STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI
PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL
BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH: EKO PRASETYO NIM: 201-12-036
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI
PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL
BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH: EKO PRASETYO NIM: 201-12-036
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
“Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tapi jadilah orang yang
bernilai”
(Albert Enstein)
“Saya menganggap orang yang bisa mengatasi keinginannya lebih berani
daripada orang yang bisa menaklukan musuhnya, karena kemenangan paling sulit
diraih adalah kemenangan atas diri sendiri”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkahan rahmat dan Hidayah-Nya
dan tugas akhir ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua Orang Tuaku, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih
sayang.
2. Adikku yang ikut memberikan semangat.
3. Keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasi.
4. Sahabat-sahabatku yang memberikan kritikan dan bantuan.
5. Seluruh Staf BPRS Sragen Sukowati cabang Boyolali, terima kasih atas
bantuannya.
6. Teman spesial, yang selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, bantuan dan
semangat.
7. Teman-teman Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2012.
8. Bapak Alfred, terima kasih atas bimbingannya dari awal pembuatan tugas
akhir hingga selesai.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang penulis
memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI
PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI” untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir di antaranya :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Bapak Drs. Alfred, L., M.Si selaku pembimbing dalam penulisan Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si selaku Ketua Jurusan D III
Perbankan Syariah
5. Bapak Mochlasin, M.Ag selaku DPL magang.
6. Kepada pimpinan dan semua staf BMT Syamil Ampel Boyolali.
7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi dan
8. Rekan-rekan seperjuangan D III Perbankan Syariah 2012, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga
penulisan Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya.
Salatiga, 9 September 2015
ABSTRAK
Prasetyo, Eko. 2015. Strategi Pemasaran Produk Simpanan Investasi Pendidikan (Si Ipin) Di BMT Syamil Ampel Boyolali. Tugas Akhir Diploma III. Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Alfred L., M.Si
Kata Kunci: Strategi Pemasaran dan Investasi Pendidikan
Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti strategi pemasaran yang diterapkan BMT Syamil Ampel Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apakah strategi yang digunakan dalam memasarkan produk Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali?, (2) Apa kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi untuk mengatasinya?, (3) Bagaimana perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Bboyolali?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait BMT Syamil Ampel Boyolali.
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Dan Kegunaan ... 4
D. Telaah Pustaka ... 5
E. Metode Penelitian ... 6
F. Penegasan Istilah ... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Baitul Maal Wattamwil... 11
B. Simpanan... ... 14
C. Pemasaran... ... 30
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum BMT Syamil... 40
B. Visi dan Misi ... 40
C. Struktur Organisasi ... 41
D. Susunan Manajemen BMT Syamil ... 41
E. Tugas dan Wewenang Jabatan ... 42
BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi yang digunakan dalam memasarkan produk simpanan investasi pendidikan... .... 79
B. Kendala yang dihadapi dan strategi untuk menghadapinya... ... 85
C. Perkembangan Produk Si Ipin... ... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan tabungan mudharabah dan tabungan wadiah ... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Lembaga Keuangan Indonesia ... 12
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kepengurusan BMT Syamil ... 41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Baitul Maal Wattamwil merupakan lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah), menumbuh kembangkan
bisnis usaha mikro dan kecil dalam mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan fakir miskin. Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak
zaman Rasulullah SAW yang dikenal dengan nama bait al-maal dan
berfungsi sebagai pengelola dana amanah dan harta rampasan perang
(ghanimah) pada masa awal islam yang diberikan kepada yang berhak dengan
pertimbangan kemaslahatan umat. Secara kongkrit kelembagaan Baitul Maal
baru dilakukan pada masa Umar bin Khatab ketika kebijakan pendistribusian
dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu
berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di propinsi-propinsi
wilayah Islam (Wahyuni, 2011: 1).
Peran BMT dalam upaya memberikan kontribusi kepada bergeraknya
kecil. Dalam rangka mendukung dan membantu kesejahteraan masyarakat,
Indonesia. Salah satunya BMT memberikan kontribusi dalam bidang
pendidikan. Sejarah munculnya BMT di Indonesia sendiri dimulai tahun 1984
yang dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba
menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil.
secara operasional ditindak lanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(Barokah, 2010 : 14).
Dalam aktivitasnya, BMT menciptakan produk untuk Pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan suatu mekanisme dalam mengembangkan keahlian
dan pengetahuan manusia. Pentingnya pendidikan bagi setiap generasi untuk
mencetak sumber daya manusia yang berguna. Pendidikan adalah suatu
investasi terhadap sumber daya manusia untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan manusia terlebih lagi dalam pengembangan ekonomi sangat
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui keunggulan
baik dalam kemampuan akademik dan penguasaan teknologi serta sikap
mental sehingga dapat menjadi manusia yang handal pada bidangnya.
Ada upaya untuk meningkatkan pedidikan. Fasilitas menjadi hal penting
dalam dunia pendidikan, karena fasilitas yang minim membuat siswa dan
tenaga pengajar mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar. Terlebih
untuk daerah pelosok, fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pendidikan cenderung terabaikan dan kualitas pendidikan di sana juga ikut
menurun. Oleh karena itu, fasilitas pembelajaran ini perlu banyak
mempunyai standar fasilitas pembelajaran yang layak di setiap sekolah, agar
parasiswa dan tenaga pengajar mendapatkan ruang untuk dapat memperluas
jaringan pendidikan mereka.
Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan adalah sarana dan prasarana,
sarana pendidikan itu sendiri adalah semua fasilitas yang mempermudah dan
memperlancar proses pendidikan dan pengajaran dan sifatnya langsung,
misalnya papan tulis, buku, dan sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan
adalah semua benda atau fasilitas yang mempermudah dan memperlacar
proses pendidikan dan pengajaran, misalnya ruangkelas/gedung, meja kursi,
jalan-jalan yang ada di lembaga pendidikan Seperti diketahui di era
globalisasi pendidikan merupakan salah satu kebutuhan sehingga tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan bangsa Indonesia di
bidang pendidikan dibandingkan negara-negara tetangga menyebabkan
pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk memiliki standar
internasional.
Lahirnya BMT Syamil pada tahun 2009 dengan berbagai produk
penghimpunan dan pemberdayaan dana. Salah salah satunya dari produk
penghimpunan ialah simpanan investasi pendidikan diharapkan dapat
membantu orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Mengingat
pentingnya pendidikan bagi masyarakat saat ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk mengetahui
dan mempelajari tentang strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh
PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diajukan beberapa rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa strategi yang digunakan dalam memasarkan produk Simpanan
Investasi Pendidikan (Si Ipin) di BMT Syamil Ampel Boyolali?
2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi untuk
mengatasinya?
3. Bagaimana perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT
Syamil Ampel Boyolali?
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam memasarkan produk
Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi
untuk mengatasinya.
3. Untuk mengetahui perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT
Syamil Ampel Boyolali.
Adapun kegunaan dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Pembaca
Kegunaan bagi pembaca adalah dapat menambah wawasan dan
2. Bagi Penulis
a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam pendidikan pada program
Diploma III Perbankan Syariah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang lebih luas tentang Simpanan Investasi Pendidikan di BMT
Syamil Ampel Boyolali.
3. Bagi Perguruan Tinggi
a. Dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kualitas sistem
belajar mengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk mahasiswa
khususnya Diploma III Perbankan Syariah.
4. Bagi Lembaga Keuangan Syariah Non Bank
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dan dapat
mengembangkan usaha-usahanya.
b. Memberikan masukan melalui saran dan kritik yang bermanfaat dan
membangun
D. Telaah Pustaka
Penelitian menurut Robby Barokah (2010). “Strategi Pemasaran Produk
Simpanan Pendidikan BMT Al Fath IKMI Pamulang”. Skripsi yang meneliti
dan menjelaskan tentang Pemasaran Produk SIDIK kepada para mitranya.
Kemudian, menjelaskan strategi pemasaran khusus yang dilakukan BMT
BMT AlFath Sidik adalah berdasarkan dengan pendapatan yang masuk dari
penyaluran pembiayaan.
Penelitian menurut Eni Ekawati (2012) yang berjudul “Strategi
Pemasaran Produk Simpanan Di BMT Sumber Mulia Tuntang Kab.
Semarang”. Menyimpulkan bahwa penelitian ini untuk mengetahui strategi
pemasaran yang digunakan oleh BMT Sumber Mulia Tuntang, strategi yang
dijalankan sudah memenuhi syarat standar yang berlaku.
Penelitian menurut Lugiyanto (2009) yang berjudul “Strategi Pemasaran
pada Baitul Maal Wattamwil SUMBER MULIA Kec. Tuntang Kab.
Semarang”. menyimpulkan bahwa Strategi yang digunakan untuk
mengembangkan lembaga keuangan syariah BMT Sumber Mulia Tuntang,
diperlukan suatu sarana yang efektif dan efisien dalam penyampaian
informasi pada masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah.
E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini yaitu metode
deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam meneliti kasus, kelompok
manusia, suatu kondisi objek, sitem pemikiran atau kilas peristiwa pada
mas sekarang, gambaran atau lukisan secara sistematis dan fakta yang
2. Jenis – jenis data
a. Data primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui
buku-buku, laporan dan sumber yang lain yng berkenaan dengan lembaga
keuangan syariah.
3. Metode pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan,penulis melakuakan
beberapa teknik,yaitu :
a. Observasi (pengamatan)
Yaitu pengamatan secara langsung terhadap BMT yang akan
diteliti,agar mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek
penelitian.
b. Interview (wawancara)
Yaitu teknik pengumpulan data yang mengunakan tanya jawab
kepada pihak BMT , baik kepada manager atau karyawan.
c. Library study (studi kepustakaan)
Yaitu mengumpulkan data dengan mencari serta membaca
buku-buku dan mediamasa yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
4. Metode analisis data
Analisis data yang digunakan adalah diskriptif analitik, yaitu data
yang ada bukan angka.
F. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk memudahkan dan menghindari
kesalahpaham tentang isilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka
perlu kiranya dijelaskan makna dari istilah yang dipakai dalam penelitian ini :
1. Baitul Maal Wattamwiil
Baitul Maal Wattamwil (BMT) adalah lembaga keuangan
berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta
menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS)
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Alqur’an dan Sunnah
Rasul-Nya (Ilmi 2002: 65).
2. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan
nilai dengan pihak lain (Kotler, 1999: 2).
3. Simpanan
Pengertian menurut Undang-undnang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu
(Kasmir, 2003: 57).
4. Investasi Pendidikan
Investasi Pendidikan yaitu simpanan yang dipersiapkan untuk
kebutuhan pendidikan, yang diharapkan mampu menjadi solusi bagi
permasalahan orang tua dalam merencanakan dan mempersiapkan
pendidikan buah hatinya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membuat sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pembuka yang berisi dari beberapa sub, yaitu:
latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan dan kegunaan, penelitian
terdahulu, metode penelitian,penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang berisi landasan teoritis
dan terhadap masalah dan ditinjau terhadap hasil karya lain sebelumnya
dilakukan.
Kerangka teoritik yang membahas tentang konsep-konsep teoritik yang
muncul dalam telaah pustaka dalam rangka menjelaskan masalah-masalah
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum, yang berisi sejarah
berdirinya BMT SYAMIL, visi dan misi BMT SYAMIL, tujuan dan fungsi
BMT SYAMIL.
Selanjutnya meliputi data-data diskriptif yang berisi usaha-usaha yang
dilakukan BMT Syamil, produk-produk, struktur organisasi, badan hukum,
lokasi dan permodalan.
Kemudian strategi yang digunakan BMT SYAMIL dalam menghadapi
persaingan antar lembaga keuangan syariah yang ada.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana BMT SYAMIL melakukan
strategi dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan syariah.
BAB V PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI A. Baitul Maal Wattamwiil (BMT)
Menurut Ilmi (2002: 65) Baitul Maal Wattamwiil dari segi bahasa
berarti rumah uang dan (rumah) pembiayaan. Menurut istilah, BMT adalah
Lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya
menampung sertra menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan
shadaqah (ZIS). Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan AlQur’an dan
Sunnah Rasul-Nya. Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat
dimanipulasi untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit).
Menurut Sudarsono (2003: 85) Peranan BMT bagi masyarakat adalah:
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syariah. Aktif
melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem
ekonomi Islami.
2. Melakukan pembinaan dan pemdaan usaha kecil. BMT harus bersikap
aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro misalnya
dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan
terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
3. Melepas ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung
disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam
memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, borokrasi
Gambar 2.1 struktur Lembaga Keuangan di Indonesia
Sumber: Ahmad Sumiyanto, BMT menuju Koperasi Modern
Menurut Heri (2003) dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan
BPR syariah, yakni menggunakan 5 prinsip:
1. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan
a. Al- Mudharabah
b. Al- Musyarakah
c. Al-Muzara’ah
d. Al- Musaqah
2. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang mendalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa
melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak
sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan
ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia
dana, yaitu :
a. Bai’ al-Murabahah
b. Bai’ as-Salam
c. Bai al- Istishna
d. Bai’ al-Bitsaman Ajil
3. Sistem non profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial. Nasabah
cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja yaitu Pembiayaan Qordul
Hasan.
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk)
dengan perjanjian keuntungan kerugian yang disepakati.
a. Al- Musyarakah
b. Al – Mudharabah
5. Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan kesepakatan
pinjam meminjam untuk melunasi utang beserta bagi hasil setelah jangka
waktu tertentu.
a. Pembiayaan al- Murabahah (MBA)
b. Pembiayaan al- Bai’ Bitsaman Ajil (BBA)
c. Pembiayaan al-Mudharabah (MDA)
d. Pembiayaan al-Musyarakah (MSA)
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan masyarakat, maka
BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus
memenuhi syarat:
1. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah
2. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan
3. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat
B. Simpanan
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah simpanan
adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah
bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Fatwa DSN-MUI NO: 02/DSN-MUI/IV/2000 menyatakan bahwa
tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan berdasarkan prinsip mudharabah
danwadi’ah.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) NO: 9/19/2007, wadi’ah adalah
transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana
atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk
mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
Menurut Kasmir (2012:168-169) Penghimpunan Dana sebagimana pada
lembaga bank secara umum dalam penghimpunan dana Bank Syariah
mempraktikkan produk tabungan, giro, dan deposito. Dalam kedua produk
tersebut akad dasar yang dikembangkan, yaitu :
1. Wadi’ah
Wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah,
prinsip Wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
Baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Wadi’ah memiliki 2
prinsip yaitu :
a. Yad Amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak
bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi
pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau
b. Yad Adh-Dhamanah yang artinya adalah tangan penanggung. Dalam
prinsip ini bank sebagai penerima dana dapat memanfaatkan dan
titipan seperti simpanan giro dan tabungan, dan deposito berjangka
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan kepentingan
negara. Yang terpenting dalam hal ini si penyiman bertanggung jawab
atas segala kehilangan dan kerusakan yang menimpa uang tersebut.
Menurut Dahlan (2012:137) dalam tabungan yang menggunakan akad
wadi’ah, transaksi bank syariah yaitu :
A. Tabungan Wadi’ah
Tabungan Wadi’ah adalah produk yang bersumber dari nasabah
yang sering disebut dana titipan pihak ketiga dalam bentuk tabungan.
b. Tabungan Giro Wadi’ah
Tabungan Giro Wadi’ah adalah produk rekening tabungan dengan
akad wadi’ah yang tertuang dalam Dewan Syariah Nasional (DSN) Fatwa
No: 1/DSN-MUI/IV/2000.
Menurut UU NO: 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, giro
adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya...
2. Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak, satu
pihak memberikan modal kepada lainnya untuk berniaga. Kemudian
keuntungan dibagi antara mereka sesuai dengan apa yang telah disepakati.
Menurut Afzalur Rahman, mudharabah sebagai bentuk kontrak
kerjasama yang didasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai
pemilik modal dan yang kedua menjalankan usaha. Modal yang dimaksud
disini harus berupa uang dan tidak boleh berbentuk barang.
Menurut Dahlan (2012:135) jenis mudharabah ada dua, yaitu :
1. Mudharabah Muqayyadah addalah shahibul maal membatasi kepada
mudharib dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.
2. Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luasdan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
Menurut Wiroso (2005:38) karakteristik Mudharabah adalah:
1. Kedua pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik dana dan
mudharib akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun
pemilik. Di dalam akad tercantum pernyataan yang harus dilakukan
kedua belah pihak yang mengadakan kontrak dengan ketentuan
a. Di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat
maupun tersirat mengeni tujuan kontrak;
b. Penawaran permintaan harus disepakati kedua belah pihak di
dalam kontrak tersebut; dan
c. Maksud penawaran dan penerimaan merupakan suatu kesatuan
informasi yang sama penjelasannya. Perjanjian bisa saja
berlangsung ditandatangani, melainkan bisa juga dilakukan
melalui surat menyurat/koresponden dengan fax atau komputer
yang telah disahkan oleh Cendekia Fiqih Islam dan Organisasi
Konferensi Islam.
2. Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudhrib
untuk diinvestasikan (dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.
Adapun syarat-syarat yang tercakup dalam modal adalah sebagai
berikut.
a. Jumlah modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata
uangnya;
b. Modal harus dalm bentuk tunai, seandainya berbentuk asset
menurut Jumhar Ulama Fiqih diperbolehkan asalkan berbentuk
barang niaga dan mempunyai nilai atau historinya pada saat
mengadakan kontrak. Bila asset tersebut berbentuk non-kas yang
siap dimanfaatkan, seperti pesawat dan kapal, diperbolehkan
sebagai modal mudharabah asalkan mudharib tetap
pemilik dana dalam pendapatan dari investasi dan pada akhir
jangka waktu;
c. Modal harus tersedia dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk
piutang; dan
d. Modal mudharabah langsung dibayar kepada mudharabah.
Beberapa Fuqaha berbeda pendapat mengenai cara realisasi
pencairan dana yaitu dibayar langsung dengan cara lain
dilaksanakan dengan memungkinkan mudharib untuk memperoleh
manfaat dari modal tersebut bagaimana pun cara akuisisinya.
Sesuai dengan pendapat kedua, pengadaan kontrak dapat
dilaksanakan untuk keseluruhan modal dan pembayarannya
kepada mudharib dapat dibuat dalam beberapa angsuran.
3. Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan
merupakan tujuan mudharabah dengan syarat-syarat seperti berikut:
a. Keuntungan ini haruslah berlaku bagi kedua belah pihak dan tidak
ada satu pihak pun yang akan memilikinya;
b. Haruslah menjadi perhatian dari kedua belah pihak dan tidak
terdapat pihak ketiga yang akan turut memperoleh bagi hasil
darinya. Porsi bagi hasil keuntungan masing-masing pihak harus
disepakati bersama pada saat perjanjian ditandatangani. Bagi hasil
mudharib harus secara jelas dinyatakan pada saat pengadaan
4. Jenis usaha/pekerjaan diharapkan mewakili/menggambarkan adanya
kontribusi mudharib dalam usahanya untuk
mengembalikan/membayar modal kepada penyedia dana. Jenis
pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan masalah manajemen dari
pembiayaan mudharabah itu sendiri. Di bawah ini merupakan
syarat-syarat yang harus diterapkan dalam usaha/pekerjaan mudharabah
adalah sebagai berikut :
a. Bentuk pekerjaan/usaha merupakan hak khusus mudharib tidak
ada intervensi manajemen dari pemilik dana, meskipun demikian
menurut mahdzab Hambali membolehkan adanya peran
serta/partisipasi pemilik dana dalam pekerjaan/usaha tersebut;
b. Penyedia dana tidak harus boleh membatasi kegiatan mudharib
agar tidak sukses dalam pencarian laba/keuntungan;
c. Mudharib tidak boleh melanggar hukum syariah Islam dalam
usahanya dan juga harus mematuhi praktik-praktik usaha yang
berlaku; dan
d. Mudharib harus mematuhi syarat-syarat yang diajukan pemilik
dana asalkan syarat-syarat tersebut tidak bertentangan kontrak
mudharabah tersebut.
Batasan kegiatan mudharib sehubungan dengan dana
mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Harus benar-benar memiliki usaha sesuai dengan kontrak yang
b. Pekerjaan atau usaha yang dimiliki harus sesuai dengan surat
kuasa umum. Kesemuanya ini merupakan pekerjaan yang tidak
mempunyai hubungan dengan kegiatan usaha utama, namun
merupakan penunjang dalam perlakuan investasi seperti
perpaduan dengan dana mudharabah dan dananya sendiri; dan
c. Pekerjaan atau usaha yang tidak akan dimiliki terkecuali dengan
suatu ijin tertulis dari pemilik dana tersebut. Pekerjaan atau usaha
ini tidak mengarahkan kepada pengembangan dana atau pun pada
kewajiban atau utang baru apapun di pihak pemilik atas dana
tersebut seperti peminjaman account dan mudharabah.
5. Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemilik dana,
sehingga tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Penarikan dana
mudharabah hanya dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang
disepakati (periode yang telah ditentukan). Penarikan dana yang
dilakukan setiap saat akan membawa dampak berkurangnya
pembagian hasil usaha oleh nasabah yang menginvestasikan dananya.
6. Garansi dalam mudharabah untuk menunjukkan adanya tanggung
jawab mudharib dalam mengembalikan modal kepada pemilik dana
dalam semua pekerjaannya. Peraturan jaminan dalam mudharabah,
hal ini bahwa mudharib akan bertanggungjawab untuk
mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam hal apapun, dan
tidak diperbolehkan pada waktu jatuh tempo, kenyataan bahwa
dan dengan demikian tidak menjamin dana tersebut kecuali dalam hal
pelanggaran.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah, dijelaskan karakteristik mudharabah sebagai
berikut:
1. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Shahibul maal (Pemilik
dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbaj bagi hasil menurut
kesepakatan di muka.
2. Jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh
pemilik dana, kecuali jika ditentukan adanya kelalaian atau kesalahan
oleh pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan dana.
3. Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah
(Investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (Investasi terikat)
4. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam
pengelolaan investasinya.
5. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana (mudharib) mengenai tempat,
cara, dan objek investasi. Sebagai contoh, pengelola dana (mudharib)
dapat diperintahkan yakni:
b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan,
tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; dan
c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri
melalui pihak ketiga.
6. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana.
Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang disalurkan
disebut pembiayaan mudharabah. Apabila banj sebagai pengelola dana
maka dana yang diterima adalah sebagai berikut:
a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahah
investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah.
b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai
investasi tidak terikat.
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)
karakteristik mudharabah muthlaqah atau investasi tidak terikat yaitu:
1. Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah
(investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).
Bab ini hanya membahas bank sebagai pengelola dana pihak ketiga yang
dikelompokkan dalam unsur investasi tidak terikat. Untuk mudharabah
muqayyadah bank sebagai agen dibahas dalam bagian tersendiri
sedangkan bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dibahas dalam
pembiayaan mudharabah.
2. Investasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban atau ekuitas bank,
terjadi kerugian pengelola dana yang disebabkan kelalaian atau kesalahan
bank sebagai mudharib.
3. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue
sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban
yang berkaitan dengan pengelola dana mudharabah sedangkan bagi
pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah.
4. Jika bank menggunakan metode bagi laba (Profit Sharing) dan usaha
mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana
(shahibul maal), kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan
bank sebagai pengelola dana (mudharib).
5. Kelalian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana disebabkan,
misalnya
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur)yang lazim
dan atau yang telah ditentukan di dalam akad; dan
c. Hasil keputusan dari badan arbitrase atau pengadilan
6. Jika bank menggunakan metode bagi pendapatan (revenue sharing)maka
pemilik dana (shahibul maal) tidak akan menanggung kerugian, kecuali
bank di likuidasi dengan kondisi realisasi asset bank lebih kecil dari
kewajiban.
a. Tabungan mudharabah yaitu investasi tidak terikat pihak ketiga pada
bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati.
b. Deposito mudharabah adalah investasi tidak terikat pihak ketiga pada
bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati di muka antara nasabah dengan bank syariah yang
bersangkutan.
Tabel 2.1 Tabel perbandingan tabungan mudharabah dan tabungan
wadiah
Bagi hasil Bonus (jika ada/
Perhitungan bagi hasil tabungan dilakukan berdasarkan besarnya
dana investasi rata-rata selama satu periode perhitungan bagi hasil dimana
dana rata-rata tersebut dihitung dengan menjumlahkan saldo harian setiap
tanggal dibagi dengan hari periode perhitungan bagi hasil. Periode
perhitungan bagi hasil tersebut tidak harus sama dengan jumlah hari
dalam periode perhitungan bagi hasil dihitung mulai tanggal awal periode
(satu hari setelah tanggal tutup buku/ perhitungan bagi hasil yang lalu)
sampai dengan tanggal tutup buku atau perhitungan bagi hasil. Dalam
melakukan perhitungan saldo rata-rata dapat dilakukan dengan
komputerisasi tetapi dapat juga dilakukan secara manual atau secara
tradisional (Wiroso, 2005:52).
Menurut Sumiyanto (2008:130) proses perhitungan bagi hasil dalam
praktiknya terdapat mekanisme yaitu:
1. Profit Sharing yang berarti perhitungan bagi hasil yang didasarkan
pada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2. Revenue Sharing yang berarti perhitungan bagi hasil didasarkan
kepada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya
yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
3. Rukun dan Syarat
Menurut Sudirman, Mansyur, Sulhan, Zubair dan al-Hakim
(2008:159) rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga
membentuknya. Dalam fiqh Islam, transaksi terbentuk karena adanya
unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut para ahli
hukum Islam kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada empat,
yaitu:
a. Para pihak yang membuat transaksi;
b. Pernyataan kehendak para pihak;
c. Objek transaksi; dan
d. Tujuan transaksi.
Dalam literatur fiqh Islam telah disebutkan bahwa syarat yang dapat
membentuk sebuah transaksi dalam praktik mualamah dapat
dikategorikan menjadi delapan syarat yaitu:
a. Tamyis;
b. Berbilang Pihak;
c. Persesuaian ijab qobul;
d. Kesatuan majelis transaksi;
e. Objek transaksi dapat diserah terimakan;
f. Objek transaksi dapat ditentukan;
g. Objek transaksi dapat ditransaksikan; dan
h. Tujuan transaksi tidak bertentangan dengan syara’.
Artinya : ...sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...(QS.
Al-Muzzammil: 20)
... ...
Artinya : ...tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu... (QS Al-Baqarah: 198)
a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Abbas
Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah. Ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkannya (HR Thabrani dari Ibnu
Abbas).
b. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah
Nabi bersabda “ada tiga hal yang mengandung berkah: jual
beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur
gandum dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk
dijual (HR Ibnu Majah dari Shuhaib).
c. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf
Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram.
d. Ijma diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada
seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang
sebagai ijma’ (Zuhaily, Al Fiqh Al Islami wa Adituhu, 1989, 4/838)
e. Qiyas. Transaksi mudharabah yakni penyerahan sejumlah harta (dana,
modal) dari satu pihak (malik, shahibul maal) kepada pihak lain
(Amil, mudharib) untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan
keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan, di qiyas-kan
kepada transaksi musaqah.
f. Kaidah fiqh “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
g. Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang
mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha
memproduktifkan sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak
memiliki harta namun ia memiliki kemampuan dalam
memproduktikannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama
diantara kedua pihak tersebut.
C. Pemasaran a. Pengertian
Menurut Kotler (1994:20) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
melalui proses itu individu-individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan dan
memepertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain.
Pemasaran Bank merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa perbankan, Baik
produk simpanan (Giro, tabungan dan deposito), pinjaman atau jasa
lainnya. Penyediaan keinginan dan kebutuhan produk bank ini harus
dilakukan melalui perencanaan yang matang, baik untuk perencanaan
jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya, dilakukan oleh
bankir yang profesional. Kemudian perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian secara terus menerus agar tidak menyimpang dari yang
sudah direncanakan. Pada akhirnya, kegiatan pemasaran bank diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah juga akan memberikan
kepuasan kepada para nasabahnya (Kasmir:2003: 69).
b. Tujuan Pemasaran Bank
Menurut Kasmir (2004: 66-67) secara umum tujuan pemasaran bank
adalah untuk :
1. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan
merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk
2. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan
yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung
tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan
kepada nasabah lainnya melalui ceritanya (getuk tular).
3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank
menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki
beragam pilihan pula.
4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai
kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.
c. Konsep Pemasaran
Menurut Kasmir (2004: 171) dalam kegiatan pemasaran terdapat
beberapa konsep pemasaran di mana masing-masing konsep memiliki
tujuan yang berbeda. Konsep ini timbul dari satu periode ke periode
lainnya akibat perkembangan pengetahuan baik produsen maupun
konsumen. Penggunaan ini tergantung kepada perusahaan yang juga
dikaitkan dengan jenis usaha dan tujuan perusahaan yang bersangkutan.
Ada 5 konsep dalam pemasaran di mana setiap konsep dapat
dijadikan landasan pemasaran oleh masing-masing perusahaan, yaitu :
1. Konsep Produksi
Menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
tersedia dan selaras dengan kemampuan mereka dan oleh karenanya
manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efisiensi distribusi.
penuntun para penjual dan merupakan konsep yang menekankan pada
volume produksi yang seluas-luasnya dengan harga serendah
mungkin.
2. Konsep Produk
Konsep ini berpegang teguh bahwa konsumen akan menyenangi
produk yang menawarkan mutu dan kinerja yang paling baik secara
keistimewaan yang mencolok. Oleh karena itu perusahaan harus
mencurahkan upaya terus menerus dalam perbaikan produk. Konsep
ini menimbulkan adanya Marketing Nyopia (pemandangan yang
dangkal terhadap pemasaran). Konsep produk merupakan konsep
yang menekankan kepada kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang
terbaik.
3. Konsep Penjualan
Konsep penjualan berpikir bahwa konsumen tidak akan membeli
cukup banyak produk terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha
promosi dan penjualan yang kokoh. Konsep ini biasanya diterapkan
pada produk-produk asuransi, ensiklopedia atau kapling-kapling
pemakaman, juga untuk lembaga nirlaba sepertipartai politik (parpol).
Dalam konsep ini kegiatan pemasaran ditekankan lebih agresif
melalui usaha-usaha promosi yang gencar.
4. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai
keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan
secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan pesaing.
`Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa tugas perusahaan adalah
menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar sasaran dan
memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisen
yang dilakukan pesaing.
5. Konsep pemasaran masyarakat
Konsep pemasaran yang bersifat kemasyarakatan, konsep ini
menekankan kepada penentuan kebutuhan, keinginan, dan minat pasar
serta memberikan kepuasan, sehingga memberikan kesejahteraan
konsumen dan masyarakat.
Bagi dunia perbankan konsep yang paling tepat untuk
diaplikasikan adalah konsep pemasaran yang bersifat kemasyarakatan
atau paling tidak menggunakan konsep pemasaran. Dalam kedua
konsep itu jelas tertuang bahwa pelanggan benar-benar harus
diperhatikan. Tujuan adalah pelanggan tetap setia menggunakan
produk atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh bank.
Aktifitas Pemasaran yang perlu dilakukan oleh organisasi perbankan
menurut Danupranata (2013:40) adalah
1. Riset pemasaran
Merupakan studi mengenai kebutuhan dan keinginan nasabah
pengguna jasa bank dan cara-cara agar bank dapat dapat memenuhi
cara menyewa (jasa) sebuah perusahaan riset pemasaran untuk
melakukan penelitian. Di sisi lain, kebanyakan perusahaan besar
memiliki departemen riset pemasaran tersendiri.
2. Perilaku nasabah (Customer/ customer behavior)
Merupakan studi dari proses keputusan mengapa nasabah
bersedia menjadi nasabah bank dengan memanfaatkan produk-produk
yang ditawarkannya.
3. Loyalitas merek (brand loyality)
Merupakan pola perilaku reguler dari nasabah yang selalu setia
menggunakan jasa perbankan berdasarkan pada keputusan terhadap
suatu layanan dan produk yang ditawarkan.
Menurut Malayu dan Hasibuan (1996:190) pemasaran bank adalah
kegiatan operasional bank yang cukup penting untuk pendorong kemajuan
bank bersangkutan untuk mencapai tujuan. Jika pemasaran bank ini
berhasil baik, maka bank tersebut akan dikenal dan mendapat
kepercayaan (soliditas) dari masyarakat, sehingga penjualan
produk-produknya akan lebih lancar pula. Pemasaran dapat dilakukan dengan
cara promosi, misalnya membuat iklan.
Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran yang lain sari
penjualan pribadi, pengiklanan dan publisitas yang mendorong pembelian
konsumen dan pedagang secara berdaya guna seperti peragaan, ekposisi,
a. Kegiatan yang ditujukan untuk mendidik atau memberitahukan
konsumen/ nasabah, dengan menyediakan brosur, demonstrasi dan
jasa konsultasi.
b. Kegiatan yang ditujukan untuk mendorong mereka. Dalam hal ini
bank dapat memberikan contoh produk dan atau pemberian hadiah.
d. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Menurut Lupiyoadi (2001, 58) marketing mix adalah tool atau alat
bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran
yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan
positioning yang diterapkan dapat berjalan sukses. Elemen marketing mix
yaitu:
a. Product (produk)
Produk adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah manfaat kepada konsumen.
b. Price (harga)
Strategi penentuan harga (price) sangat signifikan dalam
memberikan value kepada konsumen dan mempengaruhi produk, serta
keputusan konsumen untuk membeli. Price juga berhubungan dengan
pendapatan atau turut mempengaruhi suplly atau marketing channels.
c. Place (tempat)
Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan
bagaimana cara penyimpanan jasa kepada konsumen dan di mana
lokasi yang strategis.
d. Promotion (promosi)
Promosi mengambil peran penting dalam hal ini, yaitu biaya
yang dikeluarkan lebih besar untuk membuat situs menjadi lebih
terkenal.
e. People (Sumber daya manusia)
Sumber daya manusia berfungsi sebagai sevice provider sangat
mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam sumber
daya manusia ini sehubungan dengan seleksi, tranning, dan motivasi.
Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk
menyadari pentingnya pekerjaan, yaitu memberikan kepuasan dalam
memenuhi kebutuhannya.
f. Process (proses)
Proses merupakan gabungan semua aktifitas, umunya terdiri dari
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktifitas dan hal-hal rutin, di
mana jasa dihasilkan dan disampaikan konsumen.
g. Physical Evidence (Bukti fisik)
Produk berupa pelayanan merupakan sesuatu hal yang bersifat
tidak berwujud atau tidak dapat diukur secara pasti seperti halnya
pada sebuah produk yang berbentuk barang. Cara dan bentuk
pelayanan kepada pelanggan merupakan bukti nyata yang seharusnya
suatu hari nanti diharapkan akan memberikan sebuah testimoni positif
kepada masyarakat umum guna mendukung percepatan
perkembangan menuju arah yang lebih baik lagi.
Dalam memasarkan produk simpanan, ada beberapa strategi yang
dapat diterapkan KJKS BMT menurut Sumiyanto (2008:117), yaitu :
1. Penetapan target dan insentifnya. Dalam hal ini harus ditetapkan
berapa target funding (nominal per prduk simpanan dan jumlah
customer) yang akan dihimpun hingga target per-individu marketer
agar jelas arah kebijakan funding-nya. Dengan demikian harus
diformulasikan pola insentif untuk funding yang adil dan transparan.
Ini agar marketer termotivasi untuk melakukan kinerja yang
maksimal.
2. Melakukan inovasi pendanaan
3. Pencitraan (brand image). Mewujudkan bahwa KJKS BMT dikelola
secara professional (baik SDM, pembukuan, dan pelayanan). Secara
kelembagaan harus diupayakan meraih dukungan dari tokoh-tokoh
masyarakat. Pengelola harus menanamkan bahwa KJKS BMT adalah
lembaga dari, oleh dan untuk umat. Menanamkan bahwa KJKS BMT
adalah sebagai sebuah lembaga yang strategis untuk memberdayakan
umat baik ekonomi, pola pikir dan ketaqwaan. KJKS BMT mampu
mendekati dan dekat dengan masyarakat muslim khususnya aghnia
serta pengusaha muslim. Mewujudkan dan membuktikan bahwa
4. Keunggulan produk. Misalnya; bagi hasil simpanan bersaing dengan
lembaga lain, minimal sama. Dari segi pelayanan, prosedur
pembiayaan dan simpanan aman, mudah dan professional. Pengelola
BMT berisiniatif untuk memberikan pelayanan yang mantap kepada
anggota.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Membuktikan bahwa simpanan aggota
aman dan pengelola bersikap amanah.
6. Ekspansi pendanaan. Membuka diri menggalang kerja sama dan
proaktif (sehingga memungkinkan mendapat dana-dana dari lembaga
lain)
7. Promosi atau iklan. Ini dapat dilakukan dengan mengirim surat-surat
baik berisi informasi, laporan perkembangan, permohonan modal dan
lain-lain.
8. Pendekatan. Ini dapat dilakukan dengan:
a. Aktif mengadakan pertemuan dan pengajian yang menghimpun
potensi umat Islam.
b. Menyebarkan opini tentang ekonomi syariah, zakat dan haramnya
riba.
c. Presentasi di setiap waktu kesempatan di kalangan umat Islam
(masyarakat umum, pedagang, pengusaha, tokoh, birokrat, dan
lain-lain).
9. Menjalin kerjasama. Ini dapat dilakukan dengan:
a. Pembuatan proposal-proposal kerjasama dengan lembaga terkait
lain seperti BAZDA dan Pemda.
b. Melakukan penjajangan dengan pihak perbankan untuk melakukan
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BMT Syamil
BMT Syamil merupakan nama baru dari BMT Syariah Sejahtera
Cabang Ampel yang berdiri tahun 2009. BMT Syamil beralamat di Jl.
Ampel-Candi No. 8 (Timur Tugu Lilin) Ampel, Boyolali 57352.
B. Visi dan Misi Visi
Komitmen dalam syariah, amanah dalam muamalah.
Misi:
a. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
b. Sebagai wadah pemberdayaan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
c. Sebagai gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tataran
perekonomian nasional.
d. Sebagai alternatif pilihan model pengelolaan usaha koperasi.
C. Struktur Organisasi
Rapat Anggota
Pengawas syari’ah
Gambar 3.1 Sturuktur Organisasi Sumber: SOP BMT Syamil
D. Susunan Manajemen BMT SYAMIL 1. Pengurus
1. Ketua : Joko Purnomo, M.Pd
2. Sekretaris : Nur Arifin
3. Bendahara : Catur Riyanto
2. Pengawas
1. Ketua : Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si
b. Abdul Rachman
3. Pengelola
Manajer : Sumiyati, S.Hi
Admin & Teller : Fitri Yunia Romadhoni, A.Md.Ei
Marketing : Arief Suryanto, S.Pd
Putri Novianti
Eva Hindun Khasanah A.Md
Eko Prasetyo
E. Tugas dan Wewenang Jabatan 1. Dewan Pengawas Syari’ah
a. Identitas Jabatan
1) Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan yang dibentuk
untuk melakukan fungsi pengawasan kesyariahan. Oleh karena itu
badan ini bekerja sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah
ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia, dalam hal ini Dewan
Syariah Nasional (DSN);
2) Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus terdiri dari para alim ulama
dibidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan
umum di bidang “baytut tamwiil” (keuangan bank dan atau
koperasi). Persyaratan lebih lanjut mempertimbangkan ketentuan
3) Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa
DSN dalam rangka kesesuaian produk atau jasa KJKS dengan
ketentuan dan prinsip syariah Islam.
b. Fungsi Utama Jabatan DPS adalah:
Melakukan pengawasan terhadap keseluruhan aspek organisasi
dan usaha KJKS sehingga benar-benar sesuai dengan prinsip syariah
Islam.
c. Tanggung Jawab DPS adalah:
1) Memastikan produk atau jasa KJKS sesuai dengan syariah;
2) Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syariah; dan
3) Terselenggaranya pembinaan anggota yang dapat mencerahkan
dan membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan
konsisten bermuamalah secara Islami melalui wadah KJKS.
d. Tugas-Tugas Pokok DPS adalah:
1) Memastikan produk dan jasa KJKS sesuai dengan syariah;
2) Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syariah;
3) Terselenggaranya pembinaan anggota yang dapat mencerahkan
dan membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan
konsisten bermuamalah secara Islam melalui wadah KJKS; dan
4) Membantu terlaksananya pendidikan anggota yang dapat
e. Wewenang DPS adalah:
1) Meneliti barang, catatan, berkas, bukti-bukti dan dokumen lainnya
yang ada pada KJKS;
2) Mendapatkan keterangan yang diperlukan baik dari pengurus,
manajemen atau staf dan anggota;
3) Memberikan koreksi, saran dan peringatan kepada pengurus dan
manajemen KJKS;
4) Menggunakan fasilitas yang tersedia untuk kelancaran
pelaksanaan tugasnya atas persetujuan pengurus; dan
5) Melaporkan kepada DSN dan pihak berwenang tentang keadaan
kesyariahan KJKS.
2. Manajer
a. Identitas Manajer
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Badan Pengurus; membawahi
langsung Kepala Bagian (Kabag.) Operasional, Kabag. Pemasaran.
b. Fungsi Manajer
1) Memimpin Usaha KJKS di wilayah kerjanya sesuai dengan tujuan dan
kebijakan umum yang telah ditentukan KJKS;
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota dan
lainnya serta penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama
lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya;
4) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik; dan
5) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal, baik dengan
para pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya (Dep Kop
UKM, INKOPSYAH, Dinas Pasar, Perusahaan Pengelola Pasar dan
lain-lain) maupun secara internal dengan seluruh aparat pelaksana,
demi meningkatkan produktifitas usaha.
c. Tanggung Jawab Manajer:
1) Menjabarkan kebijakan umum KJKS yang telah dibuat Pengurus dan
disetujui Rapat Anggota;
2) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran KJKS dan rencana
jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi (finansial
maupun non finansial) kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa
pada Rapat Anggota;
3) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas
wewenang manajemen;
4) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan, pengangkatan,
pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
5) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya
harian dan Tercapainya target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan;
6) Mengamankan harta kekayaan KJKS agar terlindungi dari bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan, serta seluruh asset
KJKS;
7) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodik kepada Badan Pengurus , berupa :
a) Bertanggung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian
seluruh Bidang/ Bagian;
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja
yang berorientasi pada pencapaian target;
c) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua program kerja;
d) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga;
e) Bertanggung jawab atas terciptanya suasana kerja yang dinamis
dan harmonis;
f) Bertanggung jawab atas tersedianya bahan Rapat Anggota
Tahunan
g) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan dengan
batas wewenang yang ada pada kantor Cabang/Unit; dan
h) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
d. Tugas- Tugas Pokok Manajer:
1) Menjabarkan kebijakan umum KJKS yang telah dibuat Pengurus
dan disetujui Rapat Anggota;
2) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran KJKS dan
rencana jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi
(finansial maupun non finansial) kepada pengurus yang selanjutnya
akan dibawa pada Rapat Anggota;
3) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen;
4) Mengusulkan penambahan, pengangkatan dan mempromosikan
serta pemberhentian karyawan pada kantor cabang/unit;
5) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya
harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan;
6) Membuka peluang/akses kerja sama dengan jaringan/ lembaga lain
dalam upaya mencapai target;
7) Mengamankan harta kekayaan KJKS agar terlindungi dari bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan dengan cara:
a) Mengetahui jumlah dan keberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya;
b) Mengatur dan mengawasi penggunaan asset yang ada;
c) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk kepentingan
d) Menyimpan asset pada tempat yang telah disediakan;
e) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin hingga tidak terjadi dana
rush maupun ide;
f)Mengupayakan strategi-strategi khusus dalam penghimpunan dana
dan penyaluran dana;
g) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah;
h) Melakukan kontrol terhadap keseluruhan harta KJKS;
8) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodik yaitu:
a) Menetapkan tujuan penilaian prestasi kerja;
b) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan;
c) Merencanakan dan merancang sistem hubungan kerja yang
memotivasi karyawan untuk bekerjasama dalam mencapai
sasaran lembaga;
d) Mengevaluasi pola hubungan bila diperlukan;
e) Menetapkan dan mengatur semua kegiatan operasional menurut
bagian dan kemampuan masing-masing karyawan;
f)Mendelegasikan semua karyawan kegiatan operasional kepada
g) Mengkoordinasi tugas operasional yang akan dilaksanakan
maupun yang telah dilaksanakan oleh karyawan yang satu
dengan karyawan yang lain;
h) Membuat laporan pembiayaan yang meliputi:
a) Jumlah dan jenis pembiayaan yang telah direalisasikan; dan
b) Jumlah tagihan margin pembiayaan, menurut jangka waktu
dan jenis jaminan.
i)Membuat laporan tabungan dan membuat laporan pembukuan
yang meliputi:
a) Jumlah dan jenis tabungan yang berhasil dihimpun;
b) Jumlah pokok dari tabungan;
c) Membuat base financing rate dari jumlah tabungan yang
berhasil dihimpun;
d) Membuat Neraca Bulanan dan Sisa Hasil Usaha;
e) Perincian pendapatan dan biaya operasional; dan
f) Pendapatan dan tagihan yang sudah diterima ataupun yang
belum diterima.
9) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan dengan
batas wewenang yang ada pada wilayah masing-masing,
a) Meneliti dan memberi kode surat berharga seperti Simpanan
Berjangka; dan
b) Menandatangani Giro Bilyet dan Cheque sesuai dengan