• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504168795BAB 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504168795BAB 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kota"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

ASPEK KELEMBA GA AN KO TA TEG AL

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang

optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM

Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan

sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang

ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi

melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari

kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,

penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu

kesatuan.

6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan

peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan

kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah

organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah

adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran

organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor

kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas

yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi

geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan

urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena

itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak

(2)

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk

melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini

dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang

wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM bidang

Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan

Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,

Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling

banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing- masing

bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1

(3)

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan

kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan

kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia

aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem

perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya

untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti

perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di

berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan

instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap

dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP,

mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan

akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30

Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi

Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi

birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan

secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.

Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur

dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi

pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga)

pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari

sembilan program, yaitu:

1) Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi

(4)

2) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan

Pemda;

3) Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan

fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata

laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4) Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan

fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen

pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6) Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP);

7) Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan

Indikator Kinerja Utama (IKU);

8) Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit

kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh

proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.

Presiden menginstruksi- kan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai

dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai

menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu

diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk

memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang

(5)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang

menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang

ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari

beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya

untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam

koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang

baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat

daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah

Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi

ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan

minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan

tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta

Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,

persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam

menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan

(6)

diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja.

Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan

perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan

pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan

peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya

untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan

pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang

definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan

dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan

Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

6.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan

Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah

struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

a. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Tegal

Visi BP4D Kota Tegal yaitu terwujudnya produk perencanaan yang mendorong

pelaksanaan pembangunan daerah yang demokratis, terarah, professional, dan berintegrasi.

Visi ini diikuti dengan 5 misi yaitu:

1) Menyusun rencana pembangunan jangka panjang, menengah, dan pendek secara

demokratis dan adil.

2) Meningkatkan keserasian rencana pembangunan daerah lintas sektoral, lintas

wilayah dan lalu lintas kerja melalui kerja sama satuan kerja didukung oleh partisipasi

masyarakat.

3) Meningkatkan kapasitas institusi perencanaan pembangunan daerah dalam rangka

mewujudkan institusi perencanaan pembangunan daerah yang kredibel.

4) Mengumpulkan, mengolah, menyajikan serta mendokumentasikan data pembangunan

daerah secara tepat, cepat dan akurat.

5) Melaksanakan penelitian dan pengembangan pembangunan daerah untuk

meningkatkan pendapatan dan kemanidirian daerah dengan tetap memperhatikan

(7)

Berikut susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) BP4D Kota

Tegal.

Gambar 6.2

Struktur Organisasi BP4D Kota Tegal

b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal

Penanganan prasarana dan sarana bidang keciptakaryaan yang meliputi Penataan

Bangunan dan Lingkungan, Bidang Air Limbah dan Air Minum serta Drainase di Kota Tegal

dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kota Tegal.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mempunyai tugas pokok membantu

Walikota dalam menyelenggarakan urusan bidang pekerjaan umum berdasarkan asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang bina marga, cipta karya, pengairan dan penataan

ruang;

(8)

ruang;

3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bina marga, cipta

karya, pengairan dan penataan ruang;

4. Pembinaan dan fasilitasi bidang bina marga, cipta karya, pengairan dan penataan

ruang lingkup Kota Tegal;

5. Pelaksanaan tugas di bidang bina marga, cipta karya, pengairan dan penataan ruang;

6. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bina marga, cipta karya, pengairan dan penataan

ruang;

7. Pelaksanaan kesekretariatan dinas;

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsi.

Gambar 6.3

Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal

c. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Tegal

Penanganan prasarana dan sarana bidang keCiptakaryaan yang meliputi Bidang

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kota Tegal dilaksanakan oleh OPD Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Tegal.

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang perumahan dan permukiman, penataan KEPALA DPUPR

Kelompok Jabatan

Fungsional Sekretariat

Subbag. Program Subbag. Umum dan

Kepegawaian Subbag. Ekonomi

Bid. Bina Marga Bid. Cipta Karya Bid. Pengairan

(9)

ruang, dan pertamanan dan persampahan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas

pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Permukiman dan Tata Ruang

mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis perumahan, permukiman, dan pertamanan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perumahan,

permukiman, dan pertamanan;

3. pembinaan dan fasilitasi bidang perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta

pertamanan dan persampahan;

4. pelaksanaan tugas di bidang perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta

pertamanan dan persampahan;

5. pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang perumahan dan permukiman, penataan

ruang, serta pertamanan dan persampahan;

6. pelaksanaan kesekretariatan dinas;

7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsi.

Gambar 6.4

Struktur Organisasi Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal KEPALA DINAS

PERUMAHAN DAN KAW. PERMUKIMAN

Kelompok Jabatan

Fungsional Sekretariat

Subbag. Program Sub. Bag. Umum

dan Kepegawaian Sub. Bag. Keuangan

Bid. Perumahan dan Kaw. Permukiman

Seksi Perumahan

Seksi Kaw. Permukiman

Bid. Prasarana dan Sarana Umum

Seksi Prasarana, Sarana dan Utilitas

(10)

d. PDAM

Kelembagaan Non Pemerintah yang menangani bidang keCiptakaryaan di Kota Tegal

salah satunya adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PDAM. Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Kota Tegal didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Tegal

Nomor: 9 Tahun 1983 tanggal 16 Juli 1983. dengan visi yaitu “Menjadikan perusahaan yang lebih profesional melalui kinerja yang baik, pemuasan pelayanan kepada pelanggan serta menggali keuntungan guna peningkatan PAD”.

Sedangkan misi dalam mewujudkan visi tersebut adalah:

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas;

2. Menekan angka kehilangan air baik secara teknik maupun administrasi;

3. Berupaya menambah kapasitas air dengan melakukan koordinasi dengan daerah

sekitar;

4. Meningkatkan jangkauan pelayanan;

5. Mewujudkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan unsur pemerintah, badan

usaha dan masyarakat di Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan, termasuk Perusahaan

(11)

Gambar 6.5

Struktur Organisasi PDAM Kota Tegal

6.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah

satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi

yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah

dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan

beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karyakeorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya,

(12)

dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi.

Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar

bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja

lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan

kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar

perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam

Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya

menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu,

guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan

tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur

(SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam

melakukan tugasnya.

Tabel 6.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

1. BP4D Menyelenggarakan tugas-tugas di bidang prasarana

wilayah dan pengembangan wilayah dan lingkungan hidup, meliputi penetapan petunjuk pelaksanaan pembangunan perwilayahan, pelaksanaan pedoman dan standar pengembangan pembangunan perwilayahan dan perencanaan kelembagaan dan manajemen prasarana wilayah kecamatan/ kelurahan, penetapan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, pelaksanaan pedoman dan standar pelayanan perkotaan, pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pelayanan perkotaan, konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan

perkotaan, bimbingan, supervisi dan konsultasi

pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan di daerah kecamatan/ kelurahan, konsultasi pelayanan perkotaan, bimbingan, supervise dan konsultasi pelayanan perkotaan di kecamatan/ kelurahan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan.

Bid. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

2. DPUPR  Perumusan kebijakan teknis dan rencana program

kerja bidang Cipta Karya, Pengairan, dan Penataan Ruang

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan umum bidang Cipta Karya, Pengairan, dan Penataan Ruang

(13)

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

 Pembinaan dan fasilitasi bidang Cipta Karya,

Pengairan, dan Penataan Ruang;

 Pelaksanaan tugas, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan bidang Cipta Karya, Pengairan, dan Penataan Ruang

3. Dinas

Perumahan dan Kaw. Permukiman

 Perumusan kebijakan teknis bidang perumahan

dan permukiman, dan pertamanan;

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan umum bidang perumahan dan permukiman, dan pertamanan;

 Pembinaan dan fasilitasi bidang perumahan dan

permukiman, dan pertamanan;

 Pelaksanaan tugas, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan bidang perumahan dan permukiman, dan pertamanan;

Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Bidang Prasarana dan Sarana Umum

4. PDAM  Menangani bidang keciptakaryaan khususnya air

bersih di Kota Tegal yang meliputi penekanan angka kehilangan air, penambahan kapasitas air, dan perluasan jangkauan air bersih.

Bagian Teknik yang terdiri dari sub bagian Produksi, Transmisi dan Distribusi, Perencanaan, dan Bengkel Meter.

6.3 Analisis Permasalahan dan Kesimpulan 6.3.1 Permasalahan Kelembagaan

Beberapa permasalahan yang sering dihadapi antara lain;

1. Kualitas Sumber daya manusia masih terbatas

Masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari

aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola Bidang Cipta Karya di

Kota Tegal.

2. Rendahnya kuantitas sumber daya manusianya

Kurangnya kuantitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap pelaksanaan

pelayanan yang diberikan. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa terdapat

ketidaktepatan penempatan personil sesuai bidang dan tanggung jawabnya sehingga

kualitas kinerja tidak seperti yang diharapkan.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana kerja

Prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat

komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dll sehingga belum optimal dalam

pelaksanaan kerja survey, kendaraan operasional dll sehingga belum optimal dalam

(14)

4. Ketidakefektifan dan ketidakefisienan penggunaan anggaran

Hal ini tercermin dari besarnya belanja daerah yang melebihi pendapatan daerahnya

sehingga terjadi defisit. Belanja daerah terbesar berasal dari belanja gaji pegawai. Dilihat

dari tingkat ketersediaan dana, pengeluaran untuk pelayanan publik mengalami

penurunan yang terlihat dari perkembangan belanja publik. Sedangkan belanja aparatur

mengalami peningkatan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pelayanan dan penyediaan

barang publik ke masyarakat. Untuk perkembangan ke depan diharapkan belanja untuk

pelayanan publik semakin meningkat.

5. Rendahnya kemampuan dan kemandirian keuangan daerah

Keterbatasan keuangan daerah merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanan

pembangunan daerah di hampir seluruh Indonesia.

Sedangkan permasalahan pada PDAM dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 6.2

Permasalahan Aspek Manajemen PDAM Kota Tegal

No. Permasalahan Penyebab

1. Jumlah karyawan tidak sebanding dengan posisi

yang tersedia sehingga terjadi pembengkakan biaya pegawai.

Struktur organisasi terlalu ‘gemuk’.

2. Penempatan personil kurang merata dan

terkadang tidak sesuai antara latar belakang pendidikan dengan jabatan yang ditempati.

Belum ada format perencanaan untuk mengatur penempatan dan pengembangan karyawan.

3. Tidak ada perbedaan perlakuan antara

karyawan yang berprestasi dan yang kurang

berprestasi (reward & punishment).

Tidak ada standar penilaian kinerja

Karyawan sehingga kurang efektif memotivasi kerja karyawan.

4. Sistem pembacaan meter manual dapat

Mengakibatkan penyimpangan yang besar terhadap perhitungan kehilangan air.

Waktu pembacaan terlalu lama dan terkadang kurang akurat.

(15)

6.3.2 Kesimpulan Analisis Kelembagaan Daerah

Dari hasil analisis diketahui bahwa masih terdapat beberapa permasalahan

kelembagaan yang mengganggu kelancaran pelaksanaan pembangunan daerah dan

pelayanan publik serta penyediaan barang publik. Beberapa permasalahan tersebut antara

lain rendahnya kinerja, kuantitas, serta kurang efisien dalam penggunaan anggaran.

Hasil analisis kelembagaan Kota Tegal menunjukkan bahwa masih terdapat

beberapa permasalahan jika tidak disikapi serius akan menghambat lancarnya kegiatan

pemerintahan dan pembangunan Kota Tegal. Permasalahan utama yang berhasil

diidentifikasi adalah masih rendahnya motivasi kerja personil, ketidakefektifan dan

ketidakefisiennya penggunaan anggaran serta masih rendahnya kuantitas sumber daya

manusia yang tersedia sehingga mengganggu kelancaran pelayanan publik dan kelancaran

pelaksanaan pembangunan daerahnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka disusun konsep peningkatan

kualitas SDM dan etos kerjanya dalam setiap lembaga pemerintahan. Peningkatan kualitas

dan etos kerja diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja masing-masing personil antar

lembaga. Meningkatnya motivasi kerja akan mendorong peningkatan kinerja kelembagaan.

Lembaga dengan kinerja baik akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai

dengan fungsi dan perannya masing-masing. Bukan hanya sekedar susunan organisasi,

struktur organisasi dan kedudukan tetapi bagaimana mengoptimalkan pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab tersebut. Kinerja yang baik akan menciptakan pelayanan publik yang

berkualitas sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat sehingga penyediaan barang publik

dapat dimaksimalkan. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan etos

kerja personil dalam lembaga di Kota Tegal antara lain melalui 3 strategi, yaitu:

1. Peningkatan efektivitas kelembagaan

2. Penguatan kapasitas kelembagaan

3. Peningkatan SDM kelembagaan

Masing-masing kelembagaan strategi tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam

penentuan rencana tindak dalam bab berikutnya.

6.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah

Rencana pengembangan kelembagaan merupakan rencana tindak yang akan

dilakukan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan di Kota Tegal sehingga dapat terwujud

peningkatan kinerja kelembagaan yang dapat mendorong pada peningkatan dan penguatan

kelembagaan untuk menciptakan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan tuntutan

(16)

peningkatan efektivitas kelembagaan, penguatan kapasitas kelembagaan dan rencana tindak

peningkatan SDM. Masing-masing rencana tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

6.4.1 Rencana Peningkatan Efektivitas Kelembagaan

Rencana peningkatan efektivitas kelembagaan diperlukan untuk mewujudkan

kondisi kelembagaan Kota Tegal yang efektif dan efisien sesuai dengan tugas pokok, fungsi

dan perannya masing-masing. Ada beberapa usulan rencana yang dapat dilakukan untuk

mewujudkan efektivitas kelembagaan di Kota Tegal antara lain:

1. Penataan kembali kelembagaan dan ketatalaksanaannya

Penataan kembali kelembagaan dan ketatalaksanaannya dimaksudkan untuk menata

dan menyempurnakan sistem organisasi dan manajemen pemerintah Kota Tegal demi

tercapainya manajemen kelembagaan yang lebih profesional, efektif dan efisien.

2. Penataan kembali birokrasi di Kota Tegal (reformasi birokrasi).

Reformasi birokrasi disini dimaksudkan untuk mengembalikan seluruh jajaran birokrasi

dalam pemerintahan Kota Tegal kepada jalur tugas pokok dan fungsi sesuai kompetensi

yang dimilikinya.

6.4.2 Rencana Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Rencana penguatan kapasitas kelembagaan diperlukan untuk dalam rangka

mewujudkan pelayanan publik sesuai kebutuhan masyarakat. Beberapa rencana yang

berhasil disusun adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan public

Rencana peningkatan kualitas pelayanan publik ditujukan untuk mengembangkan

manajemen pelayanan publik yang berkualitas, transparan, akuntabel, mudah, cepat,

patut, dan adil kepada seluruh masyarakat dengan mengedepankan prinsip

kemudahan, kenyamanan, keramahan, kecepatan, dan berbiaya murah.

2. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan kekayaan daerah

Rencana peningkatan kualitas pengelolaan dan kekayaan daerah ditujukan untuk

mendorong pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah yang efektif, efisien, ekonomis,

transparan, bertanggungjawab, adil, sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan bermanfaat untuk masyarakat Kota Tegal. Pengelolaan keuangan dan

kekayaan daerah yang efektif, efisien serta bermanfaaat bagi masyarakat Kota Tegal

3. Merevisi dan menyempurnakan kebijakan atau produk hukum daerah

Revisi kebijakan atau produk hukum daerah ditujukan untuk memperbaiki tatanan

(17)

menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan lingkungan yang ada.

4. Peningkatan sarana prasarana aparatur

Rencana peningkatan sarana prasarana dimaksudkan untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan secara lebih efektif, efisien.

6.4.3 Rencana Tindakan Peningkatan SDM Kelembagaan

Rencana peningkatan SDM ditujukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan

tugas kelembagaan serta mendukung kelancaran pelayanan publik. Peningkatan SDM disini

bukan hanya peningkatan kuantitas tetapi juga peningkatan kualitas. Dengan adanya

peningkatan kuantitas dan kualitas masing- masing personil dalam lembaga di Kota Tegal

diharapkan kinerja dari masing- masing lembaga meningkat sejalan dengan

peningkatan kebutuhan akan pelayanan dan pembangunan masyarakat. Beberapa

rencana yang dapat digunakan dilakukan untuk meningkatkan SDM kelembagaan antara

lain:

 Peningkatan Sumber daya manusia dalam kelembagaan

Peningkatan ini dilakukan untuk memperlancar kegiatan kelembagaan sehingga

diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas SDM baru. Peningkatan kuantitas

dilakukan dengan menambah tenaga baru sedangkan peningkatan kualitas dapat

dilakukan dengan penyelenggaraan training atau pelatihan.

 Meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia paraturnya

Pengelolaan SDM aparatur ditujukan untuk mewujudkan aparatur pemerintah

maupun personil dalam setiap lembaga di Kota Tegal yang profesional, bersih, dan

berwibawa serta bebas dari KKN.

 Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas ditujukan untuk mewujudkan

pengembangan kelembagaan yang bersih dari praktek-praktek yang bertentangan

dengan peraturan perundangan, misalnya KKN. Rencana ini merupakan implementasi

dari pencegahan penyelahgunaan kewenangan dalam bentuk praktik KKN.

Sedangkan untuk PDAM Kota Tegal sumber daya manusia merupakan salah satu

aspek utama dalam menentukan baik buruknya kinerja suatu perusahaan. Sebagaimana

disebutkan pada bagian permasalahan manajemen, tindakan perbaikan yang diperlukan

adalah sebagai berikut:

a. Restrukturisasi organisasi,

(18)

c. Adanya perencanaan penempatan dan pengembangan karyawan sesuai dengan latar

belakang pendidikan dan kebutuhan jabatan yang akan ditempati

d. Adanya pembuatan sistem penilaian kinerja berbasis scorecard untuk setiap

jabatan.

6.5 Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi

6.5.1 Pemilihan Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM

Kedudukan, fungsi, tugas dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Tegal

Tahun 2016–2020 adalah sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan program/kegiatan

Bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Dokumen RPIJM ini

merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan yang telah disusun oleh

Pemerintah Kota Tegal selama ini dengan memperhatikan tugas, pokok dan fungsi dari

masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

6.5.2 Diagram Hubungan Antar Instansi

Dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Tegal Tahun 2016-2020 ini

melibatkan banyak instansi terkait, baik dari sisi perencanaan, keuangan, pengendalian

program/kegiatan dan pelaksanaan di lapangan. Dinas teknis/Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) yang menangani Bidang Cipta Karya di Kota Tegal adalah B P 4 D ,

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perumahan dan Kawasan

Permukiman, dan PDAM Kota Tegal

Gambar 6.6

Diagram Hubungan Antar Instansi dalam Pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Tegal

DPUPR dan Dinas Perumahan dan Kaw.

Permukiman

Bidang Cipta Karya BAPPEDA

PDAM - Musyawarah/Rembug

Desa/Kecamatan/Kota - Dokumen Perencanaan

yang telah disusun

- DPUPR, Disperkim - PDAM

- Masyarakat Pelaksanaan program/kegiatan disetujui

diusulkan

(19)

6.5.3 Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan

Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas

(capacity building) di bidang keCiptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang keCiptakaryaan tersebut. Peningkatan SDM dapat

melalui pendidikan formal maupun nonformal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus

teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang

profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu

didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme

aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana

(20)

Tabel 6.3

Indikasi Program Penyusunan RPIJM Kota Tegal

No. Sektor Kegiatan Program

JANGKA WAKTU

Perencanaan Hutang jangka panjang BP4D, Bakuda APBD

Penataan kembali kelembagaan dan ketatalaksanaannya

Setda, DPRD, BP4D APBD

reformasi birokrasi Setda, BP4D APBD

2. Rencana

Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Meningkatkan kualitas pelayanan publik Setda, BP4D APBD

Meningkatkan kualitas pengelolaan dan kekayaan daerah

Setda, BP4D, Bakuda APBD

Merevisi dan menyempurnakan kebijakan atau produk hukum daerah

Setda, DPRD, BP4D APBD

Peningkatan sarana prasarana aparatur

Setda, BP4D, Bakuda APBD

3. Rencana

Setda, BP4D, BKD, Disnakertrans APBD

Meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia aparaturnya

Setda, BP4D, BKD, Disnakertrans APBD

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Gambar

Gambar 6.1  Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
Gambar 6.2 Struktur Organisasi BP4D Kota Tegal
Gambar 6.3 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal
Gambar 6.4 Struktur Organisasi Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ada perbedaan yang sangat signifikan intensitas penggunaan SMS untuk berbincang-bincang (p = 0.000) dan perbedaan yang signifikan intensitas penggunaan SMS untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Gambaran minat bekerja di industri (2) Gambaran prestasi praktik kerja lapangan(PKL) dan (3) hubungan antara minat bekerja

path smoothing membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghubungkan node awal dengan node tujuan, tetapi jalur yang dihasilkan adalah jalur yang

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem informasi seleksi calon mahasiswa di Sekolah Tinggi Teknik Musi Palembang yang dapat mempermudah calon mahasiswa melakukan

 Enam dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada mengalami kenaikan indeks, yakni berturut turut: kelompok bahan makanan naik 0,23; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

 Dari sisi Penggunaan, perekonomian Jawa Timur yang tumbuh sebesar 3,08 persen pada triwulan I tahun 2010 terhadap triwulan IV tahun 2009 (q-to-q), lebih didukung oleh

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dimana sistem-sistem ini dapat melakukan pendeteksian suhu ruangan, pendeteksian asap,

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015) Dari Tabel di atas menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh dipengaruhi oleh investasi dan tenaga kerja sebesar 94