• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Adanya pariwisata di Indonesia memberikan banyak kontribusi terhadap berbagai sektor penting, salah satunya berperan dalam penghasil devisa negara. Dari tahun ke tahun sumbangan devisa dari sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2014 yang menunjukkan bahwa pariwisata menduduki peringkat keempat di tahun 2013 yang mana meningkat satu peringkat pada tahun 2012. Tingginya multiplier effect dan cepatnya perputaran uang didalamnya menjadikan sektor pariwisata menjadi primadona baru. Pengembangan sektor pariwisata dilakukan dengan berbagai tindakan pengelolaan dan melibatkan banyak pihak didalamnya. Pariwisata saat ini berkembang menjadi industri pariwisata yang melibatkan kepentingan berbagai pihak bahkan antar daerah atau antar negara (Spillane, 1994). Pengembangan sektor pariwisata juga dilakukan di berbagai daerah di Indonesia secara menyeluruh guna mengeksplor kekayaan sumberdaya di Indonesia.

Kota-kota besar selalu menarik pengunjung dari luar kota. Dewasa ini pariwisata perkotaan telah menjadi faktor penentu kelahiran kembali kota. Konsep kota yang dijadikan sebagai tempat wisata dapat memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan industri wisata potensial kota. Penelitian menurut Vella dan Nedelea (2008) menyebutkan bahwa sektor pariwisata kota dapat berkontribusi dalam

(2)

2

peningkatan perekonomian, meningkatkan investasi produk dan infrastruktur budaya, serta dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya. Sebuah kota yang menjadi wisata kota dapat meningkatkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Karena itu, pengembangan perkotaan, patrimonial, arsitektur, dan fungsional kota menjadi titik fokus dari banyak upaya pembangunan. Itulah mengapa dikatakan bahwa pariwisata kota, jika direncanakan dengan benar, dikembangkan dan dikelola dengan baik, dapat membuat keuntungan dan manfaat baik untuk masyarakat perkotaan dan masyarakat secara keseluruhan (Iordache dan Cebuc, 2009). Statistik menunjukkan bahwa pariwisata kota menarik wisatawan terutama dari luar kota atau kota lain untuk membandingkan tempat baru yang dikunjungi dengan tempat tinggal mereka (Simon, Tataru et al, 2009). Tingginya minat wisata kota disebabkan oleh informasi dan publisitas pariwisata yang memungkinkan pengunjung untuk mengetahui dan mengintegrasikan ke sekitarnya. Tren terbaru dalam pariwisata yaitu mulai banyak wisatawan yang mengunjungi perkotaan sebagai salah satu daya tarik wisata. Oleh karena itu, kota menghadapi dua tantangan besar, dijelaskan dalam konferesi “pariwisata dan kota” di Madrid, Italia (1999) menyebutkan bahwa: pertama, kota pariwisata harus mampu merespon harapan dan kebutuhan meningkatkan jumlah wisatawan dengan daya tarik dan produk wisata yang dimiliki dengan terus malakukan perbaikan dan pegembangan fasilitas wisata untuk menciptakan kota pariwisata yang kompetitif. Kedua, kota harus memastikan pariwisata yang dikembangkan dan dikelola sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat sekitar tanpa mengabaikan kerusakan lingkungan. Pariwisata kota juga harus memperhatikan keberlanjutan wisata agar dapat memanfaatkan potensi yang ada tanpa merusak

(3)

3

lingkungan. Di Indonesia sudah banyak kota yang dijadikan sebagai wisata kota dan telah berkembang, salah satunya yang sedang dikembangkan adalah pariwisata Kota Malang.

Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur di Indonesia yang memliki banyak potensi untuk dijadikan sebagai destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan nusantara maupun mancanegara. Kota Malang menjadi modern karena tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda pada tahun 1964. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda saat itu, terutama ketika mulai dioperasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Adanya aktivitas pemerintah kolonial Belanda banyak meninggalkan bangunan bersejarah serta warisan budaya tersendiri di kota ini. Bangunan bersejarah seperti tempat ibadah yang masih berdiri kokoh dan sangat indah, ada pula perumahan yang dibangun oleh zaman Belanda, yaitu di kawasan Ijen yang sampai sekarang masih dijaga, benteng-benteng perang yang bangunannya masih dijaga dan dapat menjadi salah satu destiansi wisata di Kota Malang. Hotel-hotel, kantor pos, dan beberapa bank juga mengunakan bangunan lama yang masih dijaga keasliannya. Selain itu Kota Malang juga memiliki museum, yaitu Museum Malang Tempo Doeloe, Museum Bentoel, dan Museum Brawijaya. Namun tidak hanya terdapat museum saja, Kota Malang juga memiliki taman kota dan lanskap kota yang sangat indah. Kota Malang sendiri memiliki brand sebagai Malang Kota Bunga, sehingga kedudukan lanskap sebagai pencitraan terhadap Kota Malang memiliki fungsi yang penting sebagai salah satu daya tarik tersendiri. Selain itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang melakukan kegiatan untuk mempercantik median jalan

(4)

4

dan taman kota. Kota Malang juga terkenal dengan wisata kulinernya yang diburu oleh wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang. Wisata kuliner merupakan hal yang penting dalam mendukung suatu destinsi. Amenitas atau fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi: transportasi atau angkutan pariwisata lainnya, akomodasi hotel dan sejenisnya, restoran dan rumah makan lainnya, local tour di DTW (Daya Tarik Wisata) yang dikunjungi, objek dan atraksi wisata di DTW (Daya Tarik Wisata) yang dikunjungi (Oka A. Yoeti, 2008:15).

Kota Malang memiliki potensi wisata, seperti: daya tarik wisata dan produk wisata yang bisa menjadi destinasi wisata baru. Daya tarik wisata Kota Malang bersumber dari banyak sektor, yaitu: daya tarik alam, daya tarik bangunan, serta daya tarik sosial budaya. Contoh dari daya tarik tersebut, diantaranya: bangunan bersejarah, wisata alun-alun kota, masjid jami’, museum dan sebagainya dapat dijadikan destinasi wisata yang menarik. Daya tarik wisata tersebut memiliki nilai yang mengandung makna dan memiliki nilai sejarah sendiri sebagai warisan budaya yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di Indonesia. Daya tarik menjadi salah satu faktor penting penunjang pariwisata. Daya tarik menjadi magnet tersendiri untuk menjaring banyak wisatawan agar berkunjung. Daya tarik menjadi nilai jual yang ditawarkan kepada wisatawan. Wisatawan yang berkunjung di Kota Malang bertambah tiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang bersumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang yang mencatat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Malang meningkat di tahun 2015 sebanyak 1,5 juta wisatawan dibanding tahun 2014 yang jumlahnya 500.000 wisatawan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pariwisata Kota Malang masih banyak diminati oleh wisatawan dan masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Peningkatan

(5)

5

jumlah kunjungan tersebut tentu tidak lepas dari daya tarik yang ditawarkan Kota Malang itu sendiri. Daya tarik dalam hal ini memainkan peran sebagai motivasi dan faktor penarik utama wisatawan (Robinson, 1997). Bahkan daya tarik merupakan komponen paling penting dalam sistem pariwisata, dimana daya tarik adalah motivator utama dalam perjalanan wisata dan merupakan inti dari produk wisata. Tanpa daya tarik tidak akan ada kebutuhan untuk jasa pariwisata, dimana tidak akan ada pariwisata jika tidak ada daya tarik (Swarbrooke, 2002:3). Hal tersebut menjelaskan kenapa daya tarik merupakan salah satu faktor yang penting untuk diteliti lebih lanjut yang berguna untuk mengetahui daya tarik Kota Malang yang dapat mendatangkan wisatawan.

Selain daya tarik, produk wisata yang ada di Kota Malang juga ditawarkan untuk menunjang pariwisata kota. Produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula (Suwantoro, 1997:49). Produk wisata digunakan untuk memfasilitasi dan memberikan ruang untuk tujuan wisata bagi wisatawan. Produk pariwisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada wisatawan untuk mengunjungi tujuan wisata. Produk pariwisata merupakan alasan utama bagi wisatawan untuk memilih tujuan. Produk wisata membantu wisatawan dalam mengambil pertimbangan tujuan wisata yang ingin dikunjungi. Maka dari itu, produk wisata memiliki peran yang sangat penting dan harus dipasarkan, serta dipelihara dengan benar. Secara umum, karakteristik utama produk pariwisata adalah jasa (service), dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan jasa di bidang pariwisata. Selain itu, juga meningkatkan mutu produk

(6)

6

pariwisata. Produk pariwisata secara keseluruhan bersifat heterogen (tidak homogen) karena terdiri atas beragam jenis pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kepulangan wisatawan. Dikarenakan karakteristik yang heterogen tersebut maka cukup sulit untuk dapat mencapai atau menentukan standar mutu yang jelas. Berdasarklan karakteristik produk pariwisata, maka penyedia produk pariwisata ditantang untuk dapat mewujudkan mimpi wisatawan menjadi kenyataan sesuai yang diharapkan oleh wisatawan setelah melakukan perjalanan wisatanya. Pembangunan dan pengembangan produk wisata juga telah banyak dilakukan seperti: pengembangan daya tarik, aksesibilitas, amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan investasi asing. Peningkatan tersebut dilakukan dengan peningkatan kualitas destinasi pariwisata dan peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata. Infrastruktur pendukung diantaranya: pembangunan dan pengembangan hotel, bandara, stasiun, transportasi umum, restoran, jalan, dan lanskap kota. Kota pariwisata menjadi industri wisata yang potensial dan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun daerah. Produk wisata yang tersedia memberikan pengalaman tersendiri yang dapat menciptakan kesan tersendiri untuk wisatawan yang berkunjung. Dalam hal ini, produk wisata merupakan instrumen utama yang sangat penting bagi industri bisnis dan pariwisata. Pengetahuan tentang produk wisata dapat membuka potensi wisata yang dimiliki suatu tempat atau kawasan tertentu yang dapat ditawarkan sebagai tempat wisata. Oleh karena itu, sangat menarik dilakukan penelitian secara mendalam mengenai produk wisata guna menggali potensi wisata di Kota Malang.

Industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dibawa wisatawan tentang tujuan mereka melakukan perjalanan wisata. Persepsi wisatawan

(7)

7

diartikan sebagai proses yang dilalui seseorang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan informasi untuk membuat gambaran yang memiliki makna, dengan kata lain dapat dikatakan persepsi membantu individu dalam menyeleksi, serta menginterprestasikan informasi menjadi sseuatu yang berarti (Kotler, Bowen dan Makens, 2003). Persepsi wisatawan dapat mempengaruhi pilihan destinasi wisata oleh wisatawan. Persepsi positif wisatawan terhadap suatu tempat wisata akan mendorong mereka kembali lagi mengunjungi tempat wisata dan memungkinkan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengunjungi tempat wisata yang direkomendasikannya. Evaluasi wisatawan terhadap kualitas dan kepusaan didasarkan pada persepsi dari pengalaman kunjungan wisata mereka (Philemon, 2015). Dari pengalaman wisata yang diperoleh akan timbul suatu ekspektasi atau harapan sebelum berwisata (Ismayanti, 2010). Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi yang dimiliki calon wisatawan timbul karena informasi-informasi yang diperoleh. Penelitian menurut Ismayanti (2010), membentuk persepsi positif tentang daerah tujuan wisata dengan berbagai atribut-atribut pariwisatanya pada seorang wisatawan menjadi salah satu kunci untuk menjamin perkembangan suatu destinasi wisata. Untuk menciptakan persepsi yang positif, maka suatu objek wisata dituntut untuk memenuhi keinginan wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005). Maka dari itu, untuk mengetahui seberapa besar keinginan pasar terhadap tempat wisata, maka diperlukan analisis persepsi. Persepsi terhadap kualitas objek yang menjadi parameter untuk melihat tingkat mutu suatu objek wisata. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi informasi dari pengunjung mengenai persepsi mereka terhadap daya tarik wisata Kota Malang. Oleh karena

(8)

8

itu, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang terkait dalam merencanakan dan mengembangkan objek wisata Kota Malang.

Kota Malang memiliki potensi wisata yang cukup banyak dan dapat dikembangkan dengan baik, namun dari data statistik menunjukkan banyak wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Malang dan Kota Batu dari pada Kota Malang sendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan data kunjungan di tahun 2014, jumlah wisatawan ke Kota Malang mencapai 1,5 juta wisatawan, untuk Kota Batu mencapai 3,8 juta wisatawan, dan Kabupaten Malang mencapai 3,2 juta wisatawan. Dari data tersebut dapat dilihat adanya perbandingan yang cukup signifikan yang menunjukkan bahwa Kota Malang kurang diminati oleh wisatawan. Kedudukan Kota Malang dalam hal ini sangat penting sebagai kota pariwisata yang merupakan tulang punggung kota dan alat revitalisasi daerah-daerah sekitar kota. Padahal Kota Malang memiliki banyak potensi wisata dan infrastruktur yang baik dan terus berkembang mulai dari mode transportasi, pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran terus dikembangkan di Kota Malang. Melalui pemahaman terhadap daya tarik, produk wisata serta persepsi wisatawan diharapkan dapat menemukan jawaban terhadap sedikitnya wisatawan yang berkunjung di Kota Malang. Maka dari itu selanjutnya dapat dilakukan upaya-upaya yang harus dilakukan pihak terkait untuk pengembangkan potensi Kota Malang sebagai destinasi wisata.

Berdasarkan berbagai latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di Kota Malang dan menggunakan pendekatan dari persepsi wisatawan untuk mengetahui potensi dan pengembangan dari sisi wisatawan. Penelitian ini mengeksplorasi persepsi pengunjung dari luar Kota Malang. Maka dari itu, judul yang diambil

(9)

9

adalah “Daya Tarik Wisata Kota Malang Berdasarkan Persepsi Wisatawan Nusantara”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan permasalahan yang ada sebagai berikut:

 Kota Malang hanya dianggap sebagai kota transit karena kunjungannya sedikit karena wisatawan lebih memilih Kota Batu dan Kabupaten Malang;

 Potensi-potensi yang ada di Kota Malang belum dikembangkan dengan baik dan maksimal;

 Upaya-upaya pengembangan Kota Malang sebagai destinasi wisata yang sesuai dengan keinginan wisatawan sampai saat ini belum pernah dilakukan sebagai potensi untuk dikunjungi.

1.3Pertanyaan Penelitian

1. Apa daya tarik wisata Kota Malang menurut persepsi wisatawan ?

2. Bagaimanakah persepsi wisatawan tentang Kota Malang sebagai wisata kota ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengkaji daya tarik wisata Kota Malang menurut persepsi wisatawan; 2. Mengkaji persepsi wisatawan tentang Kota Malang sebagai wisata kota. 1.5 Sasaran Penelitian

1. Mengidentifikasi daya tarik wisata Kota Malang menurut persepsi wisatawan;

2. Mengidentifikasi persepsi wisatawan tentang Kota Malang sebagai wisata kota.

(10)

10

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi, serta masukan ke berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi baru bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pariwisata.

2. Universitas

Menambah referensi di fakultas dan perpustakaan, agar menjadi bahan baru yang dapat dipelajari terkait ilmu pariwisata.

3. Bagi Pengelola

Dapat memberi masukan akan pentingnya peran persepsi wisatawan terhadap penentu daya tarik wisata mempengaruhi perkembangan dan peningkatan jumlah pengunjung.

4. Bagi peneliti

Dapat mengembangkan pola fikir dan untuk mengetahui seberapa jauh penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari fakultas.

1.7 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No

Nama Peneliti/

Tahun Judul Fokus Lokus

Metode

1. I Gusti Bagus Rai Utama Pengembangan wisata kota sebagai pariwisata masadepan indonesia

Mengeksplorasi atau menggali potensi, dampak positif dan negatif, serta kemungkinan pengembangan kota sebagai daya tarik wisata Kota secara kuantitatif. Pada akhirnya berdasarkan data dan informasi potensi, dampak positif dan negatif pengembangan, kemudian dianalisis menjadi keputusan apakahmemungkinkan dikembangkan kota sebagai daya tarik wisata Kota. Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya Eksploratif-kuantitatif

(11)

11 No

Nama Peneliti/

Tahun Judul Fokus Lokus

Metode

2. Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari 2013 Kajian Potensi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang Berdasarkan Stakeholder

Peran stakeholder terhadap pengembangan pariwisata di Malang tidak hanya untuk mengambil keputusan untuk kebijakan pariwisata tetapi juga untuk mengelola daya tarik pariwisata di Malang

Kota Malang Kuantitatif

3 Althaf Gauhar El Naqvi, Eddi Basuki Kurniawan, Johannes Parlindungan 2013

Penataan alun-alun Kota Malang berdasarkan persepsi pengunjung

Penelitian kali ini memiliki untuk mengidentifikasi karakteristik alun-alun dan mengidentifikasi tingkat kepentingan dan kepuasan masyarakat. Kemudian merumuskan arahan penataan untuk Alun-alun Merdeka.

Alun-alun Kota Malang

Kuantitatif

4 Nofita Sari 2015

Daya Tarik Wisata Kota Malang Berdasarkan Persepsi Wisatawan Nusantara

Mengkaji daya tarik wisata Kota Malang menurut persepsi wisatawan.

Mengkaji persepsi wisatawan tentang Kota Malang sebagai wisata kota.

Kota Malang Deskriptif kuantitatif

Sumber: Analisis 2016

Penulisan ini memiliki pembahasan yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dimana memiliki pembahasan yang sama mengenai daya tarik wisata Kota Malang yang lebih ditekankan pada persepsi wisatawan nusantara.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian  No

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengendalikan pelaksanaan Pengembangan SRI di tingkat Propinsi, Kepala Dinas Pertanian Propinsi melakukan pengendalian kegiatan melalui pembinaan reguler dan

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa pengetahuan, sikap dan manajemen lak- tasi ibu di wilayah kerja Puskesmas Samaenre pada tahun 2014 sebagian besar masih berada pada

Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis yang diajukan peneliti yaitu terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial teman sebaya dengan kecemasan dalam menghadapi

4.1.3 Perbandingan Latency Per Total Contact Protokol Routing Epidemic, Protokol Routing Prophet Kemudian untuk perbandingan Latency Per Total Contact, dengan algortima pembobotan

Asesmen pasien dilakukan setelah pasien terdaftar di rawat jalan harus segera didokumentasikan dengan lengkap dan benar dalam waktu kurang dari 2 jam pada formulir pengkajian awal

Biaya operasional (total operating expenses) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuannya

Hal ini ditindak lanjuti dengan keluarnya peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.03/ Menhut-II/2005 tanggal 18 Januari 2005 tentang Pedoman Verifikasi izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Dari pengamatan yang telah penulis lakukan berdasarkan hasil observasi langsung dengan Reservation Agent penulis telah memberi kesimpulan bahwa penanganan pemesanan kamar