i
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK),
NON
PERFORMING FINANCING
(NPF), DAN INFLASI
TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) DENGAN
PEMBIAYAAN MURABAHAH SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA (PERIODE 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
LENY TRILIANINGSIH
NIM 21314174
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii MOTTO
“DO THE BEST!!!
GET HARDER, PRAY MORE, AND WILL GET
SUCCES”
Karena Dengan Usaha Yang Sungguh Dan Ikhtiar Yang Lebih,
iv
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua tercinta saya Bapak (Riyanto) dan Ibu (Marsih), adik
saya (Nicen
Fitrianingsih) serta keluarga besarku yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat
dan kepercayaan selama ini.
Kepada teman-temanku yang telah mendukung dan saling membantu berjalannya
skripsi ini (Isnaning, Mbak reni, Mbak Rohayati, Mbak wiwik).
Teman-teman terdekatku (Karina, Eka, Ardhani)
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta junjungan nabi agung
Muhammad SAW, yang senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumul kiyamah.
Rasa syukur tidak lupa penulis panjatkan atas selesainya laporan penelitian ilmiah
berupa skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing
Ratio (NPF) dan Inflasi terhadap Profitabilitas (ROA) dengan Pembiayaan
Murabahah sebagai Variabel Intervening pada Bank Umum Syariah di indonesia
(Periode 2013-2017)”. Penulis berharap dengan selesainya skripsi ini dapat
bermanfaat bagiseluruh kalangan masyarakat yang membutuhkan.
Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan
serta kekurangan yang penulis lakukan, mulai dari penulisan, referensi, sampai
dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE,. M.SI selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
vi
4. Bapak Taufikur Rahman, SE, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi danBisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan wawasan
kepadapenulis selama perkuliahan.
6. Seluruh karyawan dan staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga atas pelayanannya.
7. Kedua orang tuaku Bapak Riyanto dan Ibu Marsih, serta adik saya Nicen Fitrianingsih yang telah memberikan do’a kasih sayang dan dukungannya.
8. Sahabat-sahabat terkasih disaat suka dan duka, Karina, Eka, Ardhani, Isnaning dan Rohayati yang telah memberikan semangat dan dukungan
selama ini.
9. Keluarga besar PS-S1 angkatan 2014 yang telah memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Terima kasih… Teruskan perjuangan kita,
semangat!!!
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidakdapat penulis sebutkan satu per satu.
11. Segenap mahasiswa program studi Perbankan Syariah-S1, khususnya angkatan 2014, terimakasih atas kebersamaan dan semangatnya selama
perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan penuh kekurangan, oleh karena itu dengan segenap
kerendahan hatipenulis menyampaikan permohonan maaf yang
sebanyak-banyaknya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Amin
Salatiga, 30 Agustus 2018
Penulis,
Leny Trilianingsih
viii
ABSTRAK
Trilianingsih, Leny. 2018. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Inflasi terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Bank Umum Syariah dengan Pembiayaan Murabahah sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, program studi Perbankan Syariah S1, Institute Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Taufikur Rahman, SE. M.Si.
Mengingat pentingnya peranan bank syariah di Indonesia, maka perlu ditingkatkan kinerja bank syariah agar perbankan dengan prinsip syariah tetap sehat dan efisien. Dengan kinerja bank yang baik maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank akan meningkat. Sebaliknya, jika kinerja bank menurun maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank juga akan berkurang. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh DPK, NPF dan Inflasi terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Bank Umum Syariah dengan Pembiayaan Murabahah sebagai Variabel Intervening.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang berjumlah 13 bank syariah.Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini sejumlah 11 bank syariah. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi data-data laporan keuangan tahunan (Annual Report) bank syariah. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji stationeritas, uji asumsi klasik dan analisis path. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu IBM SPSS Statistic 23.
Berdasarkan hasil uji analisis path menunjukkan bahwa variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank umum syariah Variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank umum syariah. Variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum syariah. Variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Variabel NPF dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
ix DAFTAR ISI
SAMPUL………..i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Telaah Pustaka ... 13
B. Kerangka Teori... 25
2. Kerangka Penelitian ... 47
x
BAB III METODE PENELITIAN... 57
A. Jenis Penelitian ... 57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 57
C. Populasi dan Sampel ... 57
D. Teknik Pengumpulan Data ... 60
E. Definisi Konsep dan Operasional ... 60
F. Uji Asumsi Klasik ... 63
G. Uji Path Analysis ... 66
H. Alat Analisis ... 69
BAB IV ANALISIS DATA ... 70
A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 70
B. Analisis Data ... 70
1. Analisis Deskriptif ... 70
2. Uji asumsi klasik ... 72
3. Analisis jalur (Path Analysis) ... 77
BAB V PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 13
Tabel 3. 1 Daftar Sampel Bus ……….. 59
Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolonieritas ………..73
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi ... 74
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas ... 77
Tabel 4. 8 Hasil Persamaan Regresi Pertama Analisis Path ... 78
Tabel 4. 9 Analisis Regresi Persamaan Pertama ... 79
Tabel 4. 10 Hasil Persamaan Regresi Kedua Analisis Path ... 80
Tabel 4. 11 Analisis Regresi Persamaan Kedua ... 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian……….……….………....48
Gambar 3. 1 Model Analis Jalur ………...67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun
1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada awal berdirinya bank
syariah belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan nasional. Hal ini tercermin dari undang-undang No. 7 tahun
1992, dimana perbankan dengan sistem bagi hasil di uraikan hanya
sepintas lalu dan merupakan “sisipan” belaka. Bank syariah mengalami
perkembangan yang cukup baik setelah disetujuinya undang-undang No.
10 tahun 1998. Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Sejak masa itu perkembangan bank
syariah di indonesia semakin pesat, dan menimbulkan kepercayaan diri
pada bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah bahkan
menkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001).
Perbankan syariah merupakan suatu lembaga keuangan di mana
sistem, tata cara, dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan pada
syariat Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits. Perbankan syariah
menggunakan konsep prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) yang
bank sangat penting bagi setiap stakeholder bank tersebut. Kinerja bank
dapat memberikan kepercayaan kepada deposan dan investor guna
menyimpan dananya. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap
bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak
manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya
para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan kepada bank yang
bersangkutan maka loyalitasnya pun sangat tipis, hal ini sangat tidak
menguntungkan bagi bank yang bersangkutan karena para pemilik dana
sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya ke bank lain
(Asriyati, 2017).
Mengingat pentingnya peranan bank syariah di Indonesia, maka
perlu ditingkatkan kinerja bank syariah agar perbankan dengan prinsip
syariah tetap sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Suryani, 2011). Dengan
kinerja bank yang baik maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
bank akan meningkat. Sebaliknya, jika kinerja bank menurun maka tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap bank juga akan berkurang.
Dalam penelitian ini profitabilitas akan diproksikan dengan
menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja bank,
karena ROA digunakan oleh manajemen bank untuk mengukur
kemampuannya dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik.
merupakan hal yang sangat penting diperlukan, hal ini bertujuan untuk
menjamin apakah keuntungan yang ditargetkan oleh perusahaan dalam
beberapa periode telah tercapai. Return On Asset (ROA) merupakan salah
satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh laba atau keuntungan Ranianti dan Retnowati (2014).
Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank sehingga kemungkinan atas bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas (ROA)
diantaranya berasal dari faktor internal dan eksternal. Menurut Arsani
dalam Yulianto (2017) faktor internal yang dapat mempengaruhi ROA
diantaranya adalah DPK dan NPF. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi ROA yaitu inflasi (Mawaddah, 2015). Alasan dipilihnya
industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sector riil. Sektor riil tidak akan dapat
berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
Faktor internal pertama yang mempengaruhi profitabilitas (ROA)
adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana simpanan dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank
dengan media penarikan tertentu. Dana yang dihimpun dari masyarakat
merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan oleh bank (mencapai
mampu dimanfaatkan oleh bank untuk kegiatan operasional bank syariah.
Dana simpanan dari masyarakat bisa berupa: giro, deposito, dan tabungan
(Dendawijaya, 2009:49).
Menurut Dawood (2014) semakin tingginya dana yang dihimpun
dari masyarakat, bank memiliki kesempatan lebih dalam menyalurkan
dananya pada aset-aset produktif seperti penyaluran kredit/pembiayaan,
penempatan dana pada bank lain, penempatan pada surat berharga, dan
kegiatan usaha lainnya. Hal tersebut tentunya akan menambah perolehan
laba yang didapat oleh bank. Maka dari itu peningkatan dana pihak ketiga
memiliki pengaruh positif terhadap perolehan laba atau profitabilitas.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh bakti (2017), Pratomo dkk
(2012) dan penelitian Pratami dkk (2011), membuktikan bahwa DPK
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan
Mahmudah dan Harjanti (2016) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh terhadap ROA.
Faktor internal kedua yang mempengaruhi profitabilitas (ROA)
adalah Non performing financing (NPF). Menurut Dendawijaya (2009: 82)
NPF merupakan kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk
membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Adanya risiko
pembiayaan yang cukup besar akan berpengaruh terhadap profitabilitas
suatu bank. Risiko kerugian yang diakibatkan oleh pemberian pembiayaan
keuntungan yang diterima oleh bank. Adanya permasalahan dari nasabah
peminjam dana yang gagal bayar atau dalam melakukan pembayaran tidak
sesuai dengan perjanjian akan memberikan pengaruh kerugian terhadap
bank. Besar kecilnya keuntungan dan kemampuan bank menghasilkan laba
akan menggambarkan besar kecilnya profitabilitas yang diperoleh bank.
Sebagaimana penelitian Anggraini (2013) NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA. Menurut Inayatillah (2017) Non Performing
Financing (NPF) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah. Sehingga peningkatan pada
Non Performing Financing (NPF) akan mengakibatkan menurunnya
Return On Asset (ROA). Berbeda dengan penelitian Riyadi (2014) yang
menyimpulkan bahwa NPF secara parsial tidak berpengaruh terhadap
ROA Bank Umum Syariah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) adalah
Inflasi (Mawaddah, 2015). Inflasi merupakan suatu keadaan di mana
terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus menerus
dalam jangka waktu yang cukup lama, seirama dengan kenaikan
harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan
kenaikan harga-harga tersebut (Sukirno, 2006: 14). Menurut Bank
Indonesia kestabilan inflasi merupakan faktor penting yang dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga memberikan
kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat. Menurut Bank Indonesia
demand pull inflation dan cost push inflation. Jika tingkat inflasi
mengalami peningkatan akan menyebabkan harga-harga barang terus
mengalami kenaikan, apalagi jika sudah pada tahap hiperinflasi dimana
inflasi sudah tidak dapat dikendalikan. Tingginya tingkat inflasi akan
mengurangi minat masyarakat untuk menabung. Masyarakat akan lebih
banyak menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
disebabkan karena naiknya harga-harga barang. Inflasi merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank karena kinerja
keuangan dan tingkat suku bunga dapat dipengaruhi oleh perubahan
tingkat inflasi (Sahara, 2013). Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Hidayati (2014) yang menunjukkan hasil penelitian bahwa Inflasi
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan Wibowo
(2013) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu Inflasi tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA).
Dalam penelitian ini menggunakan variabel intervening untuk
mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung variabel independen
terhadap variabel dependen. Menurut (Tuchman dalam Sugiyono 2007)
variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini merupakan variabel penyela/antara variabel independen
dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
Penelitian ini menggunakan Pembiayaan murabahah sebagai
variabel mediasi (intervening) dari pengaruh DPK, NPF dan Inflasi
terhadap profitabilitas. Menurut Rohmawati (2014) Dominasi pembiayaan
Murabahah menunjukkan bahwa pembiayaantersebut mempunyai banyak
keuntungan bagi bank syariah. Pertama kepastian pembeli, dimana bank
syariah tidak akan membelikan suatu barang kecuali sudah ada
pembelinya. Kedua, kepastian keuntungan, dimana bank syariah dapat
memastikan keuntungan atas suatu barang yang dijulanya. Ketiga,
pembiayaan Murabahah lebih mudah diaplikasikan pada saat sekarang ini.
Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang
pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu
yang ditambahkan diatas biaya perolehan. Pembayaran bisa tunai maupun
ditangguhkan dan dicicil. Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik
dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh
nasabah yang membutuhkan pembiayaan.
Pembiayaan murabahah memberikan dampak pada meningkatnya
keuntungan bank. pembiayaan murabahah juga berfungsi untuk menekan
resiko pada usaha yang dilakukan, serta bank syariah dapat langsung
mengetahui atau menentukan besaran margin keuntungan yang akan
diperolehnya dalam pembiayaan murabahah. Semakin bertambahnya
pembiayaan murabahah akan berdampak pada peningkatan total
pendapatan bank sehingga proftabilitas (ROA) bank mengalami
yang dilakukan oleh Agza dan Darwanto (2017) yang menunjukkan hasil
penelitian bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan Mizan (2017)
menunjukkan hasil yang berbeda yaitu pembiayaan murabahah tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan dari uraian dan beberapa penelitian terdahulu yang
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, maka perlu dilakukan penelitian
kembali tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi terhadap Profitabilitas (Return On Asset)
Bank Umum Syariah dengan pembiayaan murabahah sebagai variabel
intervening, sehingga dalam penelitian ini akan dikaji ulang dengan
harapan hasil penelitian nantinya akan mempertegas dan memperkuat teori
yang ada. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Inflasi terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pembiayaan Murabahah
sebagai Variabel Intervening(periode 2013-2017)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap profitabilitas
2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Murabahah?
5. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
Pembiayaan Murabahah?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA) terhadap
Pembiayaan Murabahah?
7. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap profitabilitas
(ROA)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di ajukan peneliti di atas,
maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA)
Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
5. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap Pembiayaan Murabahah?
6. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA)
yang terhadap Pembiayaan Murabahah?
7. Untuk menganalisis pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap
profitabilitas (ROA).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi perbankan syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah
dalam menghasilkan profitabilitas Return On Asset (ROA) sehingga
nantinya kegiatan perbankan dapat berjalan dengan baik.
2. Bagi Akademik dan Pembaca, diharapkan dapat menambah khasanah
perpustakaan dengan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya,
dengan melihat variabel manakah yang sesuai dengan teori dan bersifat
signifikan. Variabel yang demikian layak menjadi variabel penelitian
pada penelitian selanjutnya. Dan diharapkan dapat menambah referensi
terutama bagi mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah.
3. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memperluas
mengembangkan keilmuan peneliti dalam mengetahui tingkat
profitabilitas perbankan syariah.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang
terkandung dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan skripsi
ini. Skripsi ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi pendahuluan yang mencakup
latar belakang; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian
memberi gambaran objek yang akan menggunakan hasil penelitian dan
sistematika penulisan yang berisi urutan penulisan penelitian yang
dilakukan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini berisi tentang telaah pustaka
merupakan penjelasan dari penelitian - penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan, kerangka teori yang berisi bangunan
teori dan konsep yang akan digunakan untuk menganalisis, kerangka
penelitian berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis dan model
penelitian yang akan diuji disajikan dalam bentuk gambar dan atau
persamaan, dan hipotesis penelitian berisi hipotesis yang diajukan.
BAB III Metode Penelitian. Bab ini penulis memaparkan tentang
metodologi penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel,
tehnik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan
operasional, instrumen penelitian, pengujian instrumen penelitian dan alat
BAB IV Analisis Data. Berisi analisis data yang menjelaskan
tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data yang meliputi 3 bagian
analisis terhadap tiap variabel , pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
uji hipotesis dan berupa gambaran umum obyek penelitian dan deskripsi.
BAB V Penutup. Berisi kesimpulan yang menjelaskan tentang
hasil penelitian dan pembahasan disesuaikan dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian yang disajikan secara singkat dan jelas. Sedangkan saran
merupakan himbauan kepada pembaca atau instansi terkait agar saran yang
dipaparkan dapat memberi pengetahuan dan manfaat serta dapat
13
untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan
sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Adapun
penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 2. 1
Pengaruh DPK Terhadap Profitabilitas (ROA)
2. Nurul
Pengaruh NPF Terhadap Profitabilitas (ROA)
intervening
Pengaruh INFLASI Terhadap Profitabilitas (ROA)
Total
Pengaruh DPK terhadap pembiayaan murabahah
SWBI Dan
Pengaruh NPF terhadap pembiayaan Murabahah
bank umum
Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan murabahah
pembiayaan
Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap ROA
Sumber: Hasil pengolahan peneliti, 2018
B. Kerangka Teori
1. Teori Pembiayaan
Dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan, dalam hal ini
pembiayaan tersebut harus diperhatikan tiga asas pokok yaitu
a. Asas Likuiditas, yaitu asas yang mengharuskan bank untuk tetap
dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak
likuid akibatnya sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari
para nasabahnya atau dari masyarakat. Suatu bank dikatakan likuid
apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain :
1) Bank tersebut memiliki “cash assets” sebesar kebutuhan yang
akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya,
2) Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarannya.
3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash
assets baru melalui berbagai bentuk utang.
b. Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima
simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk
kredit. Dalam kebijaksanaan pembiayaan maka bank harus
pandai-pandai mengatur penanaman dana ini baik pada bidang
perkreditan, surat-surat berharga pada suatu tingkat risiko
kegagalan yang sekecil mungkin.kiranya hal ini mudah untuk
dipahami sebab assets bank dalam bentuk kredit dan penanaman
dalam surat-surat berharga ini akan merupakan sumber utama bagi
bank untuk menutup segala utang bank kepada para
girant/deposant apabila sewaktu-waktu yang bersangkutan akan
menarik dananya dari bank tersebut. Jadi masalah ini yang
kebijaksanaan dalam pemberian kredit yang sehat, mengarahkan
sasaran pemberian kredit secara tepat, dan lain-lain. Sehingga
kredit-kredit yang diberikan tersebut harus dapat dikuasai oleh para
debitur tepat waktunya sesuai dengan yang telah dijanjikan agar
tidak merusak skedul perencanaan kredit yang telah disusunnya.
c. Asas rentabilitas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha
akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk
mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan
mengembangkan dirinya.laba yang diperoleh dari pembiayaan
berupa selisih antara biaya dana dengan dengan pendapatan bunga
yang diterima para debitur. Pada Negara-negara yang sedang
berkembang pendapatan bunga dari bidang pembiayaan
merupakan sumber pendapatan yang terbesar bagi perbankan.
Selanjutnya disamping “Top Manajemen” suatu bank harus
memperhatikan tiga asas diatas maka ia harus pula memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan pembiayaan yaitu
:
a. Keadaan perekonomian, perkembangan politik.
b. Peraturan-peraturan penguasa moneter yang ada.
c. Kemampuan bank yang bersangkutan dalam mengumpulkan
dana dengan biaya yang relative murah.
d. Volume permintaan kredit dari masyarakat bisnis.
f. Kemampuan manajemen bank itu sendiri.
g. Para saingan dari bank-bank/lembaga keuangan lainnya yang
memasarkan jasa perkreditan.
2. Teori Profitabilitas
Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas
bank. Seluruh manajemen suatu bank, baik yang mencakup manajemen
permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi
dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas) perusahaan perbankan
(Payamta, Machfoed, 1999). Manajemen yang baik yang ditunjang oleh
faktor modal dan lokasi merupakan kombinasi ideal untuk keberhasilan
bank dan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dari segi manajemen
adalah balance sheet managementyang meliputi asssets dan liability
management artinya pengaturan harta dan utang secara bersama-sama
(Badera L.D, 2003).
Keterkaitan dengan penelitian penulis, dalam teori diatas
menyebutkan bahwa manajemen likuiditas diungkapkan dengan
menggunakan variabel independen Dana Pihak ketiga (DPK), manajemen
kualitas aktiva diungkapkan dengan menggunakan variabel independen
Non Performing Financing (NPF) dan variabel independen menggunakan
inflasi serta profitabilitas diungkapkan dengan menggunakan variabel
dependen Return On Assets (ROA) dan variabel intervening
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan yang telah dicapai suatu
perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Simorangkir (2004: 152), laba
merupakan tujuan perusahaan yang paling penting karena dengan laba
yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada pemegang saham dan atas
persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai
cadangan, yang kemudian akan meningkatkan kredibilitas atau tingkat
kepercayaan bank di mata masyarakat.
Rasio profitabilitas menurut Dendawijaya (2009:118) adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu
rasio-rasio dalam katagori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank. Rasio profitabilitas ialah rasio yang bertujuan untuk dapat
mengetahui kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba selama
periode tertentu serta memberikan gambaran mengenai tingkat efektifitas
manajemen didalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas
manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan serta
investasi perusahaan.
Macam-macam rasio profitabilitas menurut Dendawijaya (2009: 120).
1) Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
2) Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba
bersih bank dengan ROE modal sendiri. Return On Equiy (ROE) ini
merupakan indikator rasio yang amat penting bagi para pemegang
saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan harga saham bank
3) Rasio Beban Operasional
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan
dengan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.
4) Net Profit Margin (NPM)
Ratio Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan
tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio NPM
ini mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama
berbagai risiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan risiko
kredit), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit yang diberikan
dalam valas) dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan teori diatas, rasio perhitungan
profitabilitas yang digunakan oleh peneliti yaitu Return On Asset.
Menurut Endraswati (2018) ROA adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total asset dalam
satu periode (Endraswati, Suhardjanto dan Krismiaji, 2014). Jadi
intinya ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola
dana sehingga menghasilkan keuntungan.
Tujuan dari penggunakan rasio ROA yaitu untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin besar
ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau
dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba
yang lebih besar. Hal ini berarti jika bank memiliki ROA yang tinggi
menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki kemampuan yang besar
dalam meningkatkan laba operasi apabila dikaitkan dengan dana dari
Secara sistematis, ROA dirumuskan oleh Dendawijaya (2009:
118) sebagai berikut:
4. Pembiayaan
Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pada bab I pasal
1 ayat 12 dijelaskan bahwa, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Pembiayaan merupakan fungsi
intermediasi bank, dimana menyalurkan dana ke masyarakat berupa
pembiayaan yang diperoleh dari dana deposit masyarakat (Asiyah, 2014).
Fungsi pembiayaan menurut Asiyah (2014: 8) antara lain: meningkatkan
daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan
peredaran uang, meningkatkan kegairahan berusaha, stabilitas ekonomi,
jembatan untuk meningkatkan pendapat nasional, serta pembiayaan bank
syariah berfungsi sebagai alat ekonomi internasional.
Adapun prinsip dasar pembiayaan pada Bank Syari’ah adalah:
mempertahankan nasabah (retain customer), meningkatkan kualitas
mitigation), dan optimalisasi pendapatan (return optimalization) (Susilo,
2017:111). Jenis pembiayaan sebagai berikut (Muhamad, 2016: 22):
a. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik
dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syari’ah, dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
b. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau
lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha tertentu
sesuai syari’ah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.
c. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar
harga perolehn barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh
para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga
perolehan kepada pembeli.
d. Pembiayaan Salam
Salam merupakan transaksi jual beli berang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai
e. Pembiayaan Istishna’
Sedangkan istishna’ adalah transaksi jual beli barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.
f. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah dapat dilakukan dengan dua pola, yaitu:
Pertama, Ijarah yang merupakan transaksi sewa menyewa atas
suatubarang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk
kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. Kedua, Ijarah
Muntahiya Bitamlik yaitu transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.
g. Pembiayaan Qardh
Qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman
secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
h. Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa adalah transaksi yang melibatkan dua
akad, yaitu akad ijarah dan kafalah. Kafalah adalah transaksi
ketiga atau yang tertanggung (makful lahu) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua (makful’anhu/ashil).
Diantara pembiayaan diatas, pembiayaan yang paling diminati
oleh masyarakat adalah pembiayaan murabahah. Murabahah adalah
perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana Bank Syariah
membeli barang yang diperlukan nasabah dan kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah
dengan margin/ keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan
nasabah. Perhitungan pembiayaan murabahah menurut PSAK 102
(2007) telah diatur penyajian pembiayaan murabahah dalam laporan
keuangan sebagai berikut; piutang murabahah disajikan sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah
dikurangi penyisihan kerugian piutang. Kemudian margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah. Aplikasi
pembiayaan murabahah meliputi: pembiayaan investasi/ barang modal,
pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan
ekspor.
Menurut Fauzan (2017) dominannya jenis pembiayaan
murabahah dibandingkan jenis pembiayaan lain disebabkan beberapa
faktor diantaranya dari sisi penawaran bank syariah, pembiayaan
murabahah lebih minim risikonya dibandingkan jenis pembiayaan bagi
hasil. Selain itu pengembalian yang telah ditentukan sejak awal juga
diperoleh. Dalam transaksi yang menggunakan akad murabahah
terdapat keuntungan atau margin yang telah disepakati, namun pada
kenyataannya keuntungan atau margin tersebut ditentukan oleh bank
dan nasabah hanya menerima jadi, kemudian memberikan kesepakatan
atas margin tersebut. Perhitungan pembiayaan murabahah dirumuskan
oleh Wadany (2015: 18) sebagai berikut:
5. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga menurut Kuncoro (2002:155), adalah dana-dana
yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang
diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrument produk
simpanan yang dimiliki bank. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
yang diterapkan di perbankan syariah secara umum meliputi 2 metode,
yaitu Wadi’ah dan Mudharabah. Begitu juga yang dijelaskan oleh Karim
(2010:107) dalam bank syariah jenis sumber dana pihak ketiga dapat
dibagi menjadi dua, yaitu mudharabah dan wadi'ah. Menurut Antonio
(2015:148), mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelola dana (mudharib). Mudharabah terdiri dari
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Sedangkan
Al-wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika
pemiliknya menghendaki. Wadi’ah terbagi menjadi dua, yaitu wadi’ah yad
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah (Pasal
1) disebutkan bahwa, ”Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam
bentuk Giro, Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu”. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber
dana terbesar yang paling diandalkan bank yang terdiri dari 3 jenis, yaitu:
dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Rasio ini dirumuskan oleh
Ismail (2010: 43) sebagai berikut:
Dana Pihak Ketiga = Giro + Deposito + Tabungan
1) Giro (Demand Deposits)
Giro merupakan simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindah
bukuan.
2) Deposito (Time Deposits)
Deposito meruapakan investasi dana berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang
penarikannyahanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.
Merupakan simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Menurut Siamat (2005), Syafi’i Antonio
(2001), Muhammad (2005), salah satu sumber dana yang bisa
digunakan untuk pembiayaan (loan) adalah simpanan. Secara umum
bila semakin besar simpanan maka bank semakin banyak dalam
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.
Menurut Antonio (2001), salah satu sumber dana yang dapat
digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan masyarakat (DPK).
Semakin besar DPK yang berhasil dihimpun oleh bank maka semakin
besar pula pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Menurut Suyatno
(2001) salah satu sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan
adalah dana simpanan atau dana dari nasabah (DPK), volume DPK
yang berhasil dihimpun bank akan sangat menentukan volume dana
yang dapat dikembangkan dalam penyaluran pembiayaan. Kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat merupakan fokus utama kegiatan bank syariah. Dengan
demikian, untuk dapat memberikan pembiayaan secara optimal, bank
harus mempunyai kemampuan menghimpun DPK karena DPK
6. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Dendawijaya (2009: 82) NPF merupakan kegagalan pihak
debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan)
pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam
perjanjian kredit. Menurut Darmawi (2011: 126), Non Performing
Financing meliputi kredit dimana peminjam tidak dapat melaksanakan
persyaratan perjanjian kredit yang telah ditandatanganinya, yang
disebabkan oleh berbagai hal sehingga perlu ditinjau kembali atau
perubahan perjanjian. Menurut Mahmoeddin (2010:4) NPF adalah
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor
internal yaitu adanya kesenjangan dan faktor eksternal yaitu suatu kejadian
diluar kemampuan kendali direktur.
Wangsawidjaja dalam Asnaini (2014), ada 2 faktor yang
menyebabkan pembiayaan bermasalah, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal dapat diketahui menggunakan Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Financing Deposit Ratio (FDR), sedangkan faktor ekternal
dapat menggunakan Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS). NPF pada bank syariah dapat diukur dari
kolektibilitasnya, yang merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok
dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana
yang ditanamkan dalam surat-surat berharga (Poetry, 2011). Kolektibitas
kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia yaitu: kredit
diragukan, dan kredit macet (Dendawijaya, 2005: 82). Dalam mengatasi
timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa
tindakan penyelamatan sebagai berikut (Dendawijaya, 2005: 83):
1. Rescheduling (penjadwalan kembali)
2. Reconditioning
3. Restructuring
4. Kombinasi 3R
5. Eksekusi
Menurut Veithzal dalam Anggraini (2018) yang dimaksud dengan
NPF adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaanya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank, seperti pengembalian pokok
atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya resiko dikemudian hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk
golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar
yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian. Besar kecilnya
prosentase NPF menunjukkan kinerja bank dalam pengelolaan dana yang
disalurkan, semakin besar prosentase NPF maka hal tersebut dapat
menurunkan pendapatan yang diperoleh bank sehingga dapat
mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Meskipun resiko dalam
menyalurkan pembiyaan tinggi akan tetapi potensi untuk mendapatkan
keuntungan juga tinggi. Untuk itu, bank harus meningkatkan volume
pembiyaan dengan menaikan modal sendiri ataupun menghimpun dana
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs
tanggal 7 Desember 2007, Non Performing Financing (NPF) dihitung
dengan membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total
pembiayaan bermasalah dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yakni
kurang lancar, diragukan, dan macet (Widyaningrum dan Setiarini, 2015).
Perhitungan NPF yang diinstruksikan Bank Indonesia dirumuskan sebagai
berikut:
NPF bank yang sehat apabila bank tersebut memiliki NPF tidak
lebih dari 5%, peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/ PBI/2004 tanggal
12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.
NPF yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima
oleh bank. Pembiayaan bermasalah merupakan resiko penyaluran dana.
Kriteria penilaian tingkat NPF adalah < 2% pada kategori lancar, 2%-5%
pada kategori dalam perhatian khusus, 5%-8% pada kategori kurang
lancar, 8%-12% pada kategori diragukan dan >12% pada kategori macet.
Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya
bank memberikan pembiayaan atau melakukan investasi karena terlalu
dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki oleh bank
7. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang (Wibowo, 2012: 19). Dapat diartikan
sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi
jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi (Wibowo, 2012:19). Istilah inflasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.
Menurut Boediono (2014: 162) Inflasi terbagi menjadi 4 tingkatan,
yaitu:
a. Inflasi Ringan, apabila kenaikan harga berada di bawah 10% setahun.
b. Inflasi Sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10%-30%
setahun.
c. Inflasi Berat, apabila kenaikan harga berada di antara30%-100%
d. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli
oleh konsumen.
b. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
c. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata
dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di
masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya
produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang
konsumsi.
d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
e. Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari
semuabarang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa
(www.bi.go.id).
Menurut (Nopirin, 2009: 28), jenis inflasi menurut sebabnya ada 2
1) Demand Pull Inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh. Dalam keadaan kesempatan kerja hampir penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapat juga menaikkan hasil
produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh (full employment)
telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan
menaikkan harga saja. Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan
keseimbangan GNP berada diatas atau melebihi GNP pada kesempatan
kerja penuh akan terdapat adanya inflationary gap yang kemudian akan
menyebabkan inflasi.
2) Cost Push Inflation
Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikkan harga
serta turunnya produksi atau inflasi yang dibarengi dengan resesi.
Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya.
Menurut (Nopirin, 2009: 32), efek inflasi ada 3 macam yaitu:
1) Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan yang sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
seolah-olah merupakan pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi
bagi orang lain.
2) Efek Terhadap Efisiensi (Efficincy Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor
produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintan akan
berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya
inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan
produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada
gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi itu lebih efisien
dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi
berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor
produksi menjadi tidak efisien.
3) Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikkan harga
barang mendahului kenaikkan upah sehingga keuntungan pengusaha
naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi.
Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (hyper inflation) dapat
mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil akan turun
transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya
produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan langsung antara inflasi dengan output.
Menurut (Nopirin, 2009: 34), cara mencegah inflasi ada 2 macam
yaitu:
1) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara; pertama,
apabila seseorang memasukkan uang kas ke dalam bank dalam bentuk
giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak
diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan
cara kedua sifatnya lebih inflatoir dari pada cara pertama. Sebab cara
pertama hanyalah pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan
jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan
bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
4) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta
mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah
(dengan demikian gaji secara riil tetap). Apabila indeks harga naik,
maka gaji juga dinaikkan.
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi, yaitu tingkat perubahan
dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut
(Karim, 2007 : 136)
2. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang dapat disusun dari kajian teoritis
mengenai pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen dan pengaruh antara masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen yang di mediasi dengan variabel
p1
p2
p4
H5 p5 p7
H6
p6
p3
Gambar 2. 1
Kerangka Penelitian
Dari gambar 2.1 persamaan matematisnya sebagai berikut:
Pembiayaan Murabahah = + p4DPK + p5NPF + p6Inflasi + (1)
ROA= + p1DPK + p2NPF + p3Inflasi + p7pembiayaan murabah + e2
(2)
Dalam penelitian ini Pembiayaan murabahah sebagai variabel intervening
yang dilakukan pada penelitian terdahulu Rahman dan Rochmanika (2012)
dan Rahman, Susan dan Muhlis (2017).
3. Hipotesis
Hipotesis penelitian menurut Wirartha (2006: 214) adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus DPK(X1)
NPF (X2)
INFLASI (X3)
Pembiayaan murabahah
(Z)
diuji secara empiris. Hipotesis merupakan rangkuman dari
kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelahaan kepustakaan.hipotesis
merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Profitabilitas
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana simpanan dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
bank dengan media penarikan tertentu. Dana yang dihimpun dari
masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan oleh
bank (mencapai 80% - 90%). Dana simpanan pada bank syariah juga
sedapat mungkin mampu dimanfaatkan oleh bank untuk kegiatan
operasional bank syariah. Dana simpanan dari masyarakat bisa berupa
(Dendawijaya, 2009:49):
1) Giro (Demand Depoositi)
Giro merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.
Deposito atau simpanan berjangka merupakan simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
3) Tabungan (Saving Depposit)
Tabungan merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu.
Dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap profitabilitas
yang dihitung dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi dana
pihak ketiga akan meningkatkan tingginya ROA. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi dana pihak ketiga semakin tinggi
pula pada profitabilitas Bank Umum Syariah yang dihitung dengan
ROA (Muhammad,2005: 1).
Menurut teori yang diungkapkan Sinungan dalam Anggraini
(2018) semakin meningkat pangsa pasar Dana Pihak Ketiga, semakin
meningkat pembiayaan yang diberikan. Meningkatnya kapasitas
pembiayaan menyebabkan perolehan pendapatan margin meningkat
sehingga profitabilitas yang diperoleh bank juga meningkat. Hal ini
didukung oleh penelitian Angraini (2018) bahwa DPK memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap Profitabilitas (ROA) bank umum
syariah. Dari uraian diatas maka hipotesis pertama (H1) yang diajukan
H1: Dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas bank umum syariah.
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas
Menurut Aryani (2010: 110) Non Performing Financing (NPF)
adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada
bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada
bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non
Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka
bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila
tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang
diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
Menurut Rivai (2010) semakin tinggi NPF pada suatu bank berarti
menandakan bahwa bank tersebut memiliki risiko pembiayaan yang
ditanggung oleh bank. Sehingga semakin besar NPF suatu bank akan
mengakibatkan profitabilitas (ROA) bank menjadi turun. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya biaya yang dikeluarkan bank yaitu biaya
pencadangan aktiva produktif yang dibutuhkan menjadi lebih tinggi.
Hal ini didukung oleh penelitian Almunawaroh dkk (2018) dan
Inayatillah (2017) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif
terhadap ROA Bank Umum Syariah. Dari uraian diatas maka hipotesis
kedua (H2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H2 : NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus (Nopirin, 2007:25). Kenaikan harga dari satu atau
dua macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali
kenaikan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian
besar barang-barang lain. inflasi merupakan suatu proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Dapat diartikan sebagai
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu Sukirno (2006: 14).
Menurut Boediono (2011), menyatakan bahwa Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat
menurun dan kenaikan tingkat suku bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan
mempengaruhi suku bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya
dari sisi Profitabilitas.
Wibowo dan Syaichu (2013) menyatakan bahwa inflasi akan
memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian disuatu negara dan
akan mengurangi minat masyarakat untuk menabung atau berinvestasi dan
kegiatan berproduksi mengalami penurunan. Dengan adanya keadaan
tersebut masyarakat akan mempergunakan hartanya untuk mencukupi
biaya pengeluaran akibat naiknya harga-harga barang, sehingga akan
mempengaruhi profitabilitas bank.
Hal ini didukung penelitian yang dilakukan Khizer Ali (2011),
signifikan terhadap profitabilitas pada bank umum syariah. Dari uraian
diatas maka hipotesis ketiga (H3) yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H3 : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank
umum syariah.
4. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan
Murabahah
Menurut Fauzan (2017) Dana pihak ketiga termasuk dalam
kelompok paying liability yaitu dana yang dihimpun bank dari masyarakat.
Umumnya dana masyarakat memegang peranan yang sangat besar dan
menopang usaha bank serta merupakan andalan bagi pihak bank. Agar
bank dapat meraih dana masyarakat, maka bank harus memelihara
kepercayaan dan keyakinan masyarakat bahwa dana yang mereka simpan
di bank akan aman dalam arti bahwa dana masyarakat dapat ditarik sesuai
dengan syarat yang telah diperjanjikan dan disetujui oleh kedua belah
pihak, serta bagi hasil yang diperoleh dapat dibayarkan tepat waktu.
Kasmir (2004) menyatakan, jika bank tidak menyalurkan
kredit/pembiayaan sementara dana yang terhimpun dari simpanan bank
maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Dengan demikian, apabila
terjadi peningkatan dana pihak ketiga yang dihimpun, akan diimbangi oleh
bank dengan meningkatkan jumlah pembiayaannya sehingga aset yang
dimiliki oleh bank menjadi produktif dan menghasilkan keuntungan. Maka