• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Restrukturisasi Perseroan Terbatas Melalui Pemisahan Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Restrukturisasi Perseroan Terbatas Melalui Pemisahan Usaha"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMISAHAN USAHA PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

A. Pengelolaan Perseroan Terbatas

Menurut UUPT Pasal 1 angka 1, perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.20 Dalam melangsungkan suatu bisnis, para pengusaha membutuhkan suatu wadah untuk dapat bertindak melakukan perbuatan hukum dan bertransaksi. Pemilihan jenis badan usaha ataupun badan hukum yang dijadikan sebagai sarana usaha tergantung pada keperluan pendirinya. Sarana yang paling populer digunakan adalah PT, karena memiliki ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh badan usaha lain.

Perseroan Terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perusahaan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan Perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan

20

(2)

yang diperoleh perseroan terbatas. Jenis-jenis perseroan terbatas yang ada di Indonesia antara lain :

1. Perseroan Terbatas terbuka

Perseroan Terbatas Terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (Go public).

2. Perseroan Terbatas Tertutup

Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan tertentu misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau kalangan terbatas dan tidak dijual kepada umum. PT.Tertutup dasar hukumnya adalah UUPT.

3. Perseroan Terbatas Kosong

Perseroan terbatas kosong adalah perseroan terbatas yang sudah tidak aktif menjalankan usahanya dan hanya tinggal nama saja.

4. Perseroan Terbatas Asing

Perseroan terbatas asing adalah Perseroan Terbatas yang didirikan di luar negeri menurut hukum yang berlaku disana, dan mempunyai tempat kedudukan di luar negeri juga.

5. Perseroan Terbatas Domestik

Perseroan terbatas domestik adalah Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya dan berada di dalam negeri, juga mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.

(3)

Perseroan terbatas perseorangan adalah dikeluarkannya saham-saham untuk pengumpulan modal mempunyai maksud agar pemilik tidak berada di tangan satu orang.

Beberapa langkah untuk mendirikan PT, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar dapat mendirikan PT, antara lain yaitu pendaftaran nama perusahaan, akta pendirian PT, domisili perusahaan, NPWP-Nomor pokok wajib pajak, Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI, SIUP-Surat izin usaha perdagangan, TDP-Tanda daftar perusahaan, PKP-Pengusaha kena pajak,Berita Negara Republik Indonesia.21 Dalam mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh notaris) yang di dalamnya di cantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Setelah mendapatkan pengesahan PT harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya UU No.1 Tahun 1995, maka akta pendirian tersebut harus didaftarkan ke kantor Pendaftaran Perusahaan. Tetapi sesuai UU No.40 Tahun 2007, kewajiban pendaftaran di kantor Pendaftaran perusahaan tersebut ditiadakan juga. Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan PT menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Setelah semua tahap selesai dilalui, maka akan mendapatkan hasil pendirian PT yang berupa dokumen. Dokumen yang didapat setelah pembuatan PT selesai adalah sebagai berikut :

1. akta pendirian perusahaan dari Notaris

21

(4)

2. surat keterangan domisili perusahaan 3. NPWP (nomor pokok wajib pajak) 4. SK pengesahan dari Menkumham 5. SIUP(surat ijin usaha perdagangan) 6. TDP (tanda daftar perusahaan)

Di dalam PT terdapat organ-organ yang memegang wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan tugas dan kegiatan di perusahaan. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan dewan komisaris. Pasal 63 ayat (9) UUPT memberi batasan terhadap wewenang RUPS yaitu sejauh yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris, antara lain: 1. pengangkatan direksi dan komisaris yang menjadi wewenang RUPS

demikian juga dengan pemberhentian direksi dan dewan komisaris.

2. mengambil keputusan untuk mengubah anggaran dasar juga menjadi wewenang RUPS.

(5)

4. membuat peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar jenis penghasilan direksi.

5. mengangkat satu orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan dalam keadaan direksi tidak berwenang mewakili perseroan atau terjadi pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan.

6. mengambil keputusan jika diminta oleh direksi untuk memberikan persetujuan guna mengalihkan atau menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian harta kekayaan perseroan.

7. mengambil keputusan atas permohonan kepailitan perseroan yang akan dimajukan direksi ke pengadilan negeri.

8. meminta segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris. Sebaliknya hal ini merupakan kewajiban dari direksi dan dewan komisaris untuk memberikan keterangan yang diperlukan RUPS.22

Organ perseroan yang berperan penting yaitu direksi. Direksi adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi adalah mengurus jalannya perseroan.23 Pasal 79 ayat (1) dan Pasal 80 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa PT diurus oleh pengurus yang diangkat oleh para pemegang saham. Tugas dan wewenang direksi ditetapkan oleh RUPS dan di dalam anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan

22

Budiarto Agus, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm.60. 23

(6)

RUPS dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS. Untuk mengetahui tugas dan wewenang direksi harus merujuk pada anggaran dasar PT antara lain :

1. mengurus segala urusan PT. 2. mengurus harta kekayaan PT.

3. melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796 KUHPdt, yaitu :

a. memindahtangankan hipotik pada brang-barang tetap; b. membebankan hipotik pada barang-barang tetap; c. melakukan dading;

d. melakukan perbuatan lain mengenai hak milik; e. mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan.

4. dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. Direksi bertanggungjawab penuh mengenai pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. 5. dalam hubunganya dengan harta kekayaan perseroan, direksi harus mengurus

dengan baik, menginventarisasi secara teliti dan cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan kewajiban perseroan wajib dicatat dalam pembukuan sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.

(7)

kepad kantor Pendaftaran Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan serta mengumumkannya dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia.24

Uraian diatas tersebut merupakan gambaran umum tugas direksi yang termuat dalam anggaran dasar PT. Mengenai kewajiban dasar direksi telah diatur dalam anggaran dasar perseroan yang meliputi :

1. menyusun anggaran belanja perseroan untuk tahun yang akan datang. Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang akan datang, anggaran belanja perseroan sudah harus dibicarakan dan selanjutnya diminta pengesahan pada RUPS.

2. menyusun laporan berkala tentang pelaksanaan tugas direksi dalam hal mengurus dan menguasai perusahaan atau tentang neraca triwulan atau tahunan yang akan disampaikan kepada dewan komisaris.

3. membuat neraca dan perhitungan laba rugi. Menurut Pasal 56 UU No.1 Tahun 1995, neraca dan perhitungan laba rugi tesebut harus dibuat dalam jangka waktu 5 bulan setelah tahun buku perseroan ditutup dan disampaikan kepada RUPS untuk mendapat pengesahan.

4. membuat daftar inventarisasi atas semua harta kekayaan perseroan serta pelaksanaan pengawasannya.

5. menyelenggarakan RUPS minimall satu kali setahun atau pada saat-saat yang diperlukan dam diadakan paling lambat waktu 6(enam) bulan setelah tahun buku.

24

(8)

6. memberi keterangan-keterangan yang diperlukan oleh dewan komisaris pada saat pemeriksaan.

7. menyelenggarakan RUPS luar biasa pada setiap waktu yang dipandang perlu oleh direksi atas usul atau permintaaan 1(satu) orang pemegang saha atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan.

8. mengumumkan secara resmi baik dalam surat kabar maupun dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

9. menyediakan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus di kantor perseroan untuk para pemilik saham. Buku daftar pemegang saham dan daftar khusus ini dapat menjadi indikator kepemilikan atas saham suatu perseroan dan ada tidaknya hubungan affiliasi antara direksi dan keluarganya dengan perseroan yang dikelola.

10.dalam hal pembubaran perseroan, direksi wajib melakukan likudasi melalui seorang likuidator dan biasanya dibawah pengawasan dewan komisaris.25

Uraian perincian tugas dan wewenang direksi ditentukan dalam Pasal 85 UUPT bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan usaha dan perseroan. Kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugasnya setiap anggota direksi harus bertanggungjawab penuh secara pribadi untuk seluruhnya. Tanggungjawab direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan kewajiban untuk melaksakan pekerjaan mengurus perseroan.

25

(9)

B. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PEMISAHAN USAHA PERSEROAN TERBATAS

Pengelolaan PT yang mencakup pendirian PT, organ-organ PT dan tugas serta kewenangan organ-organ didalam PT sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pengelolaan PT dalam Pasal 1 angka 2 UUPT dilakukan oleh RUPS, Direktur dan Komisaris. Dalam ppemisahan usaha pihak-pihak tersebut memegang peranan penting dalam melaksanakan pemisahan usaha suatu PT.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang

mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan

Komisaris dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang dan/atau anggaran

dasar (Pasal 1 angka 4 UUPT). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

perseroan.26 Sehingga RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan

kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Berikut ini adalah tanggung jawab yang

harus dipegang oleh setiap Direksi dan Dewan Komisaris dalam Perseroan.

Pasal 3 ayat (1) UUPT, pemegang saham Perseroan Terbatas tidak

bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan

dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang

dimiliki. Ketentuan dalam Pasal ini mempertegas ciri dari perseroan bahwa

pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham

dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.

26

(10)

Tetapi, ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab

hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UUPT yang

menyatakan bahwa ketentuan di Pasal 3 ayat 1 tidak berlaku apabila :

1. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

2. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

3. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh perseron; atau

4. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang

mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang

Perseroan.

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepetingan Perseroan, sesuai

dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam

maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.27

1. Tanggung Jawab Direksi

Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas

kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan salah atau lalai dalam menjalankan

tugasnya. Apabila Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih,tanggung

jawab dimana yang dimaksud berlaku secara tanggung renteng bagi setiap

27

(11)

anggota Direksi.(Pasal 97 ayat 2 UUPT). Anggota Direksi tidak dapat

dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud, apabila dapat

membuktikan :

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau selanjutnya

kerugian tersebut.

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi (Pasal 1 angka 6 UUPT).28 Dalam hal kepailitan

terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk

membayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, maka Pasal 104

ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap Anggota Direksi secara tanggung renteng

bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasidari harta pailit

tersebut. Tanggung jawab diatas berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai

yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

1. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

28

(12)

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal

melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi

nasihat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad

baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan

perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara

pribadi atas kerugian perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

dalam menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota

Dewan komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud

berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114

ayat (3) UUPT).

(13)

mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan perseroan.29

Pengertian pengurusan mencakup pola pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-Undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan terlaksananya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and

care” oleh Direksi. Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota

Direksi, bahkan apabila anggota Direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena penting nya peranan Direksi, Undang-Undang Perseroan mengatur persyaratan yang cukup berat untuk anggota Direksi.

Pengangkatan anggota direksi, menurut Pasal 79 UUPT, kepengurusan perseroan dilakukan oleh direksi (ayat 1) . Ketentuan ini menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan perseroan. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan hutang, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi (ayat 2). Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab anggota direksi yang dijalankan oleh satu orang anggota direksi. Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang yang :

1. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit; 2. tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris yang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

29

(14)

3. tidak pernah dhukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan. Jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman.30

Anggota direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan anggota direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota direksi dalam akta perseroan. Anggota direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemudian diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegangan saham dalam pencalonan, maka tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota direksi diatur dalam Anggaran Dasar (Pasal 80 UUPT).

Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS yang disebutkan dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS (Pasal 81 UUPT). Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan (Pasal 82 UUPT). Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1(satu) orang maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam UUPT atau Anggaran Dasar (Pasal 83 UUPT). Undang-Undang perseroan masih memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis masing-masing anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Pembatasan wewenang

30

(15)

tersebut diberikan karena ada perbedaan kepentingan antara perseroan dan anggota direksi yang bersangkutan.

Pasal 84 UUPT menentukan pembatasan wewenang direksi. Menurut ketentuan Pasal ini, anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila;

1) terjadinya perkara di depan Pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ;

2) anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.

Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan dalam butir a) dan b). Apabila Anggaran Dasar tidak menetapakan ketentuan mengenai yang berhak mewakili perseroan, maka RUPS mengangkat 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Direksi yang telah merugikan perseroan.

(16)

a) membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan risalah rapat direksi; dan

b) menyelenggarakan pembukuan perseroan.31

Daftar Pemegang Saham, risalah, dan pembukuan tersebut disimpan di tempat kedudukan perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan perseroan (Pasal 86 UUPT). Anggota direksi juga wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau anggota keluarganya pada perseroan lain (Pasal 87 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan direksi dicatat dalam Daftar Khusus. Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah suami/istri dan anak-anaknya.

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik. Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pegalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar

31

(17)

harian paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak perbuatan hukum dilakukan (Pasal 88 UUPT). Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal pengalihan atau jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi atau obligasi konversi. Alasan adalah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, perseroan go public menghimpun dana dari masyarakat pemegang obligasi.

Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terajdi karena kesalahan atau kelalaian direksi, dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan. Maka setiap anggota direksi secara bertanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian itu. Anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. (Pasal 90 UUPT).

Ketentuan Pasal 90 UUPT ada kesamaannya dengan ketentuan Pasal 47 KUHD, yaitu kesamaan mengenai tanggung jawab pribadi direksi secara tanggung renteng (personal liablity) dalam hal perseroan menderita kerugian karena kesalahan direksi, sedangkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh kerugian. Tetapi antara kedua ketentuan tersebut terdapat perbedaan prinsip, yaitu ;

(18)

perseroan bubar adalah perbuatan pribadi, akibatnya dia bertanggung jawab pribadi secara tanggung renteng terhadap kreditur.

2. Pasal 90 UUPT tidak menetapkan batas kerugian, dan kepailitan tidak demi hukum membuat perseroan bubar, kecuali jika dimohonkan kepada dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri. Direksi bertanggungjawab pribadi secara tanggung renteng terhadap para kreditur dalam hal kekayaan perseroan tidak mencukupi.

Tanggung jawab pribadi ini dapat ditelaah melalui putusan Mahkamah Agung No.21/Sip/1973 tanggal 22 Oktober 1973. Anggota direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya.32 Dengan keputusan pemberitahuan itu, maka kedudukan sebagai anggota direksi berakhir (Pasal 91 UUPT). Ketentuan terakhir ini ayat (3) sebenarnya berlebihan, walaupun tidak dirumuskan sudah logis bahwa kedudukan direksi itu berakhir karena dihapus oleh putusan RUPS. Anggota direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada direksi yang bersangkutan. Anggota direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus

32

(19)

diadakan RUPS. Dalam RUPS anggota direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau memberhentikan anggota direksi yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal (Pasal 92 UUPT).

Pasal 93 UUPT menentukan bahwa dalam Anggaran Dasar diatur ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi yang kosong atau dalam hal direksi diberhentikan untuk sementara waktu atau berhalangan. Tetapi berdasarkan ketentuan Pasal 100 ayat (2), (3) UUPT, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS dapat menunjuk Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam hal terjadi kekosongan jabatan direksi untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga bagi komisaris.

Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan.33 Selaku pengawas dan penasehat direksi, komisaris berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan direksi (Pasal 100 UUPT). Komisaris juga berwenang memberhentikan sementara anggota direksi (Pasal 92 UUPT). Untuk mengefektifkan fungsi Komisaris, maka

33

Been Rafanany, 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap & Koperasi (Yogyakarta: Araska, 2013), hlm.14.

(20)

diterapkan pula persyaratan untuk menjadi Komisaris adalah sama dengan persyaratan untuk menjadi Direksi. Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi berlaku pula terhadap Komisaris terutama apabila apabila dia berada dalam posisi untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal tertentu.

Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar (Pasal 94 ayat (1) UUPT). Kata “Komisaris”

mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang

perseorangan”. Sebagai organ, Komisaris lazim juga disebut “Dewan Komisaris”,

sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota Komisaris”. Sebagai

organ dalam Undang-Undang Perseroan, pengertian Komisaris termasuk juga badan-badan yang menjalankan tugas pengawasan khusus bidang tertentu. Karena itu dibutuhkan lebih dari satu komisaris. Apabila terdapat lebih dari satu Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis (Pasal 94 ayat (3) UUPT). Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari satu Komisaris, maka sebagai majelis Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Komisaris diangkat oleh RUPS. Pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam akta pendirian perseroan. Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Anggaran Dasar mengatur tata cata pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris tanpa mengatur hak pemegang saham dalam pencalonan (Pasal 95 UUPT). Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang :

(21)

2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

3. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan (Pasal 96 UUPT).

Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi (Pasal 108 UUPT).34 Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tangung jawab menjalankan tugas kepentingan dan usaha perseroan. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (Pasal 98 UUPT). Komisaris wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain (Pasal 99 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Komisaris mengenai hal ini dicatat dalam Daftar Khusus. Dan perubahan dalam kepemilikan saham anggota keluarga wajib dilaporkan.

Anggaran dasar ditetapkan pemberian wewenang kepada komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum. Wewenang kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi dalam hal direksi tidak ada.

34

(22)

Apabila Direksi ada, Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan. Tetapi bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu diberi wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga (Pasal 100 ayat (3) UUPT). Dalam hal in fungsi Direksi digantikan oleh Komisaris.

(23)

anggota komisaris yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut dibatalkan.

Semakin berkembangnya dunia bisnis sekarang, kegiatan usaha suatu PT semakin berkembang. Banyak perseroan yang memperluas kegiatan bidang usaha untuk mengimbangi perkembangan bisnis yang terjadi, sehingga pemisahan beberapa usaha dalam suatu perseroan merupakan alternatif yang dapat dilakukan oleh PT. Pemisahan usaha merupakan alternatif yang dapat dilakukan oleh PT untuk melakukan efisiensi usaha dan menekan ongkos operasi. Pemisahan ini dilakukan oleh persetujuan pemegang saham dalam RUPS.

Dunia bisnis yang semakin berkembang mengharuskan para pelaku usaha untuk melakukan inovasi dalam memajukan kualitas perusahaan. Dinamika bisnis yang tidak menentu menyebabkan pelaku bisnis sulit untuk bersaing dalam menjalankan usaha. Untuk mengatasi hal demikian salah satu cara yang dilakukan dengan merestrukturisasi usaha melalui pemisahan usaha. Pemisahan perusahaan pada umumnya dilakukan dengan cara memisahkan unit usaha menjadi perusahaan yang mandiri.35 Pasal 1 angka 12 UUPT memberikan definisi tentang Pemisahan, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih.36

Biasanya merger, konsolidasi, pemisahan dan akuisisi ditempuh oleh perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja

35

https://galihpradipto.wordpress.com/2013/04/22/apa-itu-merger-konsolidasi-akuisisi-pemisahanan-perusahaan-mkapp/ (diakses tanggal 8 Juli 2015).

36

(24)

perusahaan karena cara-cara tersebut dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan, antara lain:

1. membeli product line atau lines untuk melengkapi product lines dari perusahaan yang akan mengambil alih atau menghilangkan ketergantungan perusahaan tersebut pada product lines atau service lines yang ada pada saat ini;

2. untuk memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih baik yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi;

3. memperoleh pasar atau pelanggan-pelanggan baru yang tidak dimilikinya tetapi dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi;

4. memperoleh hak-hak pemasaran dan hak-hak produksi yang belum dimilikinya namun dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi;

5. memperoleh kepastian atas pemasokan bahan-bahan baku yang kualitasnya baik yang selama ini dipasok oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi;

6. melakukan investasi atas keuangan perusahaan yang berlebih dan tidak terpakai (idle);

7. mengurangi atau menghambat persaingan; 8. mempertahankan kontinuitas bisnis.

(25)

untuk kepentingan meningkatkan kinerja dan nilai perseroan, memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada Negara, menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang kompetitif kepada konsumen.

C. HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK DALAM PEMISAHAN PERSEROAN TERBATAS

Pihak-pihak yang terkait dalam pemisahan usaha perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan atau Anggaran dasar. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari Direksi dan/atau Komisaris. Wewenang eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain ditetapkan di dalam UUPT dan Anggaran Dasar. Wewenang eksklusif dalam Anggaran Dasar berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan atau disetujui oleh Mentri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT adalah sebagai berikut :37

1. Penetapan perubahan Anggaran Dasar (pasal 14 UUPT) 2. Penetapan pengurangan modal (pasal 37 UUPT)

3. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan (pasal 60 UUPT)

37

(26)

4. Penetapan penggunaan laba (pasal 62 UUPT)

5. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris (pasal 80,91,92 UUPT)

6. Penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan (pasal 105 UUPT)

7. Penetapan pembubaran perseroan (pasal 114 UUPT)

Wewenang RUPS terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan antara lain diantaranya ialah menyetujui/menolak :38

1. rencana perubahan Anggaran Dasar;

2. rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang;

3. pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan/atau Komisaris; 4. laporan keuangan yang disampaikan oleh Direksi;

5. pertanggungjawaban Direksi;

6. rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan; 7. rencana pembubaran perseroan.

Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya. Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar.

38

(27)

Saham perseroan yang dimiliki oleh perseroan itu sendiri tidak mempuyai hak suara. Saham induk perusahaan yang dimiliki oleh anak perusahaannya juga tidak mempuyai hak suara (pasal 71, 72 UUPT). RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentuakan lain. Apabila korum yang dimaksud tidak tercapai,diadakan pemanggilan RUPS kedua. Pemanggilan RUPS kedua harus dilakukan paling lambat 7 hari sebelum RUPS kedua diselenggarakan. RUPS kedua diselenggarakan paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari dari RUPS pertama. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. Apabila korum ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri (pasal 73 UUPT).

(28)

RUPS dilakukan, wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dalam dua surat kabar harian. Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.

Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar menentukan lain. Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari suara terbanyak biasa. Keputusan RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara tersebut.

(29)

dapat tercapai, keputusan RUPS dapat diambil melalui pemungutan suara dengan suara terbanyak. Suara terbanyak yang diperlukan adalah suara terbanyak biasa, yaitu jumlah suara yang lebih banyak dari kelompok suara tanpa harus mencapai lebih dari setengah keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut. Keputusan RUPS dalam hal-hal tertentu yang berkaitan dengan hal-hal- yang sangat mendasar bagi keberadaaan, kelangsungan atau sifat dari suatu perseroan, Undang-Undang ini atau Anggaran Dasar dapat menentukan suara terbanyak yang lebih mendasar daripada suara biasa, yaitu suara mutlak atau suara terbanyak khusus.

Dalam Anggaran Dasar perseroan dapat ditentukan bahwa keputusan RUPS dapat diambil dengan cara lain dari rapat. Apabila Anggaran Dasar mengatur ketentuan tersebut, keputusan dapat diambil apabila semua pemegang saham dengan hak suara yang telah sah menyetujui secara tertulis baik mengenai cara maupun keputusan yang yang diambil (pasal 78 UUPT). Pengambilan keputusan RUPS dengan “cara lain” adalah keputusan yang diambil dengan cara

mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang saham dan keputusan ini hanya sah apabila semua pemegang saham menyetujui secara tertulis cara pengambilan keputusan usul tersebut.

(30)

perseorangan. Tugas kepengurusan Direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga berwenang dan wajib mengambil insiatif membuat rencana dan perkiraan mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan perseroan.

Pengertian pengurusan mencakup pola pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-Undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan terlaksananya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and care” oleh Direksi.39 Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota Direksi, bahkan apabila anggota Direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena penting nya peranan Direksi, Undang-Undang Perseroan mengatur persyaratan yang cukup berat untuk anggota Direksi.

Pengangkatan anggota Direksi, menurut pasal 79 UUPT, kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi (ayat 1) . Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan perseroan. Perseroan yang bdiang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan hutang, atau Perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi (ayat 2). Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang dijalankan oleh satu orang anggota Direksi. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang yang :

1. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit;

39

(31)

2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

3. tidak pernah dhukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5(lima) tahun sebelum pengangkatan. Jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman.

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengakngktana anggota Direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Direksi dalam akta perseroan. Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemudian diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegangan saham dalam pencalonan, maka tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi diatur dalam Anggaran Dasar (pasal 80 UUPT).

(32)

Undang-Undang perseroan masih memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis masing-masing anggota Direksi berwenang mewakili perseroan. Pembatasan wewenang tersebut diberikan karena ada perbedaan kepentingan antara perseroan dan anggota Direksi yang bersangkutan.

Pasal 84 UUPT menentukan pembatasan wewenang Direksi. Menurut ketentuan pasal ini, anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila;40

1. terjadinya perkara di depan Pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ;

2. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.

Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan dalam butir a) dan b). Apabila Anggaran Dasar tidak menetapakan ketentuan mengenai yang berhak mewakili perseroan, maka RUPS mengangkat 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Direksi yang telah merugikan perseroan.

Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham

40

(33)

dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (pasal 85 UUPT). Selain itu Direksi juga mempunyai kewajiban untuk ;41

1. membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan risalah Rapat Direksi; dan

2. menyelenggarakan pembukuan perseroan.

Daftar Pemegang Saham, risalah, dan pembukuan tersebut disimpan di tempat kedudukan perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan perseroan (pasal 86 UUPT). Anggota Direksi juga wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau anggota keluarganya pada perseroan lain (pasal 87 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Direksi dicatat dalam Daftar Khusus. Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah suami/istri dan anak

-anaknya.

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad

41

(34)

baik.42 Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pegalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak perbuatan hukum dilakukan (pasal 88 UUPT). Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal pengalihan atau jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi atau obligasi konversi. Alasan adalah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, perseroan go public menghimpun dana dari masyarakat pemegang obligasi.

Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terajdi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan. Maka setiap anggota Direksi secara bertanggungjawab atas kerugian. Anggota Direksi secara bertanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian itu. Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. (pasal 90 UUPT).

42

(35)

Ketentuan pasal 90 UUPT ada kesamaannya dengan ketentuan pasal 47 KUHD, yaitu kesamaan mengenai tanggung jawab pribadi Direksi secara tanggung renteng (personal liablity) dalam hal perseroan menderita kerugian karena kesalahan Direksi, sedangkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh kerugiam. Tetapi antara kedua ketentuan tersebut terdapat perbedaan prinsip, yaitu ;43

1. Pasal 47 KUHD menetapkan secara tegas batas kerugian mencapai 75% dari modal dasar, demi hukum perseroan bubar dan perbuatan Direksi setelah perseroan bubar adalah perbuatan pribadi, akibatnya dia bertanggung jawab pribadi secara tanggung renteng terhadap kreditur.

2. Pasal 90 UUPT tidak menetapkan batas kerugian, dan kepailitan tidak demi hukum membuat perseroan bubar, kecuali jika dimohonkan kepada dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri. Direksi bertanggungjawab pribadi secara tanggung renteng terhadap para kreditur dalam hal kekayaan perseroan tidak mencukupi.

Tanggung jawab pribadi ini dapat ditelaah melalui putusan Mahkamah Agung No.21/Sip/1973 tanggal 22 Oktober 1973. Anggota Direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabil yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya. Dengan keputusan pemberitahuan itu, maka kedudukan

43

(36)

sebagai anggota Direksi berakhir (pasal 91 UUPT). Ketentuan terakhir ini ayat (3) sebenarnya berlebihan, walaupun tisak dirumuskan sudah logis bawha kedudukan Direksi itu berakhir karena dihapus oleh putusan RUPS. Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan RUPS. Dalam RUPS anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal (pasal 92 UUPT).

(37)

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.44 Selaku pengawas dan penasehat Direksi, Komisaris berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan Direksi (pasal 100 UUPT). Komisaris juga berwenang memberhentikan sementara anggota Direksi (pasal 92 UUPT). Untuk mengefektifkan fungsi Komisaris, maka diterapkan pula persyaratan untuk menjadi Komisaris adalah sama dengan persyaratan untuk menjadi Direksi. Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi berlaku pula terhadap Komisaris terutama apabila apabila dia berada dalam posisi untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal tertentu.

Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar (pasal 94 ayat (1) UUPT). Kata “Komisaris”

mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang

perseorangan”. Sebagai organ, Komisaris lazim juga disebut “Dewan Komisaris”,

sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota Komisaris”. Sebagai

organ dalam Undang-Undang Perseroan, pengertian Komisaris termasuk juga badan-badan yang menjalankan tugas pengawasan khusus bidang tertentu. Karena itu dibutuhkan lebih dari satu Komisaris. Apabila terdapat lebih dari satu Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis (pasal 94 ayat (3) UUPT). Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari satu Komisaris, maka sebagai

44

(38)

majelis Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Komisaris diangkat oleh RUPS. Pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam akta pendirian perseroan. Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Anggaran Dasar mengatur tata cata pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris tanpa mengatur hak pemegang saham dalam pencalonan (pasal 95 UUPT). Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang :

1. mampu melakukan perbuatan hukum, dan tidak pernah dinyatakan pailit; 2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

3. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan (pasal 96 UUPT).

(39)

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain (pasal 99 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Komisaris mengenai hal ini dicatat dalam Daftar Khusus. Dan perubahan dalam kepemilikan saham anggota keluarga wajib dilaporkan.

Dalam Anggaran Dasar ditetapkan pemberian wewenang kepada Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum. Wewenang kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi dalam hal Direksi tidak ada. Apabila Direksi ada, Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan. Tetapi bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu diberi wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga (pasal 100 ayat (3) UUPT). Dalam hal in fungsi Direksi digantikan oleh Komisaris.

(40)

hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dalam RUPS. Dengan keputusan pemberhentian tersebut, kedudukannya sebagai anggota Komisaris berakhir. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota Komisaris yang bersangkutan. Anggota Komisaris yang diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan tugasnya. Dalam RUPS tersebut anggota Komisaris yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Apabila pembelaannya diterima, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, sebaliknya jika pembelaan tidak diterima, RUPS memberhentikan anggota Komisaris yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tigapuluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut dibatalkan.

D. PELAKSANAAN PEMISAHAN USAHA YANG DILAKUKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS

(41)

dengan pemisahan, yang didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) perseroan atau lebih.

Pemisahan dalam Pasal 135 UUPT dibedakan menjadi pemisahan murni dan pemisahan tidak murni.45 Pemisahan murni (absolute division) yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) atau lebih perserooan lain yang meneriman peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum, tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu. Sedangkan pemisahan tidak murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan usaha dan berakhir karena hukum.

Berdasarkan spin off perseroan beberapa pihak yang harus mendapatkan perlindungan hukum anatara lain kreditur, karyawan dan para pemegang saham minoritas yang melakukan pemisahan. Pemegang saham dalam hal ini perlu mendapatkan perlindungan mengingat proses spin off untuk perseroan bisa terjadi bukan atas kehendak pemegang saham, namun karena adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan pemisahan. Spin off merupakan bentuk pembebasan perseroan dimana sebuah bagian dari perseroan menjadi mandiri dan saham perseroan yang baru dibagikan kepada para pemegang saham. Dalam perseroan mekanisme spin off atau pemisahan belum diakomodir sebagai salah satu alternatif dalam penguatan struktur perseroan di Indonesia. Undang-Undang

45

(42)

Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menggunakan istilah “Pemisahan” sebagai pengganti terminologi “Spin off”. UUPT memberikan

pengertian pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima pemisahan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakir karena hukum. Secara yuridis, yang merupakan dasar hukum bagi tindakan spin off tersebut adalah :

1. Dasar Hukum Utama (UUPT) 2. Dasar Hukum Kontraktual

3. Dasar Hukum Status Perseroan (Pasar Modal, PMA, BUMN) 4. Dasar Hukum Konsekuensi Spin 0ff

5. Dasar Hukum Pembidangan Usaha46

Yang menjadi dasar hukum utama bagi spin off perseroan adalah UUPT dan akuisisi, konsolidasi, dan spin off mulai dari Pasal 26, 62, 122, 123, 126, 127, 128, 129,132,133,135 dan 152. Dalam pemisahan perseroan dikenal 2(dua) macam pemisahan. Hal ini diatur dalam Pasal 135 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu ;

1. Pemisahan murni (absolute division)

Adalah pemisahan usaha perseroan terbatas yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2(dua) perseroan

46

(43)

atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya perseroan yang melakukan pemisahan menjadi berakhir karena hukum. Dalam pemisahan jenis ini yang menjadi ciri pokok perseroan, mengalihkan seluruh harta kekayaannya, sehingga akan berakibat perseroan harus berakhir demi hukum. 47

Perseroan melakukan pemisahan murni karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor antara lain adalah ;

a. Usaha kurang menguntungkan

Usaha yang kurang mendatangkan keuntungan menjadi faktor perseroan untuk menjual usaha tersebut. Biasanya hal ini dialami oleh perseroan yang mempunyai hanya satu usaha. Sudah dilakukan berbagai cara, tetapi tetap saja tidak dapat menghasilkan keuntungan. Sebuah perseroan tidak akan mempertahankan usaha yang terus merugi, dan tidak seimbang dengan besarnya pengeluaran biaya oprasi. Jika usaha itu permodalannya dibiayai oleh pihak ketiga kemudian menjadi macet pengembaliannya, dapat berakibat akan terjadi kepailitan apabila mempunyai utang lebih dari satu kreditur. b. Kurang mampu mengelola usaha

Faktor lain yang menjadikan perseroan melakukan pemisahan murni adalah karena kurang mampu mengelola usahanya. Perseroan tidak mungkin memiliki management yang tidak baik, tidak mempunyai tenaga yang cerdas, cekatan, dan terampil untuk mengurus usaha. Karena usaha tidak diurus secara profesional mengakibatkan usaha tidak dapat berjalan dengan lancar dan kurang menghasilkan keuntungan. Dengan usaha yang tidak

47

(44)

menguntungkan lebih baik dialihkan daripada dipertahankan karena akan mengakibatkan keuangan perseroan menjadi tidak sehat.

c. Perseroan hampir berakhir

Apabila perseroan sudah mendekati akhir, keputusan RUPS tidak akan memperpanjang jangka waktu pendirian perseroan, sedangkan usaha masih berjalan dengan keuntungan yang biasa-biasa saja. Dengan pertimbangan perseroan akan bubar karena jangka waktunya telah habis dan harus menempuh proses likuidasi, lebih baik perseroan berakhir lebih cepat dari waktunya dan tanpa perlu melakukan likuidasi karena kewajiban terhadap pihak ketiga menjadi tanggung dan perseroan yang menerima pemisahan usaha.48

2. Pemisahan tidak murni (Spin off)

Pemisahan tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1(satu) perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada. Dalam pemisahan ini tidak sampai mengakibatkan perseroan yang melakukan pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaan yang dialihkan hanya sebagian saja. Perseroan tersebut masih mempunyai harta kekayaan sehingga masih dapat menjalankan usaha, berbeda dengan pemisahan murni yang berakibat perseroan yang melakukan pemisahan menjadi bubar karena harta kekayaannya dialihkan seluruhnya.49

48

Bahari Adib, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas dan Penerapan Dalam Akta Notaris, Loc.cit., hlm.66.

49

(45)

Pada Spin off penerima pengalihan minimal satu perseroan, sedangkan untuk pemisahan umum sedikitnya dua perseroan, sedangkan untuk pemisahan murni sedikitnya dua perseroan sebagai penerima pengalihan harta kekayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Siswa Kelas IV MI

Pengurusan Kurikulum – Unit Pemulihan Khas 2016 (Literasi dan Numerasi) Masih terdapat murid Tahun 2 dan 3 yang belum menguas ai kemahira n asas literasi Memastikan

Gambaran Umum Sampel Berdasarkan Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Padi Sawah Sebelum dan Saat Perubahan Iklim ... Gambaran Umum Sampel

 Product development team  Manufacturabililty and

Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumenep, maka peneliti membuat beberapa kesimpulan, sebagai

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI, REPRESENTASI DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI FORMULATE-SHARE- LISTEN-CREATE

Spektrum ultralembayung adalah suatu gambaran antara panjang gelombang atau frekuensi radiasi terhadap intensitas absorbsi (transmisi = T), absorbs (A), yang

Tujuan obyektif yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah merancang dan membuat sebuah aplikasi RFID sebagai penunjang sistem keamanan parkir berbasis