• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

2. Evaluasi Keseuaian Lahan di Kecamatan Bandungan

Evaluasi kesesuaian lahan menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman yang unggul secara kompetitif dilihat dari tingkat produktivitasnya. Setiap tanaman menurut masing-masing sub sektor di-ranking berdasarkan jumlah desa yang memiliki produktivitas lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata Kecamatan Bandungan.

Tanaman subsektor pertanian pangan memiliki 4 jenis tanaman (komoditas) yang unggul secara kompetitif, yaitu ketela pohon, ketela rambat, padi sawah dan jagung. Dalam evaluasi kesesuaian lahan, tanaman yang dipilih adalah ketela pohon, ketela rambat dan padi sawah yang memiliki angka produktivitas 271,02 Kw/Ha untuk ketela pohon, 327,09 Kw/Ha untuk ubi jalar dan 56,70 Kw/Ha sedangkan jagung hanya memiliki angka produktivitas 37,10 Kw/Ha. Selain pertimbangan dari angka produktivitas juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Pada kenyataannya padi merupakan tanaman pangan yang menjadi kebutuhan pangan pokok masyarakat di Kecamatan Bandungan oleh sebab itu padi sawah lebih dipilih untuk evaluasi kesesuaian lahan dibandingkan jagung.

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

No Sub Komoditas Tanaman Pangan

Jml Desa Provitas >

Provitas Rata2 Ranking

1 Padi Sawah 3 2 2 Padi Ladang 0 3 3 Jagung 3 2 4 Ketela Pohon 5 1 5 Ketela Rambat 3 2 6 Kacang Tanah 0 3 7 Kedelai 0 3

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Sub sektor pertanian tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) memiliki 16 jenis tanaman yang unggul. Jenis tanaman yang dipilih berdasarkan ranking atau peringkat adalah sawi, wortel dan kobis.

Tabel 4.23 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Sayur dan Buah Semusim

No Komoditas Jumlah Desa dg Provitas > Provitas Rata-rata RANK 1 Bawang Daun 4 3 2 Kobis 4 3 3 Kembangkol 2 5 4 Sawi 6 1 5 Wortel 5 2 6 Kacang Panjang 4 3 7 Cabe besar 3 4 8 Cabe Rawit 3 4 9 Seledri 2 5 10 Tomat 2 5 11 Terung 2 5 12 Buncis 2 5 13 Ketimun 2 5 14 Labu Siam 2 5 15 Kangkung 1 6 16 Bayam 3 4

Sumber: Hasil Perhitungan

Meskipun bawang daun, kobis dan kacang panjang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi komoditas unggulan terpilih tetapi tanaman kobis memiliki produktivitas rata-rata di Kecamatan Bandungan yang tertinggi. Oleh sebab itu, evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk tanaman hortikultura berdasarkan keunggulan kompetitif tersebut.

Terdapat 11 tanaman buah tahunan yang dapat ditemui di Kecamatan Bandungan. Jenis tanaman buah tahunan yang memiliki produksi tinggi adalah avokad, kelengkeng dan pisang. Dilihat dari jumlah desa yang memiliki angka produktivitas melebihi produktivitas rata-rata Kecamatan Bandungan, tanaman avokad unggul di 6 desa, pisang di 5 desa dan kelengkeng di 5 desa pula.

(3)

commit to user

Tabel 4.24 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Buah Tahunan

No Jenis Tanaman Jumlah Desa dengan Provitas > Provitas Rata-rata RANK 1 Alpokat 6 1 2 Durian 4 3 3 Jambu Air 1 5 4 Jambu Biji 4 3 5 Pepaya 4 3 6 Melinjo 4 3 7 Pisang 5 2 8 Salak 2 4 9 Kelengkeng 5 2 10 Sirsat 1 5 11 Sukun 1 5

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas dan ranking dari komoditas tanaman, terdapat 3 jenis tanaman tiap sub sektor pertanian, yaitu 3 tanaman untuk sub sektor pertanian tanaman pangan, 3 tanaman untuk sub sektor pertanian tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) dan 3 tanaman untuk subsektor pertanian tanaman buah tahunan. Tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah ubi jalar, ubi kayu dan padi sawah. Tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) yang memiliki keunggulan kompetitif adalah sawi, wortel dan kubis. Tanaman buah tahunan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah avokad, pisang dan kelengkeng.

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(5)

commit to user

Peta 9 merupakan hasil dari evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar di Kecamatan Bandungan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman pangan, yaitu ubi jalar yang dilakukan untuk seluruh lahan di Kecamatan Bandungan menunjukkan bahwa faktor penghambat paling banyak adalah erosi (e) seluas 3046,81 Ha atau sekitar 63,17 %. Sedangkan faktor suhu adalah faktor penghambat paling rendah, yaitu hanya 46,30 Ha atau 0,96 % dari keseluruhan lahan di Kecamatan Bandungan. Lahan yang dapat sesuai marginal dengan syarat tumbuh tanaman ubi jalar di seluruh wilayah Kecamatan Bandungan adalah berjumlah 1097,71 Ha atau 22,76 %. Sedangkan lahan dengan subkelas kesesuaian N1 adalah 619,39 Ha atau 12,84 % dan lahan dengan subkelas kesesuaian N2 adalah 3106,20 Ha atau 64,40 %. Namun lahan yang tersedia atau lahan pertanian yang dapat ditanam hanya sekitar 617,76 % karena pemukiman dan hutan adalah lahan non pertanian.

Sebagian besar wilayah yang memiliki kesesuaian lahan marginal adalah lahan yang memiliki jenis tanah Latosol Coklat Tua. Hal ini disebabkan oleh pengaruh ketebalan tanah dan hara yang tersedia oleh tanah jenis Latosol Coklat Tua. Kemiringan lereng yang cenderung landai/berombak hingga agak miring di wilayah Kecamatan Bandungan bagian tengah menyebabkan lahan tersebut memiliki ancaman erosi maupun penghambat terrain potensi mekanisasi lebih rendah daripada tanah yang memiliki kedalaman tanah dangkal dan kemiringan lereng agak curam. Sebagian besar lahan yang lahan yang tidak sesuai untuk ubi jalar merupakan lahan non budidaya atau yang memiliki kelas kemampuan lahan V-VII.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(7)

commit to user

Peta kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu/ketela pohon menunjukkan area yang hampir sama dengan peta kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar/rambat, yaitu lahan yang memiliki jenis tanah Latosol Coklat Tua mendominasi lahan sesuai marginal. Lahan dengan tingkat kesesuaian S2 seluas 15,90 Ha atau hanya 0,33 % dari seluruh wilayah Kecamatan Bandungan. S3 merupakan lahan yang sesuai marginal dengan syarat tumbuh tanaman ubi kayu dengan luas 1648,80 Ha atau 34,18 %. Sedangkan lahan yang memiliki tingkat kesesuaian tidak sesuai permanen adalah seluas 3158,60 Ha atau 65,49 %. Akan tetapi lahan yang tersedia atau lahan pertanian saja yang sesuai memiliki luas 1232,91 Ha atau sekitar 45,56 % dari total lahan tersedia.

Kecamatan Bandungan memiliki faktor penghambat pertumbuhan tanaman berupa faktor kerersediaan hara, terutama pada kandungan P2O5.

Kondisi ini menyebabkan kekurangan asupan nutrisi dari bahan organik yang membantu menaikkan kadar unsur hara tanah dalam mencapai intensitas kesuburan yang otptimal. Dengan demikian perlu adanya pemupukan yang mengandung unsur fosfor jika tanah di Kecamatan Bandungan ingin diperbaiki untuk penanaman ubi kayu/ketela pohon. Luas lahan yang memiliki faktor penghambat berupa hara tersedia (n) seluas 4763,20 Ha atau 98,75 %.

Faktor penghambat lainnya adalah faktor media perakaran. Sebagian besar masalah media perakaran disebabkan oleh kedalaman efektif yang dangkal menempati wilayah seluas 3367,10 Ha atau 69,81 %. Faktor penghambat erosi menjadi penghambat pertumbuhan tanaman ubi kayu dengan luas lahan 2293,09 Ha atau sekitar 47,54% dari keseluruhan wilayah di Kecamatan Bandungan. Faktor erosi disumbang dari kondisi tanah, lereng, curah hujan, pengelolaan lahan dan jenis tutupan lahan. Oleh sebab itu manajemen lahan sesuai dengan kondisi fisik lahan perlu dilaksanakan di Kecamatan Bandungan mengingat ancaman berupa erosi.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(9)

commit to user

Lahan pertanian di Kecamatan Bandungan yang memiliki kualitas dan karakterisitik lahan sesuai marginal (S3) dengan syarat tumbuh tanaman padi sawah seluas 987,41 Ha atau 37,23% dari seluruh lahan pertanian di Kecamatan Bandungan. Lahan pertanian yang tidak sesuai saat ini (N1) seluas 452,40 Ha atau sekitar 17,06 %. Sedangkan lahan pertanian yang tidak sesuai permanen (N2) seluas 1212,70 Ha atau 45,72% dari seluruh lahan pertanian yang ada.

Faktor terhambat yang paling banyak ditemui di lahan Kecamatan Bandungan adalah tingkat bahaya erosi (e) dengan luas lahan 3246,40 atau sekitar 67,31% lahan di Kecamatan Bandungan untuk penanaman padi. Hambatan terrain potensi mekanisasi (s/m) seluas 2802,40 Ha atau 58,10 % dari luas keseluruhan lahan di Kecamatan Bandungan disebabkan oleh lereng di Kecamatan Bandungan yang memiliki luas lahan bergelombang hingga agak curam dibandingkan luas lahan dengan lereng landai. Faktor penghambat lainnya adalah kandungan hara tersedia (n) seluas 1058,41 Ha atau sekitar 21,94%. Faktor penghambat berupa perakaran yang disebabkan oleh faktor kedalaman efektif tanah untuk tumbuh tanaman padi sawah mempengaruhi lahan seluas 951,70 Ha atau 19,73 %. Faktor penghambat minor lainnya adalah temperatur dan retensi hara.

Dari ketiga tanaman pangan yang dilakukan evaluasi kesesuaian lahan lahan, jenis tanaman yang paling sesuai berdasarkan kualitas dan kuantitas lahan pertanian di Kecamatan Bandungan adalah tanaman ubi kayu/ketela pohon, yaitu seluas 1232,81 Ha dibandingkan dengan luas lahan pertanian yang sesuai dengan ubi rambat/ubi jalar (422,21 Ha) dan padi sawah (987,41 Ha). Sedangkan untuk kebutuhan tanaman pangan sebagian masalah yang menghambat pertumbuhan adalah tingkat bahaya erosi dan kedalaman efektif tanah.

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(11)

commit to user

Sesuai dengan angka produktivitas dan peringkat dari jumlah desa di Kecamatan Bandungan yang banyak memiliki keunggulan komparatif pada subsektor tanaman buah tahunan, jenis tanaman avokad, pisang dan kelengkeng adalah tanaman yang dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman avokad menghasilkan 2 kelas kesesuaian lahan dengan 12 sub kelas kesesuaian lahan dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran (r), tingkat bahaya erosi (e), terrain potensi mekanisasi (s/m) dan retensi hara (f).

Lahan yang dapat digunakan sebagai lahan tumbuh tanaman avokad seluas 1609,60 Ha atau dari 33,37 % total luas Kecamatan Bandungan. Lahan yang dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad merupakan lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal). Sedangkan lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad adalah 3213,70 Ha atau 66,63 %.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman avokad menunjukkan bahwa lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran (r) adalah lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad. Lahan ini tampak dalam peta 12 berwarna hijau muda yang mendominasi wilayah Kecamatan Bandungan bagian tengah. Lahan ini yang paling sesuai dibandingkan lahan dengan tingkat kesesuaian lahan S3 re dan S3 s/m karena hanya memiliki faktor penghambat yang mengancam berupa kedalaman efektif tanah. Hampir seluruh lahan dengan jenis tanah Latosol Coklat Tua dapat digunakan sebagai lahan tumbuh tanaman avokad karena ketebalan tanah jenis Latosol Coklat Tua yang cenderung lebih tebal dibanding Andosol dan Litosol.

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(13)

commit to user

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman buah pisang menghasilkan 5 tingkat subkelas kesesuaian lahan yang sesuai marginal dan 9 tingkat subkelas kesesuaian lahan yang tidak sesuai untuk tanaman buah pisang dengan faktor penghambat bermacam-macam. Peta kesesuaian lahan dalam peta 13 ditunjukkan dengan simbol area berwarna yang menunjukan sub kelas kesesuaian lahan N e, N r, N re, N rs/m, N rs/me, N tr, N ts/m, N e, S3 f, S3 rf, S3 tr, S3 trf dan S3 trfe. Lahan dengan kelas kesesuaian lahan N seluas 3183,60 Ha atau 66,00 % dari total lahan di Kecamatan Bandungan. Lahan dengan kelas kesesuaian S3 (sesuai marginal) seluas 1639,70 Ha atau 34,00 %.

Faktor penghambat yang paling berpengaruh terhadap tanaman pisang di Kecamatan Bandungan adalah kondisi perakaran, tingkat bahaya erosi dan terrain potensi mekanisasi. Kedalaman efektif tanah, kemiringan lereng dan ancaman erosi merupakan ancaman yang dihadapi kondisi fisik lahan di Kecamatan Bandungan. Faktor peghambat terbanyak adalah kedalaman efekif tanah yang menjadi penghambat bagi lahan seluas 3129,60 Ha atau 64,89 % dari seluruh lahan di Kecamatan Bandungan. Gagguan tingkat bahaya erosi menempati lahan seluas 2354,99 Ha atau 48,83 %. Faktor ancaman lereng seluas 783,30 Ha yang menyebabkan hambatan pada terrain potensi mekanis. Sedangkan faktor retensi hara (f) mengganggu lahan dengan luas 1584,60 Ha atau 32,85%. Faktor suhu/temperatur mengganggu lahan dengan luas 510,79 Ha atau 10,59 %.

Tanaman pisang di Kecamatan Bandungan dapat ditemukan hampir diseluruh jenis penggunaan lahan. Tanaman pisang merupakan tanaman merakyat bagi masyarakat di Kecamatan Bandungan karena mudah untuk ditanam tanpa perawatan khusus. Oleh sebab itu, tanaman pisang dapat ditanam di jenis penggunaan lahan pemukiman yang memberikan kontribusi terhadap hasil pertanian subsektor tanaman buah tahunan di Kecamatan Bandungan.

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(15)

commit to user

Pasar Buah di Kelurahan Bandungan merupakan salahsatu pasar yang terkenal di Kabupaten Semarang karena didukung oleh akses yang baik dan potensi wisata di kawasan tersebut. Buah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bandugan adalah buah kelengkeng atau longan. Buah ini merupakan buah yang menjadi dayatarik agrowisata di Kecamatan Bandungan. Berdasarkan data produktivtias lahan di Kecamatan Bandungan, produksi dan jumlah pohon kelengkeng memiliki peringkat tertinggi setelah avokad. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelengkeng yang bertujuan mengetahui kecocokan antara syarat tumbuh tanaman dengan kualitas dan karakteristik lahan di Kecamatan Bandungan.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman buah kelengkeng divisualisasikan pada Peta 14. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lahan dengan kelas kesesuaian N atau lahan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelengkeng adalah seluas 3158,60 Ha atau 65,49%. Kelas kesesuaian lahan S3 atau sesuai marginal terdapat pada lahan seluas 1664,70 Ha atau sekitra 34,15 % dari seluruh wilayah di Kecamatan Bandungan. Wilayah Kecamatan Bandungan bagian utara tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelengkeng karena pada evaluasi kemampuan lahan menunjukkan wilayah tersebut termasuk dalam lahan non budidaya. Lahan yang tidak sesuai untuk tanaman kelengkeng di sebagian besar Desa Banyukuning disebabkan oleh jenis tanah dan kedalaman tanah yang cenderung dangkal.

Faktor penghambat yang paling mempengaruhi lahan di Kecamatan Bandungan untuk syarat tumbuh tanaman buah kelengkeng adalah kedalaman efektif tanah seluas 3440,80 Ha atau 71,34 %. Faktor ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelengkeng karena syarat tumbuh tanaman kelengkeng untuk media perakaran (r) adalah lebih dari 50 cm. Dengan demikian tanah litosol kurang cocok untuk tanaman kelengkeng karena kedalaman efektif tanah kurang dari 10 cm. Sedangkan tekstur pada tanah andosol yang cenderung agak kasar hingga kasar menjadi faktor penghambat perakaran tanaman.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(17)

commit to user

Tanaman sawi atau Brassicca rugosa adalah jenis tanaman hortikultura yang ditanam oleh petani di Kecamatan Bandungan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman sawi menunjukkan bahwa terdapat 2 kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan N merupakan lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Kelas kesesuaian lahan S3 merupakan lahan sesuai marginal untuk pertumbuhan tanaman sawi. Lahan kelas N di Kecamatan Bandungan memiliki luas 3072,40 Ha atau 63,70 % dari luas Kecamatan Bandungan. Sedangkan lahan S3 memiliki luas 1750,90 atau 36,30%.

Faktor penghambat terbesar untuk syarat tumbuh tanaman sawi adalah tingkat bahaya erosi yang mengganggu lahan seluas 2204,59 Ha atau sekitar 45,71 % dari luas Kecamatan Bandungan. Sedangkan faktor lainnya yang mempengaruhi lahan di Kecamatan Bandungan untuk tumbuh tanaman sawi adalah kedalaman tanah yang menghambat kondisi perakaran, pH yang mengganggu retensi hara dan kemiringan lereng yang menghambat dari faktor terrain potensi mekanisasi.

Lahan yang sesuai dan tidak sesuai dengan faktor penghambat masing-masing divisualisasikan dalam peta 15. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman sawi menunjukkan perwilayahan lahan yang mampu digunakan sebagai media tanam tanaman sawi. Seluruh desa/kelurahan di Kecamatan Bandungan memiliki lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Akan tetapi sebaigan besar lahan di Desa Mlilir merupakan lahan yang sesuai untuk tanaman sawi dibandingkan desa/kelurahan lain yang memiliki lahan tidak sesuai lebih luas dibandingkan lahan sesuai untuk tanaman sawi. Penyebabnya adalah Desa Mlilir memiliki jenis tanah, iklim, kemiringan lereng dan ketersediaan hara yang cocok terhadap syarat tumbuh tanaman sawi.

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(19)

commit to user

Tanaman hortikultura yang unggul di Kecamatan Bandungan dari segi produktivitas, selain sawi ada pula wortel. Tanaman dengan nama ilmiah

Daucus carota merupakan komoditas pertanian di wilayah dengan topologi

kawasan daratan tinggi. Wortel merupakan tanaman hortikulturan berupa tanaman sayur umbi semusim yang berbentuk semak. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat memanjang. Produk paling baik untuk varietas wortel adalah kelompok Chanteray yang memiliki umbi berbentuk bulat panjang atanara 15-20 cm dengan ujung tumpul dan rasa yang manis dibandingkan tipe Imperator dan Nantes.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan yang dipetakan dalam Peta 16 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Bandungan memiliki nilai kesesuaian aktual S3 (sesuai marginal) N (tidak sesuai) dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran, retensi hara, temperatur, kemiringan lereng (terrain potensi mekanisasi) dan tingkat bahaya erosi. Luas lahan yang memiliki nilai kesesuaian aktual S3 adalah 2489,60 Ha atau 51,52 %. Sedangkan lahan dengan nilai kesesuaian aktual N seluas 2333,70 Ha atau 48,38 %.

Lahan di Kecamatan Bandungan untuk penanaman tanaman wortel memiliki ancaman terbesar oleh faktor tingkat bahaya erosi yang mendominasi lahan seluas 3163,59 Ha atau 65,59 %. Faktor suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman wortel karena jenis tanaman ini membutuhkan suhu antara 16-23oC. Kondisi lereng menyumbang angka besar untuk erosi sehingga membutuhkan penanganan secara vegetatif maupun mekanis. Lahan seluas 2366,90 Ha atau 49,07 % memiliki faktor penghambat berupa temperatur sedangkan lahan seluas 745,40 Ha atau 15,25% dari keseluruhan luas Kecamatan Bandungan memiliki faktor penghambat berupa temperatur faktor perakaran.

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(21)

commit to user

Peta 17 merupakan visualisasi dari hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kubis. Kubis seringkali disebut kol ini memiliki nama ilmiah Brassica

oleracea L. Merupakan tumbuhan sayuran daun yang tersusun sangat rapat

dengan bentuk bulatan atau bulatan pipih. Kubis merupakan tumbuhan dwimusim atau biennial. Tumbuhan ini akan berbunga kemudian mati, tetapi jika tidak mendapat suhu dingin maka ia akan terus tumbuh tanpa berbunga.

Kubis cocok di daerah pegunungan dengan elevasi 400m dpl ke atas di daerah tropik. Jika ditanam di dataran rendah, ukuran krop akan mengecil dan rentan terhadap ulat pemakan daun. Syarat tumbuh tanaman kubis tidak jauh berbeda dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Sehingga hasil dari evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian kubis dan sawi sama luasnya.

Lahan di Kecamatan Bandungan memiliki kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kubis bernilai S3 seluas 1750,90 Ha atau 36,30 % dari keseluruhan luas lahan di Kecamatan Bandungan. Maka dapat diketahui presentase luas lahan yang tidak dapat ditanam kubis adalah 63,70 % atau 3072,40 Ha. Faktor penghambat pada lahan di Kecamatan Bandungan untuk ditanam tanaman kubis adalah tingkat bahaya erosi, ketersediaan air, kondisi perakaran dan terrain potensi mekanisasi.

Faktor tingkat bahaya erosi sangat dipengaruhi oleh masing-masing jenis tanah dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Jenis tanah sangat menentukan kepekaan lahan terhadap syarat tumbuh tanaman kubis terutama pada kedalaman efektif tanah. Disamping itu, lereng dan batuan/bahan kasar menjadi faktor yang menentukan pula dalam hal kesiapan lahan untuk penanaman sayur kubis.

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, lahan yang dapat ditanami tanaman pangan didominasi oleh ubi kayu sedangkan padi di posisi kedua dan ubi jalar di posisi ketiga. Untuk tanaman buah tahunan, lahan di Kecamatan Bandungan paling sesuai untuk kelengkeng dibandingkan avokad dan pisang. Tanaman sayuran dan buah semusim (hortikultura) yang paling sesuai di

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Kecamatan Bandungan adalah tanaman wortel dibandingkan sawi dan kubis. Dengan melihat hasil evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan maka dapat diketahui bahwa lahan non budidaya tidak cocok untuk segala jenis tanaman yang dievaluasi karena lebih baik untuk kawasan lindung.

3. Arahan Kawasan Agropolitan Berdasarkan pada Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan Tahun 2012

Evaluasi kemampuan lahan digunakan sebagai penentuan kawasan yang dapat dibudidayakan dan kawasan yang tidak dapat dibudidayakan terutama untuk daerah pertanian. Sedangkan untuk kawasan pemukiman, terdapat lahan yang termasuk dalam kawasan non budidaya karena berada pada kelas kemampuan lahan V-VIII namun masih dapat ditoleransi dari faktor kemiringan lereng yang kurang dari 30 %. Ditinjau dari luasan masing-masing penggunaan lahan antara penggunaan lahan eksisting dan penggunaan lahan hasil rekomendasi penelitian, maka terjadi perubahan luas pada masing-masing penggunaan lahan. Presentase berupa peta arahan penggunaan lahan dapat divisualisasikan dalam Peta 18. Berikut Tabel yang perbedaan antara penggunaan lahan eksisiting dengan penggunaan lahan hasil penelitian.

Tabel 4.25 Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Eksisting dengan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan RTRW dan Evaluasi Kemampuan Lahan No Penggunaan Lahan Luas Eksisting Rekomendasi Ha % Ha % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hutan Semak Belukar Pemukiman Ladang / Tegalan Kebun/Perkebunan Sawah Lahan Kosong 1102,57 178,24 937,77 1214,43 22,78 1355,46 12,05 22,86 3,70 19,44 25,18 0,47 28,10 0,25 1432,40 133,40 878,99 1131,20 22,50 1224,81 0,00 29,70 2,77 18,22 23,45 0,47 25,39 0,00 Jumlah 4823,00 100,00 4823,00 100,00

(23)
(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Hasil dari evaluasi kemampuan lahan dapat menunjukkan persebaran lahan pertanian yang mampu dikelola menjadi lahan pertanian intensif dan lahan non budidaya. Sebagai arahan untuk pengembangan kawasan agropolitan, maka hasil dari evaluasi kemampuan lahan yang menghasilkan kawasan budidaya dicocokan dengan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian yaitu sub komoditas pertanian pangan, sayur dan buah semusim dan buah tahunan.

Arahan perwilayahan komoditas unggulan tiap sub sektor pertanian pangan, hortikultura dan buah tahunan merupakan hasil pencocockan antara analisis Location Quotion (LQ) dengan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan. Analisis LQ yang didapatkan dari perbandingan antara produktivitas tiap desa dengan produktivitas tiap jenis tanaman di Kecamatan Bandungan. Hasil dari analsis LQ berupa angka yang menunjukkan suatu jenis tanaman basis atau non basis. Suatu jenis tanaman dikatakan basis apabila nilai LQ > 1 sehingga dapat diekspor ke wilayah lain sedangkan apabila nilai LQ < 1 maka dikatakan jenis tanaman tersebut menghasilkan produk yang tidak dapat diekspor ke luar wilayah tetapi hanya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat lokal bahkan harus impor dari wilayah lain.

Data produksi, luas tanam, jumlah pohon dan produktivitas tiap tanaman merupakan data dengan unit analisis wilayah administrasi. Berdasarkan data tersebut, analisis LQ menunjukkan jenis komoditas yang memiliki nilai LQ > 1,00 tiap desa/kelurahan berbeda-beda. Hasil analisis LQ yang menunjukkan komoditas dengan angka LQ > 1 pada tiap desa disajikan pada Tabel 4.26 berikut ini.

(25)

commit to user

Tabel 4.26 Hasil Analisis LQ Seluruh Komoditas Pertanian Unggulan di Kecamatan Bandungan Tahun 2012

No Desa/

Kelurahan

Sub Sektor Pertanian

Pangan Hortikutura Buah Tahunan

1 Candi

Jagung, Ketela pohon, Ketela Rambat

Kobis, wortel, kacang panjang, cabe besar,cabe rawit, tomat, terung, ketimun, labu siam, bayam

Avokad, Durian, Melinjo, Sirsat

2 Kenteng Jagung

Kobis, kembang kol, Kacang Panjang, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam

Pisang, Kelengkeng, Sirsat

3 Bandungan Ketela Pohon,

Ubi Jalar

Kobis, Kembang Kol, Wortel, Cabe Besar, Cabe Rawit, Tomat,Ketimun

Kelengkeng

4 Duren Padi Sawah, Ubi

Jalar

Bawang daun, Sawi, Kacang Panjang, Seledri, Buncis, Kangkung

Pisang, Salak, Kelengkeng

5 Mlilir Padi Sawah Sawi, Seledri, Kangkung,

Bayam

Avokad, Durian,Pepaya, Melinjo, Pisang

6 Jetis Padi Sawah Bawang daun, sawi, Cabe

Besar, Tomat, Terung

Avokad, Salak, Kelengkeng

7 Sidomukti Ketela Pohon,

Ubi Jalar

Bawang Daun, Wortel, Kacang Panjang, Ketimun

Avokad, Pepaya, Melinjo, Pisang

8 Jimbaran Padi Sawah

Bawang daun, Kembang Kol, Sawi, Wortel, Seledri,Buncis, Kangkung, Bayam

Avokad, Jambu Biji, Melinjo, Pisang, Sukun

9 Pakopen Padi Sawah Sawi, Seledri, Tomat,

Kangkung, Bayam

Durian, Jambu Biji, Pepaya, Melinjo, Pisang, Kelengkeng, Sukun 10 Banyukuning Jagung, Ketela pohon, Ketela Rambat

Sawi, Cabe Besar, Cabe Rawit, Buncis, Labu Siam

Avokad, Durian, Jambu Biji, Pepaya, Melinjo, Pisang, Sukun

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Meskipun Kecamamatan Bandungan terkenal dengan hasil pertanian yang dibuktikan dari hasil PDRB harga konstan dan berlaku tahun 2012, namun pada hakikatnya tidak semua lahan mampu diolah menjadi lahan pertanian intensif. Desa Duren dan Sidomukti merupakan 2 desa yang memiliki ancaman degradasi lahan tinggi sehingga sebagian besar lahan tidak cocok untuk diolah menjadi lahan pertanian intensif. Akan tetapi pada kenyataannya lahan di Desa Duren dan Sidomukti digunakan sebagai lahan pertanian dengan berbagai jenis tanaman baik semusim maupun tahunan. Dengan demikian, perlu adanya peran dari pemerintah, lembaga masyarakat dan masyarakat sendiri untuk membentuk suatu ketaatan terhadap pengelolaan lingkungan baik lahan pertanian maupun non pertanian supaya pengembangan kawasan agropolitan yang bertujuan untuk kemandirian wilayah dapat tercapai. Peta arahan perwilayahan komoditas pertanian Kecamatan Bandungan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan komoditas pertanian unggul menjadi komoditas pertanian agribisnis yang membutuhkan pengelolaan dan pengolahan lebih lanjut baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peta arahan perwilayahan komoditas pertanian hanya menunjukkan komoditas yang telah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian berlanjut untuk mencocokan antara karakterisitk dan kualitas lahan dengan seluruh tanaman yang unggul di Kecamatan Bandungan.

Untuk memberikan kemudahan bagi instansi pemerintah dalam mengarahkan komoditas unggulan yang sesuai dengan lahan pertanian di Kecamatan Bandungan, maka dari hasil evalusasi kesesuaian lahan yang menggunakan satuan analisis berupa satuan lahan dicocokan dengan analisis LQ yang menggunakan unit analisis batasan administrasi. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari tiap desa/kelurahan di Kecamatan Bandungan, maka masing-masing desa/kelurahan memiliki arahan komoditas unggulan yang berbeda-beda. Berikut ini Tabel 4.24 yang memberikan informasi arahan komoditas pertanian unggulan di Kecamatan Bandungan tahun 2013 berdasarkan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan aktual serta data pendukung berupa analisis LQ yang menunjukkan keunggulan komparatif.

(27)

commit to user

Tabel 4.27 Arahan Perwilayahan Komoditas Pertanian Unggulan Terpilih Per Desa/Kelurahan di Kecamatan Bandungan Tahun 2012

No. Desa/Kelurahan Komoditas Unggulan Terpilih

1. Candi Ketela Pohon, Ubi Jalar, Sawi,

Avokad dan Pisang

2. Kenteng Pisang dan Kelengkeng

3. Bandungan Tidak Ada Rekomendasi

4. Duren Tidak Ada Rekomendasi

5. Mlilir Avokad, Pisang, Sawi dan Padi

6. Jetis Wortel

7. Sidomukti Wortel

8. Jimbaran Padi Sawah, Sawi, Avokad

9. Pakopen Sawi

10. Banyukuning Ketela Pohon, Ubi Jalar, Sawi,

Avokad dan Pisang

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4.27 menunjukkan bahwa di Kelurahan Bandungan dan Desa Duren tidak memiliki komoditas unggulan apapun sehingga tidak direkomendasikan untuk pengembangan kawasan agropolitan. Lahan di wilayah tersebut termasuk dalam kawasan non budidaya, sifat fisik maupun kimia tanah juga kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman baik tanaman pangan, hortikultura maupun buah tahunan. Kelurahan Bandungan yang menjadi pusat kota dapat difungsikan sebagai daerah penyedia layanan publik. Selain itu, sesuai dengan Peta Pola Ruang Kecamatan Bandungan berdasarkan RTRW Kabupaten Semarang daerah yang tidak produktif untuk pertanian dapat menjadi kawasan pemukiman.

Berdasarkan Tabel 4.27 dan peta 19 diketahui bahwa tanaman pisang dan avokad memiliki perwilayahan yang lebih luas dibandingkan tanaman lainnya. Rekomendasi ini berdasarkan pada evaluasi kemampuan lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan analisis LQ. Dua komoditas tanaman buah tersebut dapat menjadi komoditas agribisnis yang unggul dari segi komparatif maupun kompetitif. Berikut ini Peta 19 yang menunjukkan perwilayahan tanaman unggulan di Kecamatan Bandungan.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar

Tabel 4.23 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Sayur dan Buah Semusim
Tabel 4.24 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Buah Tahunan
Tabel 4.25 Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Eksisting dengan Arahan
Tabel  4.26  Hasil  Analisis  LQ  Seluruh  Komoditas  Pertanian  Unggulan  di  Kecamatan Bandungan Tahun 2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur atau mekanisme pelayanan surat izin usaha perdagangan, pertama-tama masyarakat datang ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, pemohon langsung keloket

Sulawesi Utara (Laporan Perkembangan) Berdasarkan hasil pemantauan dan analisa data visual dan kegempaan, terhitung mulai tanggal 02 Desember 2008 pukul 13.00 WITA hingga hari

Tabii Zoya böyle «yardımcıların» değerini büirdi; genç ve yaşlı bekârların (evlileri de dahil), yardımları, sonunda kıkır kıkır gülüşmeye, el

The Credit Policy Committee’s duties are to assist the Board of Directors in determining credit policies and procedures, as well as conducting monitoring and

Fitur-fitur yang ada pada CITRA berbeda dengan fitur yang akan disajikan dalam storytelling interaktif mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia yang akan dibuat, dimana

Sedangkan untuk kriteria role model yang negatif yang paling utama baik pada mahasiswa yang menempuh pendidikan profesi maupun pendidikan sarjana kedokteran adalah cara mengajar

Dua puluh delapan aksesi yang terdiri dari 16 varietas, satu spesies, serta 11 calon galur harapan padi terdeteksi mengandung alel-alel SSR yang berasosiasi dengan ketahanan

Puji syukur pada Tuhan yang Maha Esa atas lindungan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar