• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Intervensi Koroner Perkutan Elektif Dalam Perbaikan Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat Intervensi Koroner Perkutan Elektif Dalam Perbaikan Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Jantung

Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi yang disebut diastol dan periode

kontraksi yang disebut sistol. Diastol merupakan bagian dari siklus jantung

dimana fase ini dimulai saat penutupan katup semilunar (saat tekanan ventrikel

kiri menurun di bawah tekanan aorta) sampai penutupan dari katup

atrioventrikular (Galderisi, 2010; Anderson, 2000). Aliran darah koroner terutama

berlangsung selama fase diastol. Aliran maksimal terjadi pada sepertiga awal fase

tersebut, kemudian berkurang seiring dengan peningkatan tekanan akhir diastol.

Hanya sekitar 20% aliran darah koroner berlangsung saat sistol (Sibuea dkk,

1998). Diastol dapat dibagi dalam empat fase yaitu (Galderisi, 2010):

1. Relaksasi isovolumetrik : fase antara akhir ejeksi sistolik (penutupan katup

aorta) hingga pembukaan katup mitral. Pada fase ini tekanan ventrikel kiri

mengalami penurunan drastis namun volumenya tetap konstan. Fase ini

merupakan relaksasi ventrikel kiri aktif serta merupakan kontribusi dari recoil

elastis serabut yang telah berkontraksi.

2. Fase pengisian cepat ventrikel kiri : dimulai saat tekanan ventrikel kiri lebih

rendah dari tekanan atrium kiri dan pembukaan katup mitral. Pada fase ini

aliran darah mengalami akselerasi mencapai kecepatan maksimal yang

berhubungan langsung dengan besarnya tekanan atrioventrikular dan akan

berhenti saat tidak ada gradien lagi. Periode ini menggambarkan interaksi

yang kompleks antara left ventricular suction (relaksasi aktif) dan sifat

viskoelastisitas miokardium (compliance).

3. Diastasis : adalah fase pada saat tekanan di atrium kiri dan ventrikel kiri

hampir sama. Pengisian ventrikel kiri dipertahankan oleh aliran yang datang

dari vena pumonalis, sehingga atrium kiri menjadi konduit yang pasif dengan

(2)

4. Sistol atrium : merupakan fase dari kontraksi atrium kiri hingga penutupan

katup mitral. Fase ini terutama dipengaruhi oleh compliance ventrikel kiri

tetapi juga tergantung dari resistensi perikardial, kekuatan atrium, dan

atrium-ventricular synchronicity (secara elektrokardiogram dilihat pada PR interval).

Gambar 2.1 Siklus jantung serta fase-fase pengisian ventrikel dan kurva

perubahan tekanan serta elektrokardiogram. (Gutierez dkk, 2004).

2.2 Definisi Disfungsi Diastolik

Fungsi diastolik normal adalah kemampuan ventrikel kiri mengisi saat

istirahat dan latihan tanpa disertai dengan peningkatan yang abnormal pada

tekanan diastolik (Oh dkk, 2006). Sehingga disfungsi diastolik ventrikel kiri

didefinisikan sebagai ketidakmampuan ventrikel kiri mengisi volume ke ventrikel

(3)

diperlukan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri atau peningkatan

tekanan rata-rata atrium kiri (Anderson, 2000).

2.3 Patofisiologi Disfungsi Diastolik

Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri merupakan patofisiologi

utama pada disfungsi diastolik. Hal ini ditentukan oleh kondisi pengisian dan

kondisi pasif dari dinding ventrikel kiri. Selain itu relaksasi ventrikel kiri yang

tidak komplit serta perubahan tonus diastol dari miokard juga turut berpengaruh.

Morfologi dan fungsi utama yang berhubungan dengan disfungsi diastolik adalah

geometrik konsentris ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, dan hipertensi

pulmonal (Galderisi, 2010)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Diastolik

Diastol merupakan proses kembalinya jantung ke status relaksasi dan

waktu untuk perfusi ke tingkat miokard (Gutierrez dkk, 2004). Fungsi diastolik

mempunyai dua proses utama yaitu relaksasi aktif dari ventrikel dan proses pasif

dari compliance atau kekakuan ventrikel kiri (Anderson, 2000). Proses kompleks

diastol dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: adanya iskemik, frekuensi denyut

jantung, kecepatan relaksasi, compliance ventrikel kiri (elastic recoil dan

stiffness), pengisian ventrikel kiri, compliance atrium kiri, gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan segmental wall coordination of the heart muscle (Ario,

2008; Gutierrez dkk, 2004).

Fungsi diastolik ditentukan oleh elastisitas pasif ventrikel kiri dan proses

relaksasi aktif. Kelainan elastisitas pasif secara umum disebabkan oleh kombinasi

dari peningkatan masa miokard dan perubahan jaringan kolagen ekstramiokard.

Efek penurunan relaksasi miokard aktif dapat menambah kekakuan ventrikel.

Sebagai hasilnya kurva tekanan diastolik ventrikel kiri terhadap volume akan

bergeser ke kiri atas, terjadi penurunan compliance serta perubahan waktu

pengisian dan terjadi peningkatan tekanan diastolik (Aurigemma dkk, 2004).

Relaksasi ventrikel kiri merupakan proses aktif dan bersifat energy

(4)

sampai fase relaksasi isovolumetrik dan pengisian cepat (Desai dkk, 2007).

Kegagalan mekanisme pengambilan kembali ion kalsium saat kontraksi

mengakibatkan perlambatan dari relaksasi atau ketidakmampuan konsentrasi

kalsium sitosol kembali ke level diastolik yang normal (Oh dkk, 2006). Pada

jantung normal, katekolamin akan menginduksi relaksasi selama latihan sehingga

menurunkan tekanan ventrikel kiri saat awal diastolik. Hal ini meningkatkan

perbedaan tekanan atrium kiri dan ventrikel kiri tanpa meningkatkan tekanan

atrium kiri dan meningkatkan pengisian selama latihan tanpa membutuhkan

peninggian tekanan atrium kiri (Redfield , 2008).

Faktor penentu pengisian ventrikel kiri meliputi proses aktif penggunaan

energi (energy compsumtion), kekenyalan ruang (chamber compliance), kekakuan

jaringan (tissue stiffness), interaksi antar ventrikel, dan kerentanan perikard

(pericardial restraint) (Oemar, 2005). Banyak faktor yang mempengaruhi

relaksasi isovolumetrik termasuk internal loading forces (cardiac fiber), external

loading states (arterial impedence), dan pengurangan kontraktilitas miokard (metabolik, neurohormonal, atau farmakologis) (Desai dkk, 2007).

2.5 Sirkulasi Kolateral pada PJK

Pembuluh darah anastomosis dikenal dengan pembuluh darah kolateral

menghubungkan dua arteri yang lebih besar atau segmen yang berbeda dari arteri

yang sama (Koerselman dkk, 2003). Pertumbuhan arteri kolateral dimediasi oleh

arteriogenesis. Secara anatomi, arteri kolateral dapat epikardial atau

intramiokardial dan berfungsi sebagai saluran kontralateral atau ipsilateral. Aliran

drah miokard merupakan hasil dari koroner epikardial dan alirah arteri kolateral

(Berry dkk, 2007).

Proses iskemik diyakini sebagai stimulus pertumbuhan kolateral, walaupun

belum ada penelitian yang menunjukan secara langsung peran proses iskemik

dalam menginduksi pertumbuhan kolateral. Faktor-faktor klinis yang

mempengaruhi kolateral pada PJK adalah keparahan stenosis arteri, durasi angina

(5)

Angiografi koroner merupakan pemeriksaan biasa untuk mengidentifikasi

arteri koroner kolateral (Berry dkk, 2007; Meier dkk, 2013). Pemeriksaan

semikuantitatif adalah dengan klasifikasi Rentrop yang membagi 4 nilai yaitu

(Rentrop dkk, 1985; Berry dkk, 2007): • Nilai 0 : tidak ada kolateral

• Nilai 1 : kolateral terlihat samar-samar mengisi cabang tetapi tidak ada pengisian ke distal arteri yang stenosis (kulprit arteri).

• Nilai 2 : kolateral mengisi sebagian cabang dari arteri yang stenosis. • Nilai 3 : kolateral mengisi semua bagian dari arteri yang stenosis.

Sensitivitas organ pada episode iskemik merupakan hal yang penting

dimana salah satunya adalah adanya sirkulasi kolateral. Organ akan kurang

sensitif pada episode iskemik bila dialiri dengan aliran darah yang cukup oleh

pembuluh darah kolateral yang baik. Adanya kolateral koroner dapat melindungi

jantung dan mencegah kejadian iskemik pada jantung (Koerselman dkk,2003).

Pasien PJK dengan angina pektoris stabil memiliki kolateral yang bagus

menjalani IKP elektif mempunyai resiko rendah akan terjadinya iskemik miokard

dibandingkan dengan kolateral yang buruk (Seiler dkk, 2002).

Mekanisme tepat dalam mengambarkan peranan protektif kolateral belum

jelas. Seperti kita ketahui, iskemik akut miokard dapat memperpanjang interval

QT, sehingga pasien PJK memiliki resiko aritmia yang fatal. Sirkulasi kolateral

dapat mengurangi pemanjangan interval QT saat oklusi dan dapat mengurangi

resiko mortalitas pada pasien dengan sirkulasi kolateral yang baik (Meier dkk,

2010).

2.6 Hubungan PJK dan Disfungsi Diastolik

Disfungsi diastol dijumpai pada 90 % pasien dengan PJK. Manifestasinya

berbeda pada setiap pasien karena beberapa keadaan (Oemar, 2005) :

1. Pasien dengan iskemik yang diinduksi oleh aktivitas fisik tetapi memiliki

fungsi normal saat istirahat.

2. Pasien dengan stunning dan hibernasi miokard.

(6)

Pada kaskade iskemik, disfungsi diastolik ventrikel kiri merupakan

kejadian yang penting. Fungsi diastolik ventrikel kiri merupakan prediktor utama

prognosis jangka pendek dan jangka panjang pada pasien PJK. Gerakan dinding

diastolik regional (regional diastolic wall motion) terganggu pada segmen

iskemik miokardial meskipun kontraksi sistolik masih relatif bagus. Gangguan

diastolik didapati pada relaksasi dan pengisian ventrikel kiri, dan hal ini

merupakan tanda paling awal dari adanya iskemik miokard (Bonow dkk, 1982).

Relaksasi ventrikel melibatkan transport aktif ion kalsium pada retikulum

endoplasma yang menyebabkan disosiasi ikatan aktin-miosin. Hipoksia

menghambat proses disosiasi dengan mengubah keseimbangan rasio ATP menjadi

ADP dan menyebabkan disfungsi diastolik (Gutierrez dkk, 2004).

Iskemik miokard pada ventrikel kiri dapat menyebabkan gangguan relaksasi

regional pada miokard. Relaksasi regional pada miokard yang melambat dan

asinkroni gerakan segmental dinding ventrikel kiri saat diastolik awal akan

menurunkan gradien tekanan atrioventrikular. Hal ini menyebabkan penurunan

fase pengisian awal diastol pada pasien PJK (Tanaka dkk, 2006).

Pada PJK terjadi penurunan rasio E/A dan pemanjangan waktu relaksasi

isovolumik (Sibuea dkk, 1998). Deceleration time (DT) memanjang oleh karena

relaksasi yamg melambat dengan pengosongan atrium kiri yang tidak selesai,

sehingga membuat kontraksi atrium kiri meningkat (gelombang A meningkat) dan

membuat pengisian ventrikel kiri meningkat (Oh dkk, 2006). Pasien dengan

stunning dan hibernasi miokard biasanya memperlihatkan kelainan disfungsi diastol berupa gangguan relaksasi, kelainan pengisian, dan perubahan elastisitas.

Pada infark dengan fungsi sistol yang baik, gambaran gangguan relaksasi sering

menetap. Pada infark yang luas dan adanya disfungsi sistolik ventrikel kiri,

gambaran pseudonormal dengan gelombang E yang tinggi dan gelombang A

rendah sebagai hasil kombinasi pengurangan compliance, tingginya LVEDP, dan

pergeseran kurva diastol tekanan-volume (peningkatan volume sistol akhir) dapat

terlihat (Desai dkk, 2007).

Relaksasi miokard ventrikel kiri pada segmen iskemik berbeda dengan

segmen noniskemik saat istirahat. Mekanisme gangguan relaksasi miokard

(7)

atau sisa manifestasi dari iskemik akut sebelumnya, atau stunning dari miokard

(Reduto dkk, 1981; Bonow dkk, 1981).

Perubahan-perubahan ini bergantung pada luas dan lamanya iskemik

(Oemar, 2005). Dengan reperfusi yang sukses dan kerusakan miokard yang

sedikit, pengisian diastol ventrikel kiri kembali normal.

2.7 Faktor-Faktor Klinis Sebagai Penyebab Disfungsi Diastolik 2.7.1 Hipertensi

Hipertensi kronis merupakan penyebab utama disfungsi diastolik dan gagal

jantung. Hipertensi kronis menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan

meningkatkan ketebalan jaringan ikat. Kedua hal ini menurunkan compliance

jantung. Hipertrofi ventrikel memiliki kaitan dengan hubungan tekanan-volume

dimana peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri menimbulkan

peningkatan tekanan pada akhir diastolik ventrikel kiri (Gutierrez dkk, 2004).

Mekanisme intrinsik proses hipertrofi dapat diterangkan melalui proses

interaksi hormonal pada tingkat selular. Karena jantung adalah organ aktif

endokrin, rangsangan lokal pada sistem renin-angiotensin dengan peningkatan

pelepasan angiotensin II dan aldosteron dapat mempengaruhi hipertrofi dan

matriks ekstraselular. Faktor-faktor ini meningkatkan pertumbuhan sel dan

produksi kolagen sehingga meningkatkan jumlah massa miokard (hipertrofi

selular) yang berperan penting dalam timbulnya perubahan struktur. Sebagai

akibatnya adalah peningkatan kekakuan mikard dan penurunan pengisian diastol.

Terjadi relaksasi abnormal atau kombinasi relaksasi abnormal dan perubahan

elastisitas miokard yang dapat mengakibatkan kegagalan pengisian ventrikel kiri

dan akhirnya terjadi disfungsi diastolik (Oemar, 2005)

2.7.2 Denyut jantung

Frekuensi denyut jantung menentukan waktu yang diperlukan untuk

pengisian diastolik, perfusi koroner dan relaksasi ventrikel. Takikardi

mempengaruhi fungsi diastolik dengan berbagai cara. Salah satunya adalah

(8)

menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen dan menyebabkan

relaksasi yang tidak sempurna sebagai akibat dari kekakuan jantung yang tidak

dapat meningkatkan kecepatan relaksasi selama peningkatan denyut jantung

(Gutierrez dkk, 2004)

2.7.3 Diabetes melitus

Diabetes melitus menyebabkan perubahan struktur miokardium dan

fungsinya. Perubahan struktur berupa hipertrofi miokard, peningkatan matrik

ekstraseluler (fibrosis), mikroangiopati, abnormalitas dari transpor kalsium

(Cosson dkk, 2003; Redfield, 2008). Perubahan fungsi mencerminkan suatu

rangkaian berupa disfungsi miokard yang endotel independen dan endotel

dependen, gangguan relaksasi, serta peningkatan kekakuan diastolik dan disfungsi

kontraktil (Redfield, 2008).

2.7.4 Usia

Disfungsi diastolik lebih sering pada usia tua, sebagian besar karena

peningkatan jumlah kolagen, peningkatan isi otot polos, dan hilangnya jaringan

elastis. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan berkurangnya compliance

ventrikel (Gutierrez dkk, 2004).

2.8 Dampak IKP Terhadap Disfungsi Diastolik

IKP merupakan prosedur revaskularisasi yang umum dilakukan pada

pasien dengan PJK stabil. Revaskularisasi bermanfaat secara patofisiologi dalam

meningkatkan fungsi dari miokard yang viable (Sattarzadeh dkk, 2010; Nozari

dkk, 2012)

Satu studi menunjukkan bahwa dalam 48 jam paska tindakan implantasi

stent (elektif IKP) terbukti memberikan perbaikan beberapa parameter fungsi

diastolik. Implantasi stent secara signifikan akan meningkatkan diameter arteri

koroner dan hal ini berdampak pada penurunan proses iskemik (Schannwell dkk,

2000). Perbaikan fungsi diastolik yang terjadi merupakan penanda yang sensitif

namun bersifat non invasif terhadap perbaikan perfusi miokard. Perbaikan perfusi

(9)

Pengisian diastolik ventrikel kiri yang membaik setelah IKP

menggambarkan pengurangan atau eliminasi pada iskemik miokard yang

reversibel. Pengisian diastolik ventrikel kiri yang membaik secara bertahap

setelah intervensi koroner perkutan, dapat direfleksikan sebagai fenomena

‘stunning ‘ miokard paska iskemik (Mandal dkk, 2012).

2.9 Standar Pengukuran Fungsi Diastolik

Fungsi diastolik ventrikel kiri merupakan hal yang kompleks dan

tergantung pada beberapa faktor di antaranya usia, preload, afterload, irama

jantung dan kelainan lainnya yang menyertai (seperti penyakit mitral). Penilaian

fungsi diastolik dengan menggunakan ekokardiografi dapat dilakukan dengan

beberapa parameter yaitu (Ario, 2008):

1. Penilaian doppler di mitral inflow

2. Manuver valsava

3. Aliran vena pulmonalis

4. M Mode Mitral propagation velocity

5. Tissue doppler imaging (TDI)

6. Volume atrium kiri (left atrium/ LA)

2.9.1 Penilaian Doppler di mitral inflow

Penilaian aliran darah ke ventrikel kiri melalui katup mitral adalah

penilaian awal untuk fungsi diastolik yang paling mudah dikerjakan. Cara

pemeriksaan ini adalah dengan meletakkan sampel volume pada Doppler

pulsewave (PW Doppler) tepat di ujung katup mitral saat diastolik. Penilaian fungsi diastolik dengan doppler ekokardiografi merupakan produk relaksasi

atrium, ventrikel, kontraksi dan compliance serta pengisian.

Pada saat dimulainya fase diastol terjadi waktu relaksasi isovolumetrik

(IVRT) pada saat katup aorta menutup dan katup mitral mulai terbuka. Saat mitral

dan trikuspid terbuka terjadi aliran darah ke ventrikel yang akan meningkat

kecepatannya mencapai puncak kecepatan pada fase pengisian awal (Gelombang

E). Kemudian terjadi perlambatan dengan laju yang dapat diukur secara doppler

(10)

fase pengisian lambat tampak sebagai gelombang dapat dilihat pada Gambar 2.2

(Ario, 2008).

Gambar 2.2. Gambaran pola aliran darah melalui mitral yang terlihat dengan

menggunakan Doppler PW (Ario, 2008)

Fungsi diastolik yang normal ditunjukkan dengan gambaran gelombang E

(pengisian awal) yang lebih dominan dari pada gelombang A. Pada gangguan

fungsi diastolik awal (gangguan relaksasi) nampak gambaran gelombang E yang

lebih kecil dari pada gelombang A. Gangguan relaksasi ini berakibat pada

pemanjangan IVRT dan DT.

Dengan progresifitas penyakit, compliance ventrikel kiri menurun dan

tekanan pengisian menjadi meningkat. Hal ini merupakan kompensasi dari

peningkatan tekanan atrium kiri dengan meningkatkan pengisian awal meskipun

relaksasi terganggu sehingga pola pengisian tampak seperti normal

(pseudonormal) dengan E/A > 1. Walaupun demikian tetap menunjukkan

abnormalitas relaksasi dan abnormalitas compliance dan dibedakan dari pengisian

(11)

Bentuk kurva kecepatan aliran mitral dipengaruhi oleh pengisian ventrikel

kiri. Bentuk aliran yang berbeda dapat diamati dalam hitungan jam sampai hari

pada orang yang sama, tergantung dari preload atau afterload ventrikel kiri.

Peningkatan preload meningkatkan tekanan pada pembukaan katup mitral.

Compliance efektif dari ventrikel kiri menurun dengan dua alasan. Pertama, kurva linier pada hubungan volume diastol dan pergeseran pada kurva

tekanan-volume ke kanan disebabkan tekanan-volume ventrikel yang membesar sehingga

mengakibatkan peningkatan yang lebih tinggi dari tekanan per unit volume selama

diastol. Kedua, bila volume ventrikel kiri meningkat, terjadi pembatasan oleh

perikardial yang mengakibatkan pergeseran kurva volume-tekanan diastol ke atas

dan ke kiri. Jadi peningkatan preload akan meningkatkan kecepatan E dan

pemendekan waktu deselerasi. Sebaliknya penurunan preload menurunkan

kecepatan E dan memanjangkan waktu deselerasi. Peninggian afterload akan

memperpanjang kecepatan relaksasi ventrikel kiri sehingga menurunkan

kecepatan E dan memperpanjang waktu deselerasi (Mottram dkk, 2005).

Keterbatasan teknik pemeriksaan ini adalah sulitnya membedakan

gangguan diastolik pseudonormal dengan fungsi diastolik normal, sehingga

diperlukan parameter lain untuk membedakannya. Kondisi takikardia, gangguan

sistem konduksi atrial flutter, dapat menyebabkan perubahan pola aliran Doppler.

Pada irama sinus takikardia dapat terlihat gambaran fusi kedua gelombang E dan

A. Pada atrial flutter tidak terlihat gelombang E, rasio E/A dan DT (Ario, 2008).

2.9.2 Manuver valsava

Manuver valsava dilakukan dengan melakukan ekspirasi yang kuat (sekitar

40 mmHg) dengan menutup mulut dan hidung. Manuver ini menghasilkan

komplek empat fase hemodinamik (Oh dkk, 2006; Nagueh dkk, 2009). Preload

ventrikel kiri menurun selama fase II dan perubahan mitral inflow diobservasi

untuk membedakan kondisi normal maupun pseudonormal. Pada kondisi

pseudonormal, dengan melakukan manuver ini akan tampak penurunan

gelombang E dan pemanjangan DT sedangkan gelombang A tetap atau meningkat

sehingga rasio E/A menurun. Pada kondisi normal maka penurunan preload akan

(12)

2.9.3 Aliran vena pulmonal

Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan sampel volume tepat > 0,5

cm ke dalam muara vena pulmonal. Muara vena pulmonal dapat terlihat pada

posisi apikal ventrikel kiri dengan menggunakan bantuan color flow imaging

untuk mendeteksi aliran darah dari pulmonal (Ario, 2008).

2.9.4 Color M-mode flow propagation velocity (CMFPV)

Pencitraan gambaran M mode pada aliran mitral dapat dipergunakan untuk

menilai fungsi diastolik. Metode ini dilakukan dengan meletakkan garis M mode

tepat pada pertengahan mitral inflow yang didapatkan pada pandangan apikal.

Bersamaan dengan menyalakan fungsi colour flow doppler, dengan nilai Nyquist

limit diturunkan sampai kecepatan tertinggi di sentral aliran tersebut berwarna biru.

Nilai propagation velocity (Vp) diukur dari bidang pembukaan katup

mitral sampai dengan 4 cm distal ke arah ventrikel kiri. Nilai Vp>50cm/s

dikategorikan normal atau semakin lambat kecepatan slope aliran mitral apikal

maka dapat dikatakan disfungsi diastolik. Propagation velocity dapat digunakan

untuk memprediksi tekanan pengisian ventrikel kiri dan nilai E/Vp > 2,5

berkorelasi dengan PCWP > 15 mmHg (Ario, 2008; Motrram dkk, 2005; Nagueh

dkk, 2009)

2.9.5 Tissue Doppler Imaging ( TDI ) pada annulus katup mitral

Pulse wave TDI dilakukan pada posisi apikal untuk menganalisa kecepatan perubahan annulus mitral. Sampel volume diletakkan pada atau 1 cm dari insersi

katup mitral di sisi lateral atau septal (Ario, 2008)

Kecepatan (velocity) miokard tergambar dalam tiga profil gelombang yang

berbeda, yaitu (Anderson, 2005) ;

1. Kecepatan sistolik miokard (Sm)

2. Kecepatan awal diastolik miokard (Em)

3. Kecepatan akhir diastolik miokard (Am).

Secara praktis, gambaran TDI annulus mitral pada orang normal adalah e’

(13)

metode ini tidak tergantung pada pengisian ventrikel. Penilaian hemodinamik

kecepatan e’ meliputi relaksasi ventrikel kiri, preload, fungsi sistolik, dan

ventrikel kiri. Tekanan pengisian (preload) ventrikel kiri mempunyai efek

minimal terhadap e’, sehingga kecepatan e’ dapat digunakan untuk mengkoreksi

kecepatan E (mitral inflow) dan rasio E/e’ dapat dipergunakan untuk penilaian

tekanan pengisian ventrikel. Nilai E/e’ < 8 dikategorikan normal, E/e’ > 15

dikorelasikan dengan peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. Sedangkan nilai

8-15 menunjukkan perlunya parameter lain untuk mendapatkan kesimpulan pasti

(Ario, 2008).

Gambar 2.3. Pola pencitraan TDI. (Ho CY, 2007)

2.9.6 Volume atrium kiri

Pengukuran volume atrium kiri mudah dikerjakan dengan menggunakan

pandangan four chamber dan two chamber. Terdapat hubungan antara

remodelling atrium kiri dan temuan ekokardiografi pada fungsi diastolik. Volume atrium kiri merefleksikan efek kumulatif tekanan pengisian dalam periode waktu

(14)

prediktor independen terhadap kematian, gagal jantung, fibrilasi atrium, dan

stroke iskemik (Ario, 2008).

2.10 Klasifikasi Disfungsi Diastolik

Disfungsi diastolik mempunyai derajat klasifikasi sebagai berikut

(Anderson 2000; Oemar, 2005; Oh dkk, 2006) :

1. Derajat 1 : gangguan relaksasi, dominan gelombang A mitral, dengan

peningkatan tekanan pengisian.

2. Derajat 2 : pseudonormalisasi mitral, tekanan atrium kiri meningkat.

3. Derajat 3 : kurva restriktif (reversibel), gelombang E mitral dominan, tekanan

pengisian meningkat.

4. Derajat 4 : gangguan compliance berat, kurva restriktif (ireversibel).

(15)
(16)

2.11 Kerangka Teori

Schannwell dkk, 2003 Tanaka dkk, 2006

Hipertrofi ventrikel kiri

PJK Usia Kardiomiopati

Gangguan relaksasi

Compliance

berkurang Fungsi diastolik ventrikel kiri

Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri

Disfungsi diastolik ventrikel kiri

Intervensi koroner perkutan

Perbaikan fungsi diastolik ventrikel kiri Area iskemik

miokardium

Coronary flow

reserve

(17)

2.12 Kerangka Konseptual

Pasien PJK dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri

IKP elektif

Perbaikan parameter disfungsi diastolik ventrikel kiri:

- DT

- IVRT

- Mitral E velocity - Mitral A velocity - Rasio E/A - E prime - A prime - Rasio E/E’

Obat-obatan Faktor risiko PJK

Gambar

Gambar 2.1 Siklus jantung serta fase-fase pengisian ventrikel dan kurva
Gambar 2.2. Gambaran pola aliran darah melalui mitral yang terlihat dengan
Gambar 2.3. Pola pencitraan TDI. (Ho CY, 2007)
Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Disfungsi Diastolik (Anderson B, 2000)

Referensi

Dokumen terkait

Urutan berikutnya bunyi b digeser di awal lagu dan bunyi pl menjadi di akhir lagu sehingga menjadi (dibaca ndang ndang tak pulung ) Sebagai urutan yang terakhir bunyi b

Dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX aplikasi menggabungkan elemen-elemen multimedia seperti gambar, teks, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang mudah digunakan

[r]

pelayanan harus mengutamakan mutu pelayanan yang diberikan, sesuai dengan undang-undang nomor 44 tahun 2009 pasal 32(d) tentang Rumah Sakit dimana pasien mempunyai hak

Penelitian terdahulu yang dilakukan Rahayu kariadinata, 2007 dalam Desain dan pengembangan perangkat lunak (software) pembelajaran matematika berbasis

Sering dengan itu, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memahami dan menguasai kompetensi terhadap ilmu pengetahuan wawasan yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas

1. Alasan para malaikat mempertanyakan kepada Allah SWT tentang penciptaan manusia menurut Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30

Halaman 6 Dari 15 Halaman PUTUSAN NOMOR 369/PID.SUS/2016/PT MDN Febrizal Harahap, saksi Suparno, dan saksi Hendra dan sepeda motor tersebut jatuh kemudian FITRA berhasil