• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 31/ 07/14/Th. X, 1 Juli 2011

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2011 adalah 482.050 atau

8,47 persen dari total penduduk.

 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau Maret 2011 sebesar 482.050 jiwa (8,47 persen). Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 500.260 jiwa (8,65 persen), penduduk miskin di Riau mengalami penurunan sebanyak 18.210 jiwa.

 Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 67.000 jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebesar 48.800 jiwa. Meskipun demikian persentase penduduk miskin mengalami penurunan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau memperlihatkan kecenderungan menurun pada periode 2005-2011. Jumlah penduduk miskin menurun dari 600.400 jiwa pada tahun 2005 menjadi 482.050 jiwa pada bulan Maret 2011. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 12,51 persen pada tahun 2005 menjadi 8,47 persen pada bulan Maret 2011.

 Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal di Riau pada Bulan Maret 2010 di perdesaan sebesar 58,24 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 41,76 persen dari total penduduk miskin. Komposisi ini mengalami pergeseran pada tahun 2011, dimana persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik menjadi 70,56 persen dan perkotaan turun menjadi 29,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan persentase penduduk miskin di perdesaan tidak secepat di perkotaan.

 Selama Maret 2010 – Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,03 yaitu dari Rp. 256.112,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 282.479,- per kapita per bulan pada Maret 2011.

 Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Pada bulan Maret 2010, P1 Riau sebesar 1,38, turun menjadi

1,21 pada Maret 2011, sedang P2 nya pada Maret 2010 sebesar 0,37, turun menjadi 0,29 pada Maret

2011. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin bergerak mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif menurun.

(2)

1.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI RIAU, 2006-2011

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau pada periode 2006-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Pada periode 2006-2009, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 37.410 jiwa yaitu dari 564.900 jiwa pada tahun 2006 menjadi 527.490 jiwa pada tahun 2009. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin menurun dari 11,85 persen menjadi 9,48 persen.

Trend dua tahunan yaitu periode 2010-2011, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 18.210 jiwa yaitu dari 500.260 jiwa pada tahun 2010 menjadi 482.050 jiwa pada tahun 2011. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 8,65 persen menjadi 8,47 persen.

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Riau menurut Daerah, 2002-2011

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin

(ribu) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2002 n.a n.a 635,0 n.a n.a 15,39

2003 n.a n.a 660,7 n.a n.a 14,97

2004 n.a n.a 658,6 n.a n.a 14,67

2005 199,9 400,5 600,4 8,26 16,82 12,51 2006 226,3 338,6 564,9 9,37 14,40 11,85 Maret 2007 246,4 328,1 574,5 9,53 12,90 11,20 Maret 2008 245,1 321,6 566,67 9,12 12,16 10,63 Maret 2009 225,6 301,9 527,49 8,04 10,93 9,48 Maret 2010 Maret 2011 208,92 141,92 291,34 340,13 500,26 482,05 7,17 6,37 10,15 9,83 8,65 8,47

Sumber: BPS, Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010-MARET

2011

Jumlah penduduk miskin di Riau pada bulan Maret 2011 sebesar 482.050 atau 8,47 persen dari jumlah penduduk Riau. Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 18.210 jiwa atau sebesar 3,64 persen jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 500.260 jiwa atau 8,65 persen dari jumlah penduduk Riau.

Jika dibandingkan antara daerah perdesaan dengan perkotaan, kecepatan penurunan penduduk miskin di daerah perdesaan tidak secepat daerah perkotaan.

Jumlah penduduk miskin di Riau yang tinggal di daerah perkotaan Maret 2011 mencapai 141.920 jiwa, turun sebesar 67.000 jiwa atau sebesar 32,07 persen jika dibandingkan dengan Maret 2010 yaitu 208.920 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Riau yang tinggal di daerah

(3)

perdesaan Maret 2011 mencapai 340.130 penduduk, naik sebesar 48.800 penduduk atau sekitar 16,75 persen jika dibandingkan dengan Maret 2010 yaitu 291.340 jiwa. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin mengalami penurunan baik di perkotaan maupun perdesaan (lihat Tabel 2).

Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal di Riau pada Bulan Maret 2010 di perdesaan sebesar 58,24 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 41,76 persen dari total penduduk miskin. Komposisi ini mengalami pergeseran pada tahun 2011, dimana persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik menjadi 70,56 persen dan perkotaan turun menjadi 29,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan persentase penduduk miskin di perdesaan tidak secepat di perkotaan.

Tabel 2.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2010-Maret 2011

Jumlah/Persentase

Penduduk Miskin Maret 2010 Maret 2011 Perubahan

Jumlah Penduduk Miskin (000)

Perkotaan 208.92 141.92 - 67.0

Pedesaan 291.34 340.13 48.8

Perkotaan+Pedesaan 500.26 482.05 - 18.2

Persentase Penduduk Miskin

Perkotaan 7,17 6,37 - 0,80

Pedesaan 10,15 9,83 - 0,33

Perkotaan+Pedesaan 8,65 8,47 - 0,18

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan 2011

3.

PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN (GK) MARET 2010- MARET 2011

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh GK, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK. Semakin tinggi GK, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin.

Selama Maret 2010 – Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,03 yaitu dari Rp. 256.112,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 282.479,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Jika kita bandingkan menurut daerah tempat tinggal, kenaikan Garis Kemiskinan di perdesaan lebih tingi dari pada kenaikan Garis Kemiskinan di perkotaan yakni 13,49 untuk daerah perdesaan dan 10,08 untuk daerah perkotaan.

(4)

Tabel 3.

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Menurut Daerah, Maret 2010 - Maret 2011

Daerah Maret 2010 Maret 2011 Persentase

Perubahan

Perkotaan 276.627 306.504 10,08

Pedesaan 235.267 267.007 13,49

Perkotaan+Pedesaan 256.112 282.479 10,03

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan 2011

4.

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN DAN INDEKS KEPARAHAN

KEMISKINAN

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman

Kemiskinan turun dari 1,38 pada keadaan Maret 2010 menjadi 1,21 pada keadaaan Maret 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,37 menjadi 0,29 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin bergerak mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami penurunan.

Jika dibandingkan antara daerah perdesaan dengan perkotaan, Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di perdesaan mengalami penurunan dari 1,89 pada Maret 2010 menjadi 1,49 pada

Maret 2011, sedangkan di perkotaan mengalami penurunan dari 0,88 pada Maret 2010 menjadi 0,77 pada Maret 2011. Hal ini berarti bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin baik di daerah perdesaan maupun daerah perkotaan sama-sama bergerak mendekati garis kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan mengalami penurunan dari 0,57 pada

Maret 2010 menjadi 0,37 pada Maret 2011, sedangkan di daerah perkotaan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) relatif stabil. Hal ini berarti terjadi penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran

penduduk miskin di daerah perdesaan, sedangkan di daerah perkotaan relatif tidak mengalami perubahan.

(5)

Tabel 4

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

di Provinsi Riau Menurut Daerah, Maret 2010- Maret 2011

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2010 0,88 1,89 1,38

Maret 2011 0,77 1,49 1,21

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2010 0,17 0,57 0,37

Maret 2011 0,16 0,37 0,29

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan Maret 2011

5.

PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan

dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head

Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2010 dan Maret 2011. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga dapat menjadi penyebab dari rendahnya minat belajar anak-anak mereka dalam menuntut ilmu, masa anak-anak adalah masa dimana dia masih sangat membutuhkan

Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi

Analisis dot blot dilakukan juga sebagai langkah awal pemeriksaan adanya protein kelenjar saliva nyamuk yang dapat berikatan dengan beberapa protein sampel

Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Anggrek primitif adalah jenis tumbuhan peralihan antara suku-suku dari ordo Asparagales dan suku Orchidaceae. Jenis-jenis

Kusuma Arta Pemula 5 Segara Gede 06/12/03 Sambirenteng Tejakula Made Astaya Wayan Kari Ketut Nama Pemula 6 Jaladi Karya 09/01/92 Sambirenteng Tejakula Nyoman Sudana Ketut

lembaran lepas yang diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang, digantung

Skripsi yang berjudul: Analisis Kesulitan Siswa Meenyeelesaikan Sooal Turuan Fungsi Aljabar Pada Kelas XI IPS Madrassah Aliyah Negeri 1 Banjarmasin Tahun Ajaran

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak