• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajar-an ypembelajar-ang saat ini bpembelajar-anyak digunakpembelajar-an untuk mewujudkpembelajar-an proses pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan dalam proses pem-belajaran yang ditemukan oleh guru dalam hal mengaktifkan siswa yang tidak da-pat bekerja sama dengan orang lain, serta agresif, dan tidak peduli pada siswa lain. Menurut Lie (2007:12), pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat beker-ja sama dengan sesama siswa dalam mengerbeker-jakan tugas-tugas yang terstruktur, dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Menurut Lungren (Trianto 2007:47) menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar yang perlu untuk ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan lebih efektif adalah:

1. Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau ”berenang” bersama.

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompok-nya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besar-nya diantara para anggota kelompok.

(2)

5. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan diikuti berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh kete-rampilan bekerjasama selama belajar.

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2007:31), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyele-saikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran coopera-tive, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3. Tatap muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepa-la. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai per-bedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berba-gai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam ke-lompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak se-tiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasi-lan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya un-tuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka unun-tuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk meng-evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjut-nya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(3)

Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan model lainnya. Arends (Trianto 2007:47) menyata-kan bahwa pelajaran yang menggunamenyata-kan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan ma-teri belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, se-dang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, je-nis kelamin yang beragam.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Menurut Ibrahim, dkk. (Trianto 2007:48-49) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien

Fase 4

Membantu (membimbing) kerja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi materi pelajaran yang telah diberikan kemudian menginformasikan hasil pekerjaan mereka

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(4)

Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, di-antaranya adalah Student Team Achievment Division (STAD), Team Games Tour-nament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), dan Cooperative Integrated Reading Compositi-on (CIRC).

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembela-jaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Perta-ma kali dikembangkan oleh Frank LyPerta-man dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Lyman dalamNurhadi, Yasin, dan Senduk (2004), terdapat tiga tahapan pembelajaraan dalam TPS, yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi).

Menurut Lie (2007:57) TPS memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk berpikir sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme, yang meru-pakan suatu perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelom-pok.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Lie (2007:58) antara lain adalah:

1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas yang sama pada semua kelompok.

2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas itu sendiri.

3. Siswa berpasangan dengan salah satu anggota kelompok, dan berdiskusi dengan pasangannya.

(5)

4. Kedua pasang kembali bertemu dalam kelompok berempat. Siswa mempu-nyai kesempatan untuk membagikan hasilnya kepada kelompok berempat.

Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: 1) Cocok untuk tugas sederhana, 2) Memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, men-jawab, dan saling membantu satu sama lain, 3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok, 4) Meningkatkan partisipasi siswa, dan 5) Lebih mudah dan cepat terbentuknya kelompok.

C. Aktivitas Belajar

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim 2001:24-25), aktif adalah giat (be-kerja, berusaha), sedangkan keaktivan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa dapat aktif. Pada penelitian ini keaktivan yang dimaksud adalah keaktivan belajar siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengeta-huan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Sardiman (2008) mengungkapkan :

Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran me-rupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada sis-wa yang melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai

(6)

begitu saja tanpa diimbangi dengan aktivitas belajar. Keberhasilan kegiatan pem-belajaran ditentukan dari bagaimana interaksi dalam pempem-belajaran tersebut, sema-kin aktif siswa tersebut dalam belajar, maka akan semasema-kin ingat anak akan pembe-lajaran itu, dan tujuan pembepembe-lajaran akan lebih cepat tercapai.

Paul B. Diedrich (Sardiman 2008:101) mengklasifikasikan aktivitas siswa dalam 8 kelas sebagai berikut:

1. Visual Activities misal, membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan 2. Oral Activities seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

sa-ran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening Activities meliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi 4. Writing Activities meliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin. 5. Drawing Activities meliputi, menggambar, membuat peta, grafik, pola,

diagram.

6. Motor Activities meliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi, membuat model, bemain, berkebun, menari.

7. Mental Activities misalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.

8. Emotional Activities seperti, menaruh minat, gembira, bersemangat, ber-gairah, berani, tenang, gugup.

Aktivitas-aktivitas dalam belajar juga dapat dibedakan menjadi aktivitas yang re-levan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak rere-levan (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task), contohnya adalah memper-hatikan penjelasan guru, bertanya, mengemukakan pendapat, aktif memecahkan masalah, berdiskusi dan bekerja sama. Aktivitas yang tidak relevan dengan pem-belajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru, me-ngobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas. Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya siswa banyak melakukan aktivitas yang sesuai dengan pembela-jaran (on task). Dengan melakukan banyak aktivitas on task maka siswa mampu

(7)

memahami, mengingat, dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan (Nathalia, 2005).

Menurut Memes (2001), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran yang meliputi:

1. Interaksi anak dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelompok me-liputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. 2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendapat.

3. Partisipasi anak dalam pembelajaran (melihat dan aktif dalam diskusi). 4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti pembelajaran

(menyelesai-kan tugas dan aktif memecah(menyelesai-kan masalah).

5. Hubungan anak dengan anak selama pembelajaran 6. Hubungan anak dengan guru selama pembelajaran.

Menurut Hamalik (2004), penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengaja-ran pada siswa, sebab:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demo-kratis.

6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orangtua dengan guru. 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengem-bangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas. 8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan masyarakat.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa, karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep adalah suatu penyerapan ilmu pengetahuan yang dilakukan siswa selama proses

(8)

pembelajaran berlangsung. Keberhasilan siswa dalam proses penguasaan konsep dapat dilihat dari suatu tes penguasaan konsep.

Penguasaan konsep dasar dengan baik akan membantu siswa dalam pembentukan konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki suatu penguasaan konsep, siswa akan mampu untuk mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Menurut Sagala (2007:71) Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002:13) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997:50) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asi-milasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berha-dapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah kon-sepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

(9)

E. Hidrokarbon

1. Senyawa karbon (senyawa organik).

Setiap organisme hidup mengandung karbon, atas dasar inilah dahulu orang membagi senyawa-senyawa kimia menjadi dua golongan besar, yaitu golo-ngan senyawa organik dan senyawa anorganik.

2. Kekhasan atom karbon.

Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya mengandung karbon. Ada-nya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik secara lebih pasti dapat ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu uji pembakaran. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) manjadi air (H2O). Gas CO2 dapat dikenali karena meng-keruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink). Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon ada-lah oksigen, nitrogen, fosfor, halogen dan beberapa unsur logam.

Dalam tabel sistem periodik unsur (SPU), karbon terletak pada periode 2 dan golongan IVA. Terletak pada posisi tersebut, baik periode maupun golongan-nya memberikan keistimewaan pada sifat atom karbon.

Kekhasan atom karbon antara lain adalah:

a. Karbon memiliki 4 elektron valensi, oleh karena itu untuk mencapai konfi-gurasi oktet, karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen

(10)

b. Atom karbon mempunyai jari-jari atom yang relatif kecil, sehingga ikatan kovalen yang dibentuk atom karbon relatif kuat, dan atom karbon dapat membentuk ikatan rangkap dua dan tiga.

Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ika-tan kovalen tunggal dibedakan atas :

a. Atom C primer (1o) : Atom C yang terikat pada satu atom C lain. b. Atom C sekunder (2o) : Atom C yang terikat pada dua atom C lain. c. Atom C tersier (3o) : Atom C yang terikat pada tiga atom C lain. d. Atom C kuarterner (4o) : Atom C yang terikat pada empat atom C lain.

3. Penggolongan senyawa hidrokarbon.

Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidro-karbon hanya terdiri dari unsur Hidro-karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun ha-nya terdiri dari dua jenis unsur, hidrokarbon merupakan suatu kelompok se-nyawa yang besar.

Berdasarkan bentuk rantai atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Hidrokarbon alifatik.

Senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai C terbuka. b. Hidrokarbon alisiklik.

(11)

c. Hidrokarbon aromatik.

Senyawa hidrokarbon alisiklik yang memiliki ikatan kovalen terkonjunga-si dan memenuhi kaidah Huckel (n = 4n+2), dimana untuk senyawa aro-matik, nilai n harus bilangan bulat.

Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan menjadi:

a. Hidrokarbon Jenuh.

Jika semua ikatan antar karbonnya merupakan ikatan tunggal ( −C−C−), maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh.

b. Hidrokarbon Tak Jenuh.

Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (−C=C−) atau ikatan rangkap tiga (−C≡C−) disebut hidrokarbon tak jenuh.

4. Tata nama senyawa alkana, alkena, dan alkuna

Dikarenakan jumlah senyawa hidrokarbon yang sangat banyak, maka diper-lukan suatu sistem tertentu untuk memberi nama senyawa-senyawa hidrokar-bon tersebut. Oleh karena itu komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia (IUPAC = International Union of Pure and Applied Chemistry) telah meru-muskan tata nama sistematis untuk senyawa karbon. Nama yang diturunkan dari aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC.

5. Keisomeran senyawa alkana, alkena, dan alkuna

Senyawa yang berbeda tetapi mempunyai rumus molekul sama disebut iso-mer (Yunani : iso = sama dan iso-meros = bagian). Keisoiso-meran terjadi karena

(12)

senyawa dengan rumus molekul sama dapat mempunyai struktur atau kon-figurasi yang berbeda.

Oleh karena itu, keisomeran dibedakan atas: a. Keisomeran struktur.

Keisomeran karena perbedaan struktur, dapat berupa isomer kerangka dan isomer posisi

b. Keisomeran ruang.

Keisomeran karena perbedaan konfigurasi, dapat berupa isomer geometris

6. Sifat fisik dan kimia senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

Kita membedakan sifat-sifat zat ke dalam sifat fisis dan sifat kimia. Sifat fisis mencakup keadaan fisik senyawa tersebut. Adapun sifat kimia mencakup reaksi-reaksi yang dapat dialami senyawa tersebut.

Adapun sifat senyawa Hidrokarbon adalah sebagai berikut:

a. Senyawa hirokarbon tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar, seperti kloroform.

b. Hubungan struktur senyawa hidrokarbon dengan sifat fisisnya adalah : 1) Semakin panjang suatu rantai senyawa hidrokarbon, maka Mr senyawa

tersebut akan semakin besar, ini berakibat kepada semakin tingginya titik didih dan titik leleh senyawa tersebut.

2) Semakin banyak cabang yang dimiliki oleh senyawa hirokarbon, maka titik didih dan titik leleh senyawa tersebut akan semakin rendah.

(13)

Sifat kimia mencakup reaksi-reaksi yang dapat dialami zat tersebut:

a. Senyawa alkana mengalami reaksi pembakaran, subsitusi, eliminasi dan perengkahan

b. Senyawa alkena mengalami reaksi pembakaran, adisi, dan polimerisasi c. Senyawa alkuna mengalami reaksi pembakaran, adisi, dan polimerisasi

(sumber: Purba 2007:98-141)

F. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam prosess pembelajaran ini adalah LKS. LKS digunakan untuk memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengefisienkan penggunaan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran. Melalui LKS, siswa dituntut untuk dapat mengemukakan pendapat dan mampu untuk mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS meru-pakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan ke-aktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandas-kan atas tugas yang harus diselesaiberlandas-kan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalih-kan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya mi-nat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

(14)

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar me-ngajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelaja-ran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai me-lalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipela-jari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2006), fungsi LKS adalah :

1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efek-tif.

2. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

3. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya men-dengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. 6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang

Gambar

Tabel 1.  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi fasilitas kantor yang belum maksimal disebabkan oleh banyak ruangan yang tidak digunakan dengan aktivitas yang sesuai, kantor Pusat Penelitian dan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa telah berhasil dibuat balancing robot dengan menggunakan sistem kendali PID untuk sudut

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan garis batas wilayah antara empat kecamatan di kawasan perkotaan Kabupaten Berau menggunakan metode kartometrik dengan

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Konstruksi Lembar Kerja Siswa Pola 5M Bermuatan Nilai Kreatif Bagi Siswa SMA Kelas XI

Annesi (2011) menjelaskan dengan meningkatkan keterampilan self-regulatory seperti self-eficacy konsumsi sayuran dan buah seseorang akan meningkat hal ini dikarenakan

Dalam melakukan content analysis , sebuah kalimat dapat dianggap sebagai pengungkapan risiko apabila “kalimat tersebut memberikan informasi kepada pembaca mengenai

Pengambilan debit rencana yang digunakan untuk perencanaan Q desain cara baru adalah Q (150-200) hari dari garis masa debit rata-rata untuk periode tertentu. Metode

Perancangan Agrowisata tanaman Qur’ani berarti merencanakan sebuah lingkungan binaan berupa sebuah Agrowisata dimana di dalamnya dibudidayakan tanaman-tanaman dalam Al-Qur’an