• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakako Rakyat di Kecamatan Silau Laut (Studi Kasus : Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan agroindustri. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. (Kristanto, 2015)

Peran strategis kakao sebagai salah satu komoditas andalan pada sektor perkebunan adalah sebagai penyumbang devisa bagi negara sebesar USD 1.053.446.947 (Rp. 1,053 Milyar) dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan pada tahun 2012. Data International Cocoa Organization (ICCO) menyatakan permintaan kakao tumbuh rata-rata 5% per tahun. Komoditi kakao masih sangat potensial untuk dikembangkan dimana tingkat konsumsi kakao di tiga negara yaitu Indonesia, India dan China yang jumlah penduduknya mencapai 2,7 milyar jiwa, masih sangat rendah yakni hanya sekitar 0.25 kg/kapita/tahun dibandingkan dengan tingkat konsumsi di Eropa sudah mencapai 10 kg/kapita/tahun. Diprediksi, konsumsi kakao di negara Indonesia, India dan China dapat mencapai 1 kg/kapita/tahun sehingga akan ada permintaan tambahan sekitar 2,2 juta ton biji kakao per tahun. (Kemenperin, 2013)

(2)

kakao untuk memenuhi kebutuhan dunia dan dalam negeri. Luas areal pertanaman dan produksi kakao Indonesia meningkat cukup signifikan. Ditjenbun 2010 menyatakan pengembangan budidaya tanaman kakao di Indonesia dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya alam, memenuhi konsumsi dan sebagai penghasil devisa dengan tujuan meningkatkan pendapatan produsen. Kakao memiliki peluang yang sangat baik karena adanya pasar dan pemintaan biji kakao dunia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. (Hasibuan, 2012)

Peningkatan luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman perkebunan setiap tahunnya menjadi perhatian pemerintah. Tanaman perkebunan pada tahun 2010 – 2014 mengalami pola yang sangat beragam khususnya komoditi kakao. Data luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman kakao berdasarkan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dapat kita lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan (Ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas (Kg/H) Tanaman Kakao Indonesia 2010-2014

Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas

Ha Ton Kg/Ha

2010 1.650.356 837.918 507.72

2011 1.732.641 712.231 411.07

2012 1.774.463 740.513 417.32

2013 1.852.944 777.539 419.62

2014 1.944.663 817.322 420.29

Sumber : Kementerian Pertanian 2015

(3)

meningkat sebesar 25,03%. Meningkatnya produksi kakao antara lain disebabkan oleh adanya harga yang menarik, jaminan harga dan kepastian pasar sehingga mendorong petani memelihara tanamannya dengan baik, meningkatnya luas areal tanam, penggunaan bibit/benih bervarietas unggul, adanya intervensi pemerintah melalui kegiatan rehabilitasi, perluasan areal, pemberdayaan petani, penilaian blok penghasil tinggi, pemeliharaan kebun induk, fasilitasi bibit/benih unggul, penanganan pasca panen, sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT) dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Penurunan produksi disebabkan karena anomali iklim, tanaman yang sudah tua dan harga yang kurang menguntungkan. ( Kementerian Pertanian, 2015)

(4)

Tabel 2. Prediksi Peningkatan Produksi Kakao di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara 2015 – 2019 (Ribu Ton)

Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Indonesia 773 831 872 916 961

Produksi Provinsi Sumatera Utara 35,33 38,89 41,12 44,02 47,17 Sumber: Kementerian Pertanian 2015

Grafik 1. Prediksi Peningkatan Produksi kakao Indonesia dan SumateraUtara 2015-2019

Tabel 2. Menerangkan bahwa pada tahun 2015 – 2019 prediksi produksi tanaman kakao di Indonesia meningkat sebesar 4,32% sedangkan di Provinsi Sumatera Utara produksi meningkat sebesar 5,73%. Adapun tujuan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan khususnya tanaman kakao untuk mencapai target makro pembangunan pertanian. Target makro pembangunan pertanian, peningkatan produksi pertanian dan perkebunan yang direncanakan pemerintah khususnya kementerian pertanian selama tahun 2015 – 2019 mencakup pertumbuhan PDB, neraca perdagangan, investasi sektor pertanian, tenaga kerja dan nilai tukar petani. Persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian dan perkebunan dalam peningkatan produksi pertanian seperti kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan

773 831 872 916 961

Prediksi Peningkatan Produksi Kakao di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara 2015 - 2019 (Ribu Ton)

(5)

dan air, kepemilikan lahan, sistem perbenihan dan perbibitan nasional, lahan dan air, akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh, keterpaduan antar sektor dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian. ( Kementerian Pertanian 2015-2019, 2015)

Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang tidak mudah diganti seperti tanaman semusim apabila terjadi kerugian. Tanaman kakao apabila dibudidayakan dengan baik dapat memberikan produksi yang menguntungkan sampai umur yang panjang. Umumnya tanaman kakao sehat dan kuat mulai berbunga setelah umur 3 tahun dan produksi puncak kakao dapat dicapai pada umur 10 – 20 tahun dengan keuntungan nominal rata – rata per tahun terbesar dapat diperoleh jika tanaman kakao diusahakan sampai umur 37 tahun. (Kristanto, 2015)

Tanaman kakao yang diusahakan secara monokultur biasanya menggunakan jarak tanam 3 x 3 m atau 4 x 2 m dengan populasi tanaman kakao 1.000 pohon/ha. Potensi kakao maksimum mencapai 3.700 kg/ha/tahun dari kebun tanpa penaung dengan pemupukan intensif. Hasil biji kering kakao sebesar sepertiga total bobot kering tongkol. Karena itu, jika hasil biji 2.000 – 3.000 kg/ha/tahun, hasil buah 6.000 – 9.000 kg/ha/tahun. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010)

(6)

penggunaan sesuai pengamatan, memberikan bantuan pupuk, memberikan bantuan peralatan, dan memberikan bantuan upah kerja yang bertujuan untuk membantu petani kakao dalam meningkatkan produksi tanaman kakao yang dibudidayakan. (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2015)

Salah satu kabupaten yang memiliki tanaman perkebunan komoditi kakao rakyat di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan mempunyai peluang yang baik dalam budidaya tanaman kakao, karena terpenuhinya syarat tumbuh tanaman kakao. Tanaman kakao di Kabupaten Asahan pertama kali dibudidayakan di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut dimana ide untuk pengembangan tanaman kakao di tanam di antara tanaman kelapa. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditi penyumbang sumber penghasilan bagi 89,7 persen penduduk di Desa Lubuk Palas dengan luas tanaman kakao pada tahun 1999 seluas 4.580 ha. Tanaman kakao memiliki produksi tinggi hingga tahun 1990, pada tahun 1990 tanaman kakao terserang hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang menurunkan produksi kakao. Pengendalian hama tersebut telah dilakukan dengan berbagai upaya namun masalah tersebut sulit untuk dapat diatasi. (Sabirin, 2006)

(7)

total luas lahan yang digunakan untuk budidaya kakao di Kecamatan Silau Laut 34 ha dengan produksi 13 ton, tahun 2013 total luas lahan komoditi kakao 34 ha dan produksi yang dihasilkan 11 ton dan pada tahuan 2014 luas lahan kakao rakyat 17 ha dengan produksi 5 ton. Luas lahan perkebunan komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas tahun 2012 seluas 13 ha dimana produksi yang dihasilkan sebesar 5 ton, tahun 2013 luas kebun kakao 13 ha dengan produksi 4 ton dan pada tahun 2014 luas lahan kakao 8 ha dengan produksi 2 ton. Kondisi ini menunjukkan luas lahan dan produksi komoditi kakao cenderung menurun setiap tahunnya, ini menjadi permasalahan Desa Lubuk Palas. (BPS Kecamatan Silau Laut DalamAngka, 2016)

Identifikasi awal penyebab terjadinya penurunan produksi tanaman kakao adalah serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), luas lahan yang berkurang, tanaman kakao sebagian besar merupakan tanaman yang sudah tua dan harga komoditi kakao yang menurun. Penurunan produksi kakao mengakibatkan penurunan roda perekonomian berupa penurunan distribusi pendapatan petani kakao di Desa Lubuk Palas. Fluktuasi harga kakao yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah membuat petani kakao tidak mampu mempertahankan tanaman kakao mereka, banyak petani yang mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain dan disaat harga komoditi kakao mulai meningkat maka petani tidak dapat mengganti kembali tanaman mereka dengan tanaman kakao yang baru karena petani tidak memiliki modal untuk mengganti tanaman mereka.

(8)

Peningkatan produksi kakao sebagai tanaman perkebunan sangat penting untuk diperhatikan karena tanaman kakao memiliki pasar dan konsumen dalam perdagangan internasional. Bertambahnya jumlah penduduk akan menambah permintaan terhadap biji kakao karena akan bertambah pula produk olahan dari komoditi kakao. Untuk meningkatkan produksi tanaman kakao maka perlu strategi dengan menganalisis hambatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut di Kabupaten Asahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian, sebagai berikut:

1. Faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut.

2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut.

(9)

1.4Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani kakao untuk mengembangkan usaha tani kakao agar dapat meningkatka produksi kakao.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah agar mengetahui strategi peningkatan komoditi kakao untuk membantu petani meningkatkan pendapatan mereka.

Gambar

Tabel 1. Luas Lahan (Ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas (Kg/H)  Tanaman Kakao Indonesia 2010-2014

Referensi

Dokumen terkait

16/PLAII/2007 Tanggal 29 Maret 2007, dengan judul Perilaku Pemberian Suara, Akses ian Kontrol Perempuan Etnis Cina (Tionghoa) dalam Pemilu Legislatif2004 di Kota Padang. Kami

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner sesuai dengan pernyataan-pernyataan

Mesin Pemarut Dan Pemeras Ketela Sebagai Tahap Awal Proses Pembuatan. Bioethanol, Teknik Mesin, Universitas

[r]

Syafa’at, 2008, “ Keausan ( wear) hilangnya materi dari permukaan benda padat sebagai akibat dari gerakan

(2) Stabilitas turap kantilever dapat tercapai bila kedalaman pemancangan turap aktual 6.4 m dan panjang turap total adalah 12 m, Hasil perhitungan menggunakan

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kekerasan Rockwell HRB dan pengujian keausan dengan menggunakan alat uji keausan untuk sistem kontak

Beliau memperkenalkan islam dan mengajak mereka agar bertauhid kepada Allah SWT karena sebelumnya mereka telah mendengar ajaran taurat dari kaum yahudi