Bagaimana konsep pengembangan saat ini? Khusunya di Indonesia.
Pengembangan properti dengan konsep mix-use development tak terpungkiri adalah sebuah keniscayaan dan keharusan dalam perkembangan suatu kota. Dengan kondisi perkotaan yang makin padat dan lahan kosong yang makin menyusut, konsep mixed-use development dianggap sebagai konsep pembangunan yang tepat. Properti mix-mixed-use ini memiliki peluang besar untuk tumbuh dan menjadi produk yang diminati pasar. Adalah Charles-Edouard Jeanneret, lebih dikenal dengan sebutan Le Corbusier (1887-1965), seorang arsitek dan penulis kelahiran Perancis-Swiss, salah satu tokoh yang berkontribusi besar dalam arsitektur modern dan cikal bakal pengembangan properti multifungsi (mix-use development).
Le Corbusier, salah satu orang pertama yang menyadari pengaruh mobilitas terhadap bentuk dan rancangan pemukiman manusia. Pada tahun 1930-an Le Corbusier
mereformulasi idenya tentang perkotaan, yakni ide pembangunan secara vertikal, KDB kecil (Koefisien Dasar Bangunan), yang memungkinkan area di sekitarnya dapat
digunakan menjadi berbagai fungsi. Dia juga mengimplementasikan adanya tangga-tangga penyambung antar blok bangunan dalam karyanya.
Idenya ini terus bertransformasi hingga saat ini yang kita kenal sebagai konsep properti multifungsi. Meski menjadi tren dalam proyek-proyek properti terkini, sebenarnya
konsep mix-use development telah diadopsi banyak negara usai perang dunia I, tepatnya sejak tahun 1920. Pada periode ini migrasi besar-besaran dari daerah pedesaan ke kota-kota besar di Eropa dan Amerika menjadi salah satu alasan berkembangnya konsep pembangunan mix-use development.
Permintaan pasar yang tinggi atas produk properti mix-use menjadi tantangan bagi pengembang properti saat ini. Para pengembang dituntut jeli mengidentifikasi jenis properti apa yang berpotensi dikembangkan dalam konsep tersebut. Meningkatnya permintaan di Indonesia di tengah kinerja ekonomi yang kuat dan minat konsumen yang tinggi menjadikan produk properti mix-use development sebagai “the golden egg” dalam portfolio pengembang.
Dalam perkembangannya, mixed-use development tidak hanya dibutuhkan oleh Jakarta. Kota penyangga Jakarta pun mulai berkontribusi membangun properti
Daerah penyangga (sub urban) terus berkembang sebagai dampak melebarnya
aktifitas bisnis dari Jakarta ke kawasan-kawasan tersebut. Perkembangan harga tanah yang sudah tinggi memaksa pengembang mengoptimalkan lahan yang ada dengan konsep pengembangan mixed-use. Serpong adalah salah satu kawasan telah menjadi kota mandiri dengan infrastruktur lengkap dengan berbagai fasilitas-fasilitas utama. Perkembangan sentra bisnis, destinasi wisata belanja dan kuliner, universitas hingga sekolah-sekolah international, dan kawasan hunian tumbuh pesat di sini. Di kawasan penyangga Ibukota, PT Merdeka Ronov Indonesia melihat potensi ini dengan
Borneo Bay
Sementara, Agung Podomoro Land (APLN) yang tidak pernah sembarangan
menerapkan konsep pembangunan proyek properti menyasar luar Jawa. Pengembang ini yang selalu menjadi trendsetter produk-produk properti nasional. Untuk proyek properti superblok dan mix-use development, pengembang yang dimotori Trihatma K Haliman ini sudah tak diragukan lagi. Kini Agung Podomoro mulai menggebrak kota-kota di luar Jawa, diantaranya Balikpapan dan Medan.
APLN kini tengah mengembangkan superblok Borneo Bay City di kota Balikpapan, kota dengan nilai pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 9,3 %. Ini merupakan rangking 3 nasional setelah Jakarta dan Surabaya. Inilah salah satu alasan APLN
Borneo Bay City, mengusung tagline “Five Element in One”. Sebuah konsep yang menggabungkan lima kebutuhan dasar yang sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan. Konsep ini sudah diterapkan di berbagai kota-kota besar dunia. Lima elemen itu terdiri dari pusat perbelanjaan modern, hotel berbintang, apartemen, nature park dan Gourmet Tower, yang khusus disediakan sebagai pusat kuliner.
Sementara di Medan, Agung Podomoro Land sangat jeli melihat opportunity pasar properti yang prospektif. Apalagi sektor perkebunan dan pertambangan yang kini menjadi primadona perekonomian di kawasan Asia Tenggara, berpusat di Sumatera Utara. Hal ini otomatis menggerakkan kebutuhan properti mix-use di kota Medan. Proyek Superblok Podomoro City Medan dengan tagline “One Stop Living and One Stop Shopping” ini menjawab semua kebutuhan tersebut.
Ciputra Group juga tidak ketinggalan. Setelah sukses membangun proyek superblok Ciputra World Jakarta, Ciputra Group melalui anak perusahaannya PT Ciputra Puri Trisula kini membidik kawasan Jakarta Barat, tepatnya di kawasan Puri. Pengembang yang dimotori oleh begawan properti Indonesia Ir. Ciputra ini melihat kawasan Puri berpotensi menjadi CBD baru.
Sebagian besar konsultan properti dan pengamat pembangunan memprediksi saat ini giliran Jakarta Barat-lah yang bakal berkembang pesat, setelah sebelumnya
pertumbuhan properti berada di Jakarta Selatan. Proyeksi yang sama terhadap
kawasan ini juga terpantau oleh radar Ciputra. Di sini mereka berencana membangun sebuah mixed-use development seluas 7,4 ha, dengan mengusung nama Ciputra International. Proyek ini akan memberi supply gedung perkantoran, hotel, dan
alt text
Ciputra International
Perusahaan BUMN juga tak mau kalah dengan menyasar kota Surabaya. Pertumbuhan ekonomi di Surabaya diakui banyak pihak tak lepas dari kondusifitas di Kota Pahlawan ini. Bahkan kota ini sudah banyak dilirik investor untuk berinvestasi. Faktanya,
pertumbuhan ekonomi dan investasi di Surabaya, terus bergerak naik secara signifikan. Pertumbuhan ekonomi berada di angka 7,4 persen dan diprediksi akan terus naik seiring pertumbuhan pembangunan dan kondusifnya iklim investasi di sana.
Kondisi positif ini ditangkap oleh PT PP Properti, perusahaan properti plat merah ini mengembangkan properti multifungsi Grand Sungkono Lagoon. Superblok premium ini berlokasi di central business district (CBD) Mayjen Sungkono. Lokasi ini adalah
PT PP Properti memproyeksikan Grand Sungkono Lagoon menjadi ikon baru kota Surabaya. Bahkan, office tower yang dibangun di sini rencananya akan menjadi menara perkantoran tertinggi di Surabaya. Grand Sungkono Lagoon memang diproyeksikan menjadi kawasan terpadu (mixed use development), di dalamnya akan dibangun apartemen, mal, dan perkantoran.