• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta

Ponsel Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Rokhana Pujiastuti

NIM. 214 13 028

JURUSAN

S1 HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta yang senantiasa terus memberi

dorongan dan mendoakan

Adik-adik dan teman-temanku yang selalu mendukung,

membantu dan mendoakan. Semoga Allah senantiasa selalu

meridhoinya

Dosen pembimbingku yang senantiasa sabar dalam memberikan

bimbingan dan arahan sampai dengan selesainya penyusunan

skripsi ini, serta teman-teman mahasiswa IAIN Salatiga

(7)

vii

ABSTRAK

Pujiastuti, Rokhana. 2017. TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga).

Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: M. Yusuf Khumaini, SHI., MH.

Kata Kunci: Penerapan Sistem Promo, Hukum Islam dan Undang-Undang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem promo yang dijalankan toko Jakarta Ponsel Salatiga, guna mengetahui tinjauan hukum Islam dari sistem promo di toko Jakarta Ponsel dan guna mengetahui tinjauan yuridis sistem promo di toko Jakarta Ponsel menurut Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara. Sifat penelitian yakni deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif untuk memperoleh ksimpulan dan analisis menurut hukum Islam dan Undang-Undang.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum Islam dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah tulus untuk membawa risalah dan membebaskan umat Islam dari belenggu kebodohan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dihaturkan rasa terima kasih, terutama kepada:

1. Rektor Institut Agama Islan Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Siti Zumrotun,. M.Ag

3. Kepala Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah, Ibu Evi Ariyani, S.H, MH. 4. Pembimbing skripsi Bapak M. Yusuf Khumaini, S.HI., MH. atas bimbingan,

arahan, dan motivasi yang diberikan.

(9)

ix

6. Kedua orang tua yaitu Bapak Zaenudin dan Ibu Rohyati tercinta yang telah memberikan dukungan, dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

7. Adik-adik tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

8. Segenap Keluarga besar S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013

9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa (khususnya untuk Umi Nurbaiti, Yuliana Indah S, Dwi Mayawati, Sifaul, Khurotul Aeni , Hardini, Maulina).

10.Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skipsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga semua amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima dan cicatat disisi Allah sebagai amal yang Sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya.

Atas keterbatasan dalam menyusun Tugas Akhir ini saya mohon dimaklumi, Kritik dan saran senantiasa diharapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini di masa mendatang. Semoga diharapkan tulisan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 19 September 2017

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Masalah... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Tinjauan Pustaka... 7

F. Metode Penelitian... 10

(11)

xi BAB II : SISTEM PROMO DALAM BISNIS

A. Gambaran Umum tentang Bisnis

1. Ekonomi... 16

2. Bisnis... 17

3. Pemasaran... 18

4. Promosi... 20

5. Etika Pemasaran... 22

B. Gambaran Umum Bisnis Berbasis Syariah 1. Perdagangan dan Pemasaran yang Islami... 26

2. Praktik Perdagangan Perspektif Islam... 28

3. Integrasi Ekonomi dalam Islam... 31

C. Jual Beli... 33

D. Hukum Perlindungan Konsumen 1. Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan... 37

2. Hak dan Kewajiban...41

BAB III : PROMO DI JAKARTA PONSEL A. Profil Toko Jakarta Ponsel... 53

B. Strategi Pemasaran... 54

C. Konsep Garansi... 57

D. Penerapan Kualitas Barang yang diJual... 58

E. Penerapan Sistem Barang Rusak (Return)... 60

(12)

xii BAB 1V : PEMBAHASAN

A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Promo di Jakarta Ponsel... 66 B. Analisis Tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Sistem Promo di Jakarta Ponsel...72

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 76 B. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ekonomi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam suatu negara, karena ekonomi juga sebagai ukuran negara apakah negara itu sebagai negara maju ataupun berkembang, dengan perbandingan pendapatan perkapita dan jumlah penduduk yang negara itu miliki. Untuk tetap menjaga keberlangsungan kehidupan perekonomian suatu negara, maka negara akan melakukan berbagai macam cara untuk memutar roda perekonomiannya seperti dengan melakukan investasi, ekspor-impor barang, jual beli dan berbagai macam bisnis lainnya.

Kegiatan bisnis sendiri diartikan sebagai kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan usaha (perusahaan) secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, atau disewakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (Zaeni Asyhadie, 2014: 29). Dalam kegiatan bisnis, banyak usaha-usaha yang didirikan oleh kebanyakan orang dari usaha kecil, menengah sampai usaha besar. Dalam melakukan usahanya, banyak orang melakukan berbagai cara untuk dapat memajukan usaha mereka dengan berbagai strategi pemasaran yang ada.

(14)

2

satu sama lain. Ada banyak macam strategi pemasaran yang dilakukan dalam kegiatan usaha dari pemasaran secara masal (mass marketing) ke pemasaran relung (niche marketing), dari katalog biasa (custom catalog) ke belanja lewat televisi (television shopping) sampai ke belanja secara maya (cyber shopping) (Zoelkifli, 2008: 3).

Strategi pemasaran diatas merupakan bagian dari pemasaran dengan cara promosi. Pemasar mengembangkan promosi (promotions) untuk mengkomunikasikan informasi tentang produk mereka dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya (Damos, 2000:180). Ada empat jenis promosi yang utama yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan personal dan publisitas. Dari keempat jenis promosi tersebut bersama-sama menjadi bagian dari sebuah bauran promosi yang ingin dikelola secara strategis oleh para pemasar untuk dapat mencapai tujuan organisasi (Damos, 2000: 181).

(15)

3

Banyaknya berbagai penjualan yang dipasarkan oleh para pengusaha, membuat para pengusaha harus berpikir lebih dalam untuk memasarkan produk-produk penjualan mereka agar dapat segera terjual di pasaran. Maka para pengusaha akan melakukan berbagai macam cara promosi produk-produk mereka, seperti penurunan harga temporer, pemberian diskon, hadiah dan lain sebagainya. Strategi segmentasi memungkinkan produsen menghindari persaingan langsung di pasar dengan membedakan penawaran mereka, tidak hanya berdasarkan harga, tetapi juga berdasarkan corak, kemasan, daya tarik promosi, cara distribusi dan layanan yang unggul (Zoelkifli, 2008:38). Hal-hal seperti ini adalah sesuatu yang wajar dalam melakukan bisnis usaha, terutama di bidang perdagangan.

Namun, apapun strategi yang digunakan dalam memasarkan produk-produk mereka haruslah menggunakan etika-etika baik karena sesungguhnya didalam Islam pun memerintahkan untuk berdagang dengan jalan yang diperintahkan Allah SWT. Seperti yang tercantum dalam Surat Al-Jum’ah ayat 11 yaitu:



(16)

4

Bahkan berniaga pun dalam melakukan pemasaran produk-produknya tidak boleh ada unsur-unsur menipu, berbohong demi meraup banyak keuntungan dari pihak konsumen. Seperti yang tercantum dalam Surat An-Nisa’ ayat 29 yaitu:



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu kepadamu”.

Adapun para konsumen memiliki hak-hak yang berhak mereka dapatkan, hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen seperti yang terdapat dalam Pasal 4 (b) dan (h) yaitu “b). Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan” dan “h). Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya”.

(17)

5

menggiurkan seperti barang dengan harga murah, diskon, berhadiah dan lain sebagainya dengan mudah akan tertarik.

Pada sisi lain toko Jakarta Ponsel tidak melayani komplain

terhadap barang cacat yang dijual. Sebagaimana Toko Jakarta Ponsel Salatiga dalam memajukan usahanya menggunakan strategi pemasaran yaitu melakukan promo produk-produk yang dijualnya dengan cara menurunkan harga bertempo. Namun, dalam menjalankan pemasaran produk-produknya seharusnya barang promo dengan barang-barang bukan promo harus sama-sama kualitasnya dan berkondisi baik. Karena bisa jadi produk-produk yang menjadi barang promo adalah seperti barang yang telah terpakai namun dijual kembali.

Dilatar belakangi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Sistem Promo

(Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem promo di Toko

(18)

6

3. Bagaimana tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem promo yang dijalankan oleh Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dari sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga?

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan bahwa penelitian ini tidak hanya berguna untuk pribadi tetapi dapat juga berguna bagi orang lain. Beberapa kegunaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagi Akademik

(19)

7

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh civitas akademika sebagai bahan informasi dan rujukan bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Praktisi

a. Bagi Toko Jakarta Ponsel Salatiga, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan sistem pemasarannya dengan etika-etika bisnis yang baik.

b. Dapat dijadikan panduan bagi konsumen dalam melakukan pembelian untuk bersikap bijak sebelum membeli.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini bukan merupakan plagiasi ataupun pengulangan dari penelitian-penelitian yang telah ada. Karena penelitian ini menganalisis tentang “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Sistem Promo (Studi Kasus

Toko Jakarta Ponsel, Salatiga)”. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Pertama, Skripsi Nur Maisaroh (Universias Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya) 2012, dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap

(20)

8

bisnisnya dengan cara promosi melalui iklan, SMS, ataupun internet, hanya saja dalam prakteknya terjadi hal-hal yang tidak dibolehkan yaitu penambahan harga yang dilakukan setelah akad telah terjadi. Distributor sering terlambat dalam hal pengisian pulsa dan juga diakhir minggu sering terjadi stok kosong. Hal ini tidak boleh dilakukan karena sangat merugikan bagi para agen dan dan juga tidak sesuai dengan promosi. Distributor harusnya juga harusnya lebih transparan dan jujur kepada para agennya dalam segala hal yang berkaitan dengan bisnis pulsa ini karena sifat jujur merupakan salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh para pebisnis.

Kedua, Skripsi Erry Fitrya Primadhani (Jurusan Hukum Bisnis Syari’ah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim) 2012, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Diskon: Studi Kasus di Pertokoan Pasar Besar Palangkaraya”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem diskon yang berlaku pada pertokoan Pasar Baru Palangkaraya diantaranya: pembelian barang dengan jumlah banyak, dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya akan tiba hari raya, diberikan pada barang yang sedang “trend” di kalangan

(21)

9

objek akad yang tidak terpenuhi dan terdapatnya unsur-unsur yang dilarang dalam jual beli yaitu tadlis dan najasy. Hal ini ditemukan pada sistem jual beli diskon toko Yanie. Pihak toko Yanie tidak memeriksa kualitas barang yang dijual dengan sistem diskon, sehingga terdapat barang cacat yang tetap dijual kepada pembeli, selain itu harga barang sebelum dikenakan diskon telah dinaikkan dengan alasan mengikuti harga pasar sehingga harga barang yang dikenakan diskon sebenarnya merupakan harga normal.

Ketiga, Skripsi Miftakhul Ulum (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya) 2010, dengan judul “Perspektif Hukum Islam tentang

Penjualan Rokok dengan Cara Promosi oleh Sales Promotion Girls

(SPG)”. Perspektif Hukum Islam tentang Sistem Penjualan Rokok oleh sales promotion girl (SPG) yang dilakukan dalam sistem pemasaran yang dilakukan oleh Pabrik rokok Surabaya dalam konteks pemasaran dengan menggunakan sales promotion girl (SPG) diperbolehkan karena sudah sesuai dengan konsep penawaran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yaitu Taqwa, Siddiq, memiliki kecerdasan (Fathanah), komunikatif (Tabliq), bersikap melayani dan rendah hati (Khidmah), jujur dan bertanggung jawab (Al-Amanah), tidak suka Su‟uzh-Zhann, tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah), tidak melakukan sogok/suap (Risywah).

(22)

10

(SPG) yang memperlihatkan auratnya bukan karena kualitas barang yang diperjual dalam penawaran tersebut sesuai dengan ketentuan penawaran dalam Islam.

Mencermati dari hasil penelitian terdahulu bahwa penelitian ini berbeda dengan penulis terdahulu. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan mengenai sistem promo yang ditinjau dari hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di toko Jakarta Ponsel Salatiga.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) bersifat kualitatif yaitu penelitian yang dimiliki sasaran penelitian terbatas tetapi dengan keterbatasannya itu dapat digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian (Bungin, 2001: 29).

(23)

11

2. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Toko Jakarta Ponsel Salatiga dengan subjek penelitian sistem promo yang dilakukan oleh Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

3. Kebutuhan dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem promo yang dilakukan oleh Toko Jakarta Ponsel Salatiga. Sumber data penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh (Moleong, 2000: 114). Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti (Ali, 2009: 106). Sumber data primer penelitian ini, penulis peroleh baik melalui kegiatan observasi dengan terlibat langsung dalam mengamati proses pemasaran penjualan di Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

b. Data Sekunder

(24)

12

disertasi dan peraturan perundang-undangan (Ali, 2009: 106). Data sekunder dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait objek penelitian. Seperti hukum Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadist serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2) Bahan Hukum Sekunder

Buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, selebaran dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009: 107). Penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data antara lain: a. Observasi (Pengamatan)

(25)

13

langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi (Nawawi, 1995: 94). Pengamatan ini yang dilakukan secara langsung pada objek yaitu Toko Jakarta Ponsel Salatiga. b. Wawancara (Interview)

Merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara langsung dalam proses interview ada dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai pencari informasi atau interviewer sedangkan pihak lain berfungsi sebagai informan atau responden (Romy, 1990: 71). Wawancara ini dilakukan dengan karyawan dan pihak yang terkait dengan Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

5. Analisis Data

(26)

14

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002: 178).

Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka penulis melakukan perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai fakta-fakta yang ditemui lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data dimana dengan membandingkan apa yang telah diatur oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam.

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

(27)

15

BAB I Pendahuluan dalam bab ini berisi mengenai, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian yang berisi tentang Jenis penelitian dan pendekatan, Lokasi Penelitian, Kebutuhan dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisia Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-Tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori dalam bab ini berisi mengenai, Gambaran

Umum Tentang Bisnis, Gambaran Umum Bisnis Berbasis Syari’ah, Jual Beli dan Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999.

BAB III Pemamaparan Data dan Hasil Penelitian dalam bab ini berisi mengenai, Profil Toko Jakarta Ponsel Salatiga, Strategi Pemasaran, Konsep Garansi, Penerapan Kualitas Barang yang diJual, Penerapan sistem retur barang rusak di Toko Jakarta Ponsel Salatiga dan Penerapan Sistem Promo di Jakarta Ponsel.

BAB IV Pembahasan dalam bab ini berisi mengenai, Analisis

Tinjauannya menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V Penutup dalam bab ini berisi mengenai, Kesimpulan dan

(28)

16 BAB II

SISTEM PROMO DALAM BISNIS

A. Gambaran Umum Tentang Bisnis

1. Ekonomi

Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas, dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Inti permasalahan ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas (Francis, 2014: 1).

Menurut Hermawan Kartajaya, ekonomi adalah platform dimana sektor industri yang melekat diatasnya. Adam Smith mendefinisikan ekonomi yaitu suatu penyelidikan kondisi dan sebab adanya atau hadirnya kekayaan negara. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tentang ekonomi dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah segala suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dari berbagai sektor usaha dan juga dapat menjaga kelangsungan hidup negara. Selanjutnya, Francis (2014: 2) menjelaskan mengenai ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

(29)

17

b. Ekonomi Mikro, yang membahas ekonomi secara fungsional, seperti Ekonomi Perusahaan, Ekonomi Rumah Tangga. Topik pembahasannya meliputi Fungsi Organisasi, Produksi, Pemasaran atau Sumber Daya Manusia, dan Fungsi Sosial dalam suatu perusahaan.

2. Bisnis

Menurut Skinner (1992), bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Pada dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the buying and selling

of goods and service”. Bisnis (perusahaan) adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud mendapatkan laba (Griffin dan Ebert, terjemahan Benyamin Molan, 2003: 15). Sedangkan perusahaan bisnis adalah suatu organisasi yang terlibat dalam pertukaran barang, jasa atau uang untuk menghasilkan keuntungan (Francis, 2014: 4).

Jadi pengertian bisnis dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis merupakan suatu bentuk adanya kegiatan pertukaran barang, jasa atau uang yang dilakukan suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Kegiatan bisnis meliputi semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang dan jasa melalui saluran produktif, dari membeli bahan baku (bahan mentah) sampai dengan menjual barang jadi.

Pada pokoknya, menurut Francis (2014: 5) kegiatan bisnis memiliki cakupan sebagai berikut:

(30)

18

b. Pengangkutan (dengan alat-alat transportasi), c. Penyimpanan (sampai barang terjual),

d. Pembelanjaan (meliputi bank atau kreditor), dan e. Pemberian informasi (dengan promosi).

3. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Armstrong, 2000). Sedangkan menurut Andrian Payne (2007: 27) pemasaran adalah suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Maka inti pokok dari pemasaran adalah suatu proses dimana adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dilakukan dengan cara melihat, memahami kemudian menawarkan apa yang pasar butuhkan.

Adapun tiga macam pandangan sikap pemimpin perusahaan menurut Francis (2014: 166) terhadap fungsi pemasaran:

a. Old marketing dengan fokus produk/jasa untuk memperoleh laba melalui penjualan.

(31)

19

c. Global marketing dengan fokus lingkungan bisnis internasional, lebih berorientasi strategis untuk menciptakan nilai/manfaat bagi stakeholder sampai ke tingkat dunia.

Selain pandangan perusahaan terhadap fungsi pemasaran, di dalam bukunya Francis (2014:169) adapun empat cara dalam mengelola fungsi pemasaran yaitu:

a. Functional Approach melaksanakan pengelolaan fungsi atau kegiatan pemasaran sejak barang dibeli atau siap dijual sampai barang tersebut di tangan konsumen.

b. Institutional Approach adalah pengelolaan berdasarkan pendekatan kelembagaan, menyangkut penyalur barang atau jasa sehingga sampai ke tangan konsumen, seperti grosir, pengecer, biro reklame, dan sebagainya.

c. Commodity Approach adalah pendekatan pengelolaan pemasaran sesuai dengan jenis/macam barang atau jasa.

d. Economic Theory Approach antara lain membahas struktur pasar suatu barang atau jasa (seperti monopili, duapoli, oligopoli, persaingan bebas), faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, dan sebagainya.

Proses pemasaran adalah urutan kerja yang perlu dilakukan dalam fungsi pemasaran. Pada umumnya urutan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pembelian (Buying) atau Produksi (Production) b. Pemilihan (Grading)

c. Pengangkutan (Transportation) d. Pembungkusan (Packing) e. Pergudangan (Storage) f. Pembelanjaan (Financing) g. Promosi (Promotion)

(32)

20

Tiap-tiap kegiatan tersebut memerlukan biaya. Selain itu, ada lagi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, yaitu biaya komisi,

entertainment, undian, diskon yang semuanya harus diperhitungkan

cost and benefit-nya (manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang dikeluarkan), antara lain dari sisi waktu, tenaga, peralatan, biaya-biaya untuk memperoleh hasil yang maksimal (Francis, 2014: 170).

4. Promosi

Salah satu hal yang terpenting dari pemasaran agar produk yang di produksi dikenal dan diterima di masyarakat yaitu kegiatan promosi. Menurut Andrian Payne (2007: 28), promosi adalah program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran produk dan jasa. Sedangkan menurut Kusmono (2001: 374), promosi adalah usaha yang dilakukan pasar untuk mempengaruhi pihak lain agar berpartisipasi dalam kegiatan pertukaran.

Tujuan promosi adalah menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pelanggan tentang suatu produk untuk mendorong dan menarik pembeli untuk membelinya.

Adapun bauran promosi menurut Madura (2001: 157), yaitu sebagai berikut:

a. Periklanan

(33)

21

dalam periklanan yaitu menggunakan media elektronik dan media cetak yaitu seperti televisi, radio, internet, surat kabar, majalah,

direc mail (katalog, brosur) dan lain sebagainya. b. Penjualan Pribadi (Personal Selling)

Penjualan pribadi merupakan presentasi penjualan secara personal yang digunakan untuk mempengaruhi satu konsumen atau lebih. c. Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah serangkaian aktivitas yang dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen. Promosi penjualan terdiri dari promosi penjualan untuk konsumen yaitu kupon diskon, rabat, sampel gratis, hadiah, kupon untuk ditukar dengan hadiah, kontes undian berhadiah dan promosi penjualan untuk perantara pemasaran yaitu gerobak/outlet untuk berjualan (poin of purchase display), pinjaman, pameran dagang, kontes dan premium (kompensasi tambahan).

d. Hubungan Masyarakat

Hubungan masyarakat adalah berkenaan dengan tindakan yang diambil dengan tujuan menciptakan atau memelihara kesan yang menyenangkan bagi masyarakat.

e. Promosi dari Mulut ke Mulut (Worth of Mouth)

(34)

22

Adapun indikator-indikator promosi menurut Kotler dan Keller (2007: 272) diantaranya yaitu:

1. Frekuensi promosi adalah jumlah promosi penjualan yang dilakukan dalam suatu waktu melalui media promosi penjualan 2. Kualitas promosi adalah tolak ukur seberapa baik promosi

penjualan dilakukan

3. Kuantitas promosi adalah nilai atau jumlah promosi penjualan yang diberikan konsumen

4. Waktu promosi adalah lamanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan

5. Ketepatan dan kesesuian sasaran promosi merupakan faktor yang diperlukan untuk mencapai target yang diinginkan perusahaan

5. Etika Pemasaran

Secara etimologi etika berasal dari bahasa latin ethius (dalam bahasa Yunani adalah ethicos) yang berarti kebiasaan, pengertian ini lambat laun berubah menjadi suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik atau mana yang tidak (Sugiarto, 1999: 28-29).

(35)

23

(transparan), berlaku adil dalam bisnis (Al-„Adl), bersikap melayani, dan menepati janji (Lubaba, 2015: 16).

Adapun beberapa prinsip etika pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsinya menurut Kartajaya (2006: 67), yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)

Sebagai seorang pengusaha atau pedagang dalam menjalankan usahanya harus dilandasi dengan sikap takwa kepada Allah, sehingga dalam melakukan sesuatu dapat mencegah dari perbuatan yang menyimpang jika dilakukan karena sikap taat kepada Allah. Sesuai dengan Al-Qur’an surat at- Taubah ayat

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

b. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-„Adl)

(36)

24 dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.

c. Bersikap Melayani

Sikap melayani adalah hal utama yang harus dimiliki dari seorang pengusaha atau penjual. Sebagai penjual harus memiliki sikap sopan, santun, murah hati, ramah terhadap para konsumennya ataupun mitra bisnisnya. Suatu bisnis akan senantiasa berkembang dan sukses manakala ditunjang dengan adanya pelayanan terbaik (Lubaba, 2005: 18).

d. Menepati Janji dan Tidak Curang

(37)

25

hak konsumen atau mitra kerjanya, maka sikap penjual yang tidak beritikad baik terhadap konsumennya.

Berbisnis selain harus bersikap baik, juga harus menghindari sikap curang. Salah satu perbuatan sebagai penjual dalam menepati janji adalah tidak curang, karena sebagai penjual harus melakukan apa yang dijanjikannya. Maksud disini adalah ketika seorang penjual menjanjikan barang yang dibeli keadaan baik, sesuai apa yang di harapkan pembeli dari kualitas, kuantitas, warna, rupa, ukuran dan spesifikasi barang.

f. Jujur dan Terpercaya (Amanah)

(38)

26

B. Gambaran Umum Bisnis Berbasis Syariah

1. Perdagangan dan Pemasaran yang Islami

Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang sangat handal dan profesional dalam dunia perdagangan dengan menerapkan strategi pemasaran yang jitu dan tepat sasaran. Maka dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah berbagai upaya yang dilakukan agar memudahkan terjadinya penjualan/perdagangan. Menurut Gunara dan Sudibyo (2006), sebagai pedagang Rasulullah saw berpegang pada lima konsep yaitu jujur, ikhlas, profesionalisme, silaturahmi dan murah hati. Lima konsep ini disebut sebagai soul marketing yang nantinya akan melahirkan kepercayaan (trust). Kepercayaan ini merupakan suatu modal yang tidak ternilai dalam bisnis (Jusmaliani dkk, 2008: 2).

(39)

27

kedua belah pihak, sehingga kepentingan masing-masing dapat dilindungi (Jusmaliani dkk, 2008: 7).

Perdagangan merupakan bagian mu’amalah yang dilakukan antara dua belah pihak, jika dilakukan dengan rasa saling ridha karena Allah maka dapat berarti menjadi ibadah. Ekonomi Islam lebih menekankan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter (Yaumidin, 2005). Penekanan khusus kepada sektor perdagangan tersebut misalnya pada sebuah hadis Nabi yang menegaskan bahwa dari sepuluh pintu rezeki, sembilan diantaranya adalah perdagangan (Jusmaliani dkk, 2008: 22).

Ciri dari perdagangan yang Islami merupakan usaha perdagangan yang di dalamnya terkandung tujuan-tujuan yang eskatologis yang sifatnya dengan sendirinya mencerminkan sikap yang jujur dalam perdagangan yang bersumber dari tata nilai samawi dan hal ini merupakan pembeda dari praktik-praktik perdagangan yang tidak Islami (Jusmaliani dkk, 2008: 27). Bahkan, Qaradhawi ( 2001: 293-297) menegaskan bahwa sah dan tidaknya transaksi perdagangan tergantung jujur dan tidaknya usaha perdagangan itu dilakukan.

(40)

28

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.

2. Praktik Perdagangan Perspektif Islam

Perdagangan yang Islami adalah perdagangan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang menjunjung tinggi tentang kejujuran dan keadilan (Jusmaliani dkk, 2008: 58). Ada berbagai transaksi perdagangan yang dilarang oleh Rasulullah dalam keadaan pasar normal (Hamdani, 2003; Izomiddin, 2005) di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Tallaqqi rukban, yaitu mencegat pedagang yang membawa barang dari tempat produksi sebelum sampai pasar.

b. Perdagangan yang menipu. Termasuk dalam kategori menipu dalam perdagangan adalah:

(41)

29

barang-barang yang berkualitas baik sehingga pembeli kesulitan memilih barang yang berkualitas baik dari barang yang diperdagangkan.

2) Tathfif, yaitu tindakan pedagang mengurangi timbangan dan takaran suatu barang yang dijual.

c. perdagangan najasy, yaitu praktik perdagangan dimana seseorang berpura-pura sebagai pembeli yang menawar tinggi barang dagangan disertai memuji-muji kualitas barang tersebut secara tidak wajar, tujuannya adalah untuk menaikkan harga barang. d. Memperdagangkan barang haram, yaitu memperjualbelikan

barang-barang yang telah dilarang dan diharamkan oleh Alquran, seperti daging babi, darah, minuman keras dan bangkai.

e. Perdagangan secara riba, yaitu pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli ataupun pinjam-meminjam yang berlangsung secara zalim dan bertentangan dengan prinsip mu’amalah secara

Islami. Secara harfiah riba adalah peningkatan atau penambahan. Riba dikategorikan menjadi dua yaitu riba nasi‟ah adalah riba yang terjadi sebagai akibat pihak kreditor meminjamkan uang dengan menentukan batas waktu tertentu disertai memungut bunga sebagai tambahan dari pokok yang dipinjamkan. Adapun

(42)

30

Dari uraian diatas, bahwa prinsip perdagangan yang diajarkan Rasulullah menganut prinsip yang sesuai dengan wahyu Allah dalam Surah An-Nisa’ (4): 29 yaitu

 dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Maksud ayat diatas yaitu bahwa transaksi yang dilakukan harus didasarkan rasa sukarela tanpa adanya paksaan serta menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan disertai tindakan yang tidak saling

mendzalimi. Kata tijaaratan „an taraadhiin minkum maksudnya “perniagaan/perdagangan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu”, dengan jalan niaga ini beredarlah harta kamu, pindah dari satu tangan ke tangan lain dalam garis yang teratur, dan pokok utamanya adalah ridha, suka sama suka dalam garis yang halal.

(43)

31

transaksi (Jusmaliani dkk, 2008: 63). Etika usaha seperti inilah yang akan menentukan praktik perdagangan yang dikembangkan umat Islam.

3. Integrasi Ekonomi dalam Islam

Dalam pandangan Alquran dan As-Sunnah, Islam dan kerja adalah sama. Islam adalah agama kaffah dan syamil (komprehensif dan integratif), karena inilah yang mendorong manusia untuk bekerja satu sama lain. Adanya kondisi perbedaan ekonomi yang sangat besar mendorong kerja sama di antara negara-negara muslim, kerja sama ekonomi ini yang prinsip-prinsipnya didasarkan pada motif normatif-religius dan empiris-pragmatis pada dasarnya adalah sebuah kewajiban (fardlu) yang disebutkan dalam Alquran dan hadis (Jusmaliani dkk, 2008: 96).

Integrasi ekonomi Islami adalah sebuah proses untuk menghilangkan diskriminasi yang ada antara dua atau lebih negara yang melakukan kerja sama dengan tujuan adanya percepatan pertumbuhan, baik pertumbuhan tersebut bersifat temporer atau tidak (Jusmaliani dkk, 2008: 98).

(44)

32

Kaidah hukum mu’amalah adalah semua boleh, kecuali yang terlarang menurut Alquran dan sunah, maka penting untuk diketahui hal-hal apa saja yang tidak diperbolehkan atau diharamkan dalam mu’amalah, terutama yang terkait dengan integrasi ekonomi negara -negara muslim (Jusmaliani dkk, 2008: 100). Karim (2004) memberikan penjelasan faktor-faktor penyebab terlarangnya sebuah transaksi sebagai berikut.

a. Haram yang dikarenakan zatnya/haram li dzatihi, transaksi dilarang karena objek (barang atau jasa) yang ditransaksikan. b. Haram karena selain zatnya/haram li ghairihi, haram yang

disebabkan bukan oleh zatnya adalah tadlis (penipuan), ikhtikar,

ba‟i najasy (rekayasa pasar), thagrir/gharar (ketidakpastian/judi) dan riba.

c. Haram karena tidak sah/lengkap akadnya, yaitu transaksi yang disebabkan oleh tidak sahnya suatu akad. Jenis transaksi ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Tidak terpenuhinya rukun dan syarat suatu transaksi;

2) Terjadinya ta‟alluq, yaitu transaksi dimana terjadinya dua akad yang saling mengikat;

(45)

33 C. Jual Beli

Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual beli”. Menurut pengertian Syari’at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah). (Sayid Sabiq, 12 1988: 47-48).

Jual beli merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli.

a. Rukun Jual Beli

Adapun yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli terdiri dari:

1) Adanya pihak penjual dan pihak pembeli 2) Adanya uang dan benda

3) Adanya lafaz b. Syarat Sahnya Jual Beli

Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak pembeli sah, haruslah dipenuhi syarat-syarat yaitu:

1) Tentang subjeknya

Kedua belah pihak yang melakukan jual beli haruslah:

(46)

34

bagi dirinya dan apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli menjadi tidak sah.

b) Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa), bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak lainnya, sehingga pihak yang lain tersebut melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan kemauannya sendiri, tapi disebabkan adanya unsur paksaan maka jual beli yang dilakukan adalah tidak sah. Adapun dasar hukum jual beli atas dasar kehendak sendiri para pihak terdapat dalam ketentuan Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 29 yaitu

 saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

(47)

35

Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.

2) Tentang objeknya

Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada benda yang dijadikan sebagai objek jual beli sebagai berikut:

a) Bersih barangnya, bahwa barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan.

b) Dapat dimanfaatkan.

c) Milik orang yang melakukan akad, bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut dan/atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.

d) Mampu menyerahkan, bahwa pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa) dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang di perjualbelikan pada waktu penyerahan barang kepada pihak pembeli.

(48)

36

beli itu tidak sah. Sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung unsur penipuan.

f) Barang yang diakadkan ada di tangan, perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum di tangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) adalah dilarang sebab bisa jadi barang sudah rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.

3) Tentang lafaz

Harus adanya lafaz ijab dan kabul antara penjual dan pembeli. Ijab adalah perkataan penjual, perkataan menawarkan barang dagangannya dengan harga sekian. Sedangkan kabul adalah ucapan pembeli, perkataan menerima tawaran penjual dengan harga yang telah disepakati.

c. Khiyar

Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurungkan (menarik kembali, tidak jadi jual beli) (Rasjid, 1994: 286). Khiyar terdapat tiga macam, yaitu:

1. Khiyar majelis

(49)

37

2. Khiyar syarat

Artinya khiyar itu dijadikan syarat sewaktu akad oleh keduanya atau oleh salah seorang. Khiyar syarat boleh dilakukan dalam segala macam jual beli, kecuali barang yang wajib diterima di tempat jual beli, seperti barang-barang riba. Masa khiyar syarat

paling lama hanya tiga hari tiga malam, terhitung dari waktu akad.

3. Khiyar „aibi (cacat)

Artinya si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang itu terdapat suatu cacat yang mengurangi kualitas barang itu, atau mengurangi harganya, sedangkan biasanya barang yang seperti itu tidak baik, dan sewaktu akad cacatnya itu sudah ada, tetapi si pembeli tidak tahu, atau terjadi sesudah akad yaitu sebelum diterimanaya.

D. Hukum Perlindungan Konsumen

1. Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan

a. Ketentuan Umum

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 pasal 1, dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(50)

38

2) Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangan.

3) Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

4) Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.

5) Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.

(51)

39

7) Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.

8) Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk digunakan di dalam wilayah Republik Indonesia.

9) Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Msyarakat adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan mengenai perlindungan konsumen.

10)Klausa baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

11)Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.

12)Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen.

13)Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang perdagangan.

(52)

40

Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Menurut Wiwoho (2007: 98) perlindungan konsumen memiliki 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Di dalam pasal 3 perlindungan konsumen bertujuan:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

(53)

41

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindugan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

2. Hak dan Kewajiban

Hak merupakan sesuatu yang harus diterima atau dimiliki oleh seseorang atas kewajiban orang lain. Sedangkan kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi atau wajib menjalankan segala sesuatu atas hak orang lain. Berikut adalah hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku usaha menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1. Hak Konsumen terdapat dalam Pasal 4, yaitu:

(54)

42

b. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapat kompensasi, gantu rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterimatidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana semestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

(55)

43

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa

perlindungan konsumen secara patut. 3. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

a. Hak Pelaku Usaha diatur dalam pasal 6 UU No. 8 Tahun 1999, yaitu:

1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.

2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

(56)

44

5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Kewajiban Pelaku Usaha terdapat dalam pasal 7, yaitu: 1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

4) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku.

5) Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau jasa garansi atas barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan. 6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian

(57)

45

7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam pasal 8 sampai dengan pasal 17 adapun perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha, yaitu:

a. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperoleh dagangan barang dan/atau jasa yang:

1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Tidak sesuai berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.

3) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

4) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan atau jasa tersebut.

(58)

46

6) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan atau jasa tertentu.

7) Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

8) Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.

9) Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaanyang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat.

10)Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(59)

47

c. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

d. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan berang dan atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

e. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah:

1) Barang tersebut telah memenuhi dan atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, sejarah atau guna tertentu.

2) Barang tersebut dalam keadaan baik dan atau baru.

3) Barang dan atau jasa tertentu telah mendapatkan dan atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tetentu, ciri-ciri kerja, atau aksesori tertentu.

4) Barang dan atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi.

5) Barang dan atau jasa tertentu tersedia.

6) Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi. 7) Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang

(60)

48

8) Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan atau jasa lain.

9) Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung resiko, atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap.

10) Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.

11) Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

f. Barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diperdagangkan.

g. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan atau jasa tersebut.

h. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:

1) Harga atau tarif suatu barang dan atau jasa. 2) Kegunaan suatu barang dan atau jasa.

3) Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan atau jasa.

(61)

49

5) Bahaya penggunaan barang dan atau jasa.

i. Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan:

1) Menyatakan barang dan atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu.

2) Menyatakan barang dan atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi.

3) Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain. 4) Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan atau

jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain.

5) Tidak menyedikan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang lain. j. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau

mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan atau diiklankan.

(62)

50

menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.

l. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa. m. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang

ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk:

1) Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan.

2) Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa. 3) Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. 4) Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah

yang dijanjikan.

n. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.

(63)

51

1) Tidak menepati pesanan dan atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjkan.

2) Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan atau prestasi. p. Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

1) Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan atau jasa.

2) Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan atau jasa. 3) Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat

mengenai barang dan atau jasa.

4) Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan atau jasa.

5) Mengeksploitasi kejadian dan atau seseorang tanpa seizin yang berwewenang atau persetujuan yang bersangkutan. 6) Melanggar etika dan atau ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai periklanan.

q. Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

Adapun yang menjadi tanngung jawab terdapat dalam Pasal 19 UU No.8 Tahun 1999, yaitu:

(64)

52

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

(65)

53 BAB III

PROMO DI JAKARTA PONSEL

A. Profil Toko Jakarta Ponsel

Jakarta Ponsel merupakan toko yang bergerak di bidang perdagangan, seperti namanya menjual berbagai macam ponsel atau

handphone, aksesoris handphone, laptop, aksesoris laptop dan lain sebagainya. Berdirinya Jakarta Ponsel pertama kali di buka di Malang, kemudian membuka retail-retail di daerah lain seperti Blitar, Solo, Kediri masih banyak lagi dan juga termasuk di Salatiga.

Toko Jakarta Ponsel di Salatiga telah ada belum lama ini yaitu di buka pada Agustus 2016. Secara geografis Toko Jakarta Ponsel terletak di Jl. Wahid Hasyim No. 11A Ruko Jetis (Perempatan Jetis, depan MAN Salatiga).

Karena Toko Jakarta Ponsel di Salatiga di buka masih belum lama ini, untuk mempromosikan produk-produknya dan agar Toko tersebut cepat dikenal banyak orang. Toko tersebut melakukan promo produk-produk murah secara besar-besaran. Itulah salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh Toko Jakarta Ponsel Salatiga.

(66)

54

menyebarkan brosur-brosur promo produk-produknya yang terkadang disebarkan disekitar toko dan juga di tempat-tempat keramaian lainnya.

B. Strategi Pemasaran

Dalam membuka suatu usaha untuk dapat terus berkembang usahanya, tidak dipungkiri bahwa setiap pengusaha atau penjual tentu akan melakukan berbagai cara untuk dapat meningkatkan hasil usahanya. Berbagai macam hal yang dapat dilakukan biasanya dengan cara memberikan diskon, obralan, promo dengan harga murah dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan usaha yang satu ini Toko Jakarta Ponsel, usaha yang menjual berbagai macam handphone, aksesoris handphone, laptop

dan masih banyak lagi. Karena Toko Jakarta Ponsel ini termasuk usaha yang baru dibuka di Salatiga, tentunya untuk dapat memasarkan produk-produknya, untuk lebih dikenal masyarakat dan meningkatkan hasil dari usaha tersebut Toko Jakarta Ponsel juga melakukan strategi pemasaran dalam usahanya.

(67)

55

Pemberian produk-produk promo di toko Jakarta Ponsel sering kali dilakukan sebagai strategi utama pemasaran barang-barang yang dijualnya dengan memberikan harga yang sangat murah. Cara seperti ini biasanya sangat efektif untuk menarik para konsumen untuk membeli produk-produk mereka. Karena sifat konsumen kebanyakan di Indonesia adalah konsumtif jadi ketika konsumen ditawarkan suatu barang dengan harga yang sangat murah akan lebih mudah menarik para konsumen untuk membeli barang-barang tersebut.

Adapun juga yang dilakukan dari toko Jakarta Ponsel yaitu dengan melakukan penurunan harga temporer. Penurunan harga temporer yaitu strategi pemasaran yang dilakukan dengan cara menurunkan harga barang-barang yang dijual dengan berlaku jangka waktu tertentu. Pada saat di awal toko Jakarta Ponsel dibuka, strategi ini sering dilakukan untuk menarik minat konsumen untuk membeli barang-barang yang dijualnya. Hal itu dilakukannya pada saat hari-hari tertentu saja dan diberlakukan pada hari yang di tetapkan itu saja.

Selain pemberian produk-produk promo dengan harga sangat murah, penurunan harga temporer dan ada juga pembelian produk tertentu berhadiah produk lain. Disini para konsumen yang membeli suatu barang tertentu di toko Jakarta Ponsel akan mendapatkan hadiah tertentu secara cuma-cuma. Misalkan pembeli membeli produk laptop dengan merek tertentu, selain itu pembeli juga akan mendapatkan hadiah sebuah

(68)

56

Ada beberapa contoh produk-produk promo yang dijual di Toko Jakarta Ponsel yang diambil dari selebaran promo, yaitu seperti:

Produk Harga

Tongsis Kabel Rp 6.900.00

Power Bank Rp 9.900.00

Fish Eye Rp 1.900.00

Mousepad Rp 9.900.00

Mouse USB Rp 11.900.00

Cooling Pad Rp 19.900.00

Mouse Wireless Rp 49.900.00

Tas Laptop Rp 24.900.00

Laptop Lenovo S10 berhadiah HP new

Rp 1.750.000.00

Laptop Lenovo EDGE E40 berhadiah HP new

Rp 2.699.000.00

(69)

57

C. Konsep Garansi

Garansi biasanya diawali dengan pihak konsumen membeli suatu barang yang ada pada penjual, dengan adanya kerusakan atau cacat barang yang dibeli, konsumen dapat meminta garansi atau pertanggung jawaban yang harus dipenuhi oleh pihak penjual.

Garansi dalam jual beli pihak penjual harus bertanggung jawab terhadap segala barang cacat tersembunyi dari barang yang diperdagangkan. Cacat tersembunyi yaitu apabila jika barang itu tidak dapat digunakan untuk tujuan yang dimaksud, atau yang mengurangi pemakaian (pemanfaatan), sehingga seandainya pembeli mengetahui cacat itu, pembeli tidak akan membelinya atau tidak akan membelinya selain harga yang kurang.

(70)

58

atas barang yang dibelinya dari kecacatan atau kerusakan dan juga bertujuan untuk menghindari adanya penipuan dari pihak penjual.

Biasanya jika pembeli membeli suatu barang di toko akan ada yang namanya garansi jika terjadi kerusakan atau kecacatan pada barang yang dibeli dapat meminta pertanggung jawaban dari pihak penjual. Pihak toko mengatakan bahwa jika ada keluhan dari konsumen (komplain) atas barang rusak yang dibeli konsumen, dari pihak toko mengatakan bahwa pihak toko akan menanggapi sekadarnya saja. Sistem garansi di toko Jakarta Ponsel pada produk-produk yang di perdagangkan khususnya pada produk yang berpromo dari pihak toko mengatakan bahwa itu tidak ada garansi dari toko. Jadi dengan begitu secara tidak langsung dari pihak toko tidak bertanggung jawab atas adanya kecacatan atau kerusakan pada barang yang dibeli.

D. Penerapan Kualitas Barang yang Dijual

Berbisnis yang baik tidak hanya berprinsip sekedar mencari keuntungan (profit) semata, tetapi juga perlu menjaga hubungan baik antara para mitra bisnisnya maupun para konsumennya. Hubungan yang baik dilakukan dengan adanya dasar kepercayaan antara keduanya. Kepercayaan akan muncul diantara keduanya karena adanya pemenuhan janji (tidak ingkar janji), pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing serta tidak saling berkhianat.

Referensi

Dokumen terkait

 Guru-guru di sekolah kami secara konsisten memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat yang tepat, dan melakukan berbagai cara untuk menilai keberhasilan 

Konsentrasi RNA yang diperoleh dengan penambahan sodium asetat dan etanol absolut serta disimpan pada suhu -20 0 C adalah 402 ng/µl untuk RNA bunga kakao, 1.200 ng/µl untuk RNA

Data-data yang telah didapat tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai hidrodinamik koefisien yang terdiri atas drag coefficient dan lift coefficient .Dari hasil

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk membandingkan arah rata- rata data sirkular yaitu dengan pendekatan ANOVA sirkular dan metode

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata terbagi menjadi 4 komponen yaitu aspek

Peningkatan dosis perlakuan limbah cair biogas dan pupuk N, P, K menunjukkan pertumbuhan tinggi bibit yang kurang optimal, hal ini dikarenakan dosis yang diberikan

Menggunakan modifier yang sama mengambil sesuatu tanpa diduga pada kecepatan eksekusi program Anda karena hal tersebut menimbulkan beberapa ukuran tambahan sehingga itu tidak