalami peningkatan.

Seperti usaha home industri yang dilakukan beberapa masyarakat di Desa

Bangun, Kecamatan Parbuluan. Di desa ini banyak ditemui beberapa usaha home

industri pembuatan sebuah alat pengupas alat pengupas kulit buah kopi. Di Desa

Bangun, terdapat masyarakat yang mata pencahariannya sebagai pengrajin, yakni

(2)

pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun, dilatarbelakangi kebutuhan akan sebuah

alat pengupas kulit buah kopi oleh para petani kopi, Hasil kerajinan tersebut

merupakan suatu alat yang digunakan untuk menggiling buah kopi pasca panen,

untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah kopi. Alat pengupas kulit buah kopi ini di

ciptakan karena kebutuhan para petani kopi untuk mempermudah pekerjaan dalam

mengupas kulit dan juga dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, yaitu bagaimana cara

mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Desa Bangun merupakan satu-satunya

daerah pembuat alat pengupas kulit buah kopi. Daerah ini merupakan distributor dan

pemasok alat ini ke daerah lain seperti Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Karo

serta daerah lainnya yang di salurkan melalui agen-agen atau touke-touke yang

datang ke Desa Bangun ini.24

Hasil kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun ini bermula dari

di datangkannya sebuah alat pada tahun 1960 oleh pemerintah berupa bantuan kepada

petani kopi yang di berikan melalui kepala desa. Alat tersebut di yakini dapat

mempermudah proses pengolahan buah kopi pasca panen dimana pada saat itu petani

kopi masih menggunakan cara manual yaitu menumbuk buah kopi dengan

menggunakan lesung. Alat tersebut merupakan buatan Jepang, alat ini memang dapat

mengupas buah kopi, tetapi banyak biji kopi yang hancur di karenakan alat ini terbuat

dari besi mengakibatkan alat ini kurang efisien penggunaannya, sehingga banyak

24

(3)

petani kopi yang kembali mengggunakan cara lama untuk mengupas buah kopi yakni

dengan menumbuk mengunakan lesung.

Pada tahun 1965 masyarakat petani makin membutuhkan alat pengolah buah

kopi, maka dua orang petani kopi bermarga Malau dan Sihotang yang pandai

bertukang berinisiatif untuk mengganti bahan utama dalam pembuatan gilingan yang

awalnya dari besi ditukar dengan kayu sebagai bahan utama. Setelah selesai dan

dicoba, ternyata alat ini lebih efisien penggunaanya dan biji kopi tidak hancur, oleh

sebab itu penggunaan alat pengupas kulit buah kopi yang terbuat dari bahan besi

mulai di tinggalkan diganti dengan berbahan kayu. Alat ini menjadi sebuah

kebutuhan bagi petani kopi. Banyak petani kopi yang berminat dengan alat ini dan

menempa kepada kedua orang tersebut, sehingga kedua orang tersebut mulai bekerja

sebagai pembuat alat pengupas kulit buah kopi yang terbuat dari bahan utama kayu.

Pada saat itu alat ini di hargai dengan harga Rp.16.000,-. Kebutuhan akan alat ini

membuat banyak masyarakat yang belajar bagaimana cara membuat alat pengupas

kulit buah kopi ini. Mereka belajar dari kedua orang tersebut, dan keduanya dengan

senang hati berbagi ilmu mereka dengan masyarakat lainnya hal ini di karenakan rasa

gotong royong yang masih melekat kuat di masyarakat pedesaan.

Masyarakat yang ingin memiliki alat pengupas buah kopi, biasanya mereka

belajar untuk membuat alat pengupas kulit buah kopi ini selama setahun atau lebih

karena pembuatan alat ini yang agak sulit di pelajari dan rumit serta alat yang

digunakan masih sederhana. Selama proses belajar tersebut mereka tidak di bayar

(4)

Setelah mahir dalam membuat alat ini, selain untuk membuat kebutuhan sendiri

banyak masyarakat yang menjadikan kegiatan ini sebagai pekerjaan, menjadikan

sebuah peluang usaha yang mendatangkan banyak keuntungan sehingga banyak yang

membuka usaha sebagai pembuat alat pengupas kulit buah kopi mengingat pangsa

pasar alat ini yang luas dimana mayoritas penduduk di Kabupaten Dairi serta daerah

lainnya ber profesi sebagai petani kopi.

Oleh karena itu seiring perkembangan zaman jumlah masyarakat pengrajin

alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun juga berkembang yakni pada tahun

1970, banyak muncul usaha-usaha pembuat alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun yang menerima pesanan pembuatan dan tempahan alat pengupas kulit buah

kopi. Pada tahun ini pengrajin alat pengupas kulit buah kopi ini berjumlah 6 kepala

keluarga, anak lelaki dewasa mereka biasanya ikut membantu pekerjaan pembuatan

gilingan dan juga sebagai proses belajar pembuatan alat pengupas kulit buah kopi ini

dan istri biasanya ikut membantu perekonomian keluarga dengan bercocok tanam di

kebun yakni sebagai petani kopi dan tanaman lainnya sepeti sayur-sayuran, cabe.

Sehingga saat ini industri alat pengupas kulit buah kopi yang di temui di desa ini

merupakan usaha turun-temurun dari orang tua terdahulu yang belajar dari generasi

(5)

3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Pengrajin Alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun.

Keberadaan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi dimulai pada tahun 1965

oleh dua orang bermarga Malau dan Marga Sihotang. Merekalah yang pertama kali

memulai usaha sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun.

Seiring berkembangnya zaman dan pertumbuhan penduduk jumlah pengrajin alat

pengupas kulit buah kopi pun ikut mengalami peningkatan. Tentu hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor yang mengkibatkan pertumbuhan pengrajin alat

pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun. Adapun beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi keberadaan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun

adalah sebagai berikut25 :

1. Kebutuhan akan suatu alat untuk mempermudah pengupasan kulit buah kopi

di bandingkan mengunakan cara lama yang memakan waktu dan proses yang

lama yakni menumbuk menggunakan lesung

2. Tidak banyak orang/petani kopi yang memiliki keahlian dalam membuat alat

alat pengupas kulit buah kopi. Hal tersebut mengakibatkan petani kopi di

Dairi harus membeli alat pengupas kulit buah kopi langsung ke Desa Bangun.

3. Permintaan akan alat ini oleh petani kopi di Dairi sangat besar karena alat ini

dapat mempermudah pekerjaan petani kopi dalam mengupas buah kopi pasca

25

(6)

panen sehingga alat ini menjadi sebuah kebutuhan pokok yang wajib dimiliki

petani kopi.

4. Pekerjaan sebagai pembuat alat pengupas kulit buah kopi mampu memenuhi

kebutuhan keluarga, sehingga banyak masyarakat di Desa Bangun yang

menjadikan kegiatan ini sebagai mata pencaharian.

5. Banyak masyarakat di Desa Bangun yang beralih profesi dari petani menjadi

pembuat gilingan di karenakan melihat kerberhasilan usaha milik bapak

Malau dan Sihotang, sehingga mereka belajar membuat alat pengupas kulit

buah kopi juga dari kedua beliau.

3.3 Faktor Pendukung Produksi Kerajinan Alat pengupas kulit buah kopi 3.3.1 Modal

Modal merupakan hal penting bagi sebuah usaha. Modal yang cukup dapat

memungkinkan kelangsungan hidup suatu usaha. Modal dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu modal awal dan modal produksi. Modal awal adalah modal yang

dingunakan untuk membeli bahan yang dapat dingunakan berkali-kali misalnya

seperti gergaji, pisau, alat pahat, penggaris dan lainnya, sedangkan modal produksi

adalah modal yang dingunakan untuk membeli bahan-bahan yang hanya dipakai

sekali dalam proses produksi, misalnya seperti bahan baku, dan bahan pendukung

lainnya.26

26

(7)

Modal yang digunakan para pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun ini merupakan modal pribadi, tidak ada yang meminjam ke Bank. Mereka

lebih memilih mengolah modal yang mereka miliki dan melanjutkan dari hasil

produksi, artinya modal awal terus di pakai sebagai modal produksi secara

berulang-ulang. Mereka tidak membuat catatan khusus untuk mengetahui pemasukan dan

pengeluaran, rugi maupun untung.27

3.3.2 Bahan Baku Dan Peralatan Pembuatan Alat pengupas kulit buah kopi

Bahan baku utama dalam pembuatan alat pengupas kulit buah kopi yaitu

kayu berupa papan, balok dan kayu bulat, untuk membuat satu unit alat pengupas

kulit buah kopi menghabiskan 1 (lembar) papan yang memiliki panjang 5 (lima)

meter. Untuk membuat bantalan alat pengupas kulit buah kopi membutuhkan kayu

bulat, bahan lainnya yang diperlukan dalam membuat alat pengupas kulit buah kopi

yaitu batang besi, dua buah poros as, pedal sepeda, paku ukuran 1 inchi, lempengan

kaleng dan baut serta ban bekas yang dingunakan untuk mempermudah pemutaran

poros as.

Peralatan yang di perlukan dalam membuat sebuah alat pengupas kulit buah

kopi yaitu gergaji, martil, pisau, meteran, otom (penghalus kayu), pahat, pensil atau

pulpen. Adapun kegunaan dari peralatan tersebut yaitu sebagai berikut : Gergaji,

digunakan untuk memotong kayu sesuai bentuk yang dibutuhkan, otom digunakan

untuk menghaluskan permukaan kayu sehingga permukaan kayu tidak kasar dan

mudah dalam proses perakitan dan memiliki struktur yang bagus, pisau digunakan

27

(8)

untuk memotong bagian kayu yang lebih dari ukuran, meteran digunakan untuk

mengukur panjang dan lebar kayu sesuai kebutuhan dan pahat biasanya di butuhkan

pada saat pembentukan bantalan bulat gilingan yang nantinya di di tanami paku

berbaris yang telah di sesuaikan temapat ukurannya sesuai pola mengunakan pensil

atau pulpen.

3.3.3 Tenaga Kerja

Dalam proses produksi salah satu faktor penting adalah tenaga kerja, karena

tanpa adanya tenaga kerja maka semua pekerjaan produktivitas akan tidak dapat

beroperasional. Usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun masih

mengandalkan cara tradisonal dalam pekerjaaanya. Adapun yang dimaksud dengan

tenaga kerja yaitu jumlah orang yang turut serta dalam proses produksi.

Tenaga kerja juga dibagi dalam dua bagian yaitu tenaga kerja yang berasal

dari anggota keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga.

Tenaga kerja dari keluarga biasanya tidak menerima upah atau gaji sedangkan tenaga

kerja bukan anggota keluarga biasanya di beri upah atau gaji.

Tenaga kerja pada usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun pada umumnya hanya berasal dari anggota keluarga saja, tidak ada usaha

kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun yang memakai jasa tenaga

kerja yang bukan anggota keluarga.28

28

(9)

3.3.4 Proses Produksi

3.3.4.1 Pemilihan Bahan Baku

Bahan baku kayu dalam membuat gilingan harus menggunakan kayu yang

keras dan sudah tua. Jenis kayu yang dapat digunakan berupa kayu papan dan balok

berserta kayu bulat untuk bantalan bergerigi. Kayu yang digunakan bukan kayu

sembarangan yang sering di temui di panglong melainkan kayu berkualitas baik dan

keras dan biasanya berserat merah. Kayu yang sering di pakai pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi ini yaitu kayu mayang. Kayu ini memiliki serat yang keras dan

berwarna merah dan memiliki ketahanan yang cukup lama.

Pemilihan kayu berkualitas baik berserat merah dan keras dilakukan demi

menghindari kecepatan kerusakan pada kayu pada saat pemakaian misalnya seperti

serat kayu yang menyusut, mudah terserang rayap berserta cepat busuk karena sering

terkena air yang berasal dari buah kopi, untuk bantalan bergerigi yang memiliki

fungsi untuk memeras biji kopi harus kayu bulat yang sudah benar-benar tua dan

kering untuk menghindari penyusutan kayu yang jika menggunakan bahan

sembarangan akan menyebabkan banyak biji kopi yang keluar melalui pembuangan

kulit bukan melalui jalur keluar biji kopi.

Untuk bahan baku lainnya seperti besi, paku, dan ban bekas tidak melalui

proses pemilihan kualitas, cukup dengan keadaan baik dan dapat digunakan.

3.3.4.2 Menghaluskan Permukaan Kayu, Membentuk Pola dan Memotong

Bahan baku kayu papan terlebih dahulu harus di haluskan guna untuk

(10)

membentuk pola sesuai kebutuhan pada permukaan kayu yang telah digambar

dengan menggunakan pensil.29

Selanjutnya papan di potong menggunakan gergaji sesuai pola yang telah

dibentuk dan merapikan bagian ujung-ujung papan.

3.3.4.3 Membuat Bantalan Bergerigi

Bantalan bergerigi merupakan bagian penting dari sebuah alat pengupas kulit

buah kopi, gerigi ini berfungsi sebagai penggiling/pemeras biji kopi dari kulit

buahnya. Gerigi tersebut di buat menggunakan paku-paku berukuran 1 inchi yang di

tanam berbaris sesuai pola. Kepala paku-paku terlebih dahulu di potong kemudian

dilipat dan ditanam ke kayu bulat.30

Di tengah kayu bulat tersebut terlebih dahulu dipasang besi yang nantinya

berfungsi sebagai penyangga poros as pemutar bantalan bergerigi.

3.3.4.4 Merakit Bagian-bagian Alat pengupas kulit buah kopi

Bagian-bagian alat pengupas kulit buah kopi terdiri dari bak penampung buah

kopi, bak tempat bantalan gerigi, pemutar as berbentuk silang yang dibantu

menggunakan potongan ban bekas, kaki alat pengupas kulit buah kopi, jalur keluar

biji kopi menuju wadah, putaran dari bekas pedal sepeda.

Semua bagian-bagian tersebut si rakit menjadi satu bagian. Pertama yang

dilakukan yaitu menyatukan bagian bak bantalan bergerigi dengan kaki gilingan,

29Lihat “Gambar 5. Menghaluskan Permukaan Kayu

pada lampiran.

30Lihat “

(11)

kemudian menyatukan bantalan bergerigi kedalam bak tempat bergerigi. Selanjutnya

adalah memasang poros as masing masing pada bagian bantalan gilingan, dilanjutkan

dengan memasang pemutar as, kemudian dilanjutkan memasang jalur keluar biji kopi

serta memasang penutup pada bagian depan bantalan gerigi, selain berfungsi sebagai

penutup bagian depan bantalan bergerigi, bagian ini juga berfungsi sebagai pengunci

besar-kecil jalur keluar biji kopi. Setelah bagian tersebut terpasang dengan baik,

langkah terakhir yaitu memasang bak penampung buah kopi pada bagian atas bak

bantalan bergerigi.31

Dari seluruh aktivitas pembuatan alat pengupas kulit buah kopi, biasanya pengrajin

alat pengupas kulit buah kopi menghabiskan waktu selama 2 (dua) sampai 3(tiga) hari. untuk

pembuatan sebuah alat pengupas kulit buah kopi manual dan alat pengupas kulit buah kopi

mesin.

3.4 Faktor Penghambat/kendala Produksi Kerajinan Alat pengupas kulit buah kopi

Pertumbuhan industri kecil atau home industri di Negara Indonesia

mengalami laju peningkatan yang signifikan, berbagai macam peluang usah berbasis

home industri mulai dijalankan sebagian besar masyarakat untuk mendatangkan

sejumlah keuntungan hal ini cukup menjanjikan untu menjadikannya sebagai mata

pencaharian. Begitu juga hal yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Bangun banyak

dari mereka yang membuka usaha berbasis home industri.

31Lihat “

(12)

Namun pada setiap usaha, pasti ada penghambat atau kendala-kendala yang

sering dihadapi oleh pengusaha tersebut, diantaranya adalah modal, ketersediaan

bahan baku, dan kapasitas produksi. Pada usaha kerajinan alat pengupas kulit buah

kopi di Desa Bangun, kendala yang paling sering dialami adalah modal dan

ketersediaan bahan baku kayu yang sulit di dapat. Bahan baku yang dibutuhkan

adalah kayu yang berserat keras, kayu yang dibutuhkan adalah kayu mayang yang

memili serat kayu berwarna merah, dan harga bahan baku ini cukup mahal jika dibeli

di panglong.

3.5 Produk

Produk merupakan hasil akhir dari setiap proses produksi pada suatu usaha.

Dalam hal ini produk yang dimaksud adalah alat pengupas kulit buah kopi. Hasil

kerajinan alat pengupas kulit buah kopi ini memiliki nilai jual yang tinggi karena

proses pembuatannya yang sulit dan rumit. Jenis produk pada kerajinan alat pengupas

kulit buah kopi di Desa Bangun ada 3 (tiga) produk yang dihasilkan yaitu alat

pengupas kulit buah kopi manual, alat pengupas kulit buah kopi mesin, dan alat

pengupas kulit buah kopi modifikasi. Dari ketiga produk tersebut alat pengupas kulit

buah kopi modifikasi (tempahan) memang jarang di produksi pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi.32 Sebuah alat pengupas kulit buah kopi dapat bertahan selama

setahun, tetapi tergantung dari perawatan si petani kopi itu sendiri. Hal itu disebabkan

bahan baku alat pengupas kulit buah kopi ini yang terbuat dari kayu yang mudah

32

(13)

lapuk dan keropos jika terkena air dan juga karena tidak segera dibersihkan setelah

pemakaian pada saat pengupasan kulit kopi, karena sisa-sisa kulit buah kopi dapat

menempel pada gilingan yang menyebabkan pembusukan kayu pada alat pengupas

kulit buah kopi. Nilai jual alat pengupas kulit buah kopi yang di produksi pengrajin

alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Nilai Jual Produk Alat pengupas kulit buah kopi.

Sumber : Diolah Dari hasil wawancara dengan J.Sagala Tahun 2006.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perkembangan nilai jual sebuah alat

pengupas kulit buah kopi, yang mengalami peningkatan harga yang pada awalnya

memiliki nilai jual sebesar Rp 16.000,- pada tahun 1970, harga ini di tetapkan karena

kebutuhan bahan-bahan dan alat yang diperlukan masih sederhana dan dapat

ditemukan diDesa Bangun. Nilai Jual diatas bukanlah harga pasti karena harga

tersebut merupakan harga awal yang di tawarkan pengrajin alat pengupas kulit buah

(14)

kopi kepada pelanggan, dipasar masih terjadi kemungkinan kenaikan harga ataupun

turun harga karena disebabkan proses tawar-menawar.

Berbeda halnya dengan menjual ke agen-agen yang datang ke Desa Bangun,

untuk satu unit alat pengupas kulit buah kopi manual pada tahun 2006 dihargai Rp

300.000,- tanpa proses tawar menawar, alat pengupas kulit buah kopi mesnin di

hargai Rp 600.000,- dan untuk gilingan modifikasi agen maupun touke biasanya tidak

mengambil dari pengrajin alat pengupas kulit buah kopi, hal tersebut di kerena

permintaan alat pengupas kulit buah kopi modifikasi yang jarang bahkan tidak ada ke

agen atau toke tersebut, dan biasanya agen tersebut mengambil dalm jumlah banyak

minimal sebanyak 10 unit sekali sebulan.

Dari semua jenis alat pengupas kulit buah kopi, yang paling banyak

dingunakan masyarakat petani kopi adalah alat pengupas kulit buah kopi manual

karena jika membeli alat pengupas kulit buah kopi mesin membutuhkan alat lain

yakni mesin pemutar bantalan bergerigi dan harga mesin tersebut sangat mahal, oleh

sebab itu petani kopi lebih memilih alat pengupas kulit buah kopi manual di

bandingkan alat pengupas kulit buah kopi mesin sedangkan untuk alat pengupas kulit

buah kopi modifikasi biasaya alat pengupas kulit buah kopi manual yang

dimodifikasi bentuknya sesuai kebutuhan si petani kopi seperti ukuran bak yang lebih

besar dari biasanya.33

33

(15)

3.6 Pemasaran Alat pengupas kulit buah kopi

Pemasaran adalah suatu proses menyalurkan produk dari produsen ke

konsumen. Pemasaran merupakan salah satu faktor pendukung kelangsungan suatu

usaha terutama pada home industri, seperti halnya dengan pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi di Desa Bangun juga melakukan kegiatan pemasaran untuk menjual

hasil kerajinan mereka. Pada dasarnya pemasaran merupakan ujung tombak dalam

memproduksi suatu barang, artinya apakah dapat memproduksi dengan hasil yang

melimpah tetapi tidak dapat menjual atau memasarkan. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk memasarkan hasil produksi agar terjadi keseimbangan dan

keselarasan dalam memproduksi barang dan memasarkan barang seperti melalui

iklan, melalui koperasi atau asosiasi penjualan.34

Untuk pemasaran hasil kerajinan alat pengupas kulit buah kopi, pengrajin di

Desa Bangun biasanya membawa hasil kerajinan tersebut dan menjajakannya di

pasar, tetapi ada juga sebagian petani kopi yang datang langsung ke lokasi kerja

pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun sehingga tidak perlu

membawa hasil kerajinan tersebut ke pasar. Untuk memenuhi kebutuhan petani kopi

di luar daerah akan alat ini, distribusi alat pengupas kulit buah kopi ini dilakukan

melalui agen-agen ataupun touke-touke yang khusus datang langsung ke Desa

Bangun, dan biasanya mereka mengangkut alat pengupas kulit buah kopi dalam

jumlah banyak.

34

(16)

Para pedagang atau touke-touke yang datang ke Desa Bangun turut berperan

dalam hal memasarkan dan memperkenalkan alat pengupas kulit buah kopi ini ke luar

daerah Kabupaten Dairi yang memiliki lahan pertanian kopi. Mereka berperan

sebagai distributor dalam menyalurkan menyalurkan alat ini ke daerah-daerah lain

seperti kabupaten Humbahas, Kabupaten Samosir dan Pakpak Bharat. Adanya

pedagang-pedagang ini cukup membantu kelancaran industri alat pengupas gilingan

kopi di desa ini, karena pengrajin alat ini dapat memproduksi gilingan kopi setiap hari

karena mempunyai pangsa pasar di daerah lain. Pedagang tersebut juga mendapat

keuntungan dalam industri ini, dimana mereka mengambil alat ini dari pengrajin

dengan harga yang lebih murah, dan dia dapat menjual dengan tambahan harga yang

tidak mahal menurut petani kopi. Sehingga terjadi hubungan yang saling

(17)

BAB IV

PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAT PENGUPAS KULIT BUAH KOPI DI DESA BANGUN KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI

1965-2006 4.1 Industri Alat pengupas kulit buah kopi

Seiring berkembangnya zaman, industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun juga mengalami perkembangan hal ini di pengaruhi kemajuan dan

perkembangan teknologi yang turut membantu perkembangan usaha ini, seperti

jumlah pengrajin yang bertambah. Akibat pertumbuhan populasi penduduk yang

megakibatkan sejumlah orang mengambil pekerjaan membuat alat ini sebagai mata

pencaharian, selain itu para pengrajin membuat alat ini dengan menggunakan

peralatan listrik yang semakin mempermudah proses pembuatan alat ini, serta alat

gilingan ini juga mengalami perubahan yang di sesuaikan dengan kebutuhan petani

kopi dalam mengolah buah kopi pasca panen.

Usaha kerajinan pembuatan alat pengupas kulit buah kopi ini merupakan

usaha individual yang di jalankan masing-masing pemilik usaha tersebut, tidak ada

hubungan maupun organisasi yang terbentuk antara sesama pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi di desa ini. Pada tahun 1981 pernah ada bantuan pemerintah

berbentuk koperasi, bantuan tersebut berupa bahan baku dan peralatan pembuatan alat

pengupas kulit buah kopi dan juga sebuah gudang yang terbuat dari kayu (papan)

(18)

tersebut beranggotakan 11 orang, setiap anggota di wajibkan membuat lima unit

gilingan per minggu.

Bantuan pemerintah tersebut di lakukan dengan tujuan untuk menormalkan

harga alat pengupas kulit buah kopi yang berbeda-beda pada tiap pengrajin, tetapi

koperasi tersebut berjalan hanya setahun di karenakan para anggota koperasi lebih

sering melakukan usaha sendiri dan tidak mengikuti aturan koperasi yang hanya

membuat alat pengupas kulit buah kopi sebanyak lima unit perminggu, sedangkan

pengrajin dapat membuat unit gilingan lebih dari lima unit perminggunya dan sedikit

keuntungan yang di dapat dari koperasi, sehingga koperasi tersebut tutup dan

pemerintah menarik semua peralatan dari koperasi tersebut dan hanya menyisakan

gudang tempat bekerja membuat gilingan tersebut akan tetapi gudang tersebut tidak

tersisa karena di ambil oleh masyarakat di desa tersebut dijadikan papan pada dinding

rumah masyarakat itu sendiri dan juga sebagai kayu bakar.35

4.1.1 Jumlah Usaha Kerajinan Alat pengupas kulit buah kopi

Pada mulanya usaha kerajinan ini di mulai oleh dua orang (yang bermarga

Malau dan Sihotang), dan berkembang seiring berjalannya waktu jumlah pengrajin di

Desa Bangun ini bertambah. Pada tahun 1980 jumlah pengrajin di Desa Bangun

berjumlah 15 kepala keluarga. Pertambahan jumlah pengrajin di desa ini di akibatkan

adanya usaha-usaha yang di buka oleh anak lelaki yang belajar dari orang tua dan

35

(19)

pisah dari usaha orang tua karena biasanya di sebabkan pernikahan yang harus

meninggalkan rumah orangtua dan membentuk rumah tangga sendiri.

Selain karena pengaruh adat yang dipegang masyarakat desa ini, pertambahan

jumlah pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun juga di sebabkan

karena pekerjaan ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian yang dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Pertambahan jumlah pengrajin di Desa Bangun ini dapat di

lihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 4.1

Jumlah Industri Alat Pengupas Kulit Buah Kopi di Desa Bangun.

NO Tahun Jumlah

1 1965 2 Orang (Satu Usaha)

2 1970 6 KK*

3 1980 11 KK

4 1990 18 KK

5 2000 26 KK

6 2006 33 KK

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan J.Sagala tahun 2006.

*Keterangan : KK = Kepala Keluarga.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah pengrajin di

Desa Bangun hingga tahun 2006, mengalami pertumbuhan yang lambat karena

rata-rata hanya 4 sampai 7 kepala keluarga yang bertambah dalam rentang waktu 10

(20)

2000 dengan jumlah 26 kepala keluarga, mengalami pertambahan 8 kepala keluarga

dari rentang waktu 10 tahun dari tahun 1990, dan mengalami penurunan jumlah

pengrajin pada tahun 2006 yang hanya bertambah 7 kepala keluarga walaupun tidak

terlalu signifikan. Penurunan ini terjadi karena banyak anak-anak pengrajin yang

memilih untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dibandingkan

membuka usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi.

4.1.2 Tenaga Kerja.

Pada tahun 1970 pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun ,

tidak memakai tenaga kerja untuk membantu proses pembuatan alat gilingan ini,

tetapi memakai tenaga kerja masyarakat yang ingin belajar bagaimana cara membuat

alat ini. Mereka yang belajat biasanya menghabiskan waktu setahun karena cara

pembuatanalat ini sulit dan rumit. Selama proses belajar tidak dipungut biaya karena

si pemilik usaha akan terbantu dengan bantuan yang di berikan mereka yang belajar

kepada usahanya itu dan bantuan itu tidak di bayar dengan uang melainkan hanya di

beri sebungkus rokok dan biaya makan perharinya karena dalam proses belajar

peralatan dan bahan yang di pakai biasanya milik pemilik usaha kerajinan gilingan

tersebut.

Sejak tahun 1994 ada beberapa pemilik usaha yang memakai tenaga kerja

pemuda-pemuda dari desa setempat, mereka biasanya bekerja sebagai buruh dalam

menghaluskan kayu, menggergaji kayu, dan merakit gilingan serta pekerjaan lainnya.

Mereka di bayar dengan upah Rp 35.000,- per hari dan pada saat penelitian ini

(21)

4.2. Perkembangan Gilingan Kopi

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi

di Desa Bangun, alat pengupas kulit buah kopi ini juga mengalami perubahan baik

dari segi bentuk, kegunaan dan juga tergantung permintaan modifikasi petani kopi

yang menempa alat pengupas kulit buah kopi kepada pengrajin di desa ini. Perubahan

bentuk itu seperti bak penampung kopi yang lebih besar dari biasanya agar banyak

buah kopi di tampung alat pengupas kulit buah kopi ini, sedangkan dari segi

kegunaan alat pengupas kulit buah kopi ini di buat dua jenis yakni untuk kopi robusta

yang lebih kecil bijinya dan untuk kopi arabika yang berbiji besar.

Alat pengupas kulit buah kopi robusta tidak dapat dingunakan untuk

mengupas kulit buah kopi arabika karena kalau dingunakan kopi arabika akan hancur

karena ruang bantalan gerigi gilingan untuk kopi robusta yang lebih sempit

dibandingkan alat pengupas kulit buah kopi arabika, sebaliknya jika alat pengupas

kulit buah kopi arabika dingunakan untuk mengupas kulit buah kopi robusta, maka

kebanyakan kulit kopi tidak akan terkupas sempurna karena ruang bantalan bergerigi

yang lebih besar di bandingkan ukuran buah kopi robusta yang kecil sehingga

penggunaan alat pengupas kulit buah kopi ini tergantung untuk jenis tanaman kopi

yang dimiliki.

Modifikasi bentuk gilingan ini tergantung permintaan petani kopi, biasanya

pengrajin di desa ini membuat dua jenis alat pengupas kulit buah kopi yakni alat

pengupas kulit buah kopi manual dan alat pengupas kulit buah kopi mesin. Alat

(22)

memutar bantalan bergerigi tersebut membutuhkan bantuan manusia agar bantalan

tersebut berputar dan menggiling kopi sehingga secara otomatis biji kopi akan

terpisah dari kulitnya sedangkan alat pengupas kulit buah kopi mesin yaitu alat

pengupas kulit buah kopi yang membutuhkan bantuan sebuah mesin untuk memutar

bantalan bergerigi tanpa bantuan manusia, dengan alat pengupas kulit buah kopi

mesin ini pekerjaan petani kopi lebih sedikit dibandingkan mengunakan alat

pengupas kulit buah kopi manual. Petani kopi hanya bertugas memasukkan buah kopi

ke bak kopi jika kopi di penampungan sudah habis tergiling secara otomatis oleh

mesin.

Alat pengupas kulit buah kopi manual menggunakan tangan dapat menggiling

kulit buah kopi sebanyak 60 liter per jam, sedangkan alat pengupas kulit buah kopi

mesin dapat menggiling buah kopi 150 liter per jam bahkan lebih kalau tanpa

isterahat. Kebanyakan para petani kopi menggunakan alat pengupas kulit buah kopi

manual yang mengunakan tangan karena untuk menempa alat pengupas kulit buah

kopi mesin harganya mahal sampai kisaran Rp 800.000,- di luar peralatan mesin yang

secara terpisah di beli si petani, dan untuk mengecilkan biaya para petani kopi

sederhana biasanya hanya menggunakan alat pengupas kulit buah kopi manual hanya

memiliki harga lebih murah di bandingkan harga alat pengupas kulit buah kopi mesin

yakni kisaran Rp 300.000,- untuk yang standart di pasaran.

Untuk jumlah produksi hasil kerajinan alat pengupas kulit buah kopi, usaha

alat pengupas kulit buah kopi yang dijalankan seorang kepala keluarga dapat

(23)

Dengan adanya peralatan dari listrik yang semakin mempermudah pekerjaan seperti

bor listrik, gergaji listrik, Otom litrik, untuk membuat satu unit gilngan kopi dan tidak

akan menghabiskan waktu dua hari.

Untuk satu minggu sebuah usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi

dapat membuat minimal 6 sampai 7 unit, dan untuk satu bulan dapat menghasilkan

kurang lebih 50 unit alat pengupas kulit buah kopi.

4.2.1 Sumber Bahan Baku

Bahan baku pembuatan alat pengupas kulit buah kopi ini pada saat pertama

kali di perkenalkan pemerintah terbuat dari besi, tetapi karena tidak efisien

penggunaannya maka petani kopi tidak menggunakannya. Perubahan bahan baku dari

besi ke kayu (papan) lebih efiesien di bandingkan sebelumnya, sehingga alat

pengupas kulit buah kopi yang terbuat dari bahan kayu ini lebih banyak di pakai.

Untuk membuat sebuah unit alat pengupas kulit buah kopi membutuhkan satu

lembar papan kayu sepanjang lima meter, besi satu potong, pedal sepeda dua unit,

gerigi sepeda dua unit, paku ukuran 2 inci 1kg, baut 4 unit, lingkaran ban bekas satu

unit dan bambu bulat sebagai pegangan untuk pegangan pada tangan.

Bahan-bahan baku pembuatan alat pengupas kulit buah kopi ini diperoleh

pengrajin alat pengupas kulit buah kopi melalui touke-touke yang menjual

bahan-bahan tersebut di Desa Bangun, kecuali bahan-bahan baku utama yaitu kayu papan. Para

pengrajin memperoleh bahan baku papan dari agen-agen yang mengambil kayu dari

hutan secara ilegal. Kayu untuk pembuatan bahan alat pengupas kulit buah kopi harus

(24)

gerigi harus kayu bulat yang berserat keras. Tidak sembarang kayu yang dapat

digunakan, biasanya kayu yang digunakan adalah kayu Mayang dan belakangan

pengrajin ini sudah mengunakan kayu dari batang kopi yang yang di dapat dari petani

kopi.

Pada tahun 1965 sumber bahan baku untuk pembuatan alat pengupas kulit

buah kopi ini, pengrajin alat pengupas kulit buah kopi mengambil bahan bakunya dari

hutan. Pengrajin bebas mengambil bahan baku kayu secara bebas tanpa ada halangan,

mereka sesekali ke hutan untuk menebang kayu, memotong menjadi lembaran papan

dan mengangkut papan tersebut ke rumah.36

Sejak ada larangan pemerintah terkait penebangan liar di hutan dalam Undang

Undang No.41 Tahun 1999 atau Undang Undang No.18 Tahun 2013 Tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan(P3H) tentang tindak pidana bidang

kehutanan dengan ancaman sanksi pidana bagi barangsiapa yang melawan hukum

melanggarnya.

Terkait adanya larangan pemerintah tersebut para pengrajin mencoba

alternatif lain dalam memperoleh sumber bahan baku kayu. Mereka mulai mencoba

dengan membeli bahan baku kayu dari panglong, tetapi harga kayu pada panglong

yang tinggi membuat pengrajin alat pengupas kulit buah kopi mencoba jenis kayu

berserat putih sebagai bahan baku.

Kayu berserat putih ternyata tidak cocok dan seratnya tidak terlalu keras

sehingga alat pengupas kulit buah kopi yang terbuat dari kayu berserat putih tidak

36

(25)

tahan lama serta kulit kopi tidak terkupas secara menyeluruh masih ada sisa buah

kopi yang terbungkus kulitnya. Bahan baku pendukung lainnya seperti pedal sepeda,

gerigi sepeda, dan besi-besi, pengrajin dapat membelinya dari toko dan panglong.

Pada saat belum ada toko yang menjual secara khusus bahan-bahan pembuatan alat

pengupas kulit buah kopi seperti pedal dan gerigi sepeda, pengrajin membeli dari

bengkel-bengkel khusus sepeda atau toko sepeda bekas. Para pengrajin di Desa

Bangun ini sudah mudah memperoleh bahan baku, hanya dengan membeli dari

toko-toko yang menjual khusus bahan-bahan pembuatan alat pengupas kulit buah kopi

(26)

BAB V

PENGARUH INDUSTRI ALAT PENGUPAS KULIT BUAH KOPI TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT PENGRAJIN ALAT

PENGUPAS KULIT BUAH KOPI DI DESA BANGUN KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI 1965-2006.

5.1 Aspek Kehidupan Ekonomi

5.1.1 Kondisi Kehidupan Ekonomi Masyarakat Sebelum Adanya Usaha Kerajinan Alat Pengupas Kulit Buah Kopi.

Sebelum bekerja sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi (partukkang

gilingan), dulunya mereka bekerja sebagai petani dan buruh tani, yang tidak

mempunyai penghasilan tetap. Pekerjaan sebagai buruh tani tidak bekerja setiap hari

hanya bekerja pada saat pembibitan, penanaman, perawatan dan pemanenan,

semuanya memiliki jangka waktu yang berbeda sehingga penghasilannya juga tidak

tetap atau tidak dapat dipastikan. Terlebih tidak semua petani dapat menyewa jasa

seorang buruh tani, karena biaya jasa buruh tani yang mahal sehingga ada petani yang

tidak sanggup membayar jasa buruh tani. Penyebab lainnya yaitu karena tidak

stabilnya harga hasil panen dipasaran, ada kalanya harga dipasar anjlok yang

mengakibatkan petani mengalami kerugian besar yang memungkin untuk menyewa

jasa buruh tani.

Kondisi seperti ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup masa depan

terutama pada anak mereka, anak dituntut untuk memiliki pengetahuan dan

(27)

sebuah beban besar yang yang ditanggung orang tua, padahal penghasilan sebagai

buruh tani dan petani tidaklah cukup memenuhi semua kebutuhan keluarga.

5.1.2 Kondisi Kehidupan Ekonomi Masyarakat Setelah Bekerja Sebagai Pengrajin Alat Pengupas Kulit Buah Kopi.

Kondisi kehidupan ekonomi yang memiliki kendala-kendala besar dengan

penghasilan rendah, membuat masyarakat di Desa Bangun untuk membuat suatu

peluang usaha yang dapat membantu perekonomian keluarga sekaligus meningkatkan

taraf hidup. Melihat banyaknya permintaan akan alat pengupas kulit buah kopi ini,

membuat masyarakat belajar bagaimana membuat alat ini dan setelah mahir mereka

membuka usaha pemmbuatan alat pengupas kulit buah kopi milik sendiri.

Tentunya pekerjaan sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi dapat

membantu dan mencukupi kebutuhan keluarga. Tentunya disamping suami dan anak

lelaki dewasa bekerja sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi, istri ikut

membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai petani, mengurus ladang

mereka. Upah dari hasil kerja mereka digabungkan sehingga dapat memenuhi segala

kebutuhan keluarga seperti makan, minum, meningkatkan pendidikan anak dan untuk

biaya kesehatan.

Penghasilan dari bekerja sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi

ditambah penghasilan istri sebagai petani cukup mampu memenuhi kebutuhan

kelurga bahkan adakalanya dapat menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung

setelah kebutuhan pokok kelurga terpenuhi. Dalam kelurga istri biasanya bertindak

(28)

wawancara dengan salah seorang istri pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun, ia mengatakan setidaknya mereka dapat menabung dari hasil menjual alat

pengupas kulit buah kopi dan ditambah dari hasil pertanian.37

Istri pengrajin alat pengupas kulit buah kopi biasanya bercocok tanam

tanaman holtikura seperti sayur-sayuran, cabe, bawang dan tanaman keras seperti

kopi. Tentunya penghasilan dari pekerjaan sebagai petani tidak menentap. Kadang

memiliki penghasilan yang tinggi tapi kadang rendah, hal ini disebabkan harga jual

hasil panen yang tidak menentu di pasar.

Penduduk di pedesaan tidak menabung di Bank, melainkan mereka menabung

dengan cara membeli barang-barang berharga yang dapat dijual kembali jika pada

saat ada kebutuhan mendadak seperti perhiasan emas misalnya, hal tersebut tampak

dari perhiasan emas yang dipakai oleh istri pengrajin alat pengupas kulit buah kopi.

Alasan mereka menabung dengan cara membeli emas menurut pengakuan salah

seorang istri pengrajin adalah mereka akan malu dan merasa rendah diri jika tidak

memiliki sedikitpun perhiasan emas, sehingga hal tersebut mendorong mereka

mengalokasikan uang untuk menabung membeli perhiasan.38 Hal ini juga

menyangkut soal kehormatan seseorang berdasarkan barang-batang berharga yang

dimilikinya yang disebut prestise barang.39 Dimana barang yang dia miliki bisa

37

Wawancara, M, Sinaga ( istri pengrajin alat pengupas kulit buah kopi), Desa Bangun, 21 Maret 2017.

38

Wawancara, M, Sinaga, Desa Bangun, 21 Maret 2017. 39

Prestise adalah sebuah kehormatan, wibawa dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

yang akhirnya membuat dirinya menjadi “berbeda” / istimewa bila dibandingkan dengan orang lain

(29)

membuat naiknya rasa percaya diri seseorang karena barang tersebut bernilai tinggi di

mata masyarakat, contoh barang prestise antara lain : emas, perhiasan, kendaraan dan

barang lainnya.

Disamping memiliki kemampuan untuk menabung, penghasilan sebagai

pengrajin alat pengupas kulit buah kopi ternyata mampu membuat pengrajin alat

pengupas kulit buah kopi untuk membangun sebuah rumah sebagai tempat tinggal.

Lokasi kerja pembuatan alat pengupas kulit buah kopi tentunya berbeda dengan

tempat tinggal walaupun masih ada sebagian yang menyatukan tempat kerja sekaligus

tempat tinggal, kebanyakan mereka membuat tempat terpisah sebagai lokasi kerja di

samping atau dibelakang rumah.

Berdasarkan penelitian penulis, tempat tinggal para pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi di Desa Bangun, sangat baik untuk dijadikan sebagai tempat

berlindung dari keadaan alam. Rumah-rumah pengrajin alat pengupas kulit buah kopi

kebanyakan sudah berbahan dasar beton pada dindingnya bahkan sudah ada yang

berlantai keramik wlaupun ada sebagian yang setengah beton mengunakan papan

sebagai dindingnya.

Untuk dapat menghitung penghasilan (laba/keuntungan) pengrajin alat

pengupas kulit buah kopi dan ditambah dengan bantuan penghasilan dari istri sebagai

petani dapat dilihat pada tabel dibawah ini40 :

40

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Laba yang diperoleh akan digunakan untuk berbagai kepentingan, laba akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan tersebut atas jasa yang diperolehnya. Mahmud M.

(30)

1. Penghasilan dari Pengrajin alat pengupas kulit buah kopi (suami)

Modal Pembuatan 1 unit alat pengupas kulit buah kopi :

- Manual = Rp 160.000/ unit.*

- Mesin = Rp 350.000/ unit.*

Keuntungan dari pembuatan 1 unit alat pengupas kulit buah kopi :

Harga jual dikurangi modal :

- Manual = Rp 300.000. - Rp 160.000 = Rp 140.000/unit

- Mesin = Rp 700.000. – Rp 350.000 = Rp Rp 350.000/unit.

Untuk jumlah alat pengupas kulit buah kopi yang dapat dijual kepada agen

tiap bulannya :

- Manual = 20 unit dikali Rp 140.000 = Rp 2.800.000

- Mesin = 5 unit dikali Rp 350.000 = Rp 1.750.000

Total keuntungan keseluruhan selama 1 bulan :

Rp 2.800.000 + Rp 1.750.000 = Rp 4.550.000,-

2. Penghasilan dari pekerjaan sebagai petani (istri)

Karena penghasilan istri yang tidak menentap, maka setiap bulannya

penhasilan istri biasanya Rp 800.000/bulan

Keterangan : *Berdasarkan harga jual kepada agen atau touke.

(31)

Jadi total keluarga selama sebulan adalah

Rp 4.550.000 + Rp 800.000 = Rp 4.630.000,-

Penghasilan sebesar Rp 4.630.000,- bukanlah penghasilan tetap tiap bulannya

karena kadang hasil kerajinan gilingan tidak dapat di jual kepasaran dan di sebabkan

kendala-kendala lainnya seperti pada saat tidak musim buah kopi, alat pengupas kulit

buah kopi ini hanya laku dijual beberapa unit saja dan kadang si pengrajin yang malas

untuk bekerja. Penghasilan di atas merupakan hasil penjualan kerajinan alat pengupas

kulit buah kopi kepada agen atau touke, berbeda dengan penghasilan yang didapat

melalui penjualan di pasar ataupun melalui penjualan alat pengupas kulit buah kopi

yang langsung ke lokasi kerja.

Di pasar penjualan alat pengupas kulit buah kopi terjadi proses

tawar-menawar sehingga harga alat pengupas kulit buah kopi ini berkisar Rp 350.000

sampai Rp 400.000 untuk alat pengupas kulit buah kopi manual, sedangkan untuk alat

pengupas kulit buah kopi mesin harga alat pengupas kulit buah kopi dapat mencapai

Rp 800.000 sampai Rp 900.000. Dalam sebulan pengrajin alat pengupas kulit buah

kopi dapat menjual alat pengupas kulit buah kopi sebanyak 8 sampai 10 unit bahkan

lebih tergantung musim buah kopi.

Penghitungan diatas merupakan, penghitungan penulis berdasarkan harga

sebuah alat pengupas kulit buah kopi dikalikan banyaknya alat pengupas kulit buah

kopi serta banyaknya alat pengupas kulit buah kopi yang dapat terjual selama

sebulan. Berdasarkan wawancara dengan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi,

(32)

Perbedaan penghasilan tiap-tiap usaha dikarenakan besar-kecilnya usaha yang

dimiliki serta banyaknya produk mereka yang terjual.

Dengan penghasilan tersebut tentunya, pekerjaan ini sangat dapat dijadikan

sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan

keluarga. Pekerjaan sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi dapat

meningkatkan taraf hidup jika benar-benar dilakukan dan terencana serta siklus

pengeluaran dan pemasukan yang diatur secara tepat dan cermat.

5.2 Aspek Kehidupan Sosial

Dapat disimpulkan bahwa usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di

Desa Bangun member pengaruh positif terhadap pekerja diantaranya yaitu :

1. Mengurangi tingkat pengangguran

Dengan adanya pekerjaan sebagai pengrajin atau pembuat alat pengupas kulit

buah kopi maka akan membuka sebuah peluang kerja bagi masyarakat di Desa

Bangun terutama pada pemuda yang tidak mempunyai pekerjaan, secara tidak

langsung dengan adanya usaha ini kan mengurangi tingkat pengangguran di Desa

Bangun.

2. Meningkatkan perekonomian keluarga.

Dengan adanya industri alat pengupas kulit buah kopi, pendapatan atau

penghasilan keluarga terus meningkat, sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan

pokok kelurga, setelah kebutuhan pokok keluarga terpenuhi maka kebutuhan

(33)

3. Menambah kesejahteraan keluarga.

Pegertian sejahtera menurut peneliti yaitu suatu kondisi masyarakat telah

terpenuhi kebutuhan dasarnya berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan yang aman dan nyaman. Apabila

semua kebutuhan tersebut sudah terpenuhi suatu keluarga akan sejahtera, maka

apabila sudah memiliki penghasilan dari usaha kerajina alat pengupas kulit buah kopi

yang cukup sudah jelas akan dap meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena

mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka

4. Menambah pengetahuan pembuatan alat pengupas kulit buah kopi.

Salah satu pengaruh positif lain dengan adanya usaha kerajinan alat pengupas

kulit buah kopi di Desa Bangun adalah adanya keterampilan yang dimiliki para

pemuda dalam membuat alat pengupas kulit buah kopi, mereka belajar dari orangtua

yang di ajarkan secara turun-temurun sehinga ada kemungkinan mereka juga akan

membuka usaha pembuatan alat pengupas kulit buah kopi dimasa yang akan datang

yang secara tidak langsung hal ini dapat membuka peluang usaha yang dapat

mengurangi tingkat penganguran di Desa Bangun.

5.2.1 Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki

Selain pengaruh positif di atas usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi

di Desa Bangun juga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial pengrajin alat

pengupas kulit buah kopi itu sendiri. Secara umum sarana dan prasarana adalah alat

(34)

karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak

akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

Status kepemilikan rumah atau tempat tinggal pengrajin alat pengupas kulit

buah kopi adalah milik sendiri, status milik sendiri diperoleh dari mereka

membangun rumah dari penghasilan sendiri dan ada dari warisan orangtua. Kondisi

rumah atau tempat tinggal pengrajin alat pengupas kulit buah kopi dapat digolongkan

kedalam tiga jenis yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1

Jenis Bangunan Tempat Tinggal Pengrajin Alat Pengupas Kulit Buah Kopi Berdasarkan 10 Kepala Keluarga.

No Jenis Bangunan Jumlah

1 Permanen 5

2 Semi Permanen 3

3 Tidak Permanen 2

Jumlah 10

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan 10 kepala keluarga di Desa Bangun

tahun 2006.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis bangunan tempat tinggal

pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun yang permanen adalah 5 unit

rumah, semi permanen 3 unit rumah dan tidak permanen sebanyak 2 unit rumah milik

(35)

Sarana dan prasarana yang dimiliki berdasarkan 10 kepala keluarga dari

jumlah 33 kepala keluarga pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun,

dimana ditentukan dengan mengunakan metode pengambilan sampel (purposive

sampling) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2

(36)

10 H. Nainggolan -  - -  -  - -

Jumlah - 10 3 - 10 - 10 7 -

Sumber : Diolah dari hasil Wawancara dengan 10 kepala keluarga pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun tahun 2006.

Berdasarkan tabel diatas bahwa pengrajin gilingan yang memiliki mobil tidak

ada, tetapi pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun mempunyai

beberapa aset sarana seperti Sepeda Motor sebanyak 10 kepala keluarga, sepeda

sebanyak 3 kepala keluarga, handphone sebanyak 10 kepala keluarga, TV sebanyak

10 Kepala keluarga, dan Radio/tape sebanyak 7 kepala keluarga. Sarana dan

prasarana yang mereka miliki berasal dari penghasilan usaha membuat alat pengupas

kulit buah kopi yang dibantu dengan penghasilan istri yang bekerja sebagai petani.

Ada beberapa sarana dan prasarana yang tidak dimiliki pengrajin alat pengupas kulit

buah kopi seperti kulkas dan mesin cuci, hal tersebut karena barang tersebut tidak

terlalu dibutuhkan seperti misalnya kulkas karena cuaca di daerah Desa Bangun yang

sejuk, dan untuk mesin cuci dikarenakan kebiasaan masyarakat pedesaan seperti di

Desa Bangun yang mencuci pakaian di sungai.

5.2.2 Tingkat Pendidikan Anak Pengrajin

Pada hakikatnya pendidikan bukan hanya sekedar merupakan pewarisan

budaya dan hasil peradaban manusia, lebih dari itu pendidikan adalah daya upaya

untuk menolong manusia memeperoleh kesejahteraan hidup.41 Pendidikan merupakan

salah satu hal penting yang diperlukan untuk meningkatkan kemajuan kesejahteraan,

41

(37)

dengan pemerataan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan.

Pendidikan merupakan modal utama dalam membangun kesejahteraan suatu daerah.

Pendidikan dapat mengembangkan kepribadian seseorang, baik dalam memecahkan

persoalan atau masalah yang akan dihadapi seseorang, dengan demikian tingkat

pendidikan yang dimiliki seseorang pada dasarnya akan dapat mempengaruhi kondisi

sosial dan ekonomi.

Untuk itu pendidikan perlu diutamakan, terutama menyangkut penyediaan

sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah dan tenaga-tenaga pengajar

yang mempunyai keahlian. Untuk tingkat pendidikan anak pengrajin alat pengupas

kulit buah kopi berdasarkan 10 kepala keluarga dimana di setiap keluarga terdapat 5

sampai 6 anak, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3

Tingkat Pendidikan Anak pengrajin Alat Pengupas Kulit Buah Kopi di Desa Bangun

N0 Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD -

2 Tamat SLTP 7

3 Tamat SLTA 32

4 Tamat Perguruan Tinggi 16

Jumlah 55

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan 10 kepala keluarga di Desa Bangun tahun

(38)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan anak

pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun yang diperoleh dari

wawancara dengan 10 kepala keluarga dimana disetiap keluarga memiliki 4 sampai 6

orang anak sudah baik yakni sebanyak 16 orang tamat dari perguruan tinggi,

sebanyak 32 orang telah tamat SMA, dan sebanyak 7 orang tamat SMP. Adapun

alasan tidak melanjutkan sekolah yang lebih terutama anak yang tamat SMP karena

tindakan dan kelakuan anak tersebut seperti bolos sekolah dan lain-lain.

5.3 Pengaruh Usaha Kerajinan Alat Pengupas Kulit Buah Kopi Bagi Masyarakat Desa Bangun

Usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun memberikan

pengaruh positif bagi pengrajin alat pengupas kulit buah kopi maupun bagi

masyarakat di desa itu sendiri, dengan adanya usaha kerajinan alat pengupas kulit

buah kopi di Desa Bangun memudahkan masyarakat dalam mendapatkan alat alat

pengupas kulit buah kopi terutama bagi petani kopi di Desa Bangun khususnya lebih

cepat, dekat dan tentunya murah jika pengrajin itu kenalan atau saudara atau sanak

famili.

Selain mendapatkan alat pengupas kulit buah kopi dengan mudah masyarakat

di Desa Bangun juga memanfaatkan sisa-sisa pemotongan papan, sisa karet dari ban,

dan serbuk-serbuk dari hasil penggergajian papan atau kayu. Potongan-potongan dan

serbuk kayu tersebut dimanfaatkan masyarakat sebagai alat untuk menghidupakan api

(39)

Keberadaan industri alat pengupas kulit di Desa Bangun memberikan

pengaruh pada sarana dan prasarana bagi Desa Bangun. Akibat adanya industri ini

banyak jalan raya yang di buka pemerintah untuk mendukung usaha industri di desa

ini. Selain itu Desa Bangun sendiri terkenal dengan usaha kerajinan yang di jalankan

oleh masyarakat desa yaitu sebagai desa partukkang gilingan dan setiap orang jika

bertanya tentang alat pengupas kulit buah kopi pasti langsung teringat akan desa ini

dan untuk pengaruh negatif dari keberadaan usaha kerajinan alat pengupas kulit buah

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil penulis dari Pengrajin Alat pengupas kulit

buah kopi Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi (1965-2006)

antaralain sebagai berikut :

1. Keberadaan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun bermula

dari di datangkannya sebuah alat pada tahun 1960 oleh pemerintah berupa

bantuan kepada petani kopi yang di berikan melalui kepala desa. Alat tersebut

di yakini dapat mempermudah proses pengolahan buah kopi pasca panen

dimana pada saat itu petani kopi masih mengunakan cara manual yaitu

menumbuk buah kopi dengan mengunakan lesung. Alat tersebut merupakan

buatan Jepang, alat ini memang dapat mengupas buah kopi, tetapi banyak biji

kopi yang hancur karena alat ini terbuat dari besi. Hal itu mengakibatkan alat

ini kurang efisien penggunaannya, sehingga banyak petani kopi yang kembali

mengggunakan cara lama untuk mengupas buah kopi yakni dengan

menumbuk mengunakan lesung. Pada tahun 1965 karena kebutuhan dalam

pengolahan buah kopi, dua orang petani kopi bermarga Malau dan Sihotang

yang pandai bertukang berinisiatif untuk menganti bahan utama dalam

pembuatan gilingan ini yakni dari besi menjadi kayu sebagai bahan utama.

Mereka mulai membuat alat ini berbahan dasar kayu. Setelah selesai dan

(41)

karena hal itu penggunaan alat pengupas kulit buah kopi yang terbuat dari

bahan besi mulai di tinggalkan diganti dengan berbahan kayu.

2. Usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun telah

mengalami banyak perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan ini

tidak serta merta dilakukan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi saja. Akan

tetapi peran pemerintah juga ada dalam pengembangan usaha ini meskipun

tidak berjalan dengan baik. Perkembangan usaha kerajinan alat pengupas kulit

buah kopi ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah usaha kerajinan kopi,

tenaga kerja, peralatan yang digunakan serta produksi yang terus meningkat.

3. Adapun pengaruh positif dari adanya usaha kerajinan alat pengupas kulit buah

kopi di Desa Bangun adalah :

 Mengurangi tingkat pengangguran

Dengan adanya pekerjaan sebagai pengrajin atau pembuat alat

pengupas kulit buah kopi maka akan membuka sebuah peluang kerja bagi

masyarakat di Desa Bangun terutama pada pemuda yang tidak mempunyai

pekerjaan. Secara tidak langsung dengan adanya usaha ini kan mengurangi

tingkat pengangguran di Desa Bangun

 Meningkatkan penerkonomian keluarga.

Dengan adanya industri alat pengupas kulit buah kopi, pendapatan

(42)

kebutuhan pokok kelurga, setelah kebutuhan pokok keluarga terpenuhi maka

kebutuhan sekunder juga akan ikut terpenuhi seperti memiliki sepeda motor.

 Menambah kesejahteraan keluarga.

Pengertian sejahtera menurut peneliti yaitu suatu kondisi masyarakat

telah terpenuhi kebutuhan dasarnya berupa kecukupan dan mutu pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan yang aman

dan nyaman. Apabila semua kebutuhan tersebut sudah terpenuhi suatu

keluarga akan sejahtera, maka apabila sudah memiliki penghasilan dari usaha

kerajina alat pengupas kulit buah kopi yang cukup sudah jelas akan dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena mereka sudah dapat memenuhi

kebutuhan mereka

 Menambah pengetahuan pembuatan alat pengupas kulit buah kopi.

Salah satu pengaruh positif lain dengan adanya usaha kerajinan alat

pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun adalah adanya keterampilan yang

dimiliki para pemuda dalam membuat alat pengupas kulit buah kopi, mereka

belajar dari orangtua yang di ajarkan secara turun-temurun sehinga ada

kemungkinan mereka juga akan membuka industri alat pengupas kulit buah

kopi dimasa yang akan datang yang secara tidak langsung hal ini dapat

membuka peluang usaha yang dapat mengurangi tingkat penganguran di Desa

(43)

 Bagi masyarakat di Desa Bangun sendiri, memudahkan untuk

mendapatkan alat pengupas kulit buah kopi yang lebih terjangkau.

6.2 SARAN

Dari hasil kesimpulan maka penulis menyarankan :

1. Diharapkan pengusaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi di Desa

Bangun agar dapat mempertahankan dan menjaga kualitas dari produksi

kerajinan alat pengupas kulit buah kopi yang saat ini sudah didistribusikan

keluar daerah Kabupaten Dairi, agar permintaan akan alat ini tidak menurun

karena kelalainan dari pengrajin alat pengupas kulit buah kopi sehingga

menurunnya kepercayaan akan petani kopi membeli alat pengupas kulit buah

kopi dari Desa Bangun dan menemukan sebuah solusi untuk menormalkan

harga alat pengupas kulit buah kopi yang berbeda-beda di tiap usaha.

2. Kepada pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Dairi, agar lebih

berpartisipasi dalam perkembangan usaha kerajinan alat pengupas kulit buah

kopi yang ada di Desa Bangun khususnya penetapan harga normal alat

pengupas kulit buah kopi yang berbeda-beda ditiap usaha yang tentunya tidak

merugikan pengrajin alat pengupas kulit buah kopi dan petani kopi.

3. Kepada masyarakat setempat maupun umum, agar dapat di jadikan sebagai

bahan bacaan sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang latar

belakang pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun serta dapat

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang program dan kegiatan Propinsi Sumatera Barat pada bidang Perikanan Tangkap yang didanai dengan APBD sebesar Rp.. Kegiatan ini untuk mendampingi

Pembuatan web ini bertujuan untuk melatih dan membantu pengguna untuk membiasakan dirinya dengan pola-pola soal psikotes yang biasa digunakan oleh perusahaan saat

Merumuskan program dan kegiatan baik rutin maupiun anggaran berbasis kinerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi kecamatan serta sumber daya yang ada berpedoman kepada

Maksudnya adalah admin dapat melakukan pengelolaan terhadap semua jenis modul yang terdapat pada halaman CMS, tetapi user hanya dapat melakukan pengelolaan terhadap modul hanya

Dinas Perhubungan Komunikasi dan I nformatika Kabupaten Pesisir selatan sesuai dengan Tupoksi dan kewenangan yang dimilikinya, merupakan pelaku dan penanggung jawab penuh

Koperasi Teratai Mandiri telah menjadi bangun usaha yang sangat besar, menjadi sentral ekonomi anggota, menjadi wadah ekonomi yang sehat dan menguntungkan dengan

JUDUL : TAHIR PEROLEH GELAR DOKTOR HC MEDIA : RADAR JOGJA. TANGGAL : 23

Abstrak. Tindak tutur percakapan merupakan sebuah tindakan manusia yang dilakukan hampir pada semua aktifitas. Menurut Austin tindak tutur terdiri dari tindak lokusi yaitu