• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA PENELITIAN QUASY EXPERIMENT"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperwatan (S. Kep) Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Surabaya, 8 Desember 2017 Yang Menyatakan

Ahmad Asyroful Anam 131611123031

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Asyroful Anam

NIM : 131611123031

Program Studi : P endidikan Ners

Fakultas : Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non – eksklusif (Non exclusive Royalty Free Right)atas karya saya yang berjudul:

“Pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non – esklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Surabaya, 8 Desember 2017

yang menyatakan

Ahmad Asyroful Anam

(5)

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Oleh:

Ahmad Asyroful Anam NIM. 131611123031

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 8 Desember 2017

Oleh Pembimbing Ketua

Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep NIP. 198509112012122001

Pembimbing

Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep NIP. 198706032016113101

(6)

Dr.H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes NIP. 196808291989031002

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Oleh :

Ahmad Asyroful Anam NIM. 131611123031

Telah diuji

Pada tanggal, 12 Desember 2017

PANITIA PENGUJI

Ketua : Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep ………. NIP. 197606162014092006

Anggota :

1. Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep ………. NIP. 198509112012122001

2. Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep ………. NIP. 197803162008122002

Mengetahui a.n Dekan Wakil Dekan 1

Dr. H.Kusnanto, S.Kp.,M.Kes. NIP.196808291989031002

SKRIPSI

(7)

MOTTO

Hidup Mulia atau Mati Sahid”

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah dan limpahan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Psychoreligius Care: Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Ibu Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku pembimbing I dan Bapak Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs., (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

2. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M. Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep., selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

5. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya Ibu Septarti Handayani yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.

(9)

menguatkan, memberi dukungan dan memotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Traveler Group yang telah memberikan dukungan, bantuan, semangat, motivasi, dan canda tawa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 9. Teman seperjuangan kost (Adib Huda, Budi C, Agus S)

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah mendidik dan membimbing serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

11. Teman – teman seperjuangan Angkatan B19, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat.

12. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberi motivasi dan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan. Aamiin Allaahumma Aamiin

Surabaya, 8 Desember 2017

(10)

ABSTRAK

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Ahmad Asyroful Anam Penelitian Quasy Experiment

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga aasyroful@gmail.com

Pendahuluan: Upaya untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan pendekatan aspek spiritual yaitu psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand untuk meningkatkan koping individu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Metode: Penelitian ini berdesain quasi-experimental pretest-posttest with control group. Populasi adalah Lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Sampel adalah 50 lansia diperoleh dengan teknik purposive sampling. Selanjutnya dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing 25 orang. Variabel independent pada penelitian ini adalah Psychoreligius Care: Murottal Al-Quran irama Nahawand dan variabel dependen-nya yaitu kecemasan. Instrumen pada penelitiasn ini yaitu kuesioner GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Sedangkan Analisis yang digunakan yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-Whitney U Test dengan tingkat signifikan p=0.05. Hasil: Analisis data dengan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok perlakuan didapatkan p value = 0,001 yang artinya terdapat perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan p value = 1,000 yang artinya tidak terjadi perubahan tingkat kecemasan pada lansia. Uji statistik Mann-Whitney U Test didapatkan hasil p value = 0,022 yaitu terdapat perbedaan signifikan antara posttest kelompok perlakuan dan kontrol. Diskusi: Psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand mengandung kekuatan spiritual keagamaan yang mampu memberikan efek relaksasi, ketenangan dan kepasrahan yang mendalam terhadap Allah SWT sehingga lansia tidak lagi merasa cemas dalam menjalani masa tua mereka. Perawat dapat menggunakan psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand sebagai alternatif terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

(11)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PSYCHORELIGIOUS CARE : LISTENING TO MUROTAL AL-QURAN WITH NAHAWAND RHYTHM ON THE LEVEL

OF ANXIETY ON ELDERLY AT UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Ahmad Asyroful Anam Quasy Experiment Research Faculty of Nursing Universitas Airlangga

aasyroful@gmail.com

Introduction: Elderly in nursing home often had anxiety psychological problem. Anxiety of elderly in nursing home can caused by afraid to death with symptom of worried, afraid, and nervous. The efforts to resolve anxiety could be done with spiritual aspect approach that used murottal Al-Quran psychoreligious therapy to increase individual coping. The purpose of this research was to know psychoreligious care : listening to murotal Al-Quran with nahawand rhythm Towards Anxiety level of Elderly living in UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Method: This research was used quasy-experiment pretest-posttest with control group design. Total population was 105 elderly and obtained 50 samples of elderly. Instrument used questionnaire GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Independent variables was murottal Al-Quran with Nahawand rhtym and Dependent variables was anxiety of elderly. Data were collected by using GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Data then analyzed by using Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney U Test with significant value p=0.05. Result: Analysis data with statistical tests of Wilcoxon Signed Ranks Test on treatment group showed p-value = 0.001 which means there was change of anxiety level before and after Listening Murottal psychoreligious therapy, while the control group showed p-value = 1.000 which mean there was not change to anxiety level of elderly. Mann-Whitney U Test showed the result p-value = 0,022 which means there was significant difference between posttest of treatment and control groups. Discussion: Murotal psychoreligious care contain religious spiritual strength gave relaxation effect,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ... ii

Lembar pernyataan ... iii

Halaman pernyataan ... iv

Lembar Persetujuan ... v

Lembar Penetapan Panitia Penguji... vi

Motto ... vii

Ucapan terima kasih ... viii

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan umum ... 5

1.3.2 Tujuan khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Teoritis ... 5

1.4.2 Praktis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Konsep Lansia (lanjut usia) ... 7

2.1.1 Pengetian lansia ... 7

2.1.2 Klasifikasi lansia ... 7

2.1.3 Teori proses penuaan... 7

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ... 8

2.1.5 Tugas perkembangan lansia ... 10

2.2. Konsep Kecemasan ... 10

2.2.1. Pengertian kecemasan ... 10

(13)

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 12

2.2.4. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan ... 14

2.2.5. Gambaran kecemasan pada lansia ... 16

2.3. Konsep Psikoreligus ... 17

2.3.1. Psikoreligius ... 17

2.3.2. Pengertian murotalAl-Quran ... 17

2.3.3. Jenis tilawah murotalAl-Quran ... 20

2.3.4. Irama Nahawand ... 20

2.3.5. Murotal Al-Quran sebagai terapi dalam gangguan kecemasan... 21

2.4. Teori Konsekuensi Fungsional Miller 2012 ... 22

2.4.1. Pengertian teori konsekuensi fungsional ... 22

2.4.2. Komponen teori konsekuensi fungsional ... 23

2.5. Keaslian penelitian ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 33

3.1 Kerangka Konseptual ... 33

3.2 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB 4 METODE PENELITIAN... 35

4.1 Desain Penelitian ... 35

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling ... 36

4.2.1 Populasi ... 36

4.2.2 Sampel ... 36

4.2.3 Besar sampel ... 37

4.2.4 Sampling ... 38

4.3 Variabel Penelitian ... 38

4.4 Definisi Operasional... 39

4.5 Instrumen Penelitian... 41

4.5.1. Satuan acara kegiatan (sak) ... 41

4.5.2. Pengeras suara ... 41

4.5.3. Kuesioner ... 41

4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 42

4.7 Pengumpulan Data ... 42

4.7.1. Prosedur administrasi ... 42

4.7.2. Prosedur teknis pengumpulan data ... 43

4.8 Analisis Data ... 44

(14)

4.10 Masalah Etik (ethical clearance) ... 47

4.11. Keterbatasan Penelitian ... 49

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Data Umum ... 50

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

5.1.2 Karakteristik Responden ... 52

5.1.3 Karakteristik Tingkat Kecemasan ... 54

5.2. Pembahasan ... 55

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Simpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

(15)

52 DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Keyword developmet ………. 26

Tabel 2. 2 Keaslian Data………. 27

Tabel 4. 1 Desain Penelitian……… 35

Tabel 4. 2 Definisi Operasional………... 39 Tabel 5.1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi di UPTD Griya

Werdha Jambangan Surabaya ,November 2017……….………. Tabel 5. 2 Distribusi tingkat kecemasan pada responden kelompok perlakuan

dan kontrol di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

November2017………...

Hal Hal

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Konsekuensi Fungsional oleh Carol A. Miller ... Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Psychoreligius Care :

mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan kota Surabaya Berdasarkan Teori Konsekuensi Fungsional Miller (2012) ... 33 Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Psychoreligius Care

: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan kota Surabaya 2017 ... 46

Hal

33

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian BagiRespondenPenelitian……… 65

Lampiran 2 InformedConsent……… 67

Lampiran 3Kuesioner……… 68

Lampiran 4 Satuan Acara Kegiatan……… 71

Lampiran 5 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya……… 79

Lampiran 6 AnalisisData……… Lampiran 7 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya Wreda Jambangan Kota Surabaya……….. 89

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian BAKESBANGPOL Kota Surabaya……. 90

Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian dari UPTD Griya Wreda Jambangan Kota Surabaya……….. 91

Lampiran 10 EthicalApproval……… 92 Hal

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan individu yang berusia di atas 60 tahun yang umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi (Okatiranti, 2015). Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia di antaranya dalam menghadapi masa pensiun, takut akan kesepian, sadar akan kematian. Serta lansia yang tinggal di panti sering mengalami masalah-masalah seperti kesepian, stres, depresi, penarikan diri, acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan serta kecemasan (Manaf 2016).

Kecemasan merupakan kondisi kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2009). Kecemasan pada lansia di panti sering disebabkan karena faktor kurangnya kunjungan keluarga, ketakutan akan datangnya kematian (Heningsih, 2014; Okatiranti, 2015). Kunjungan keluarga sebagain dari dukungan keluarga yang merupakan harapan lansia di hari tuanya agar anak- anaknya tetap menghormati, menghargai dan menyayangi lansia tersebut, melalui sikap patuh anak terhadap orang tua itu merupakan hal yang dapat membahagiakan perasaan lansia, bila anak bisa membuatnya senang maka lansia tersebut yakin bisa panjang umur (Syam’ani, 2013).

(19)

kronis (Laili and Nida, 2014). Upaya dalam mengatasi masalah kecemasan pada lansia di panti diantaranya teknik distraksi dan relaksasi, terapi tertawa dan terapi musik. Selain terapi tersebut saat ini telah banyak dikembangkan melalui berbagai penelitian penangaan masalah kecemasan dengan pendekatan aspek spiritual. Menurut Subandi et al. (2013) Bentuk psikoterapi terapi yang dimaksudkan yaitu psychorelgius care, terapi tersebut menggabungkaan antara pendekatan kesehatan jiwa modern dan pendekatan aspek keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan mekanisme koping dan mengatasi masalah kecemasan individu. Psychorelgius care mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari psikoterapi lainnya, karena mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan, percaya diri dan keimanan seseorang. Jenis psikoreligius yang dimaksud diantaranya sholat, membaca atau mendengarkan ayat Al-Quran, do’a dan dzikir (Hawari, 2013). Beberapa terapi psikoreligius pernah dilakukan dan mendengarkan murottal Al-Quran diyakini sebagai salah satu terapi yang mampu menumbuhkan rasa aman, tentram dan ketenangan yang mendalam sebagai anugerah dari Allah. Secara psikologis suara yang bersumber dari firman Sang Pencipta akan menumbuhkan penghayatan akan kehadiran Allah SWT yang senantiasa hadir dalam diri manusia dalam kondisi apapun dan saat kesadaran tersebut muncul maka manusia tidak lagi merasa dalam kesendirian dalam kehidupannya di dunia. Selain itu mendengarkan murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) (Lasalo, 2016).

(20)

2013 dan akan meningkat menjadi 21,4% pada tahun 2050 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian kecemasan pada lansia di negara berkembang sebanyak 50%, sedangkan angka kejadian gangguan kecemasan di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (WHO, 2012). Hasil penelitian Manaf et al. (2016) menunjukan bahwa prevalensi terjadinya kecemasan pada lansia di daerah melayu sebesar 22,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2014) menjelaskan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti werdha mengalami kecemasan sebesar 47,25% dibandingkan lansia yang tinggal bersama keluarga yaitu sebesar 31,59%. Berdasarkan hasil survey data awal peneliti pada tanggal 19 September 2017 di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya terhadap 10 lansia ditemukan dari 10 lansia yang di wawancara terdapat terdapat 7 orang lansia yang mengalami kecemasan dengan keluhan khawatir terhadap kematian, 3 lansia merasa khawatir dan sedih dengan keadaan penyakit yang tidak kunjung sembuh dan 2 lansia yang mengalami kecemasan merasa khawatir barangnya diambil oleh orang lain.

Murottal merupakan rekaman suara Al-Quran yang dilagukan oleh

(21)

Pemberian murrotal Al-Quran irama nahawand akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimisme, mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran Allah SWT sehingga mengakibatkan ransangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF (Cortikotropin Releasing Faktor). CRF akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adeno Cortiko Tropin Hormon) dan menstimulasi produksi endorphin yang akan membuat klien menjadi rileks. Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga dapat menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah menurun (Valentino & Bockstaele, 2008)

Berdasarkan latar belakang di atas, mekanisme psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan lain yang dimaksudkan dalam teori konsekuensi fungsional miller. Menurut Miller (2012) perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk mengatasi terjadinya konsekuensi fungsional negatif. Psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand sebagai intervensi keperawatan lain belum terbukti dapat menurunkan kecemasan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian untuk pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. 1.2. Rumusan Masalah

(22)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah diberikan psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand.

2. Menganalisis pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah intervensi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan alternatif solusi bagi keilmuan Keperawatan Gerontik khususnya sebagai pendekatan terapeutik untuk menurunkan kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Lansia

(23)

2. Bagi Perawat Panti

Perawat mendapatkan alternatif solusi terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

3. Bagi Panti

Psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand dapat digunakan sebagai program kegiatan rutin di panti untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Lansia (lanjut usia)

2.1.1 Pengetian lansia

Lansia (lanjut usia) merupakan suatu proses alamiah yang harus dilalui setiap individu (Kristyaningsih, 2011). Lansia merupakan tahap akhir perkembangan dalam kehidupan manusia yang merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososisal dan berpotensi terhadap masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Maryam et al., 2008).

2.1.2 Klasifikasi lansia

Batasan-batasan umur pada lansia menurut Departemen Kesehatan RI (2003) dalam (Maryam et al., 2008) membagi lansia sebagai berikut:

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas 2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (lebih dari 65 tahun) sebagai senium. 2.1.3 Teori proses penuaan

1. Teori genetik dan mutasi

(25)

dapat menurunkan fungsi organ atau perubahan sel kanker (Nugroho, 2012).

2. Teori imunologi

Teori ini menjelaskan dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus dan jamur melemah. Disfungsi sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, infeksi dan penyakit kardiovaskuler (Potter and Perry, 2009).

3. Teori radikal bebas

Menurut teori ini penuaan disebabkan karena akumulasi kerusakan yang bersifat irreversible akibat senyawa oksidator (Potter and Perry, 2009). Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan apabila radikal bebas tidak stabil dapat mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik sehingga menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

4. Teori rantai silang

Menurut teori ini proses menua disebabkan oleh karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan yang kuat pada jaringan kolagen sehingga mengakibatkan kurangnya elastisitas dan hilangnya fungsi sel (Nugroho, 2012).

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

(26)

1. Perubahan kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke seluruh sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran, serta sulit menahan kencing.

2. Perubahan kondisi mental

Lansia pada umumnya mengalami penurunann fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dalam segi mental dan emosional lansia sering muncul perasaan pesimis, perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.

3. Perubahan psikososial

(27)

4. Perubahan kognitif

Perubahan fungsi kognitif pada lansia di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran dan kemampuan verbal akan menetap apabila tidak diikuti dengan penyakit penyerta.

5. Perubahan spiritual

Menurut Maslow (1970) menyatakan bahwa agama dan kepercayaan lansia seiring bertambahnya usia akan semakin terintegrasi dalam kehidupannya. 2.1.5 Tugas perkembangan lansia

Menurut Potter and Perry (2009) tugas perkembangan lansia yaitu sebagai berikut :

1. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik 2. Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan 3. Beradaptasi terhadap kematian pasangan

4. Menerima diri sebagai individu yang menua 5. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan

6. Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa 7. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup.

2.2. Konsep Kecemasan 2.2.1. Pengertian kecemasan

(28)

emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2.2.2. Klasifikasi tingkat kecemasan

Stuart (2009) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu: 1. Kecemasan ringan

Tanda dan gejalanya kecemasan tingkat ini yaitu persepsi dan perhatian

meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu

mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.

Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif

terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

2. Kecemasan sedang

Kecemasan pada tahap ini memungkinkan seseorang berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga lapang persepsi

seseorang menjadi sempit. Respon fisiologi yang terjadi di antaranya:

sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,

gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yang terjadi yaitu lapang

persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus

pada apa yang menjadi perhatiaannya.

3. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi. seseorang cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

(29)

persepsi sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian

sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah,

serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu

mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,

takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.

Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian

terfokus pada dirinya.

4. Kecemasan tingkat panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan rasa ketakutan

dan teror. Individu dengan kecemasan tingkat panik mengalami

kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan arahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak

sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat

mengakibatkan kelelahan bahkan sampai kematian.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan 1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2009) faktor predisposisi merupakan faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres.

2. Stresor presipitasi

(30)

(2009) stresor pencetus digambarkan sebagai stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal.

Stressor pencetus dapat disebabkan karena adanya ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan adanya ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu (Stuart, 2009).

Stresor pencetus kecemasan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1) Biologi

Kecemasan dapat mengancam integritas seseorang baik ancaman secara eksternal maupun internal. Ancaman eksternal misalnya masuknya kuman, virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, pakaian, makanan atau trauma injuri. Sedangkan ancaman internal berupa kegagalan mekanisme fisiologis tubuh seperti jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu dan kehamilan (Stuart, 2009). 2) Psikologi

(31)

peristiwa kematian, perceraian, dilema etik, pindah kerja, perubahan dalam status kerja. Sedangkan yang termasuk ancaman internal yaitu

gangguan hubungan interpersonal dirumah, ditempat kerja atau ketika

menerima peran baru (istri, suami, dan sebagainya).

3) Sosial budaya

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) status ekonomi dan pekerjaan akan

mempengaruhi timbulnya stres dan selanjutnya dapat menimbulkan

kecemasan. Orang dengan status ekonomi yang kuat akan lebih susah

mengalami stres dibanding orang yang status ekonominya lemah.

Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang

mengalami kecemasan. Setiap budaya memilki norma-norma yang

mengatur cara untuk mengekspresikan dan menghadapi kecemasan

(Videbeck’s, 2012).

2.2.4. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan 1. Mekanisme koping

Menurut Mayne & Bonano (2003) dalam Widianti (2011) menjelaskan bahwa saat individu mengalami kecemasan, maka mereka menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mengatasinya. Ketidakmampuan dalam mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Koping memiliki dua fungsi umum (Lazarus, 1999 dalam Safaria & Saputra, 2009) yaitu:

(32)

emosionalnya dengan cara mencari dukungan emosi dari sahabat atau keluarga, melakukan aktivitas yang disukai dan lain-lain.

2) Problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi stressor dengan cara mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru yang digunakan untuk mengubah situasi, keadaan atau pokok pemasalahan. Menurut Smer (1994) dalam Safaria & Saputra (2009) problem focused coping ini digunakan apabila individu merasa yakin akan dapat mengubah situasi.

2. Tindakan Keperawatan

McCloskey & Bulechek (2008) dalam buku Nursing Intervention Clasification (NIC) menjelaskan tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan cara memberikan ketenangan atau mententramkan hati, menyatakan dengan jelas harapan dari perilaku klien, menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam mencari pandangan hidup terhadap situasi yang menyebabkan stress, memberikan informasi mengenai hasil diagnosa keperawatan dan prognosisnya, merawat klien di rumah demi keselamatan dan mengurangi ketakutan.

3. Psikofarmaka

(33)

Meskipun mekanisme kerja yang tepat tidak diketahui, obat ini mungkin menimbulkan efek yang di inginkan melalui reaksi dengan serotonin,

dopamine dan reseptor neurotransmitter lainnya. Obat anti ansietas

digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

somatoform, ganggguan disosiatif, gangguan kejang (Videbeck’s, 2012).

2.2.5. Gambaran kecemasan pada lansia

Perubahan baik dari aspek fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia akan memicu munculnya kecemasan yang kadang dapat bersifat kronis. Kondisi kecemasan pada lansia tersebut merupakan sebuah konsekuensi yang wajar karena pemicu utama gangguan kecemasan bersumber dari persepsi individu akan keadaan yang diduga dapat merugikan dan mengancam individu tersebut sehingga ia merasa tidak berdaya untuk menghadapinya (Nida 2014).

(34)

lansia bahagia tetapi membuat lansia dituntut untuk melakukan adaptasi lagi terhadap lingkungan barunya

2.3. Konsep Psikoreligus 2.3.1. Psikoreligius

Psikoreligius merupakan bentuk psikoterapi yang menggabungkaan antara pendekatan kesehatan jiwa modern dan pendekatan aspek keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan mekanisme koping dan mengatasi masalah individu (Yosep 2010 dalam Subandi et al. 2013). Menurut Fanada (2012) terapi psikoreligius merupakan sebuah terapi melalui pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung menyentuh sisi spiritual manusia. Menurut Hawari (2013) jenis psikoreligius yang dimaksud diantaranya sholat, do’a, dzikir, membaca atau mendengarkan ayatAl-Quran.

2.3.2. Pengertian murotal Al-Quran 1. Terapi murotal Al-Quran

a. Pengertian Al-Quran

(35)

b. Pengertian terapi murotal Al-Quran

Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian dari suara manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan (Lasalo, 2016). Sama seperti terapi musik, suara melodi yang bersumber dari Al-Quran memiliki efek terapeutik terhadap emosioanal, kognitif, dan kebutuhan sosial individu (Tumiran et al., 2013). Terapi murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin)(Lasalo, 2016)

Murrotal Al-Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas 50 desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran (Wijaya dalam Hudayana.2014). Intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang 60 desible sehingga menumbuhkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi murrotal Al-Qur’an dapat menstimulasi gelombang alpha yang akan menyebabkan pendengarnya mendapat keadaan yang kurang tentram dan damai (Permana sari dalam Wahida, Nooryanto & Andrami.2015)

Bacaan murrotal Al-Quran mempunyai irama yang konstan, teratur dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murrotal Al-Quran juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya rendah sehingga mempunyai efek meningkatkan ketenangan(Rohmi Handayani, Dyah, Retno, 2014). Manfaat terapi murotal Al-Quran dibuktikan dalam berbagaipenelitian. Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

(36)

BacaanAl-Quran yang diperdengarkan kepada seseorang menurut Hidayatullah (2012) menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, dibandingkan bacaan berbahasa Arab nonAl-Quran hanya mencapai 33%.

2. Menurunkan kecemasan

Penelitian yang dilakukan oleh Hassan Sotodehas (2015) menunjukkan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al Quran memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa. Pada penelitian tersebut responden yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi.

3. Menurunkan perilaku kekerasan

Penelitian yang dilakukan oleh Widhowati (2010) menunjukkan bahwa penambahan terapi audio dengan murottal surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio tersebut.

4. Mengurangi tingkat nyeri

(37)

Quran memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al Quran.

5. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Penelitian yang dilakkan oleh Hartati (2013) menyebutkan bahwa terapi musik murotal mempunyai pengaruh yang jauh lebih baik dariapada terapi musik klasik terhadap perkembangan kognitif anak autis.

2.3.3. Jenis tilawah murotal Al-Quran

Menurut Muhsin Salim dalam Hasrul (2013) terdapat 7 macam tilawah Murotal Quran yang sering digunakan dalam membaca Al-Quran. Irama yang dimaksudkan yaitu : Bayyati, Shoba., Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, Jiharka.

2.3.4. Irama Nahawand

Menurut Muhsin Salim dalam Hasrul (2013) Dalam melagukan Al-Quran irama Nahawand memiliki 3 tingkatan nada yaitu :

1. Jawab (tinggi)

Pembacaan pada ayat pertama dengan irama nahawand dibaca dengan nada tinggi

2. Nawab (menengah/ datar)

(38)

3. Nada rendah

Pada tahapan ini pembacaan ayat ketiga di iramakan dengan nada rendah, selanjutnya itu ayat ke empat dan seterusnya mengulang dari tiunggi,rendah dan rendah

Menurut Kristriyono (2017) irama nahawand adalah irama yang dapat menenangkan, mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand. Serta merupakan irama yang digunakan qari internasional Mohammed Rashed Al-Afasy.

2.3.5. Murotal Al-Quran sebagai terapi dalam gangguan kecemasan

(39)

2.4. Teori Konsekuensi Fungsional Miller 2012 2.4.1. Pengertian teori konsekuensi fungsional

Teori dan model functional consequences disusun berdasarkan konsep dan penelitian berdasarkan pengkajian fungsional lansia yang berfokus pada kemampuan aktivitas sehari-hari lansia sehingga dapat memberikan pengaruh bagi kelangsungan dan kualitas hidup lansia Teori keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia yang menggabungkan peningkatan pemahaman kesehatan berkembang sebagai aspek integral perawatan.

Menurut Miller (2012) dasar pikiran Teori Konsekuensi Fungsional yaitu sebagai berikut :

1. Asuhan keperawatan yang holistik menjadikan tubuh, jiwa dan semangat lansia saling berkaitan satu sama lain serta ruang lingkup kesejahteraan lansia lebih dari fungsi fisiologis.

2. Meskipun perubahan usia merupakan hal yang tidak bisa terelakkan, sebagian besar masalah yang terjadi pada lansia disebabkan oleh adanya faktor risiko.

3. Konsekuensi fungsional positif dan negatif pada lansia dapat terjadi karena dipengaruhi oleh kombinasi antara perubahan usia dan adanya faktor risiko tambahan.

(40)

5. Para perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk mengatasi terjadinya konsekuensi fungsional negatif.

6. Perencanaan tindakan keperawatan yang tepat dapat menghasilkan konsekuensi fungsional positif yang juga disebut sebagai kesejahteraan, sehingga setiap lansia mampu mencapai level terbaik dalam menjalankan setiap fungsinya walaupun efek perubahan usia dan faktor risikonya dapat memberikan ancaman bagi mereka. 2.4.2. Komponen teori konsekuensi fungsional

Menurut Miller (2012) Teori Konsekuensi Fungsional mempunyai beberapa komponen, yaitu :

1. Functional Consequence yaitu mengobservasi akibat dari tindakan, faktor resiko, dan perubahan terkait usia yang mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari dari lansia. Efek tersebut berhubungan dengan semua tingkat fungsi, termasuk tubuh, pikiran, dan semangat Negative Functional Consequences yaitu semua hal yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan atau kualitas hidup lansia.

2. Positive Functional Consequences (Wellness Outcomes) yaitu Hal-hal yang memfasilitasi tingkat tertinggi fungsi dari lansia secara baik, sedikit ketergantungan, dan kualitas hidup terbaik.

(41)

4. Risk Factor yaitu kondisi yang meningkatkan kerentanan lansia terhadap konsekuensi fungsional negatif. Faktor-faktor risiko tersebut adalah penyakit, obat-obatan, lingkungan, gaya hidup, sistem pendukung, keadaan psikososial dan sikap berdasarkan kurangnya pengetahuan.

5. Person (Older Adults) yaitu kondisi-kondisi yang kemungkinan terjadi pada orang dewasa lansia yang memiliki efek merugikan signifikan terhadap kesehatan dan fungsi mereka. Faktor-faktor resiko umumnya muncul dari kondisi lingkungan, akut dan kronis, kondisi psikososial, atau efek pengobatan yang buruk.

6. Nursing mempunyai tujuan yaitu meminimalkan dampak negatif dari perubahan yang berkaitan dengan usia dan faktor risiko, serta mempromosikan dampak fungsional positif. Hal ini dilakukan melalui proses keperawatan, dengan menekankan interaksi antara lansia dan pemberi perawatan pada lansia yang tergantung untuk menghilangkan faktor risiko atau meminimalkan efek yang terjadi. 7. Health yaitu Kemampuan lansia untuk mengenali fungsi kesehatannya. Tidak terbatas pada fungsi fisiologis tetapi meliputi fungsi psikologis dan spiritual. Dengan demikian, kesejahteraan dan kualitas hidup lansia dapat terpenuhii dengan baik

(42)

Gambar 2.1 Teori Konsekuensi Fungsional oleh Carol A. Miller (Miller, 2012)

Teori yang dipopulerkan oleh Carol A. Miller ini menjelaskan bahwa lansia mengalami konsekuensi fungsional karena perubahan yang berkaitan dengan usia dan faktor risiko tambahan. Tidak adanya intervensi yang dilakukan dapat mengakibatkan konsekuensi fungsional menjadi negatif, tetapi apabila dilakukan intervensi konsekuensi fungsional menjadi positif. Konsekuensi fungsional

Nursing Interventions

1. Addressing risk factors

2. Teaching abouth health promotion 3. Referring for additional care

Wellness Outcomes

(43)

merupakan efek dari tindakan, faktor risiko, dan perubahan yang mempengaruhi kualitas kehidupan atau kegiatan sehari-hari lansia berkaitan dengan usia. Faktor risiko dapat berasal dari lingkungan, pengaruh fisiologis dan psikososial. Konsekuensi fungsional positif akan terjadi apabila memfasilitasi tingkat kinerja tertinggi. Sebaliknya, konsekuensi fungsional negatif akan terjadi apabila lansia mengalami ketergantungan atau penurunan kualitas hidup. Konsekuensi fungsional negatif biasanya terjadi karena kombinasi dari perubahan yang berkaitan dengan usia dan faktor risiko (Miller, 2012).

2.5. Keaslian penelitian

Tabel 2. 1 Keyword development

Keyword development Kecemasan

Anxiety Ansietas Psikoreligius Murottal Al-Quran

Quran Voice

elderly Lansia

(44)

Tabel 2. 2 Keaslian Data

Variabel : Kecemasan pada pasien Hemodialisa.

Instrumen: State-Trait Anxiety Inventory (STAI) Analisis : The data were analyzed

using Student’s t test

and general linear kenaikan 1,8 poin pada kelompok kontrol (Gambar 1). Perbedaan antara subjek ada pada tindak lanjut, tidak Instrumen: standard mental health

(45)
(46)

No. Judul

Instrumen: 7 questions were allocated

(47)

No. Judul Instrumen: Penn State Worry

Questionnaire (PSWQ), State-Trait Anxiety Inventory

Analisis : Analysis used t test. The

Terapi psikoreligius: sholat dan dzikr untuk menurunkan tingkat Instrumen: Geriatric Depresion

(48)

No. Judul

pre and post test with control group design Sample : Besar Sampel Sebesar

10 Responden. Variabel : Depresi Lansia Instrumen: Geriatric Depression

(49)

No. Judul Instrumen: TMAS (Taylor

Manifest Anxiety Scale)

Analisis : uji Paired Sample t-Test dan Independent t-Test

cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs

Terapi Murottal

(50)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Psychoreligius Care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti griya werdha Jambangan kota Surabaya Berdasarkan Teori Konsekuensi Fungsional Miller (2012) : diteliti : tidak diteliti

Negative Functional Consequences

Kecemasan lansia yang tinggal di panti

Nursing Interventions Psychoreligius Care : mendengarkan murottal Al-quran irama nahawand

selama 15 menit

Wellness Outcomes (Positive Functional Consequences) 1. Hati dan pikiran menjadi tenang

2. Menciptakan keyakinan, kekuatan dan sikap optimisme bagi lansia

Pengkajian Keperawatan

2. Perubahan fisik akibat proses penuaan

3. Penurunan fungsi fisiologis

Risk Factors

1. Penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes mellitus, stroke dan penyakit kardiovaskuler) 2. Perasaan takut akan datangnya kematian 3. Tinggal di panti

4. Masa pensiun

Gendang telinga bergetar, melaui saraf koklearis Merangsang otak

untuk bekerja

Otak memproduksi endorfin meningkat

Tingkat kecemasan menurun Kekhawatiran dan ketakutan

Ketidakmampuan dalam melakukan penyerahan batiniah kepada Allah

Fisiologis Psikologis

Penghayatan akan kehadiran Allah

(51)

Berdasarkan gambar 3.1 dapat dijelaskan pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand terhadap tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti. Menurut Teori Konsekuensi Fungsional Miller, lansia yang tinggal di panti mengalami kondisi negative functional consequence yaitu kecemasan disebabkan karena adanya age related changes dan risk factors. Risk factors yang dimaksudkan dalam tabel diatas yaitu kecemasan pada lansia yang tinggal di panti disebabkan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit kardiovaskuler), perasaan takut akan datangnya kematian, tinggal di panti dan memasuki masa pensiun. Sedangkan Age related changes yang dimaksudkan yaitu perubahan yang progresif dan bersifat irreversible seperti semakin bertambahnya usia, perubahan kondisi fisik akibat proses penuaan dan penurunan fungsi fisiologis pada lansia.

Penanganan masalah kecemasan pada lansia yang tinggal di panti dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan aspek spiritual yaitu Psychoreligius Care mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand. Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin). Aktifnya hormon endorfin akan memberikan respom emosi yang positif yang nantinya akan membuat pendengar menjadi lebih tenang.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan tentang: 1) Desain penelitian; 2) Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Sampling; 3) Variabel penelitian 4) Definisi operasional; 5) Instrumen penelitian; 6) Waktu dan tempat penelitian; 7) Pengumpulan data; 8) Kerangka operasional; 9) Analisis data; 10) Masalah etik. 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai tujuan penelitian yang telah diterapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam., 2016). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre-post test control group design. Pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pretest sebelum memberikan perlakuan dan melakukan posttest setelah memberikan perlakuan. Tabel 4. 1 Desain Penelitian

Subjek Pre-test Perlakuan Post-test

K-A O-A I O1-A

K-B O-B - O1-B

Time 1 Time 2 Time 3

Sumber : Pollit (2005) Keterangan :

K-A : Subjek (lansia cemas yang tinggal di panti) perlakuan K-B : Subjek (lansia cemas yang tinggal di panti) kontrol

O-A : Pengisian kuesioner oleh kelompok perlakuan sebelum Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada kelompok perlakuan

O-B : Pengisian kuesioner oleh kelompok kontrol sebelum diberikan

(53)

I : Dilakukan perlakuan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand

- : Tidak dilakukan perlakuan

O1-A : Pengisian kuesioner oleh kelompok perlakuan setelah Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada kelompok perlakuan

O1-B : Pengisian kuesioner oleh kelompok kontrol setelah diberikan

Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada kelompok perlakuan

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan(Nursalam., 2016). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di panti dengan jumlah total 100 orang lansia yang tinggal di panti Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria sampel. Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam., 2016)

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Beragama Islam

(54)

3) Memiliki tingkat kemandirian dengan nilai A,B,C,D menurut indeks Katz

2. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:

1) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan pembicaraan 3. Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang mengundurkan diri ditengah penelitian 2) Lansia yang bergabung dalam penelitian orang lain. 3) Lansia yang meninggal dunia ditengah penelitian 4.2.3 Besar sampel

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai beikut (Lemeshow, S.et. al., 1997) :

n= N.z2.p.q d2 (N-1) + z2.p.q

n= 100.(1,96)2. 0,5 . 0.5

(0,05)(100-1) + (1,96)2. 0,5 . 0,5 n= 96

3.9896 n= 24.06

n= 25 responden

Jadi jumlah sampel 25 orang menjadi kelompok intervensi, 25 orang menjadi kelompok kontrol. Jadi total sampel adalah 50 orang

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sample N = Perkiraan jumlah populasi

Z = Nilai standar normal untuk alfa = 0,05 ( 1,96 )

(55)

q = 1-p ( 100 % - p )

d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,05 ) 4.2.4 Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam., 2016). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan tipe purposive sampling. Purposive sampling merupakan tipe pengambilan sampel berdasarkan seleksi populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (sesuai dengan tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya.

4.3 Variabel Penelitian

(56)

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti atau makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang mengenai variabel-variabel yang mungkin dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016)

(57)
(58)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto, 2013). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satuan Acara Kegiatan (SAK), Pengeras Suara dan kuesioner.

4.5.1. Satuan acara kegiatan (sak)

Satuan Acara Kegiatan (SAK) digunakan sebagai acuan dalam melakukan psychoreligius care : mendengarkan Murotal Al – quran dengan irama nahawand pada lansia yang mengalami kecemasan di panti. Satuan Acara Kegiatan (SAK) ini berisi tentang topik, sasaran, tempat, waktu, tujuan, materi, metode, media, pelaksanaan dan evaluasi psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand.

4.5.2. Pengeras suara

Satuan Pengeras suara (Loudspeaker) adalah transduser yang mengubah sinyal elektrik ke suara dengan cara menggetarkan komponennya yang berbentuk membran untuk menggetarkan udara sehingga terjadilah gelombang suara sampai di kendang telinga kita dan dapat kita dengar sebagai suara.

4.5.3. Kuesioner

(59)

Kuisoner Geriatric Anxiety Inventory (GAI) terdiri dari 20 pertanyaan yang berisi gejala-gejala kecemasan pada lansia yang masing-masing diberi

penilaian antara 0 atau 1, yang artinya adalah nilai 0: “Tidak Setuju” dan nilai

1: “Setuju”. Masing-masing nilai angka dari ke 20 pertanyaan tersebut dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan tersebut dapat diketahui tingkat kecemasan lansia yaitu: tidak ada kecemasan (0), kecemasan ringan (1-5), kecemasan sedang (6-10), kecemasan berat (11-15) dan kecemasan berat sekali / panik (16-20). Alat ukur ini terdiri atas 4 kelompok gejala yaitu kognitif, motorik, somatik dan afektif. Gejala kognitif terdapat pada pertanyaan nomor: 1, 2, 4, 5, 8, 9, 11, 14, 16 dan 17. Gejala motorik terdapat pada pertanyaan nomor: 3 dan 15. Gejala somatik terdapat pada pertanyaan nomor: 7, 12 dan 18. Sedangkan gejala afektif terdapat pada pertanyaan nomor: 6, 10, 13, 19 dan 20.

4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya, pada 29 Oktober - 9 November 2017

4.7 Pengumpulan Data 4.7.1. Prosedur administrasi

(60)

keterangan bahwa telah melakukan penelitian dari UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

4.7.2. Prosedur teknis pengumpulan data

Peneliti sebelum mengambil responden terlebih dahulu mengikuti uji etik yang dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan dinyatakan lulus kaji etik, peneliti memulai untuk melakukan pengambilan data. Teknik pengambilan data yaitu sebagai berikut: peneliti melakukan pemilihan dan perekrutan responden yang dilakukan secara purposive sampling, dimana lansia dengan kecemasan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi serta bersedia menjadi responden akan diambil sebagai sampel penelitian.

Tahap selanjutnya, peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu lansia sebagai kelompok perlakuan dan lansia kelompok kontrol. Responden yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent serta mengisi data demografi responden. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden sekaligus melakukan pretest untuk menilai tingkat kecemasan lansia dengan mengisi kuesioner GAI (Geriatric Anxiety Inventory) yang dibantu dan dibimbing oleh peneliti dan tim. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti dibantu oleh tim peneliti yang terdiri dari 6 orang yang juga menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ners

Universitas Airlangga yang sebelumnya diberikan penjelasan tentang

penelitian ini agar tidak terjadi kesalahpahaman antara peneliti, tim peneliti

(61)

Kelompok perlakuan terdiri dari 25 responden. Kelompok perlakuan diberikan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand selama 15 menit dalam 6 hari pukul 16.00 WIB. Intervensi pertama pada kelompok perlakuan diberikan setelah sholat ashar berjamaah.

Kelompok kontrol terdiri dari 25 responden. Kelompok ini tidak

mendapatkan intervensi Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal

Al-Quran irama nahawand dan hanya mengikuti kegiatan yang ada di panti.

Kegiatan posttest pada kelompok kontrol dilakukan di hari ke-6 setelah

pengambilan data pretest. Pengambilan data posttest menggunakan instrumen

yang sama dengan pengumpulan data pretest yaitu dengan menggunakan

kuesioner GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Setelah penelitian selesai

dilakukan kelompok kontrol mendapatkan Loudspeaker dan intervensi Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-Quran irama nahawand. Tindakan ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesan ketidakadilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4.8 Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis Peneliti menggunakan analisis univariat dan bivariat :

1. Analisis deskriptif

(62)

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen). Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dengan cara penelitian menggunakan perangkat lunak dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perubahan pretest dan posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok Kontrol, Jika hasil

analisis penelitian didapatkan p ≤ 0,05 berarti terdapat perbedaan tingkat

(63)

4.9 Kerangka Operasional Penelitian

Populasi:

Lansia yang tinggal di panti di panti Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya (100 responden)

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

25 Responden

Pretest: kelompok perlakuan dengan kuesioner Geriatric Anxiety Inventory

(GAI)

Pretest: kelompok kontrol dengan kuesioner Geriatric Anxiety

Inventory (GAI)

Intervensi Psychoreligius Care : mendengarkan murottal Al-quran surat

arrahman irama nahawand 15 menit

Posttest: kelompok perlakuan dengan kuesioner Geriatric

Anxiety Inventory (GAI)

Posttest: kelompok kontrol dengan kuesioner Geriatric Anxiety Inventory (GAI)

Analisis data univariat (numerik dan kategorik) dan bivariat (uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney U Testd) dengan derajat kemaknaan p ≤0,05

erajat kemaknaan p ≤ 0,05

Hasil penelitian

25 Responden

(64)

4.10 Masalah Etik (ethical clearance)

Penelitian ini telah lulus etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakuktas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya dengan nomor surat 535-KEPK.

1. Penjelasan sebelum penelitian/Informed Consenttian

Peneliti tidak akan memberikan paksaan terhadap para calon responden untuk ikut serta dalam penelitian, juga dijelaskan bahwa sudah terdapat tindakan antisipasi terhadap bahaya yang sudah disiapkan peneliti.

2. Nilai Klinik

Psychoreligius care : mendengarkan murottal Al-Quran dengan irama nahawand belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya karena murottal Al-Quran dengan irama nahawand dipercaya dapat membuat sesorang menjadi lebih tenang, murottal Al-Quran dengan irama nahawand merupakan salah satu jenis seni tilawah yang bersifat menenangkan. Sehingga dapat digunakan dalam mengatasi kecemasan pada lansia di panti dan dapat digunakan sebagai alternatif tindakan keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan.

3. Nilai ilmiah

(65)

Hormon) dan menstimulasi produksi endhorphin yang akan membuat klien menjadi rileks. Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga dapat menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah menurun.

4. Privacy/kerahasiaan

Peneliti tidak berhak menceritakan mengenai hal apapun dari responden yang tidak berkaitan dengan penelitian, juga menuliskan nama inisial pada data demografi responden. Peneliti menghargai data yang diberikan dengan tidak memaksa responden memberikan informasi sesuai keinginan peneliti dan menjadi informasi hanya digunakan dalam konteks penelitian.

5. Manfaat dan resiko

Prinsip ini bertumpu pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat pada subyek (manusia). Prinsip ini dapat diterapkan dengan tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia dan menjadikan manusia sebagai objek eksploitasi. Pada penelitian ini subyek penelitian mendapatkan manfaat dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

6. Pemerataan beban

(66)

7. Bujukan/Indocement

Tidak ada bujukan berupa pemberian uang atau barang yang akan disampaikan di awal, sehingga untuk mengikuti penelitian adalah murni karena keinginannya atau tertarik pada manfaat penelitian.

4.11.Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1. Latar belakang pendidikan setiap responden kebanyakan tidak sekolah jadi dalam mengisi kuesioner dan informed consent harus dengan metode wawancara dan bantuan dari anggota peneliti

(67)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya yang dilakukan pada 29 Oktober – 5 November 2017. Penyajian data meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, kategori tingkat kecemasan responden dan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perubahan pretest dan posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol serta hasil uji Mann-Whitney U Test untuk mengetahui perbedaan posttest tingkat kecemasan lansia setelah diberikan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-Quran irama nahawand pada kelompok perlakuan dan kontrol. Selanjutnya akan diuraikan pembahasan tentang pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol.

5.1. Data Umum

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(68)

Griya Werdha Jambangan Surabaya sebelumnya Jalan Medokan Asri Barat X Blok N-19, Rungkut, Surabaya kemudian dipindah pada bulan Januari 2017 di Jambangan sampai saat in Operasional UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya dipimpin oleh seorang kepala UPTD dengan jumlah tenaga yang ada yaitu 29 orang terdiri dari 4 orang tenaga PNS (PLT UPTD, kepala tata usaha dan 2 staf) dan 25 orang tenaga honorer (10 orang perawat, 2 tenaga administrasi, 5 tenaga kebersihan, 5 tenaga keamanan, 2 tenaga juru masak dan 1 ustadz). UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya mempunyai 4 gedung yang terdiri dari 2 kamar untuk lansia laki-laki (Ruang Wijaya Kusuma dan Ruang Tulip), 4 kamar untuk lansia perempuan (Ruang Melati, Ruang Anggrek, Ruang Mawar dan Ruang Lavender), 1 kamar untuk lansia dengan perawatan intensif (Ruang Kamboja). Sarana prasarana yang ada di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya terdiri dari aula, ruang makan, dapur, ruang perawatan, taman, dan kantor Jumlah lansia yang ada di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yaitu sebesar 105 lansia yang terdiri dari 32 lansia laki-laki dan 72 lansia perempuan.

(69)

Penanganan masalah kecemasan yang sudah terapkan di sana diantaranya teknik distraksi dan relaksasi, terapi tertawa dan terapi musik.

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya Surabaya adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya, November 2017

Karakteristik

Kelompok

Perlakuan Kelompok Kontrol

Ʃ % Ʃ %

4. Lain-lain (Pengamen,Pengemis,

Pemulung) 7 28 4 16

Gambar

Gambar 2.1  Teori Konsekuensi Fungsional oleh Carol A. Miller (Miller, 2012)
Tabel 2. 1 Keyword development
Tabel 2. 2 Keaslian Data
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Psychoreligius Care : mendengarkan murotal  Al-Quran  dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti griya werdha Jambangan kota Surabaya Berdasarkan Teori Konsekuensi Fungsional Miller (2012)
+6

Referensi

Dokumen terkait

tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di panti sosial tresna werdha Senjarawi Bandung Okatiranti (2016) Subjek pada penelitian ini berjumlah 40 usia

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta... Untuk

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM DI PANTI.. WERDHA DHARMA

tidur dengan memori jangka pendek pada Lansia di Panti Werdha Griya St.. Populasi penelitian

Para lansia di UPTD Griya Werdha tidak pernah membuat kreativitas atau ketrampilan apapun dikehidupan sehari-harinya. Dikarenakan dari mereka sendiri tidak mempunyai

5.2.3 Hubungan Antara Kekuatan Otot Quadriceps dengan Tingkat Kemandirian dalam Activity of Daily Living pada Lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya....

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH PERUBAHAN PROSES PIKIR DI UPTD GRIYA.. WERDHA

Hal ini dapat menunjukkan sosial ekonomi lansia yang berada di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya berada pada sosial ekonomi menengah ke bahwah.Status sosial