PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PERAGA ULAR TANGGA PADA SISWA
KELAS 1 MI TARBIYATUL ISLAMIYAH NOBOREJO
SALATIGA TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
FATH ANISSA HUSNAENY
NIM 11512024
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PERAGA ULAR TANGGA PADA SISWA
KELAS 1 MI TARBIYATUL ISLAMIYAH NOBOREJO
SALATIGA TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
FATH ANISSA HUSNAENY
NIM 11512024
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Usaha, Syukur, Sedekah.”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu (Siti Sumarni) dan Ayah (Moh. Munasir) tercinta yang telah membesarkan,
mendidik, membimbing dengan penuh cinta dan kasih sayang serta memberikan do’a yang tiada henti.
2. Keluarga besarku; nenek, pakdhe, budhe, om, tante, mas, mbak, dan adik.
Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
3. Sahabat-sahabatku (Adinda, Farkha, Ukhti, Winda, Irma, Kummy, Mbak Riri,
Mbak Asha) yang selalu siap sedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku, dan membantu menyelesaikan masalah. Terima kasih atas bantuan yang selama ini selalu diberikan.
4. Para dosen dan pembimbingku Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. yang telah sabar
dalam membimbing dan memberi ilmu.
5. Keluarga PGMI angkatan 2012 dan keluarga KKN posko 7 Ds. Bonjok terima
kasih telah memberikan warna dalam perjalanan hidupku, berjuang bersama dalam suka dan duka selama kuliah.
6. Kepala madrasah dan segenap guru MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo
Salatiga, yang telah mengizinkan dan membantu peneliti melaksanakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
melalui Peraga Ular Tangga pada Siswa Kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan serta memberi sauri tauladannya, sehingga dapat menjadi bekal bagi
kita hidup di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak
ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena adanya banyak pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
x
4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan serta masukan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, dan pelayanan yang terbaik.
6. Bapak Drs. Marno selaku Kepala Madrasah beserta guru dan siswa MI
Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga yang telah mengijinkan, memberikan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdo’a semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik dan mendapat kesuksesan dunia akhirat, aamiin.
Penulis dalam hal ini mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Salatiga, 14 Maret 2017
xi
ABSTRAK
Husnaeny, Fath Anissa. 2017. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui
Peraga Ular Tangga pada Siswa Kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Peraga Ular Tangga.
Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan pengurangan bilangan dua angka melalui peraga ular tangga. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui peraga ular tangga dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga tahun pelajaran 2016/2017?
Peneliti ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus yang dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian; 2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan pengurangan bilangan dua angka; 3) Observing, pengambilan data melalui hasil tes dan lembar pengamatan, 4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga yang berjumlah 28 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan peraga ular tangga pada saat pembelajaran Matematika.
xii
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
G. Metode Penelitian ... 10
H. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II KAJIAN TEORI ... 19
A. Prestasi Belajar ... 19
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 19
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20
3. Teori Belajar ... 27
B. Pembelajaran Matematika ... 29
1. Pengertian Matematika ... 29
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 33
3. Pembelajaran Matematika Kelas 1 ... 35
4. Hakikat Penjumlahan dan Pengurangan ... 38
C. Peraga Ular Tangga ... 39
1. Definisi Peraga Ular Tangga ... 39
2. Kelebihan dan Kelemahan Peraga Ular Tangga ... 40
3. Langkah-langkah Bermain Ular Tangga ... 42
D. Kaitan Peraga Ular Tangga dan Pembelajaran Matematika ... 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 46
A. Deskripsi Awal ... 46
1. Gambaran Umum MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga 46 2. Keadaan Guru dan Karyawan MI Tarbiyatul Islamiyah ... 47
3. Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 48
xiv
5. Perolehan Nilai Pra siklus ... 50
6. Pelaksanaan Penelitian ... 52
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 52
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus ... 60
1. Pra Siklus ... 60
2. Siklus I ... 62
3. Siklus II ... 69
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB V PENUTUP ... 83
A. KESIMPULAN ... 83
B. SARAN ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo
Salatiga ... 47
Tabel 3.2 Data Siswa MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga ... 48
Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa Kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga ... 48
Tabel 3.4 Data Nilai Pra siklus ... 50
Tabel 4.1 Data Nilai Pra SiklusSiswa ... 60
Tabel 4.2 Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 62
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 64
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 66
Tabel 4.5 Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 69
Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 71
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 73
Tabel 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus ... 76
Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I ... 77
Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus II ... 77
Tabel 4.11 Gabungan Nilai Hasil Belajar Siswa Antar Siklus ... 78
Diagram 4.12 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus ... 80
Diagram 4.13 Gabungan Rata-rata Hasil Belajar ... 80
Tabel 4.14 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar ... 81
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 86
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 91
Lampiran 3 Dokumentasi ... 96
Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus I ...101
Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II ...102
Lampiran 6 Perolehan Nilai Pra Siklus ...103
Lampiran 7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ...105
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ...107
Lampiran 9 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ...109
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ...110
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ...111
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ...112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan
bersinambungan (prosedural) dan sistemik oleh karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi
(lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat). Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Hal ini diartikan selaku pribadi yang tahu
hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya (Tirtarahardja, 2008:34-35).
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2007:3)
Dengan demikian, pendidikan merupakan interaksi yang dilakukan
oleh individu terhadap lingkungannya, dengan tujuan pembentukan cipta, rasa dan karsa (kognitif, afektif dan psikomotor), yang saling terhubung
sehinga mampu membentuk pribadi dengan pengembangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap sesama pribadi, terhadap diri sendiri, dan terhadap Tuhan.
Pendidikan yang terjadi saat ini belum sepenuhnya mampu membuat peserta didik meningkatkan kemampuannya baik secara kognitif, afektif dan
psikomotor. Apabila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, Matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di tingkat sekolah dasar masih sering menjadi momok yang
menakutkan bagi siswa. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan besaran, struktur, ruang dan perubahan melalui
penggunaan penalaran logika. Logika mampu dibentuk dengan penanaman pola atau struktur yang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita. Matematika tidak hanya mementingkan hasil dari suatu operasional
tetapi juga bagaimana opersional itu berlaku. Meski 4+3= 7 memiliki hasil yang sama dengan operasi 3+4=7, tapi kedua hal ini memiliki arti yang
buah apel, yang kemudian Ibu memberinya 4 buah apel sehingga apel Ani saat ini berjumlah 7. Dengan hasil akhir sama-sama 7 buah apel berada di tangan Ani, tetapi fakta yang terjadi ternyata berbeda.
Operasi penjumlahan dalam Al Qur’an dapat dilihat pada surat
Al-142. dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa 30 + 10 = 40. Tiga puluh malam ditambah sepuluh malam menjadi empat puluh malam.
Pembelajaran Matematika menekankan pada pemberian pengalaman
langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa mampu menjelajahi dan memahami tidak hanya penghitungan tetapi bagaimana menerapkan penghitungan itu dengan benar dan tepat sehingga
tidak terjadi miss-concept pada jenjang pembelajaran matematika yang lebih kompleks. Pembelajaran Matematika merupakan suatu wahana untuk
Dengan demikian, Matematika sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar, menjadi peranan strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Matematika adalah ilmu pengetahuan dasar
yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar saat ini bertujuan mengembangkan kemampuan dasar siswa berupa kemampuan akademik, ketrampilan hidup, pengembangan moral, pembentukan karakter
yang kuat, kemampuan untuk bekerjasama, dan pengembangan estetika terhadap dunia sekitar.
Adapun dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa kelas I MI Tarbiyatul Islamiyah ditemukan bahwa kemampuan mata pelajaran Matematika masih kurang. Proses pembelajaran di kelas cenderung berpusat
pada aktivitas guru dan kegiatan pembelajaran berpegang pada buku paket saja. Sehingga kegiatan pembelajaran kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dengan memaksimalkan modalitas indera penglihatan, pendengaran dan gerak tubuh. Padahal dalam pelajaran Matematika dapat dipahami siswa lebih mudah dengan kegiatan yang
mengaktifkan indera yang dimiliki. Sehingga siswa tidak hanya dapat membayangkan objek yang sedang dipelajarinya secara abstrak.
Keabstrakan tersebut sering membuat miss-concept terhadap siswa.
kreatif dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik untuk memecahkan setiap permasalahan yang mereka hadapi. Perlu diketahui bahwa proses pembelajaran yang dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan seorang guru sangat bervariasi. Proses pembelajaran yang dilakukan secara sederhana hendaknya juga perlu dikembangkan,
dimodifikasi, dikombinasikan untuk membantu pencapaian tujuan dalam proses kegiatan pembelajaran.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini
(2012: 9) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Pembelajaran yang demikian menunjuk pada poses belajar yang
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance pembelajaran
lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran
memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Pembelajaran ini dirancang
agar siswa menjadi aktif dan berkembang dari segi kreativitasnya serta pembelajaran berlangsung dengan menyengkan.
Belajar sambil bermain dapat merangsang siswa untuk berperan aktif
dalam sebuah proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Ostroff bahwa bermain merupakan tatanan yang sangat alamiah dan spontan untuk
berada dalam tahap paling mudah menerima pengetahuan, menjadikannya alat yang ideal untuk pembelajaran (Tanuwidjaja, Terj. 20013:25).
Permainan dapat meningkatkan minat belajar siswa serta dapat
meningkatkan kegairahan siswa dalam belajar. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat belajar dengan lebih maksimal sehingga akan
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo, pada mata pelajaran Matematika ditetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 65. Pada mata pelajaran ini, 50% siswa kelas 1 mampu mencapai kriteria tersebut, sedangkan yang lainnya masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mempelajari Matematika. Pembelajaran yang peneliti kembangkan
dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan peraga ular tangga untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Di usia anak sekolah dasar khususnya kelas 1 masih memasuki tahap bermain, sehingga sangat diperlukan adanya proses belajar sambil bermain.
Pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
dua angka dengan peraga ular tangga merupakan aktivitas permainan. Ular
tangga merupakan permainan tradisional yang dimainkan secara
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti mengambil
judul :
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Peraga Ular Tangga Pada
Siswa Kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini apakah melalui Peraga Ular Tangga
dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas I di MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika melalui peraga ular tangga pada siswa kelas 1 MI Tarbiyatul
Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kesimpulan sementara adalah sebagai berikut: “Bahwa melalui peraga ular tangga pada pelajaran Matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I MI Tarbiyatul
Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya pengetahuan lapangan tentang proses
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dalam pengembangan desain pembelajaran inovatif, khususnya yang berhubungan dengan masalah peningkatan prestasi Matematika
materi Penjumlahan dan Pengurangan bilangan 1-100. Selain itu juga diharapkan dapat menarik minat siswa dalam belajar,
mengajarkan siswa untuk bekerja sama, dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan
suatu desain pembelajaran yang menarik dan mendorong keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk memotivasi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, khususnya mata pelajaran Matematika. Selain itu juga memberikan sumbangan pengetahuan terhadap sekolah dalam perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
c. Bagi guru
hasil penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru serta dijadikan sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah pernah dilakukan.
d. Bagi siswa
Pembelajaran yang menarik diharapkan dapat memotivasi
siswa, meningkatkan minat belajar siswa, menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan
definisi operasional untuk menjelaskan kata kunci dalam penelitian ini.
1. Prestasi Belajar
Menurut Suryabrata dalam Yoni, prestasi adalah hasil yang
harus didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar (Yoni, 2012:158)
Menurut Piaget yang dikemukakan oleh Semiawan (2008: 11) belajar adalah adaptasi yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami
perubahan yang relatif permanen.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil yang
2. Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, ruang dan perubahan
(Ismunamto, 2011:13).
Menurut Walle, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang
memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis (Suyono, Terj. 2008:13)
3. Peraga Ular Tangga
Ular tangga adalah permainan yang menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang harus dijalani bidak. Papan ular
berupa gambar kotak-kotak yang terdiri dari 10 baris dan 10 kolom dengan nomor 1-100, serta bergambar ular dan tangga (Husna, 2009: 145).
Jadi, peraga ular tangga yakni aktivitas menggunakan peraga papan yang terbagi dalam kotak-kotak kecil yang memiliki “tangga”
dan “ular” yang dimainkan bersama-sama oleh beberapa individu yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk melawan kelompok lain.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Siswa Kelas 1 dengan Peraga Ular Tangga di MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Tahun 2016.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kenerja guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah & Dedi, 2010:9).
Pemilihan penelitian ini menggunakan PTK Kolaboratif dengan
secara langsung peneliti ikut terlibat dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi dengan guru, siswa, dan
observasi kelas selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas tersebut.
Berikut bagan Perencanaan Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas:
Siklus I
Siklus II
Bagan 1.1 Skema Pelaksanaan Siklus PTK (Arikunto, 2008:16)
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016. Waktu penelitian
akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas I MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga Tahun 2016 yang berjumlah 28 siswa, dengan jumlah siswa putra 18 anak dan putri 10 anak.
4. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Arikunto, dkk (2008:16) mengungkapkan bahwa dalam
melaksanakan PTK terdapat empat tahap, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi.
a. Perencanaan
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
menggunakan peraga Ular Tangga.
2) Mempersiapkan sarana prasarana pendukung yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3) Mempersiapkan soal mengenai materi penjumlahan
pengurangan bilangan 1-100.
b. Pelaksanaan (acting)
menggunakan peraga ular tangga sebagaimana yang digunakan peneliti meliputi pendahuluan, inti (mengamati, menanya, melakukan, menghubungkan, dan konfirmasi) dan penutup.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengamati
tindakan yang dilakukan oleh guru, perhatian siswa, keaktifan, kreatifitas serta suasana siswa pada saat proses pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan melakukan penilaian atas pembelajaran dikelas. Penilaian dilakukan melalui lembar
observasi dan hasil evaluasi apakah peraga Ular Tangga yang digunakan oleh peneliti menghasilkan perubahan yang signifikan. Apabila dalam siklus I belum mencapai indikator
yang diharapkan maka perlu dilanjutkan dalam kegiataan penelitian pada siklus II, begitu seterusnya sampai diperoleh
kemajuan yang signifikan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
sasaran yang diharapkan. Gejala ketidakberhasilan atau kekeliruan dalam rencana tindakan dapat diketahui sedini mungkin melalui observasi sehingga dapat dilakukan modifikasi
rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
Kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah
meliputi observasi kegiatan guru dalam pengelolaan kelas, observasi kegiatan siswa, dan observasi tentang bagaimana proses pembelajaran yang berkaitan dengan upaya peningkatan
prestasi siswa mata pelajaran matematika dengan peraga ular tangga. Peneliti dapat mencatat hasil observasi pada lembar
observasi. Hal ini dilakukan untuk membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan siklus tersebut yang kemudian akan direfleksikan pada siklus berikutnya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), jumlah guru dan siswa, alat peraga yang digunakan, nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian, foto, dan lain sebagainya yang dianggap penting.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
a. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan sebagai acuan dalam mengobservasi guru dan peserta didik, untuk
menjamin keterlaksanaan kegiatan pembelajaran melalui permainan ular tangga berkelompok.
b. Tes
Tes adalah soal yang diberikan kepada siswa. Berupa tes tertulis dengan banyak soal sepuluh butir yang untuk
mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi setelah melakukan kegiatan
pembelajaran melalui permainan ular tangga berkelompok.
c. RPP
Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2011:212).
d. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2011:183).
e. Materi
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Narwanti, 2012:65).
f. Peraga Ular Tangga
Peraga ular tangga merupakan alat permainan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari papan
ular tangga, dan dadu. Papan ular tangga terdiri dari 10 baris dan 10 kolom yang membentuk pesegi dengan nomor 1-100, serta bergambar ular dan tangga. Sedangkan dadu berbentuk kubus
dengan bertuliskan sejumlah titik pada masing-masing sisinya.
7. Analisis data
Analisis data merupakan proses menyeleksi, memaparkan dan menyimpulkan data yang terkumpul sehingga didapatkan kesimpulan seberapa besar keberhasilan dari tindakan penelitian untuk perbaikan
belajar siswa. analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian dari setiap siklusnya.
sedangkan ranah kognitif menggunakan hasil belajar yang diperoleh melalui tes siswa.
Penelitian ini menggunakan analisa data dengan rumus berikut:
a. Untuk menghitung nilai rata-rata kelas
=Σ
Keterangan:
M = Mean (nilai rata-rata)
Σ = Jumlah semua nilai kelas
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 264-265)
b. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa
= 100%
Keterangan:
P = Jumlah nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 226-227)
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan sistematika penulisan sebagai berikut:
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi kajian pustaka yang mencakup: prestasi belajar meliputi definisi prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, teori belajar. Pembelajaran
Matematika meliputi pengertian Matematika, pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, pembelajaran Matematika kelas I, hakikat penjumlahan dan pengurangan. Peraga ular
tangga meliputi: definisi peraga ular tangga, kelebihan dan
kelemahan peraga ular tangga, langkah-langkah bermain ular
tangga. Kaitan peraga ular tangga dan pembelajaran matematika.
BAB III Pelaksanaan Penelitian mencakup: Subjek penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup: Deskripsi paparan persiklus.
BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 2011: 12)
Menurut Depdiknas dalam Yoni (2012:158) prestasi adalah hasil
yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan. Djamarah dalam Fathurrohman & Sulistyorini (2012:118)
mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Rahyubi (2014:6) mengemukakan belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan pengalamannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Tim, 2007:17). Sedangkan menurut
Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Yoni (2012:158) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan sikap siswa. Sedangkan menurut Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 119) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa perubahan tingkah laku yang dialami oleh subjek belajar di dalam suatu interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah pencapaian atau hasil dari usaha yang dilakukan berupa serangkaian kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan tingkah
laku, bertambahnya pengetahuan dan keterampilan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pencapaian prestasi belajar yang baik merupakan usaha yang tidak
mudah, kerena prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012 :120)
Faktor yang mempengaruhi antara lain: a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
yang terdiri dari:
1) Faktor fisiologis (jasmaniah)
kelainan fungsi kelenjar tubuh yang membawa kalainan tingkah laku dan kelaianan pada indra, terutama indra penglihatan dan pendengaran akan sulit menyerap informasi yang diberikan guru di
dalam kelas.
Sehingga dapat diketahui bahwa kesehatan dan kebugaran
tubuh sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di dalam kelas. Maka dari itu, hendaklah siswa atau peserta didik menjaga kebugaran tubuhnya masing-masing dengan membiasakan hidup
bersih dan mengkonsumsi sesuatu yang menyehatkan. 2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari sifat bawaan siswa dari lahir maupun dari apa yang telah diperoleh dari belajar. Adapun faktor yang tercakup
dalam faktor psikologis, yaitu: a) Intelegensi atau kecerdasan
Intelegensi merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya seorang anak dalam belajar. Manakala anak memiliki intelegensi yang normal tetapi
prestasi belajarnya sangat rendah, hal ini tentu disebabkan oleh hal lain seperti sering sakit, tidak pernah belajar di rumah, dan
sebagainya.
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda, dari berbagai anak satu dengan anak yang lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu memiliki kecerdasan
yang lebih tinggi daripada kawan sebayanya. Maka dapat dikatakan bahwa faktor intelegensi merupakan faktor yag sangat
berperan dalam menentukan prestasi belajar.
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Dalam proses
belajar, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.
Bakat dapat berkembang atau sebaliknya, tergantung pada latihan atau pendidikan yang diterima. Apabila mendapatkan latihan atau pendidikan yang cukup memadai, maka bakat
tersebut akan dapat berkembang menjadi kecakapan yang nyata. Sebaliknya apabila bakat tidak mendapat latihan atau pendidikan
yang baik, maka bakat dapat berkembang tidak semestinya atau bahkan tidak berkembang sama sekali sehingga bakat tersebut lenyap.
c) Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan seseorang merasakan senang
berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai keinginannya.
Minat berkaitan erat dengan perhatian. Perhatian yang
diberikan siswa terhadap bahan yang dipelajari akan mempengaruhi pencapaian belajarnya. Agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka guru sebaiknya mengusahakan bahan pelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, salah satunya dengan cara menyesuaikan pelajaran dengan bakat.
d) Motivasi siswa
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi mampu memberi semangat pada seorang anak dalam kegiatan belajarnya.
e) Sikap siswa
Sikap merupakan gejala dari dalam diri seseorang yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau memberikan respon terhadap segala sesuatu yang terjadi disekelilingnya dengan cara yang relatif tetap.
Sikap siswa sangat berhubungan dengan kesiapan dan kematangan siswa. Kesiapan merupakan kesediaan untuk
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yang
meliputi:
1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak merasakan pendidikan, karena di dalam keluarga anak tumbuh dan berkembang dengan baik, secara langsung maupun tidak langsung
keberadaan keluarga akan mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Keluarga mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan anak-anaknya. Apabila hubungan antara anggota keluarga khususnya orang tua dengan anak-anaknya bersifat merangsang
dan membimbing anak, akan kemungkinan anak tersebut mencapai prestasi yang baik. Sebaliknya, apabila orang tua acuh tak acuh,
biasanya anak cenderung malas belajar, akibatnya kecil kemungkinan anak mencapai prestasi yang baik.
2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang ditugaskan pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Di mana lingkungan sekolah memiliki banyak faktor
untuk memepengaruhi belajar siswa, yang otomatis berimbas pada prestasi belajarnya, yang mencakup: moteode mengajar, kurikulum,
relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pendidikan, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Terdapat beberapa faktor stimulus belajar yang mempengaruhi prestasi. Menurut Ahmadi dan Widodo (2004: 139)
stimulus belajar yaitu segala hal di luar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan stimulus. Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor stimulus belajar yakni:
a. Panjangnya Bahan Pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah
bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak
dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar yang berhubungan dengan faktor kelelahan dan kejemuan siswa
b. Kesulitan Bahan Pelajaran
Tiap-tiap pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Semain sulit
sesuatu bahan pelajaran, maka semakin lambat orang untuk mempelajarinya.
c. Berartinya Bahan Pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman dapat berupa penguasaan
bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip, di mana hal tersebut mampu menentukan keberartian bahan yang dipelajari di waktu
sekarang.
d. Berat Ringannya Tugas
Mengenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat
hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama akan berbeda kesukarannya bagi masing-masing individu.
Hal ini disebabkan kapasitas intelektual serta pengalaman mereka yang tidak sama.
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan di mana anak itu berada.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun faktor dari luar diri siswa.
3. Teori Belajar
Teori belajar adalah suatu prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar (Rahyubi, 2014:13).
Berikut ini dipaparkan beberapa teori belajar antara lain: a. Teori Behavioristik
Teori behavioristik mendefisnisikan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil
proses pematangan (atau pendewasaan) semata (Winataputra, dkk, 2012:2.4).
b. Teori Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
c. Teori Koneksionisme
Menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau pengutan hubungan antara stimulus dan respon (Mustaqim, 2012:49)
d. Teori Operant Conditioning
Dalam teori ini dikemukakan bahwa belajar adalah perilaku dan
perubahan perilaku yang tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari kejadian dalam lingkungan dan kondisi (Winataputra, dkk, 2012:1.11-1.12)
e. Teori Medan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa
siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut (Dimyati, 2002:47-48).
f. Teori Kognitif
Menurut teori ini pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan menggerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh
tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri (Winataputra, dkk, 2012:3.8).
g. Teori Bandura
dengan “social learning” dengan menggunakan prinsip “modelling” dan “imitation”. Menurutnya tingkat imitasi/peniruan dari anak tergantung dari karakteristik penonton dan karakteristik model
(Dimyati, 2002:61).
h. Teori Humanistik
Para pendukung teori humanistik percaya bahwa belajar merupakan suatu proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Teori ini
mementingkan pilihan pribadi, kreativitas dan aktualisasi diri dari individu yang belajar (Winataputra, dkk, 2012:4.2).
Dari bebrapa teori belajar yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku serta pengembangan kemampuan pribadi yang dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya dengan mengalami dan meniru, melatih kemampuan (daya), serta penguatan
antara hubungan stimulus dan respon dalam suatu kondisi dan kekerapan tertentu.
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Departemen Agama RI, 2004: 173).
Matematika menurut Ruseffendi yang dikutip oleh Heruman
(2010:1), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika
adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan (Tim, 2007:723).
Berdasakan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pasti yang berkaitan dengan pola, urutan,
dan struktur yang terorganisasi menggunakan bahasa simbol.
Beberapa ciri matematika secara umum disepakati bersama
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memiliki Objek Kajian yang Abstak
Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak,
walaupun tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan menganggap objek matematika itu
empat objek kajian matematika, yaitu fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip.
Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika
yang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu. Simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk bilangan 2.
Sebaliknya, bila menghendaki bilangan dua, maka cukup dengan menggunakan simbol “2”.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan.
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua elemen atau lebih. Contoh operasi antara lain:
penjumlahan, perpangkatan, gabungan, irisan, dan lain-lain. Sedangkan relasi antara lain: sama dengan, lebih kecil, dan lain-lain.
Prinsip adalah objek matematika, yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau pun operasi. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa prinsip adalah
hubungan diantara berbagai objek dasar matematika.
b. Bertumpu pada Kesepakatan
perlu pembuktian) dan konsep primitif (pengertian pangkal yang tidak perlu didefinisikan, undefined term).
c. Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika, hanya diterima pola pikir yang bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d. Konsisten dalam Sistemnya
Dalam matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema.
Masing-masing sistem, berlaku ketaatasasan atau konsistensi. Artinya, dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi.
e. Memiliki Simbol yang Kosong Arti
Di dalam matematika, banyak sekali simbol baik yang berupa huruf latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya.
Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasa disebut model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula model
matematika yang berupa gambar (pictorial) seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram
matematika dengan simbol bukan matematika. Kosongnya arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut, ia bisa masuk pada berbagai macam
bidang kehidupan, dari masalah teknis, ekonomi, hingga ke bidang psikologi.
f. Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, ketika menggunakannya seharusnya memerhatikan pula
lingkup pembicaraannya. Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Ketika berbicara tentang
bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula (Fathani: 59-71).
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget yang dikutip oleh Heruman
(2010:1), mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika abstrak, siswa memerlukan alat
Fathani (2009: 71) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah harus memperhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai
“ilmu” dengan matematika sekolah, perbedaaan itu dalam hal: 1) penyajian, 2) pola pikir, 3) keterbatasan semesta, dan 4) tingkat
kebstrakan. a. Penyajian
Penyajian matematika sekolah tidak harus diawali dengan
teorema maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.
b. Pola Pikir
Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan
dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Sebagai kriteria umum, biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif terlebih
dulu, karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap pengertian yang dimaksud.
c. Keterbatasan Semesta
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga
d. Tingkat Keabstrakan
Seperti pada poin sebelumnya, tingkat keabstakan matematika juga harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual
siswa. Di SD, dimungkinkan untuk mengkonkretkan objek-objek matematika agar siswa lebih memahami pelajaran. Namun semakin
tinggi jenjang sekolah, tingkat keabstrakan objek semakin diperjelas. Sehingga pembelajaran matematika di Sekolah Dasar banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan agar pembelajaran
matematika tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi siswa, tetapi menjadi pelajaran yang menyenangkan dan diminati.
3. Pembelajaran Matematika Kelas I
Pembelajaran matematika kelas I diawali dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit dengan
menggunakan berbagai sumber belajar. Belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk
mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika akan ditemukan kembali oleh peserta didik dibawah bimbingan guru.
Kemahiran matematika kelas I mencakup kemampuan penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, keterkaitan pengetahuan, dan memiliki
4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah
5. Menggunakan pengukuran berat
6. Mengenal bangun datar
Dengan Kompetensi Dasar untuk Standar Kompetensi pertama
yaitu:
1. Membilang banyak benda 2. Mengurutkan banyak benda
3. Menentukan nilain tempat puluhan dan satuan
4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka
5. Menggunakan sifat operasi pertukaran dan pengelompokan
6. Menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Pada awal kelas I siswa dikenalkan pada bilangan 1 sampai 10. Mulai dari membaca lambang bilangan, menulis lambang bilangan,
mengurutkan banyak benda, melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 10, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 10. Setelah pelajaran ini berakhir,
Contoh penjumlahan
4. Hakikat Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan berasal dari kata jumlah yang diberi imbuhan
pe+...+an yang dalam bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Arti dari kata menjumlahkan adalah menghitung berapa banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Sedangkan
pengurangan, berasal dari kata kurang yang diberi imbuhan pe+...+an yang dalam bahasa Indonesia artinya proses, cara, perbuatan mengurangi
atau mengurangkan. Arti mengurangi adalah mengambil sebagian, dan arti dari mengurangkan adalah menyebabkan kurang, menyusutkan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007: 616).
Sedangkan menurut Achelis, dkk. (Racmadie, Terj. 2004: 64-65) penambahan menunjukkan pengelompokan atau penggabungan angka
menjadi satu. Sedangkan pengurangan yaitu megambil 1 atau dua objek dari sekelompok objek yang lain.
Pejumlahan adalah menggabungkan jumlah dua atau lebih angka
sehingga menjadi angka yang baru. Angka baru tersebut beranggotakan semua jumlah anggota angka pembentuknya. Dalam bahasa inggris
bilangan yang dijumlahakan disebut dengan “addens“.
Ani sehingga sisa 12. Jadi dalam kasus tersebut 5 merupakan bilangan
pengurang (Subtrahend) dan angka 17 merupakan bilangan yang
dikurangi (Minuhend) dan 12 adalah bilangan sisa (Difference).
(
http://rumushitung.com/2014/10/05/definisi-matematika-dasar/)
Jadi penjumlahan adalah menghitung banyaknya jumlah dari angka
yang ada sehingga menjadi angka yang baru dengan jumlah yang berbeda. Sedangkan pengurangan adalah mengambil sejumlah angka tertentu dari jumlah angka yang ada sehingga menjadi angka yang baru.
C. Peraga Ular Tangga
1. Definisi Peraga Ular Tangga
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, peraga adalah alat untuk memperagakan pelajaran (Poerwadarminta, 2006:869). Ali
dalam Sundayana (2015: 7) mengemukakan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Sedangkan Ular tangga menurut Husna (2009: 145) adalah
Peraga ular tangga terdiri dari tiga komponen, yaitu papan, dadu dan bidak. Papan ular tangga berupa gambar kotak-kotak yang terdiri dari 10 baris dan 10 kolom dengan nomor 1-100, serta bergambar ular
dan tangga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dadu adalah kubus
kecil bersisi enam, pada keenam sisinya diberi bermata satu sampai enam yang diatur sedemikian rupa sehingga dua sisi yang saling berhadapan selalu berjumlah tujuh (Tim, 2007: 228).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia bidak adalah buah catur yang terdepan, pion (Poerwadarminta, 2006:155).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peraga ular tangga adalah seperangkat alat yang terdiri dari papan, dadu dan bidak yang dapat digunakan untuk memperagakan pelajaran sehingga dapat
mendorong proses belajar.
Peraga ular tangga dibuat dari kardus bekas yang dirangkai
sedemikian rupa, memiliki baris dan kolom berisi angka 1-100 beserta gambar ular dan tangga. Sedangkan dadu terbuat dari flanel yang pada sisi-sisinya terdapat mata satu sampai enam.
2. Kelebihan dan Kelemahan Peraga Ular Tangga
Bermain merupakan naluri alamiah yang telah melekat pada diri
benda-benda ke dalam mulut, atau memproduksi suara-suara (Achroni, 2012:15).
Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak akan memainkan
permainan-permainan yang semakin kompleks. Pengenalan terhadap jenis-jenis permainan semakin beragam, dan tentunya anak-anak akan
semakin akrab dengan permainan-permainan yang membutuhkan keterampilan tertentun dan kerja sama tim/kelompok.
Penggunaan alat permainan dilakukan secara bertahap yaitu
kegiatan yang tergolong mudah, sedang, dan sulit. Alat permainan yang tujuan dan penggunaannya dipersiapkan pendidik juga harus
bervariasi sesuai dengan derajat kesulitan tersebut alat permainan yang dipersiapkan oleh guru untuk dipilih oleh anak dalam berbagai kegiatan akan menentukan tumbuhnya perasaan berhasil pada anak
sesuai dengan kemampuan mereka. Beberapa manfaat permainan diantaranya adalah:
a. Mengenal kalah dan menang.
b. Belajar bekerja sama dan menunggu giliran.
c. Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan
permainan.
d. Merangsang anak belajar matematika yaitu saat menghitung
langkah pada permainan ular tangga dan menghitung titik-titik yang terdapat pada dadu.
f. Permainan ular tangga dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sedangkan kelemahan dari permainan ini adalah:
a. Penggunaan peraga permainan ular tangga memerlukan
banyak waktu untuk menjelaskan kepada anak.
b. Permainan ular tangga tidak dapat mengembangkan semua
materi pembelajaran.
c. Kurangnya pemahaman aturan permainan oleh anak dapat
menimbulkan kericuhan.
d. Bagi anak yang tidak menguasai materi dengan baik akan
mengalami kesulitan dalam bermain
(http://www.academia.edu/3761354/MEDIA_PEMBELAJARAN
_PERMAINAN_ULAR_TANGGA).
3. Langkah-langkah Bermain Ular Tangga
Permaianan ular tangga merupakan permainan yang dapat
dimainkan oleh dua orang atau lebih. Melalui peraga ular tangga berupa papan ular tangga dan dadu, siswa akan bermain sambil belajar bersama. Di mana peraga dipersiapkan oleh guru sehingga siswa dapat
langsung memainkannya.
Langkah-langkah bermain ular tangga yaitu:
a. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri
b. Masing-masing dari kelompok akan melempar dadu untuk mendapatkan urutan bermain
c. Setelah urutan permainan didapatkan, maka perwakilan dari
masing-masing kelompok akan menjadi bidak yang turun langsung pada papan ular tangga
d. Dadu dilempar oleh anggota kelompok yang bukan sebagai
bidak, kemudian memberitahukan kepada bidak berapa banyak yang muncul dari hasil lemparan dadu
e. Ketika bidak sampai pada papan yang memiliki gambar
tangga, maka berkesempatan untuk menambah langkah
sebanyak udian yang didapatkan. Dan apabila sampai pada papan bergambar ular, maka ia harus menurangi langkahnya sebanyak undian yang didapatkan.
f. Permainan selesai setelah mendapatkan kelompok yang
berdiri pada angka paling tinggi yang ada pada papan ular
tangga.
Permainan ini memiliki aturan main pada saat dadu dilempar, dan mata dadu yang keluar adalah enam, maka pelempar dadu
mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk melempar dadu. Tetapi apabila pada lemparan kedua muncul mata dadu enam, tidak menjadi
Dalam kegiatan bermain ini, anak-anak tidak sekadar mendapatkan kegembiraan atas permainan akan tetapi mereka juga akan mempelajari banyak pengetahuan. Diantaranya mereka akan
belajar tentang penjumlahan pengurangan, aturan bermain, menunggu giliran, pola dan urutan.
D. Kaitan Peraga Ular Tangga dan Pembelajaran Matematika
Matematika adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari tentang bahasa simbol yang memiliki pola keteraturan serta struktur yang
terorganisasi sehingga dalam pembelajarannya memerlukan cara yang mampu memberi konsep pengetahuan secara konkret kepada siswa. Terlebih
pada siswa usia MI yang mana belum begitu mampu menerima konsep pengetahuan abstrak.
Pada kenyataannya, pembelajaran matematika tidak selalu diajarkan
secara konkret dan masih bersifat pengetahuan abstrak. Hal ini disebabkan antara lain karena keterbatasan media, metode, dan pendekatan yang
dipergunakan dalam mengajar. Sulitnya menentukan media yang tepat serta bukan hal mudah untuk menemukan cara memberi pengalaman langsung kepada siswa tentang materi yang diajarkan.
dipersiapkan berupa papan ular tangga sebesar kurang lebih 2,5m x 2,5m lengkap beserta bilangan 1-100 dengan gambar ular dan tangga.
Peraga ular tangga didesain untuk siswa kelas 1 MI, dengan aturan
sederhana yang menyertainya. Sehingga akan lebih memudahkan siswa untuk mengingat konsep awal tentang angka, bilangan dan urutan, yang
kemudian akan ke tahap yang lebih komplek yaitu penjumlahan dan pengurangan.
Melalui permainan menggunakan peraga ular tangga siswa akan
belajar menjumlah dan mengurang bersama teman-temannya didampingi oleh guru, hal ini akan memberikan interaksi lebih banyak di dalam kelas
maka pelajaran matematika tidak akan menjadi pelajaran yang ditakuti oleh siswa tetapi menjadi pelajaran yang dinanti. Saat semangat dan minat siswa semakin bertambah maka peluang untuk meningkatkan prestasi siswa akan
lebih banyak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Deskripsi Awal
1. Gambaran Umum MI Tarbiyatul Islamiyah
a. Lokasi penelitian
Tempat penelitian : MI Tarbiyatul Islamiyah
Alamat penelitian : Jl. Merbabu No.83 A Noborejo
Kecamatan : Argomulyo
Kabupaten/Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
b. Visi dan Misi MI Tarbiyatul Islamiyah 1) Visi
Terbentuknya generasi muslim yang beriman dan beramal sholeh, berakhlaqul karimah, terampil kreatif, mandiri dan bertanggung jawab
dalam beragama, berbangsa dan bernegara.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan umum dan agama yang
mengedepankan peningkatan kualitas guru dan siswa dalam bidang IPTEK dan IMTAQ.
b) Mengembangkan dan mengamalkan nilai-nilai akhlaqul karimah
c) Membina dan mengembangkan potensi siswa sehingga mampu terampil dan kreatif dalam menghadapi tuntutan zaman, inovatif dan mandiri dalam bidang sosial keagamaan, budaya, berbangsa
dan bernegara.
d) Meningkatkan kebiasaan berperilaku disiplin dan bertanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam lingkungan keluarga, madrasah maupun masyarakat.
e) Menerapkan manajemen berbasis madrasah.
2. Keadaan Guru dan Karyawan MI Tarbiyatul Islamiyah
Tabel 3.1
Daftar Guru dan Karyawan MI Tarbiyatul Islamiyah
No. Nama Jabatan Pendidikan
3. Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017
Tabel 3.2
Daftar Siswa MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga
No. Kelas Jumlah Siswa L P Jumlah Jumlah Rombel
Siswa kelas I MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga tahun ajaran
2016/2017 berjumlah 28 siswa terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Data keadaan peserta didik MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa
No. Nama Siswa Keterangan
Laki-laki Perempuan
1 Alisa Hanna Azzahra √
2 Andika Pratama √
3 Andika Ramadhani Pratama √
4 Aulana Maulida Solihah √
Sambungan...
5 Devano Fajar Aldio √
6 Elvaretta Quinzha Skyla Efendy √
7 Enggar Asrofi √
8 Fitria Nur Fadhilah √
9 Indra Wahyu Ardani √
10 Indriana Rizqi Mubarokah √
11 Iqbal Maulana Maghribi √
12 Irsyad Najib Lisana Putra √
13 Jihan Ananda Mayasari √
14 Mareska Rafel Firmansyah √
Sambungan...
26 Yoga Galih Pamungkas √
27 Zidni Azzamy √
28 Zuhra Renidalathif √
5. Perolehan Nilai Pra Siklus
Kondisi awal (pra siklus) dilaksanakan pada hari Senin, 6 Februari 2017. Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pra siklus untuk memperoleh data kemampuan awal siswa kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo
Salatiga. Berikut ini hasil pra siklus sebelum diberikan tindakan menggunakan peraga ular tangga.
Sambungan...
9 Indra Wahyu Ardani 65 40 Tidak Tuntas
10 Indriana Rizqi Mubarokah 65 70 Tuntas
11 Iqbal Maulana Maghribi 65 70 Tuntas
12 Irsyad Najib Lisana Putra 65 70 Tuntas
13 Jihan Ananda Mayasari 65 70 Tuntas
14 Mareska Rafel Firmansyah 65 70 Tuntas
15 Miftahul Abdie Fachlevy 65 20 Tidak Tuntas
16 Muh. Akbar Alghifari 65 70 Tuntas
17 Muh. Nabil Syahdan 65 70 Tuntas
18 Muh. Rizky Ardani 65 50 Tidak Tuntas
19 Nizam Ezhar Saputra 65 70 Tuntas
20 Putri Alda Faudiyah 65 70 Tuntas
21 Rayhan Dwi Aprilio 65 10 Tidak Tuntas
22 Rendy Dwi Saputra 65 40 Tidak Tuntas
23 Ridho Yoga Pratama 65 20 Tidak Tuntas
24 Rishad Maulana 65 20 Tidak Tuntas
25 Salwa Fatikha Sari 65 50 Tidak Tuntas
26 Yoga Galih Pamungkas 65 10 Tidak Tuntas
27 Zidni Azzamy 65 40 Tidak Tuntas
6. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka semester genap tahun
2017. Penelitian menggunakan peraga ular tangga, dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian tersebut menggunakan jam pelajaran Matematika sesuai
dengan jadwal pelajaran Matematika kelas 1 MI Tarbiyatul Islamiyah Noborejo Salatiga.
Waktu penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pra siklus untuk observasi awal pada bulan Januari 2017
2. Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2017
3. Kegiatan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2017
4. Kegiatan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2017
B.Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan semester II, pada tanggal 8 Februari
2017. Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran Matematika kelas 1 semester genap. Standar kompetensi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan
masalah, dengan kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Pokok materi yang di uraikan adalah penjumlahan dan
pengurangan dengan cara bersusun dan cara mendatar.
(reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat
serangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan peraga ular tangga. b. Membuat seperangkat peraga ular tangga yang terdiri dari papan ular
tangga dan dadu. Papan ular tangga dibuat dari kardus bekas dengan dihiasi lembaran kertas warna-warni dan angka 1 sampai angka 100
ditempel pada masing-masing warna. Sedangkan dadu dibuat dari kain flanel yang kemudian diisi dengan bola dan dakron. Serta menyiapkan undian yang akan digunakan dalam permainan.
c. Menyiapkan bahan ajar materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
dua angka dengan cara bersusun dan cara mendatar.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat kondisi pembelajaran
melalui peraga ular tangga.
e. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap tindakan yaitu:
a. Guru melaksanakan pelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
b. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama.
c. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
d. Guru mengabsen kehadiran siswa, kemudian memeriksa pakaian dan
merapikan tempat duduk siswa.
e. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran.
f. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
h. Guru menjelaskan tentang materi penjumlahan pengurangan bilangan
dua angka dengan cara bersusun dan cara mendatar.
i. Guru meminta siswa untuk berkelompok, dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 anak.
j. Guru menjelaskan aturan main permainan ular tangga yang akan
dilakukan. Siswa belajar melalui permainan ular tangga dengan peraga
ular tangga berupa papan ular tangga dan dadu.
k. Siswa memainkan permainan ular tangga dengan dibimbing oleh guru.
l. Guru memberikan umpan balik kepada siswa.
m. Guru mengomentari hal-hal yang berlangsng saat proses pembelajaran.
n. Siswa mengerjakan post-test siklus I.
o. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan mengucapkan