• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AK"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI ORGANISME AKUAKULTUR

OSMOREGULASI

OLEH:

NAMA : HASLINDA

STAMBUK : L221 13 009

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN : - MUH. TAKWIER MAKMUR S.PI - RAHMATUL ISTIQOMAH

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara maritime atau kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan laut. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. luas laut sekitar 3,1 km2 perairan Nusantara. Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara samudra Pasifik dan samudra Hindia dan mempunyai tatanan geografis laut yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya (Juwana, 2001).

Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan. Ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus terus dikaji dan dikembangkan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan teknologi perikanan (Fujaya, 2004).

Fisiologi hewan mempelajari berbagai gejala pada hewan dan usaha mereka untuk bertahan serta menanggapi rangsang dari ingkungan eksternal. Pengetahuan mengfungsi muncul bersama dengan munculnya pengetahuan tentang hidup/kehidupan. Hidup merupakan sesuatu system dinamis yang melibatkan interaksi terus menerus antara organisme dan lingkungannya (Isnaeni, 2006).

(3)

adalah difusi atau aliran substansi-substansi melalui suatu membran (Ghufran dan Kordi, 2008).

Proses osmoregulasi menggunakan tiga pola regulasi ion dan air yaitu hiperosmotik, hipoosmotik dan isoosmotik. Hiperosmotik merupakan pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misalnya pada potadrom (ikan air tawar). Hipoosmotik merupakan pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misalnya pada ikan oseandrom (ikan air laut). Sedangkan isoosmotik merupakan bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup pada daerah estuary (Fujaya, 2008).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, osmoregulasi merupakan proses merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, maka penting di pelajari osmoregulasi.

Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum mengenai Osmoregulasi yaitu untuk mengetahui tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut yang dimana diuji pada media yang sama tetapi mempunyai kadar salinitas yang berbeda.

(4)

II TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)(Laboratorium, 2014).

Klasifikasi

Klasifikasi Ikan nila Oreochromis niloticus, yaitu :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Order : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus (www.zipcodezoo.com)

Morfologi

Bentuk badan ikan nila (Oreocromis niloticus) pipih kesamping

memanjang, sedangkan warna warna tubuh ikan nila umumnya putih kehitaman

dan merah sehingga di kenal sebagai “nila hitam” dan “nila merah”. Tubuh nila

hitam berwarna kehitaman, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis

vertical 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-a12 garis

melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan punggungnya

(5)

sirip-siripnya, atau merah pada bagian punggu dang putih kemerahan pada bagiai perut (Ghurfan dan kordi, 2010).

Kebiasaan Hidup

Habitat nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa, tetapi karena tolerasinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila dan mujair adalah 0-35 ppt (part per thousand), namun salinitas yang memungkinkan nilai tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. nilai masih dapat hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Selain itu, pH air yang cocok adalah 6-8,5 (Ghurfan dan kordi, 2010).

Kebiasaan Makan

Makanan nila berupa plankton, perifiton, serta tumbuh-tumbuhan lunak, seperti hydrilla, ganggang sutera, dan klekap. Kebiasaan makan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan diperairan dengan bantuan mucus (lender) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan kecil di perairan alami mencari makanan dibagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan-ikan yang berukuran lebih besar mencari makan diperairan yang dalam (Ghufran dan Kordi, 2010).

Siklus Hidup

(6)

Telur ikan nila berbentuk bulat dan berwarna kekuningan dengan

diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, seekor induk betina mengeluarkan

telur sebanyak 250-1.500 butir. Induk betina mengerami telur dalam mulut

selama 6-7 hari. Selama mengeram dan mengasuh anaknya, tubuh induk betina

sangat kurus karena kurangnya kesempatan untuk makan. Ketika telur baru

menetas, larva nila masih memiliki kuning telur (yolk sack) dan masih berada di

dalam mulut induknya. Selama 4-5 hari, kuning telur habis terserap dan larva

sudah dapat berenang keluar dari mulut induknya, namun karena masih lemah

sehingga masih harus selalu diawasi oleh induknya (Ghufran dan Kordi, 2010).

Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) (Susanto, 1989).

Klasifikasi

Menurut Susanto (1989) KlasifikasiIkan Mas Koki (Carassius auratus)

yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Ostariophysoidei

Family : Cyprinidae

Genus : Carrasius

Spesie : Carrasius auratus

(7)

Bentuk tubuh masih gendut (bulat) dengan bentuk kepala yang lancip. Yang menonjol dari ikan mas koki yang satu ini bentuk ekornya yang mirip kipas dan warna tubuhnya yang merah cerah kecuali bagian perut merah kemilau seperti emas. Lalu ada varietasyang di juluki red cap. Bentuknya seperti oranda, bedanya ia memiliki ekor berbentuk kipas seperti fantail, berwarna putih bersih, kecuali kepala yang ditutupi oleh warna merah (red cap) (Susanto, 1989).

Kebiasaan Makan

Ikan Mas Koki termasuk ikan omnivora, yakni makanan berbagai jenis makanan. Karena itu, ikan Mas Koki dikenal sebagai ikan hias yang rakus. Ikan ini juga tidak menyerang sesamanya, tetapi kurang menyayangi anaknya. Biasanya setelah bertelur induk ikan Mas Koki tidak mau mengasuh anak-anaknya. Bahkan, jika sedang lapar, induk ikan Mas Koki akan memangasa anak-anaknya sendiri. Ikan Mas Koki hanya menyantap makanan yang berada didasar perairan. Karena itu, dasar kolam atau akuarium sebaiknya tidak berpasir. Jika dasar kolam atau akuarium berpasir, maka ikan Mas Koki akan mengaduk-aduknya sehingga akan berantakan dan airnya menjadi keruh. Tanaman air juga makanan kerusakan ikan mas koki. Tanaman air yang paling disukai ikan Mas Koki adalah yang berdaun lebar dan lunak. Karena itu, jika ingin menggunakan tanaman air, sebaiknya pilih yang berdaun panjang dan keras (Bachtiar, 2005).

Siklus Hidup

Menurut Watson et al. (2004) dalam Bachtiar (2005) siklus hidup ikan mas koki mudah diamati. Setelah penetasan oleh induk dilakukan, Ikan Mas Koki (Carassius auratus) mulai berenang pada umur 2-3 hari, ketika itu ukuran

tubuhnya masih sebesar jarum pentul. Tubuhnya akan terus bertambah besar

(8)

dan pada usia 1 bulan mencapai 2 cm serta mulai ditutupi oleh sisik pada bagian

tubuhnya. Pemijahan dapat dilakukan ketika ikan Mas Koki (Carassius

auratus) sudah berusia 7 - 8 bulan, tetapi yang terbaik adalah hasil pemijahan

yang diperoleh dari induk yang telah berumur 2 tahun. Rata -rata umur mas

koki adalah 20 tahun, bahkan pernah ditemukan mas koki dengan umur

terpanjang yaitu 28 tahun.

Ikan Giru (Amhiprion pelcuta)

Gambar 3. Ikan Giru (Amhiprion pelcuta) (Zipcodezoo, 2014)

Klasifikasi

Klasifikasi Ikan Giru ( Amphiprion pelcuta):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Pomacentridae

Genus : Amphiprion

Spesies : Amphiprion pelcuta (Zipcodezoo, 2014)

(9)

Ikan giru hidupnya selalu dekat dengan anemon. Keduanya dapat bekerjasama saling menguntungkan. Ikan klon dapat berlindung dari serangan ikan lain dengan bersembunyi di anemon sedangkan anemon bias memperoleh makanan dari ikan klon (Susanto, 2004).

Ikan giru senang bermain di belalai anemon. Anemon merupakan teman utama yang harus ada bila ngin memelihara ikan klon di akuarium. Anemon yang disukai ikan giru biasanya anemon piring dan anemon putih dalam sebuah piring anemon terdapat beberapa ekor anemon. Jika populasinya padat. Sesama ikan klon akan berkelahi berebut tempat tinggal (Susanto, 2004).

Kebiasaan Makan

Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) gerakannya lambat sehingga kesulitan berburu makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Dimana Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) makanannya berupa daging udang dan daging ikan dalam bentuk potongan (Susanto, 2004).

(10)

Waktu dan Tempat

Praktikum Osmoregulasi dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 pada pukul 15.45-18.00 WITA di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:

No Alat Jumlah Fungsi

1 Refraktormeter 1 buah Mengukur kadar salinitas 2 Gelas ukur 1 buah Mengukur jumlah air

3 Toples kaca 12 buah Wadah sampel

4 Stopwatch 4 buah Menghitung waktu

5 Ember 1 buah Wadah saat pengenceran

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsing adalah sebagai berikut:

No Bahan Jumlah Fungsi

1 Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

12 ekor Sampel ikan air payau 2 Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)

12 ekor Sampel ikan air tawar 3 Ikan Giru

(Amhiprion pelcuta)

12 ekor Sampel ikan air laut 4 Air tawar 2000 ml Media hidup ikan air tawar 5 Air laut 2000 ml Media hidup ikan air laut dan

meningkaikan salinitas air 6 Air payau 6000 ml Media hidup ikan air laut dan

menurunkan salinitas air 7 Tissue 1bungkus Bahan untuk membersihkan

alat

(11)

Siapkan 3 buah toples, Kemudian masukkan air tawar sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.

Air payau (10 ppt)

Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 10 ppt dengan volume air laut sebanyak 6.000 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 4.000 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.

Air payau (20 ppt)

Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 20 ppt dengan volume air laut sebanyak 3.500 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 2.500 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.

(12)
(13)

Analisis Data

Dalam analisis data, untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus :

M1 . V1 = M2 . V1

Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt) M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan V1 = Volume pengenceran awal

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, maka data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

No Salinitas Waktu Tingkah laku ikan

1 0 ppt

Air tawar

15 menit pertama Berenang aktif dan mengeluarkan feses

15 menit kedua Berenang aktif diatas permukaan 15 menit ketiga Berenang aktif diatas permukaan

dan membutuhkan oksigen 2 10 ppt

Air payau

15 menit pertama Berenang aktif dan mengeluarkan feses

15 menit kedua Masih berang aktif dan

mengeluarkan lebih banyak feses 15 menit ketiga Pergerakan mulai pasif dan

menguap-guap 3 20 ppt

Air payau

15 menit pertama Berenang aktif dan naik kepermukaan

15 menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan

15 menit ketiga Masih berada dipermukaan sambil menguap-guap

4 30 ppt Air laut

15 menit pertama Pergerakan pasif berada didasar air 15 menit kedua Masih berenang pasif dan posisi

tubuhnya berada di pinggir toples 15 menit ketiga Posisi tubuhnya masih berada

dipinggiran toples dan mengeluarkan feses

Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)

Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)

No Salinitas Waktu Tingkah Laku

1 0 ppt

Air tawar

15 menit pertama Aktif berenag didasar air

15 menit kedua Aktif didasar air dan mengeluarkan feses

15 menit ketiga Pergerakan masih aktif didasar dan stabil

2 10 ppt Air payau

15 menit pertama Berenag aktif di prmukaan 15 menit kedua Berenag mulai pasif dan

mengeluarkan feses 15 menit ketiga Pergerakan mulai lambat

(15)

Air payau 15 menit kedua Masih berenang cepat dan mengeluarkan feses

45 menit ketiga Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang

4 30 ppt Air laut

15 menit pertama Berenang sangat lambat dipermukaan

30 menit kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati 45 menit ketiga Ketiga ikan ekor mati da warna air

semakin menjadi keruh Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Ikan Giru (Amphprion ocellaris)

No Salinitas Waktu Tingkah Laku

1 0 ppt

Air tawar

15 menit pertama Berenag aktif di permukaan 30 menit kedua Telah mengalami kematian 45 menit ketiga Warna air mulai memudar 2 10 ppt

Air payau

15 menit pertama Berenang aktif di dasar 30 menit kedua Berenag aktif dan mulai naik

kepermukaan

45 menit ketiga Pergerakannya lambat dan mulai mengalami sterss

3 20 ppt Air payau

15 menit pertama Bergerak aktif

30 menit kedua Bergerak aktif dan berada di dasar 45 menit ketiga Pergerakanya normal

4 30 ppt Air laut

15 menit pertama Bergerak aktif

30 menit kedua Bergerak aktif di permukaan air 45 menit ketiga Bergerak aktif dan banyak

(16)

Pembahasan

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Air Tawar (0 ppt)

Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama ikan berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua ikan tetap berenang aktif diatas permukaan dan mengeluarkan lebih banyak feses, dan pada 15 menit ketiga ikan tetap berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal ini dikarenakan ikan nila mampu beradaptasi dengan lingkungan yang salinitas 0 ppt dan terhadap perubahan air. Hal tersebut dimungkinkan karena pada perlakuan media 0 ppt

tekanan osmotik lingkungan perairan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan tubuh ikan, akibatnya ikan cenderung banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi (Rosdianasari et al., 2010)

Air Payau (10 ppt)

Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotisus yang dimasukkan kedalam air tawar 10 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua masih berang aktif dan mengeluarkan lebih banyak feses dan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan mulai pasif dan mulut mulai mengap-mengap.

(17)

untuk melakukan regulasi osmotik internalnya, karena ikan berada pada kondisi isoosmotik.

Air Payau (20 ppt)

Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 20 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan naik kepermukaan, pada 15 menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan pada 15 menit ketiga masih berada dipermukaan sambil mengap-mengap.

Menurut Watanabe et al (1992) dalam Susilo et al (2012) nilai kapasitas osmoregulasi sedikit mengalami penurunan pada ikan yang ditempatkan di medium dengan salinitas 20 ppt, karena osmolalitas plasmanya lebih rendah dari pada osmolalitas mediumnya. Perbedaan kapasitas osmoregulasi pada ikan nila. Pengaturan osmotik yang dilakukan pada salinitas 20 ppt praktis sedikit berbeda dibandingkan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 10 ppt. Namun, pengaturan osmotik di lingkungan salinitas 20 ppt, berlawanan dengan ikan yang ditempatkan di salinitas 0 ppt (air tawar).

Air Laut 30 (ppt)

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan pasif berada didasar air, pada 15 menit kedua masih berenang pasif berada didasar dan sesekali berenang pada permukaan air dan pada 15 menit ketiga ikan mulai melemah dan pergerakan tidak normal dan akhirnya ketiga-tiga ikan tersebut mati.

(18)

karena memang dari awal sebelum praktikum dimulai ikan sudah mengalami stress sebelum dimasukkan dalam air laut salinitas 30 ppt (Fujaya, 2008).

Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)

Air tawar (0 ppt)

Hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan mas koki carrsius auratus yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan aktif didasar air, pada 15 menit kadua ikan mas koki masih bergerak dengan aktif dan mengeluarkan feses, dan pada 15 menit ketiga tingkah laku ikan masih normal dan pergerakan aktif dan stabil di dasar dan sesekali berenang di atas permukaan.

Pada ikan mas koki aktif pada menit ke 15 pertama dan tetap aktif sampai pada 15 menit ketiga. Proses osmoregulasi pada ikan tersebut berjalan dengan normal dan terjadi keseimbangan antara subtansi tubuh dan lingkungannya serta habitat asil ikan mas koki memang di air tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (2008) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiprosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi.

Air Payau (10 ppt)

(19)

Air Payau (20 ppt)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15 menit pertama pergerakan sangat cepat dan gesit, 15 menit kedua masih berenang cepat dan mengeluarkan feses dan pada 15 menit ketiga. Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang. Hal ini terjadi karena tidak ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas yang semakin meningkat.

Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan teleostei potadrom

berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali dan akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan

dehidrasi bagi ikan tersebut (Fujaya, 2008).

Air Laut (30 ppt)

Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 30 ppt, pada 15 menit pertama ikan berenang sangat lambat dipermukaan, 15 menit kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan berenang tidak stabil, 1 ekor ikan mati, dan pada 15 menit ketiga Ketiga ikan ekor mati. Warna air semakin menjadi keruh.

(20)

Ikan Giru(Amphiprion lamprichii)

Air Tawar (0 ppt)

Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 0 ppt, pada 15 menit pertama bereang aktif di permukaan, pada 30 menit telah mengalami kematian dan 45 menit permuakaan air tersebut mulai keruh. Hal ini menandakan bahwa ikan giru pada dasarnya itu memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi karena ikan giru lebih banyak mengeluarkan air dari kulitnya dan mampu menyerap garam-garam masuk kedalam tubuhnya melalui proses difusi (Fujaya, 2008).

Air Payau (10 ppt)

Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 10 ppt, pada 15 menit berenang aktif didasar, pada 30 menit berenang aktif dan mulai naik ke permukaan dan pada 45 menit Berenang sedikit lambat dan mulai stres. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan mengalir dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam garam dari kulit dan masuk melalui mulutnya.

Air Payau (20 ppt)

(21)

Air Laut (30 ppt)

(22)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada praktikum

osmoregulasi merupakan suatu proses untuk penyeimbangan air dan ion antara

tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini

penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena harus terjadi

keseimbangan antara tubuh dan lingkungannya.

Ikan mas koki pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20

ppt, dan 30 ppt, ikan mas koki hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 0 ppt

(air tawar) pada saat di tempatkan di salinitas 10 ppt, 20 ppt, dan 30 ppt, ikan

mas koki akan mati. Habitat ikan mas koki hidup di air tawar dan tidak mampu

hidup di air payau maupun air laut.

Ikan nila pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan

30 ppt, ikan nila hanya dapat bertahan hidup pada salinitas 10 ppt dan 30 ppt (air

payau) pada saat di tempatkan di salinitas 0 ppt dan 30 ppt, ikan nila akan mati.

Kebanyakan ikan nila hidup di air tawar dan payau, dan jika di tempatkan di air

laut maka ikan tersebut harus mengalami osmoregulasi

Ikan giru pada saat di tempatkan pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan

30 ppt, ikan giru hanya dapat hidup pada salinitas 30 ppt (air laut) pada saat di

tempatkan di salinitas 0 ppt, 10 ppt, dan 20 ppt, ikan giru akan mati. Ikan giru

dapat hidup didalam akuarium asal ditemani anemon.

Saran Laboratorium

Saran untuk Laboratorium sebanyaiknya memberikan peralatan dan

(23)

Asisten Muh. Takwier Makmur S.Pi

Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada

saat praktikum dilaksanakan.

Rahmatul Istiqomah

Sebaiknya kakak lebih banyak menjelaskan dan memberi arahan pada saat

praktikum dilaksanakan.

(24)

Bachtiar, Astuti, N., Aisya, N., Maryam, Wana, S. 2005. Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas Koki. Universitas Riau. Pekanbaru.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit Rineka cipta: Jakarta.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit Rineka cipta: Jakarta.

Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya Pintar Budidaya Ikan di Tambak Secara Intensif. Lily Publisher. Yogyakarta. Ghufran, M. dan Kordi, K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di

Kolam Terpal. Lily Puplisher. Yogyakarta.

Susanto,H. 1989. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta pusat.

Susanto,H. 2004. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta pusat.

Susilo, U., Meilina, W., Ida, S. S. B. 2012. Regulasi Osmotok dan Nila Hematokrit Ikan Nila pada Medium dengan Salinitas dan Temperatur Air Berbeda. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Www. Zipcoodezoo.com. diakses pada tanggal 17 November 2014

Lampiran

(25)
(26)

Gambar

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Laboratorium, 2014).
Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) (Susanto, 1989).
Gambar 3. Ikan Giru (Amhiprion pelcuta) (Zipcodezoo, 2014)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan kelima percobaan tumbuhan Hydrilla verticillata di atas, percobaan A diletakkan di dalam ruang laboratorium (tempat teduh) selama 20 menit dengan

Dari hasil pengamatan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) kelas perikanan B, Total Length atau panjang total ikan nila terpanjang di kelas kami adalah 17,5 cm yaitu  pada

Ikan nila ( O. niloticus ) di Indonesia pertama kali di datangkan dari Taiwan pada tahun 1969, merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek

Penentuan titik lebur dari sampel ini dilakukan dengan cara sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler yang memiliki betuk yang kecil dengan kedua ujungnya

Teknik Selektif Breeding pada Calon Induk Ikan Nila Pandu dan Kunti (Oreochromis niloticus) di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti,

Berdasarkan hasil pengamatan pada konsentrasi 0,1 M berat kentang sebelum dimasukkan kedalam larutan sukrosa adalah 1,79 gr dengan tekstur Keras, sedikit berair dan kasar

Sampel salep asam benzoat dilarutkan terlebih dahulu ke dalam kloroform, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan larutan NaOH untuk memisahkan

Pada tempat yang gelap beaker glass A menit ke 0, 10, 20 dan 30 tinggi udara yang dihasilkan Hydrilla adalah 0 cm didalam tabung reaksi, pada menit ke 40, tinggi udara