• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Podok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,Kab. SemarangTahun 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Podok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,Kab. SemarangTahun 2016 - Test Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MUJAHADAH KELILING DALAM

MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH

PONDOK PESANTREN MAHIRUL HIKAM

ASSALAFI PAYUDAN, KENTENG, KEC. SUSUKAN,

KAB. SEMARANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MAS THOBIB

NIM 111-11-081

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PERAN MUJAHADAH KELILING DALAM

MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH

PONDOK PESANTREN MAHIRUL HIKAM

ASSALAFI PAYUDAN, KENTENG, KEC. SUSUKAN,

KAB. SEMARANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MAS THOBIB

NIM 111-11-081

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

”Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang

disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang tidak akan

berubah dengan sendirinya tanpa berusaha”

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT. Atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak dan Ibu (Musahid Tumiyati), terima kasih atas kasih saying dan doa yang diberikan selama ini.

3. Adikku tercinta Zulfa Nur Ayiyah.

4. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing danmemberikan pengarahan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Keluarga besar Kopma “FATAWA” IAIN Salatiga, terima kasih atas segala sesuatu yang telah kita lakukan bersama.

6. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi yang telah berjuang bersama dalam mencari ilmu.

7. Semua dewan guru SD N Tegalrejo 02 yang telah memotivasi dan memberikan dukungannya.

(8)

9. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011 yang telah bersama berjuang selama ini.

(9)

KATA PENGANTAR











Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok

Pesantren Mahirul Hikam Assalafi Payudan, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun

2016” ini dengan baik.

Tugas akhir ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat kelulusan jurusan S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penulisan Skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memberikan bimbingan, maka selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga beserta wakil-wakilnya.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

(10)

5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. Selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan saran, proses, dan motivasi selama proses perkuliahan. 7. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi yang telah

membantu dalam pembuatan skripsi ini.

8. Teman-teman S1 Pendidikan Agama Islam angkatan tahun 2011. 9. Keluarga besar KOPMA FATAWA IAIN Salatiga.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelsaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu apapun yang sempurna kecuali Allah SWT oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

(11)

ABSTRAK

Thobib, Mas. 2016. Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Podok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,Kab. Semarang Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo M.Ag. Kata Kunci: Mujahadah Keliling, dan Ukhuwah Islamiyah.

Penelitian ini membahas tentang peningkatan ukhuwah Islamiyah melalui mujahadah keliling Podok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana tata cara mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah, (2) Bagaimana peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

G. Teknik Analisis Data ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka... 15

B. Kerangka Teoretik ... 17

(13)

2. Ukhuwah Islamiyah ... 24

3. Pondok Pesantren ... 27

BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ... 37

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi ... 37

2. Profil Pondok Pesantren ... 40

3. Tujuan ... 40

4. Visi dan Misi ... 40

5. Ciri Khas yang Menonjol ... 41

6. Pengelolaan Pesantren ... 41

7. Daftar Asatidz dan Pengurus Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi Periode 2015/2016... 42

8. Tata Tertib Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi . 44 9. Unit-unit Pendidikan ... 47

a. Non Formal………. .. 47

b. Formal……… 48

c. Majlis Ta‟lim………. 48

d. Bimbingan Manasik Haji……… .. 49

B. Peranan Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi ... 50

(14)

2. Tujuan Mujahadah Keliling ... 52

3. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah Keliling ... 54

4. Wilayah yang Menjadi Sasaran Mujahadah Keliling... 55

5. Karakter Jamaah yang Mengikuti Mujahadah Keliling.... 55

6. Jadwal Mujahadah Keliling Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi………. 56

7. Biografi Ringkas K.H. M. Thoha M.Pd. ……... 57

8. Hadrah Sabdo Wali………... 59

9. Pesan dan Kesan Jamaah Mujahadah Keliling…………. 61

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Mujahadah yang Dilakukan untuk Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah... 65

1. Ritual Mujahadah ... 66

2. Model Mujahadah Keliling didanding Mujahadah yang lain ... 67

3. Pembiasaan Jamaah Hafalan Asmaul Husna ... 67

4. Pembiasaan Shalat Sunah ... 68

5. Penanaman Nilai Demokratis………. 68

B. Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi ... 70

1. Inovasi Mujahadah Sebagai Metode Dakwah ... 74

(15)

3. Hadrah Sebagai Komplemen Dakwah (Musikalisasi

Dakwah)……… 78

4. Spiritualitas Mujahadah: ObatHati……… ... 81

5. Pendidikan Keruhanian………. 83

6. Pengembangan Nilai-Nilai Ukhuwah………... 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 87

B. Saran-Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

DAFTAR TABEL

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 6 SKK

Lampiran 7 Dokumentasi

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh berperang melawan musuh yang ada pada jiwa, dengan cara bersungguh-sungguh maka akan membantu mengurangi dan menundukkan hawa nafsu kemudian diarahkan pada kesadaran menuju Tuhan dan Rasul-Nya. Mujahadah keliling merupakan salah satu kegiatan baru yang di bentuk dan dilaksankan oleh Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi. Mujahadah ini juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mujahadah keliling ini juga memiliki peran yang sangat penting bagi terbentuknya masyarakat yang

bersatu padu dalam mensyi‟arkan agama Islam.

Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah salah satu hal yang paling ideal, paling menarik, paling indah, dan paling bermanfaat dalam Islam. Ketentuan-ketentuanya dapat kita baca dari Al-Qur‟an dan Hadis (As-Sunah). Islam menghendaki terbinanya persaudaraan seperti ini di kalangan umat Islam. Ayat-ayat dan hadis-hadis mengenai ini hal ini banyak sekali, misalnya ayat innamal mu’minuna ikhwah, dan hadis tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

(19)

ialah persaudaraan Islam yang dibina, diciptakan, diwujudkan, diikat, dan dijiwai oleh kaidah/iman. Dari persaudaraan itulah timbul iman dan, sebaliknya, karena iman/akidah tumbuhlah persaudaraan (Harun, 2012:217).

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam tertua di Indonesia yang tumbuh bersamaan dengan masa penyiaran agama Islam. Hingga saat ini, pondok pesantren yang pada umumnya didirikan oleh para kyai dengan kemandirian dan keikhlasan masih tetap eksis dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan keberhasilannya diakui oleh banyak pihak.

Sejarah perkembangan pondok pesantren menunjukkan bahwa lembaga ini tetap konsisten menunaikan fungsi utamanya, yaitu menyiapkan tenaga-tenaga yang menguasai ilmu-ilmu keislaman tafaqquh fi al din, sebagai kader ulama, mubaligh atau guru-guru agama yang sangat dibutuhkan masyarakat. Di samping itu, pondok pesantren juga telah berfungsi sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, pondok pesantren merupakan aset nasional yang berharga dan mempunyai peran besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

(20)

Pesantren merupakan produk sejarah yang telah berdialog dengan zamannya masing-masing yang memiliki karakteristik berlainan baik menyangkut politik, kultural, ekonomi maupun sosio-religius. Antara pesantren dan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat desa, telah terjalin interaksi yang harmonis, bahkan keterlibatan mereka cukup besar dalam mendirikan pesantren. Sebaliknya kontribusi yang relatif besar sering kali dihadiahkan pesantren untuk pembangunan masyarakat desa (Qomar, 2002:15).

Pondok pesantren diklasifikasikan menjadi beberapa macam di antaranya :

Pertama, pondok pesantren salaf, pondok pesantren ini memiliki beberapa karakteristik di antaranya pengajian hanya terbatas pada kitab kuning (salaf), intensifikasi musyawarah atau bahtsul masa’il, berlakunya sistem diniyah (klasikal), pakaian tempat dan lingkungannya mencerminkan masa lalu, seperti ke mana-mana selalu memakai sarung, songkok, dan banyak yang masak sendiri, kultur dan paradigma berpikirnya didominasi oleh term-term klasik, seperti tawadhu yang berlebihan, puasa dawud (puasa sehari buka sehari), zuhud, qona’ah, barakah, kuwalat dan biasanya akhirat oriented (Mulkhan, 2003:8).

(21)

menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren.

Kedua, pondok pesantren modern. karakteristik pesantren model ini adalah penekanan pada penggunaan bahasa asing (Arab dan Inggris), tidak ada pengajian kitab-kitab kuning (salaf), kurikulumnya mengadopsi kurikulum modern, lenturnya term-term tawadhu, kuwalat, barakah dan sejenisnya, dan penekanan pada rasionalitas, orientasi masa depan, persaingan hidup dan penguasaan teknologi (Mulkhan, 2003:9).

Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu pondok pesantren salaf yang di dalamnya terdapat pengajaran tentang kitab kuning, diniyah dan kulturnya bersifat klasik. Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi ini juga memiliki beberapa kegiatan di dalamnya salah satunya adalah mujahadah keliling. Mujahadah keliling ini dilaksanakan di berbagai daerah meliputi SEMBOGA (Semarang, Boyolali, Salatiga), kegiatan ini bersifat mingguan dan bulanan, tergantung permintaan dari daerah masing-masing. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan unggulan dan terobosan baru Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi yang belum ada di semua pondok pesantren yang ada di daerah Salatiga dan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul

Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang

(22)

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah tata cara mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah?

2. Bagaimanakah peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tata cara mujahadah yang dilakukan dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

2. Mengetahui peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bukan hanya sebagai informasi yang diberikan kepada para pembacanya, akan tetapi diharapkan agar dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis, yaitu:

1. Secara Teoretis

(23)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Secara praktis keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada pembelajaran dan dapat memberi wawasan mengenai tata cara mujahadah.

b. Bagi Masyarakat

1) Sebagai bekal masyarakat dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT

2) Meningkatkan spiritual masyarakat dalam aktivitas mujahadah. 3) Meningkatkan tali silaturahim antar masyarakat.

E. Penegasan Istilah

1. Peran

Dalam Kamus Besar Indonesia, peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas,

2001:854). Dari pengertian diatas yang dimaksud “peran” dalam

penelitian ini adalah identik dengan andil, partisipasi, tugas dan kontribusi yang dilakukan Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi. 2. Mujahadah Keliling

(24)

tamak dengan kemampuan yang dimiliki. Mujahadah keliling merupakan mujahadah yang dilakukan secara bergantian dari tempat satu ke tempat yang lainnya.

Indikator mujahadah keliling: a. Shalat sunah

b. Membaca dzikir asmaul husna c. Tahlil

d. Membaca shalawat e. Pengajian

f. Tanya jawab seputar agama

g. Dilakukan secara berjamaah dan keliling 3. Ukhuwah Islamiyah

Secara bahasa ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan Islam adapun secara istilah ukhuwah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling menolong, saling pengertian dan tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata

(25)

4. Pondok Pesantren

Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar atau santri yang jauh dari tempat asalnya (Dhofir, 1982:18).

Definisi atau pengertian pesantren dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai “asrama tempat santri atau murid (santri)

belajar mengaji”. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga

pendidikan Islam di mana para santri bisa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai berbagai bidang dan cabang ilmu agama Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat (Fenomena 2005:72. http://Pengertian Pesantren Serambi Pesantren.html diakses tanggal 08 September 2015).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

(26)

deskriptif ini karena pada penelitian ini berusaha meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem pemikiran, atau suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Pada umumnya penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian non-hipotesis/non-statistik, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh kegiatan objek penelitian. Adapun yang dimaksud kegiatan disini adalah peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.

Adapun proses pelaksanaan penelitian kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang ada.

c. Membuat perbandingan atau evaluasi dan

(27)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi. Tempat penelitian ini adalah di wilayah Semarang, Boyolali, dan Salatiga. Waktu penenlitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Februari sampai 1 Maret 2016. 3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan karena memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Artinya, data yang diperoleh memang asli dari lapangan dan baru, bukan data yang sudah usang/lama atau yang telah diolah. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:82).

(28)

Yang menjadi sumber data primer adalah Kyai/pimpinan mujahadah beliau K.H. M. Thoha M.Pd. serta beberapa jamaah mujahadah keliling yaitu: Reza Irawan, Khoirul Anwar, Roisul Imam, Sholikin, Nur Kholis, Sugeng, Darti, Turmudzi, dan Syamroh.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Teknik observasi adalah pengamatan data dengan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1983:136). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan mujahadah keliling serta jamaah yang mengikuti mujahadah keliling.

b. Dokumentasi

(29)

c. Interview

Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula atau secara sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dan pelaksana mujahadah (Nawawi, 2002:111).

Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang :

1) Tata cara mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

2) Peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubung-hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis data yang digunakan adalah analisis non-statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif analitif, analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.

(30)

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.

2. Display atau sajian data

Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan/atau tindakan yang diusulkan.

3. Verifikasi dan/atau penyimpulan data

Verifikasi data merupakan penjelasan tentang mujahadah keliling dan ukhuwah Islamiyah. Mujahadah keliling memiliki peran dalam peningkatan ukhuwah Islamiyah karena dengan adanya mujahadah keliling jamaah akan merasakan kebersamaan dan tumbuh rasa solidaritas antar sesama serta ukhuwah akan tertanam pada jamaah yang mengikutinya (Sugiyono, 2011:247).

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.

(31)

mujahadah, ukhuwah Islamiyah, dan pondok pesatren.

BAB III Hasil penelitian yang berisi tentang laporan objek penelitian Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi dan data interview pada masyarakat wilayah SEMBOGA (Semarang, Boyolali, Salatiga).

BAB IV Berisi tentang analisis data tentang peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TELAAH PUSTAKA

Penelitian mengenai mujahadah pernah diteliti oleh Kasiono

(2010) yang berjudul “Tradisi Mujahadah Kaum Santri Pondok Pesantren

Luqmaniyyah Yogyakarta” menyimpulkan bahwa sebagai pembentukan

ruhani santri, dalam Islam pendidikan spiritual dengan pendidikan ruhani adalah menjaga hubungan baik dengan Tuhan, dengan mengutamakan: 1) Distance (Mengambil jarak antara diri dengan nafsu-nafsu yang berusaha memperhamba jiwanya, serta mengambil jarak dengan ikatan dunia), 2) Konsentrasi (memfokuskan pada yang dituju), 3) Iluminasi atau Kasyaf (tersingkap tabir), 4) Insan Kamil (manusia yang sempurna), 5) Tawassul dengan hamba pilihan Allah SWT (perantara dalam memohon kepada Allah melalui keutamaan dari hamba-hamba Allah dengan kedudukan Rasul, ilmu yang dimiliki atau karena kenabiannya.

Dalam mencapai pendidikan spiritual (ruhani) maka perlu cara agar mencapai ruhani yang kuat dan jiwa yang sehat dalam menjalankan spiritual perlu dengan menjalankan rangkaian metode, seperti dzikir, diam,

sabar, ikhlas, istiqamah, do‟a, syukur, tawakal. Sedangkan cara tersebut

sudah menjadi konsep dalam tradisi mujahadah, karena dalam tradisi

mujahadah terdapat dzikir, shalawat dan do‟a sebagai metode ruhani yang

(33)

terdapat nilai yang terkandung di dalamnya sehingga santri terbantu ketika belajar (ngaji) di Pondok Pesantren Luqmaniyyah.

Nilai wasilah atau bertawassul (perantara dalam memohon kepada Allah SWT untuk mencapai tujuan), nilai Ilahiyah (semua manusia yang ada di atas dunia butuh kepada-Nya dan kepada-Nya manusia-manusia itu meminta pertolongan), nilai Istigfar (manusia terkadang salah dan lupa), nilai Tawakkul (berserah diri dan berusaha kepada Allah), nilai Mahabbah (menyadari akan kemuliaan-Nya (Jalal), kesempurnaan-Nya (Kamal), keindahan-Nya (Jamal) dan kasih sayang-Nya, kemurahan-Nya serta sifat-sifat lain yang menggiring-Nya maka menjelmalah cinta kepada-Nya melalui pendekatan diri kepada Allah dalam tradisi mujahadah).

Penelitian lain yang berjudul “Strategi Dakwah Muslimat NU,

Fatimiyah dan Aisyiyah dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di

Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara” oleh Isnaini (2012)

(34)

dengan perilaku (psikomotorik) ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan sudut pandang mengenai Islam yang positif. Keberhasilan tersebut tidak

lepas dari keteladanan da‟i yang menjadi kunci efektivitas komunikasi

dakwah sehingga dapat mewujudkan tujuan esensi dakwah dengan terciptanya feedback berupa perilaku ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan di lingkungan organisasi keIslaman wanita di Desa Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.

Penelitian yang berjudul “Respon kegiatan Khitabah di Pondok

Pesantren An-Nur dalam Peningkatan Ukhuwah Islamiyah pada Kalangan

Masyarakat Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon)” oleh

Hidayat (2012) menyimpulakn bahwa adanya kegiatan pengajian rutin dengan menggunakan metode khitabah atau ceramah di pondok pesantren ternyata dapat membawa pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Respon masyarakat terhadap kegiatan khitabah dalam peningkatan ukhuwah Islamiyah di Pondok Pesantren An-Nur mempunyai nilai yang positif bagi jamaah dalam efektivitas kegitan keagamaan, baik materi maupun penggunaan metode ceramah.

B. KERANGKA TEORETIK

1. Mujahadah

(35)

melakukan ijtihad, dalam merespon dan menjawab problem kehidupan masyarakat, dan kualitas diukur dengan kemampuannya melaksanakan jihad fi sabilillah, memimpin gerakan dalam membela kelompok masyarakat yang lemah dan tertindas (Fadhullah. 2007: 107).

a. Pengertian Mujahadah

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh berperang melawan musuh yang ada pada jiwa, dengan cara bersungguh-sungguh untuk mengurangi dan menundukkan hawa nafsu kemudian diarahkan pada kesadaran kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Ada juga perang terus-menerus yang disebut perang suci (al-jihad al-akbar).

b. Dasar-Dasar Mujahadah

1) Firman Allah Qs. Al-Maidah ayat 35.



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat

keberuntungan.”

2) Firman Allah Qs. Al-Ankabut ayat 69

(36)

3) Firman Allah Qs. Al-Hajj ayat 78

Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad

yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, Maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.”

4) Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya‟nya menyebutkan:

: لولأا ءزجلا , نيدلا مىلع ءايحا ( . اَهاَىِس اَهَل َحاَتْفِم َلَ ِةَياَدِهلا ُح اَتْفِم ُةَدَه اَجُملا 93 )

Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah, tidak ada kunci hidayah selain mujahadah (Imam Ghozali juz I tt: 39).

c. Tujuan Mujahadah

1) Menjernihkan hati dan ma’rifat billah (sadar kepada Allah). 2) Memperoleh hidayah taufiq Allah SWT dan Syafaat Rasulullah

SAW.

(37)

4) Keamanan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan keberkahan hidup.

d. Adab-Adab Mujahadah

1) Niat karena Allah.

2) Ingat atau menghadap kepada Allah SWT.

3) Merasa benar-benar berada di hadapan Allah SWT. 4) Disertai ta’dzim dan mahabbah kepada Rasulullah SAW. 5) Disertai dengan rasa rendah dan hina, merasa sangat

membutuhkan, merasa dzalim dan berlarut-larut penuh dengan dosa di hadapan Allah SWT.

6) Berkeyakinan bahwa mujahadah atau doanya diijabahi oleh Allah SWT.

7) Merasa benar-benar makmum atau mengikuti kepada kyai. 8) Adab lahir sesuai disesuaikan dengan adab batin dan

dianjurkan tidak dalam keadaan berhadats (Arispurniawan, 2011: 11).

e. Manfaat Mujahadah

1) Menimbulkan kesadaran jiwa bahwa Allah Maha Mengatur apa yang telah ditetapkan adalah baik.

(38)

3) Memperteguh keimanan dan membina jati diri muslim, sehingga seorang muslim tidak goyah akan gangguan iman dan godaan apapun.

4) Membentuk hamba yang bertanggung jawab dan kepribadian yang sangat baik, karena dari diri sendirilah manusia dapat bertanggung jawab atas semua amal yang diperbuatnya.

5) Mewujudkan persaudaraan, menjaga persatuan dan kesatuan serta menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia (Arispurniawan, 2011: 11).

f. Hakikat Mujahadah

Mujahadah dengan membersihkan hati, mampu meretas keterkaitan dari segala sesuatu selain Allah dengan cara mengosongkan hati dari kecintaan pada dunia, serta menghilangkan segala fikiran buruk dan tidak baik. Cahaya yang redup menjadi lampu yang terang, jika tidak demikian menurut Jalaluddin Rumi, hati tidak lain dan tidak bukan hanyalah sekedar

“sebuah botol berisi air seni” (Valiudin, 1997: 89).

Hati orang lalai kepada Allah hanyalah “sekedar tembok atau

(39)



Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152).

g. Macam-Macam Mujahadah

1) Mujahadah Yaumiyah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan dilaksanakan setiap hari.

2) Mujahadah Usbu’iyyah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan dilaksanakan seminggu sekali.

3) Mujahadah Syahriyyah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan dilaksanakan sebulan sekali.

4) Mujahadah Ru’busannah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan dilaksanakan tiga bulan sekali.

5) Mujahadah Nishfusanah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan dilaksanakan setengah tahun sekali. 6) Mujahadah Kubro adalah mujahadah besar-besaran yang

dilakukan pada bulan muharam dan bulan rajab dalam lingkungan.

7) Mujahadah Khusus adalah mujahadah yang dilakukan secara khusus misalnya niat sebelum melaksanakan pekerjaan yang baik.

(40)

h. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah

Adapun urutan tata cara pelaksanaan mujahadah adalah sebagai berikut :

1) Shalat sunah taubat 2 rakaat

2) Shalat sunah tasbih 4 rakaat (tiap 2 rakaat 1 salam) 3) Shalat sunah hajat 2 rakaat

4) Dilanjutkan dengan membaca amalan dzikir-dzikir sebagai berikut :

a) Al-fatikhah 21X b) Istighfar 100X

c) Membaca hauqillah 100X d) Membaca shalawat 100X e) Yaa Allah yaa Qodim 100X f) Yaa sami‟ yaa basyir 100X

g) Yaa khafid yaa nasir yaa wakil yaa Allah 100X h) Yaa khayu yaa qoyum yaa dzal jalali wal ikram 100X i) Yaa ghoniyu yaa khamid 100X

j) Yaa mubdi‟u yaa kholiq 100X

k) Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minatdzolimin 100X

l) Yaa latif 129X

(41)

o) Dan do‟a

(http://www.scribd.com/doc/71229603/Urutan/Tata/Cara/P elaksanaan/Mujahadah, diakses pada 16 Agustus 2016).

2. Ukhuwah Islamiyah

a. Pengertian Ukhuwah Isalmiyah

Ukhuwah berarti persaudaraan, yaitu adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain yang mengalami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak menemukan kesalahan.

(42)

Nikmat Allah berupa persaudaraan karena Iman hanya akan diberikan manakala kaum muslimin berpegang teguh pada

Al-Qur‟an. Tanpa Iman dan Islam yang benar (disertai pelaksanaan

ajaran-Nya dalam aktivitas keseharian) tidak mungkin ukhuwah akan terwujud secara solid. Tanpa kedudukan hati pada al-Islam atau pada ajaran Allah dengan istiqamah, konsisten dan mujahadah, tidak mungkin Dia akan menganugerahkan nikmat ukhuwah.

Ukhuwah Islamiyah sesungguhnya bagian yang tidak terpisahkan dari Iman dan Taqwa. Taqwa tidak akan sempurna tanpa ukhuwah dan ukhuwah pun tidak akan bermakna tanpa dilandasi ketaqwaan. Manakala ukhuwah lepas dari kendali Iman dan Taqwa, maka yang menjadi perekatnya adalah kepentingan pribadi, kelompok, kesukuan, maupun hal-hal yang bersifat material yang sesunggunya bersifat semu dan sementara (Hafidhuddin, 2003: 152-153).

b. Dasar-Dasar Ukhuwah Islamiyah

1) Qs. Al-Hujuraat ayat 10



(43)

2) QS. Ali Imran ayat 103.

Artinya: ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat

petunjuk.”

c. Tahapan Ukhuwah Islamiyah

Terdapat empat pilar penyangga ukhuwah yang dikenal dalam Islam, antaran lain:

1) Ta’aruf yaitu mengetahui, mengetahui disini dimaksudkan bukan hanya tahu nama, namun juga mengetahui data-data mengenai saudaranya (biodata) , ta’aruf juga sebagai tahap awal ukhuwah.

(44)

3) Ta’awun yaitu menutupi kekurangan, saling tolong menolong, saling memotivasi, singkatnya pada tahap ini akan rela menolong saudaranya jika ia dalam kesulitan, akan membantunya keluar dalam kesulitan dan ikut senang jika ia telah lepas dari persoalannya.

4) Takhaful yaitu menolong dengan sepenuh hati, saling berkorban. Pada tahap ini seorang akan memberi kepercayaan kepada saudaranya sesuatu yang tidak diberikan kepada sembarang orang, entah itu secret story, amanah, titipan barang, dll.

Setidaknya tahapan pilar tersebut yang menjadi dasar saat akan menjalin ukhuwah Islamiyah yang kuat, ukhuwahlah yang menjadikan perbedaan diantara kita menjadi indah (http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--ayuisnaini-6701-1-081211048.pdf, diakses pada 18 Agustus 2016).

3. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

(45)

pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. Secara singkat pesantren juga bisa dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya.

Dalam penyebutan sehari-hari, istilah pesantren biasanya dikaitkan dengan kata pondok, sehingga penyebutan pesantren akan lebih pas dengan menyandingkan istilah pondok pesantren. Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan

awalan “pe” dan akhiran “an” (pesantrian) yang berarti tempat

tinggal para santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal berasal

dari kata “sastri”, sebuah kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa

sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nurcholis Majid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahas Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari Jawa, dari kata

“cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seseorang

guru kemana guru itu pergi menetap. Sedangkan menurut

Bustaman Ahmad, istilah “pesantren” diambil dari kata “santri”

(46)

Indonesia yang berarti tempat tinggal santri, tempat di mana para pelajar mengikuti pelajaran agama. Sedangkan istilah “santri” diambil dari kata shastri (castri= India), dalam bahasa sansekerta bermakna orang yang mengetahui kitab suci Hindu. Kata Shastri (castri = India) berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku tentang ilmu pengetahuan (Umiarso & Zazin, 2011: 17-18)

b. Fungsi dan Tujuan Pesantren

Fungsi utama pesantren sesungguhnya sangat sederhana yaitu mensinergikan pelaku pendidikan yakni tenaga pendidik dan santri, dengan materi yang menjadi objek kajian dalam suatu lingkungan tersendiri (Umiarso & Zazin, 2011:43). Disatu sisi pesantren sebagai lembaga sosial, pesantren berfungsi untuk menampung generasi penerus (putra-putri) dari segala lapisan masyarakat muslim. Sedangkan sebagai lembaga penyiaran agama Islam, maka masjid pesantren digunakan sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi para jamaah. Masjid pesantren juga berfungsi sebagai majlis taklim dan diskusi keagamaan. Dan pada prosesnya pesantren berfungsi antara lain sebagai:

1) Pusat Kajian Islam

(47)

pemahaman agama. Ia berfungsi sebagai sumber penjelasan ajaran agama melalui kajian yang diselenggarakannya.

2) Pusat Pengembangan Dakwah

Tugas pesantren adalah dakwah Islamiyah pun sesungguhnya merupakan manifestasi dari pemahaman yang paripurna adalah tafaqquh fi al-din, karena pelaksanaan dakwah Islamiyah merupakan perintah agama. Sehingga peranan pondok pesantren terutama dalam hubungan dengan peranan dan pengembangan masyarakat. Pengaruh pondok pesantren dapat terjangkaukan kepada masyarakat sekitarnya dapat meluas (Umiarso & Zazin, 2011:44).

Peranan pondok pesantren sebagai pusat pengembangan dakwah Islamiyah dapat dikategorikan ke dalam tiga peranan pokok :

a) Peranan Institusi/Kelembagaan

Pondok pesantren menyelenggarakan kegiatan pengajian dan pendidikan maka secara kelembagaan pondok pesantren merupakan institusi yang dapat menyebarkan pengetahuan yang mereka dapat kepada orang-orang sekitarnya atau masyarakat di wilayahnya. b) Peranan Instrumental

(48)

dalam upaya aplikasi tujuannya. Diaplikasikan dalam bentuk pendidikan dan pengajaran yang memang diperlukan untuk pencapaian tujuan pondok pesantren. Pendidikan dan pengajaran mendukung di tunjang oleh fasilitas masjid, ruang belajar, perpustakaan dan asrama dan tak kalah pentingnya adalah bahan-bahan belajar atau materi pembelajaran berupa kitab-kitab klasik Islam.

c) Peranan Sumber Daya Manusia

Dalam sistem pendidikan pondok pesantren di upayakan pengembangan keterampilan para santri dalam rangka mencapai tujuan pondok pesantren, termasuk dalam hal ini tentunya dakwah Islamiyah. Mereka oleh kyai dan pengasuh pondok pesantren akan dijadikan tenaga-tenaga profesional yang handal dalam bidang agama. Begitu juga dengan para kyai adalah aset sumber daya manusia podok pesantren yang memiliki

“karisma” merupakan pemberian Ilahi yang harus terus

(49)

3) Pusat Pelayanan Beragama dan Moral

Pusat kehidupan beragama di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mengajar pada masyarakat, tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng umat dalam bidang akhlaq sesuai dengan fungsi asli pondok pesantren (Umiarso & Zazin, 2011:49).

4) Pusat Pengembangan Solidaritas dan Ukhuwah Islamiyah

Pondok pesantren menjadi lebih penting di masyarakat. Peranan pondok pesantren untuk memantapkan kehidupan beragama menjadi landasan bagi terciptanya ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian, pondok pesantren telah memerikan kontribusi tersendiri dalam penyelenggaraan kegiatan dengan mentransformasikan diri sebagai pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah (Umiarso & Zazin, 2011:50).

Sedangkan tujuan pondok pesantren menurut Djamaluddin adalah sebagai berikut:

a) Tujuan Umum

(50)

kepentingan kebahagiaan hidup diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta Negara Indonesia.

b) Tujuan Khusus

(1) Membina suasana hidup keagamaan dalam pondok pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santrinya).

(2) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran ilmu agama Islam.

(3) Mengembangkan sikap beragama melalui praktek-praktek ibadah.

(4) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam pondok pesantren dan sekitarnya. memberikan pendidikan keterampilan, civic dan kesejahteraan, olah raga kepada anak didik.

(5) Mengusahakan terwujudnya segala fasilitas dalam pondok pesantren yang memungkinkan pencapaian tujuan umum tersebut (Umiarso & Zazin, 2011: 51). c. Peranan Pondok Pesantren

(51)

masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan persoalan yang mendesak. Dengan upaya mengerahkan segala sumber yang ada dalam bidang pendidikan untuk memecahkan berbagai masalah tersebut, maka eksistensi pondok pesantren akan lebih disorot. Pondok pesantren sangat diharapkan memainkan peranan pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif, diantaranya :

a) Peranan Instrumental dan Fasilitator

Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan, namun juga sebagai lembaga pemberdayaan umat merupakan petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah Islamiyah, sarana dalam pengembangan umat ini tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian tujuan. Sehingga pondok pesantren yang mengembangkan hal yang demikian berarti pondok pesantren tersebut telah berperan sebagai alat atau instrumen pengembangan potensi dan pemberdayaan umat.

b) Peranan Mobilisasi

(52)

lainnya, dikarenakan hal ini dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Sehingga bagi masyarakat tertentu, terdapat kecenderungan yang memberikan kepercayaan pendidikan hanya pondok pesantren. c) Peranan Sumber Daya Manusia

Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, pondok pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang di beberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan di pondok pesantren. Di sini peranan pondok pesantren sebagai fasilitator dan instrumental sangat dominan.

d) Sebagai Agent of Development

(53)

e) Sebagai Center of Excellence

(54)

BAB III

LAPORAN OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi

Pada tahun 1985 berdirilah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi, dimulai 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang santri yang non mukim, dari tahun ke tahun bertambahlah santri di lingkungan pondok pesantren ini, kemudian mulai tahun 1987 mulai diadakan pendidikan Madrasah Diniyah Assalafi, dari tingkat

Madrasah Ibtida‟, Al-Ula, dan Al Wustho. Dari tahun ke tahun

bertambahlah siswa dan santri pada pondok pesantren ini, kemudian pada tahun 1991 diresmikanlah pondok pesantren ini dengan

diaktanotariskan atau sebagai yayasan dengan nama “Yayasan

Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam (YPKUI) Assalafi” dengan

Notaris, oleh Nur fari‟ah latif SH, tahun 1991.

(55)

Menengah Pertama (SMP/MTs) yang kemudian menghasilkan satu keputusan diadakannya sebuah MTs, yang diberi nama MTs Assalafi.

Mulai Juli 1993 berdirilah sebuah MTs di desa ini, dengan murid pertama sekitar 160 orang (dijadikan 4 kelas), saat itu Kepala Madrasahnya adalah K. Maftah Bajuri, A.Md., dengan dibantu 22 orang pendidik dari para sarjana di lingkungan Kecamatan Susukan, Kecamatan Tengaran, dan Kecamatan Suruh, keseluruhan siswa dari para santri dan warga sekitar. Sekolah masih menginduk pada MTs N Susukan yang saat itu masih dikepalai oleh Drs. H. Qowaid, 5 tahun kemudian sekolah diadakan akreditasi sekolah oleh Depag Kab. Semarang, yang kemudian pada tahun 1996 MTs Assalafi di Kepalai oleh Bpk. Syamsul Marwan, SE, beliau adalah santri mukim yang berasal dari Palembang Sumatra Selatan. Sekolah semakin berkembang didukung oleh fasilitas sederhana dan semangat kerja dari para Dewan Guru dan Dewan Komite Sekolah, kemudian pada tahun 1999/2000 MTs Assalafi ada pergantian Kepala Sekolah, yang kemudian terpilih sebagai Kepala Sekolah yaitu Bpk. Jony Mohandis, S.Ag., saat itu sekolah terlihat semakin berkembang dan dengan terlihat siswa menjadi semakin banyak.

(56)

mudah untuk melanjutkan sekolah berikutnya juga masyarakat di lingkungan Kecamatan Susukan. Siswa-siswi MTs Assalafi dengan mudah untuk melanjutkan sekolahnya.

(57)

2. Profil Pondok Pesantren

a. No Statistik : 042332203031

b. Nama : Mahirul Hikam Assalafi

c. Alamat : Talok RT. 18 RW. 5, Payudan, Ds. Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang

d. Tanggal berdiri : 28 Mei 1986

e. Nama Pengasuh : K.H. M. Thoha, M.Pd. f. No. Telp : 081914339740

3. Tujuan

Menyebarkan Ilmu dan Agama Islam 4. Visi dan Misi

a. Visi:

1) Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi adalah lembaga yang akan mengedepankan anak didik lewat pendidikan formal (MTs, SMA dan SMK) dan non formal (Tafaquh fiddin) agar menjadi santri yang multi dalam segala bidang serta mampu menyikapi keadaan zaman dengan mengembangkan rasionalis dan relegiusitas.

(58)

b. Misi:

1) Mendidik, menanamkan dan mengajarkan anak untuk berakhlaqul karimah, berwawasan luas, profesional, skill dalam segala bidang serta beriman dan bertaqwa.

2) Menyambung tongkat estafet ulama‟ salaf dalam menyebarluaskan kitab kuning di era global yang serba canggih dan modern.

3) Mempertahankan dan menyiarkan ajaran Ahlusunah Wal Jamaah serta menghargai pendapat dari berbagai kalangan sebagai wujud demokrasi nasional.

4) Mencetak santri yang jujur, kreatif, rajin dan tidak suka balas dendam.

5. Ciri Khas yang Menonjol

Mengajarkan Tahfidhul Qur‟an, kitab kuning, mengelola sekolah

non formal, formal dan majlis ta‟lim.

6. Pengelolaan Pesantren

a. Menggunakan sistem salaf (santri mampu membaca kitab kuning yang tidak ada harokat dan maknanya).

b. Menggunakan manajemen yang professional sehingga ada keseimbangan antara khusus ngaji (Ilmu Agama), santri formal (santri bisa menyelesaikan pendidikan minimal SLTA

(59)

7. Daftar Asatidz dan Pengurus Pondok Pesantren Mahirul Hikam

Assalafi Periode 2015/2016

Tabel 3.1 Daftar Asatidz dan Pengurus

NO. NAMA JABATAN MENGAJAR

3. K. Abdurrohman Penasehat

4. K. M. Mujib Keamanan Pusat 5. Ny. Esti Robi‟ah, S.Pd. BP

6. M. Tamami, S.PdI. BP

7. K. Muhsin Kepala Madin Al „Imrithi 8. Syarifah Labibatul U Al- Qur‟an 9. Najib Syaifullah, S.PdI. Alfiyah

10. Abdul Nur Kholis, S.Pd. Qowai‟idul I‟lal dan Ushul 15. Mun‟im Khusnudin Sekretaris I Tajwid

16. Taufiq Riza Sekretaris II Tambihul

(60)

17. Roisul Imam Bendahara I Hadist 24. Imam Fahrozi Sie. Peribadatan

II

Alala

25. Sholikin Sie. Kebersihan Tauhid 26. Syamsudin Sie. Humas Qiro‟ah 27. M. Nur Kholis Sie. Sarpra Tambihul

Muta‟alim

28. Sugeng Riyadi Pembantu Umum

(61)

8. Tata Tertib Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi

a. Mujibat

1) Santri yang datang harus membawa surat keterangan atau identitas diri.

2) Santri yang datang lebih dari tiga hari harus mendaftarkan diri. 3) Santri yang masuk dan keluar harus izin.

4) Setiap santri wajib mengikuti kegiatan-kegiatan. 5) Setiap santri wajib menjaga ketertiban.

6) Setiap santri wajib menjalankan syari‟at Islam. 7) Setiap santri harus shalat lima waktu berjamaah.

8) Setiap santri harus menjaga nama baik pesantren dimanapun berada.

9) Santri putri jika hendak pulang harus ada pihak keluarga atau orang yang dipercaya untuk menjemput dan mengantar, dengan membawa kartu mahrom.

b. Manhiyyat

1) Dilarang meninggalkan ngaji dan shalat. 2) Dilarang keluar lebih dari jam 19.00 WIB.

3) Dilarang berhubungan dengan wanita/pria yang bukan mahromnya.

(62)

7) Dilarang menggunakan hak milik orang lain tanpa izin (ghosob).

8) Dilarang duduk di tepi jalan.

9) Dilarang bersuara keras pada waktu qoilullah (pkl 11.00-12.00 WIB).

10)Dilarang menonton TV kecuali hari rukhsoh. 11)Dilarang mandi dengan keadaan aurot terbuka. 12)Dilarang membawa HP.

13)Dilarang memakai pakaian yang pendek apalagi yang ketat. 14)Dilarang masuk ke kamar orang lain tanpa izin.

15)Dilarang membunyikan musik selain hari rukhsoh.

16)Dilarang mencukur rambut yang tidak sepantasnya santri. 17)Dilarang keluar kamar dengan menggunakan celana boxer dan

singlet. c. Muhimmat

1) Semua santri wajib mentaati tata tertib yang berlaku. 2) Bagi santri yang melanggar akan dikenakan sangsi.

(63)

d. Program Kegiatan Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi

Tabel 3.2 Kegiatan Pondok

No Waktu Jenis Kegiatan

1. 04.00-04.30 Bangun tidur 2. 04.30-05.00 Jamaah Shalat Subuh 3. 05.00-05.30 Bandongan Al-Qur‟an 4. 05.30-06.00 Sorogan Kitab 5. 06.00-06.30 Shalat Dhuha

6. 06.30-07.00 Persiapan Sekolah MTs, SMA dan SMK 7. 07.00-selesai KBM MTs, SMA dan SMK 8. 11.45-12.30 Jamaah Shalat Dhuhur 9. 12.30-13.30 KBM MTs, SMA dan SMK

10. 13.30-15.00 ISOMA

11. 15.00-15.30 Jamaah Shalat Ashar 12. 15.30-16.00 Persiapan KBM Madin

13. 16.00-17.30 KBM Madin

14. 17.30-18.00 Makan Sore & Persiapan Shalat Magrib 15. 18.00-19.15 Jamaah Shalat Magrib dan Mengaji

Al-Qur‟an

16. 19.15-19.45 Jamaah Shalat Isya‟ 17. 19.45-20.00 Persiapan Takror

18. 20.00-22.00 Takror

19. 22.00-Selesai Belajar Sendiri

20. 23.00-04.00 Istirahat

(64)

bisa membagi waktu dan membiasakan hidup disiplin. Santri juga akan terbiasa hidup mandiri dalam melakukan segala sesuatu.

9. Unit-Unit Pendidikan

a. Non Formal

1) Madrasah Diniyah (Madin) 2) Tahfidhul Qur‟an

3) Kitab Kuning 4) TPQ Assalafi b. Formal

1) MTs Assalafi 2) SMA Assalafi

3) SMK Wikrama 1 Kab. Semarang c. Majlis Ta’lim

1) Jamaah Fida‟ Selasan (Mujahadah dan Fida‟ Kubro dan Sughro, setiap hari Selasa, jam 14.00 s.d 16.00).

2) Pengajian Ahad Pagi (PAP) (Kajian Kitab Tafsir al-Qur‟an dan Fiqih setiap hari Ahad, jam 06.30 s.d 08.00).

3) Jamaah Ta‟mir Masjid/Musholla (JTM) SEMBOGA (Kajian Ahlusunnah Wal Jamaah setiap Sabtu Pahing/malam Ahad Pon, jam 18.00 s.d 21.00).

(65)

5) Jamaah Thoriqoh Qodiriyah Wanaqsabandiyah (TQN) (cabang Suryala).

6) Sewelasan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani.

7) Ziarah makam Ki Ageng Dipoyudo (setiap malam Jum‟at Wage).

8) Sima‟an Estafet “Nurul Qur‟an” (dilaksanakan setiap hari Ahad Kliwon 2 bulan sekali oleh Hufadz Alumni Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi, jam 07.00 s.d 16.00).

9) Jamaah Mujahadah Singoprono (mujahadah dilaksanakan di Gunung Tugel/Makam Ki Ageng Singoprono setiap Selasa Kliwon, jam 13.00-16.00).

10)Pendalaman Sufi (kajian pendalaman Thoriqoh dilaksanakan

setiap Jum‟at Kliwon, jam 13.00 s.d 16.00).

11)Thoriqot Baiat keliling (TBK).

12)Sewelasan (khataman Thoriqoh setiap tanggal sebelas bulan jawa, jam 18.00 s.d 21.00).

13)Ijazah Khirzujjausyan dan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani (dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Muharrom). 14)Pengisian Asma‟ BI (Bunga Islam), (dilaksanakan satu tahun

(66)

d. Bimbingan Manasik Haji dan Umroh

Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi juga melayani bimbingan manasik haji dan umroh berkerja sama dengan Biro Karshinta yang dibimbing langsung oleh K.H. M. Thoha, M.Pd. B. Peranan Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah

Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi

Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu pondok pesantren yang terdapat di Desa Payudan, Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, yang diasuh oleh K.H. M. Thoha, M.Pd. Salah satu kegiatan pondok pesantren yang sering dilakukan adalah mujahadah keliling, kegiatan tersebut juga merupakan kegiatan unggulan yang dilakukan setiap bulannya, terkadang juga dilakukan dua minggu sekali sesuai permintaan jamaah yang dipimpin oleh K.H. M. Thoha, M.Pd. sendiri.

(67)

1. Sejarah Berdirinya Mujahadah Keliling

Bermula dari awal pendirian pada tahun 1986, tempat Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu tempat yang dianggap keramat (sangar) karena banyak masyarakat yang tidak kuat menempati daerah tersebut kemudian teman-teman kyai pondok pesantren yang berasal dari Pondok Pesantren Ringin Agung melaksanakan mujahadah, selain itu Mbah Ihsan Nawawi cucu Mbah Imam Kholil Bakalan juga ikut serta dalam tirakat untuk menempati tempat tersebut.

Mujahadah kemudian dijadikan sebagai salah satu tujuan pondok pesantren, pada awalnya mujahadah dilaksanakan setiap malam jumat,

jamaah Sabtu dan fida‟ Selasa yang dimulai tahun 1986 akhirnya

setiap pembentukan sesuatu diawali mujadah kemudian didirikan mujahadah keliling yang dimulai di Pantai Parang Kusumo Yogja. Kalimah-kalimah mujahadah yang diamalkan sudah diijazahkan para

ulama‟ salaf dan sampai saat ini mujahadah keliling sudah berjalan

diberbagai daerah yang meliputi Semarang, Boyolali dan Salatiga (K.H. M. Thoha, M.Pd., wawancara, 18 Februari 2016).

Kegiatan mujahadah keliling berawal sejak tahun 1999 tepatnya tanggal 09 Mei 1999 pada waktu gempar-gemparnya kalangan ilmu

hitam yang menghujah para ulama‟ dan baru ditetapkan pada tahun

(68)

dengan mujahadah. Agar mujahadah bisa menjadi tradisi di masyarakat dan menyebar keseluruh lapisan, maka dari situlah mujahadah kaliling didirikan agar masyarakat paham tentang arti dan pentingnya mujahadah dalam kehidupan (K.H. M. Thoha, M.Pd., wawancara, 18 Februari 2016).

2. Tujuan Mujahadah Keliling

Diadakannya kegiatan mujahadah pastilah memiliki tujuan penting yang ingin dicapai oleh para ulama‟ pemilik gagasan kegiatan tersebut. Seperti tujuan umum mujahadah yaitu meningkatkan ukhuwah Islamiyah maka dari itu, dengan diadakannya mujahadah keliling diharapkan memberikan peranan bagi umat Islam seperti:

a. Membendung kemadharatan

Agar jamaah mujahadah terhindar dari perbuatan yang dilarang Allah SWT.

b. Mengkosentrasikan diri kepada Allah

Melatih jamaah mujahadah agar khusuk dan hikmah dalam melakukan ibadah.

c. Nasiruddin

Membuka hati jamaah mujahadah supaya selamat di dunia dan akhirat.

d. Persatuan umat

(69)

e. Ketenteraman umat

Harapan dari mujahadah sendiri adalah untuk ketenteraman jamaah mujahadah sendiri umumnya untuk semua umat (K.H. M. Thoha, M.Pd., wawancara, 18 Februari 2016).

Selain itu, diharapkan para jamaah dapat merasakan manfaat yang diperoleh dari diadakannya kegiatan mujahadah keliling tersebut, seperti yang dikemukakan oleh saudara Reza Irawan (Wawancara, 19 Februari 2016), dengan mengikuti mujahadah kaliling beliau memperoleh manfaat dapat menyambung silaturahmi dan sebagai

syi‟ar Islam, menambah pengetahuan (Khoirul Anwar, wawancara, 20

Februari 2016).

Pendapat lain dikemukakan oleh Roisul Imam (Wawancara, 21 Februari 2016) ia memiliki ketertarikan terhadap kegiatan mujahadah keliling karena selain mujahadah, juga terdapat pengajian seputar Aswaja dan pengupasan hukum-hukum kontemporer, manfaat yang ia peroleh dapat mengetahui Aswaja lebih detail dan mendalam, menambah dan meningkatkan persaudaraan. Sholikin (Wawancara, 25 Februari 2016) manfaat yang ia peroleh dapat melatih diri bermasyarakat, meniru figur seorang kyai, mencari qoul-qoul, melatih menjadi contoh di masyarakat, menambah rasa cinta kepada NU, melatih diri agar menahan nafsu, mempererat antar orang yang ada disekitarnya, agar terbiasa melakukan ibadah secara bersama-sama,

(70)

Sementara itu menurut Nur Kholis (Wawancara, 27 Februari 2016), ia memperoleh manfaat dapat menambah amalan-amalan ibadah dan menambah wawasan serta menambah kerabat.

3. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah Keliling

Setiap kegiatan yang terdapat di pondok pesantren pastilah terdapat aturan-aturan serta tata cara yang harus dipatuhi oleh para santri, begitupun kegiatan mujahadah keliling itu sendiri, kegiatan tersebut memiliki aturan dan tata cara yang harus dipatuhi oleh jamaah.

Adapun tata cara pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut: mujahadah dilaksanakan pada waktu maghrib, jamaah mujahadah keliling melakukan shalat maghrib berjamaah, setelah shalat maghrib jamaah melakukan shalat-shalat sunah seperti:

a. Shalat taubat dua rakaat b. Shalat hajat dua rakaat

c. Shalat taqurruban illallah dua rakaat d. Shalat mutlaq dua rakaat

e. Shalat tasbih empat rakaat dua salaman

Setelah shalat sunah selesai, kemudian membaca wirid-wirid asmaul husna oleh pimpinan mujahadah dilanjutkan tahlil bersama

yang dilanjutkan shalat isya‟ berjamaah serta membaca shalawat

(71)

memberikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya hal-hal yang belum diketahui. Disela-sela pengajian jamaah juga mendapatkan makanan dan minuman yang diberikan oleh takmir masjid yang dibuat mujahadah. Setelah beberapa rangkaian mujahadah selesai pimpinan mujahadah beserta hadrahnya diminta salah satu jamaah untuk berkenan mampir kerumahnya untuk dijamu (hasil pengamatan dan observasi peneliti).

4. Wilayah yang Menjadi Sasaran Mujahadah Keliling

(72)

5. Karakter Jamaah yang Mengikuti Mujahadah Keliling

Jamaah yang mengikuti mujahadah ini sangat beraneka ragam mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai tua. Dari keanekaragaman tersebut maka kegiatan mujahadah ini tidak dibatasi bagi siapa saja yang mau mengikutinya diperbolehkan. Orang-oarang yang mengikuti kegiatan ini juga bermacam-macam golongan seperti

para ulama‟, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha,

pedagang, buruh, petani dan lain sebagainya, bahkan dari golongan orang menengah ke atas sampai golongan menengah ke bawah.

Dari beberapa keanekaragaman tersebut orang-orang yang sering mengikuti kegiatan mujahadah ini adalah orang-orang dari golongan tua, tokoh-tokoh agama, dan golongan orang-orang menengah ke bawah. Untuk golongan yang lainya masih belum bisa maksimal dalam mengikuti kegiatan mujahadah ini, karena kesibukan dan tugas yang harus mereka selesaikan (hasil pengamatan dan observasi peneliti). .

6. Jadwal Mujahadah Keliling Pondok Pesantren Mahirul Hikam

Assalafi

Tabel 3.3 Jadwal Mujahadah

No. Hari Tempat

1. 2.

Jum‟at Legi (Ba‟da Dzuhur)

Malam Sabtu Pahing

(73)

3.

Malam Ahad Pon JTM (2 Bulan Sekali) Selasa Kliwon (Jam 11:00)

Data tersebut diperoleh dari pimpinan mujahadah/K.H. M. Thoha M.Pd. data ini merupakan jadwal mujahadah keliling yang dilakukan diberbagai daerah yang meliputi SEMBOGA (Semarang, Boyolali, Salatiga).

7. Biografi Ringkas K.H. M. Thoha, M.Pd.

(74)

Beliau Lahir pada tanggal 12 November 1962. Beliau adalah sosok seorang kyai, berpendidikan dengan title M.Pd. sejak kecil beliau sudah dikenalkan ilmu agama oleh ayah dan ibunya yaitu beliau simbah Kyai Ahmad Badarudin dan Ibu Nyai Siti Aisyah. Sejak kecil beliau sudah melakukan pengembaraan untuk memperdalam ilmu agama ke pondok pesantren. Pertama beliau berguru kepada Kyai Bakrin di Tengaran, kemudian beliau melanjutkan berguru kepada Simbah Kyai Jalal Suyuthi di Podok Pesantren Assuyutiyah Bener, Tengaran, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Manar. Selain itu beliau juga alumni Pondok Pesantren Mahir Ar-riyadh Kepung Pare-pare, Kediri, yang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Ringin Agung. Setelah pulang dari pondok pesantren beliau memperistri seorang santriwati dari Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Solo, beliau adalah Ibu Nyai Umi Hani‟. Dari pernikahannya mereka dikaruniai putra-putri yang sejak kecil sudah di bimbing ilmu agama, mereka adalah Muhammad Luqmanul Hakim, Syarifah Labibatul Umami, Muhammad Ibnu Sabil (almarhum), Roisyah Atsna, Aida Risyda Afnan dan Muhammad Fahmi Al-kaff.

(75)

santri yang beliau didik dan ketika pulang bisa mendirikan pondok pesantren sendiri. Beliau juga orang yang suka menolong kepada siapa saja yang membutuhkan, bijaksana dalam bertindak, tegas, dan juga tabah dalam menghadapi masalah.

Banyak majlis pengajian yang beliau dirikan sebagai wadah untuk bertholabul ilmi dan musyawarah, diantaranya yaitu PAP (Pengajian Ahad Pagi), MK (Mujahadah Keliling), Fida‟ Selasan, TQN (Thoriqoh Qodiriyah Wanaqsabandiyah), dan JTM (Jamaah Takmir Masjid dan Mushola) se-Kabupaten Semarang, Boyolali, dan Salatiga yang diikuti oleh jamaah lebih dari seribu orang (hasil pengamatan dan observasi peneliti).

8. Hadrah Sabdo Wali

(76)

seorang pelatih dari luar untuk membantu melatih anggota hadrah agar menjadi lebih baik lagi. Hadrah ini juga memiliki fungsi khusus diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Membatu pengasuh Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi dalam berdakwah dan mujahadah.

b. Mensyi‟arkan agama Islam dan mengharapkan syafa‟at Nabi Muhammad SAW.

Hadrah ini juga memiliki unsur-unsur penting di dalamnya antara lain sebagai berikut :

a. Vokal

Dalam kesenian hadrah ini yang menjadi vokal biasanya orang yang mempunyai suara yang bagus. Dan orang yang dipilih menjadi vokal adalah orang yang pandai melantunkan ayat-ayat

al-qur‟an dengan kata lain orang yang bisa qori‟.

b. Alat musik/rebana

(77)

c. Lagu

Lagu-lagu yang digunakan dalam kesenian hadrah ini mengambil dari kitab-kitab dan buku-buku qasidah, seperti kitab simtudduror, al-barzanji, kumpulan qasidah Islamiyah, dan lain sebagainya.

Adapun anggota hadrah sabdo wali adalah sebagai berikut : a. Vokal

Roisul Imam, M. Rohadi, M. Nur Kholis, Ali Mufid, dan Gufron Ali.

b. Pemain terbang

Afsana Hendra, Ahmad Taslim, Setyo Ali Fais, Luqman Rosyadi, Panggeh Rahayu Slamet, Mustika Reza, Viky Wahyu Saputra, dan

Nur Rofi‟i.

c. Pemain bass, tam keplak dan marawis

Hartanto, Zainal Arifin, Wisnu Nur Cahyo, Lukman Ckakim, dan Taufiq Bahri (hasil pengamatan dan observasi peneliti).

9. Pesan dan Kesan Jamaah Mujahadah Keliling

(78)

a. Mewakili dari Daerah Salatiga

Ditemukan beberapa kesan dan pesan dari jamaah perwakilan kota Salatiga. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa mengikuti mujahadah keliling merupakan salah satu kegiatan religius yang semestinya diikuti oleh masyarakat. Pemaparan ini diambil dari salah seorang warga Salatiga bernama Ibu Darti 35 tahun.

(79)

dengan berdzikir serta mendekat kepada ahli ilmu lah kita akan dapat membuka jalan menuju pintu syurga-Nya.”

b. Perwakilan dari Daerah Semarang

Pernyataan ini diambil dari seorang warga dari daerah Semarang yang mempunyai nama Bapak Turmudzi, umur 42 tahun.

(80)

c. Perwakilan dari Daerah Boyolali

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Asatidz dan Pengurus
Tabel 3.3 Jadwal Mujahadah

Referensi

Dokumen terkait