PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA KEBERAGAMAN DI INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
Anggun Mega Puteri
NIM: 101134234
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA KEBERAGAMAN DI INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
Anggun Mega Puteri
NIM: 101134234
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT.
Ayah dan Ibuku tercinta, Dani Eka Perdana dan Sunarti, yang
selalu mempercayai, mendukung secara moril dan meteriil serta
memberikan kekuatan lewat kasih sayang yang tiada batas.
Adik-adikku, nenek dan seluruh keluarga besar yang saya
sayangi, yang telah memberikan doa dan dukungan yang tiada
henti.
Teman kelompok payung saya, Maria Imakulata Wea Mogi dan
Muhammad Fajar Kurniawan, yang selalu membantu saya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semua sahabat-sahabat saya yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat.
v
MOTTO
Mandiri sedini mungkin, sukses semuda mungkin.
To get a success, your courage must be greater than your fear.
There is a will, there is a way.
Do not do that which others can do as well – Booker
T.Washington.
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda
telah berbuat baik terhadap diri sendiri – Benyamin Franklin.
viii
ABSTRAK
Puteri, Anggun Mega. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keberagaman di Indonesia untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 untuk kelas IV sekolah dasar. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, bahan ajar yang digunakan mempunyai kegiatan yang padat dan materi yang diajarkan kurang mendalam, sehingga guru membutuhkan bahan ajar tambahan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) oleh Borg and Gall dan menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar oleh Jerold Kemp yang menghasilkan 7 langkah, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) engumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, serta (7) revisi desain hingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 pada tema pertama “Indahnya
Kebersamaan” subtema satu “Keberagaman di Indonesia” untuk kelas IV sekolah
dasar. Pengembangan bahan ajar ini memiliki spesifikasi berdasarkan ciri-ciri kurikulum 2013, diantaranya terintegrasi dengan pendidikan karakter, disusun dengan pendekatan tematik integratif, berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan sains, berbasis budaya lokal, menggunakan penilaian otentik dan disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penelitian ini dilakukan pada bulan April semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV dan Kepala Sekolah SD Kristen Kalam Kudus, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar kurikulum SD 2013 dan 2 guru kelas IV SD.
Hasil validasi oleh pakar Kurikulum 2013 mendapatkan skor 4,43. Hasil validasi oleh guru kelas IV pertama mendapat skor 4,46 dan guru kelas IV kedua mendapat skor 4,84. Sedangkan hasil validasi uji coba desain yang dilakukan oleh 10 siswa kelas IV SD Kristen Kalam Kudus, memperoleh skor rata-rata 4,64. Dari skor yang didapat, diperoleh skor rerata 4,59 dengan kategori “Sangat Baik”. Dengan demikian pengembangan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman di Indonesia untuk siswa kelas IV sekolah dasar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.
ix ABSTRACT
Puteri, Anggun Mega. (2014). Teaching Materials Development Based on 2013 Curriculum Subtheme “Keberagaman di Indonesia” for the Grade of Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.
This reseach began from the teacher’s needed about teaching materials which based on 2013 curriculum. Teaching materials based on 2013 curriculum are not suitable based on the interview. The teaching materials used have dense activities and lacked of comprehension. In this case, teachers needed additional materials in teaching.
This research was used research method and development (R&D). The procedure of research and development which was used in this research, was the
modification result berween Jerold Kemp’s learning materials model and Borg and Gall’s R&D research. The modification was result seven steps. Those were:
(1) Potentials and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validity, (5) design revision, (6) design experiment, (7) design revision which result final product design in the form of the teaching materials development based curriculum 2013 at first theme “Indahnya Kebersamaan” subtheme
“Keberagaman di Indonesia” for the grade of Elementary School. The
development of teaching materials is a specification based on the characteristics of the curriculum in 2013, including the integrated character education, structured thematic integrative approach, activity based approach to science students, based on the local culture, using authentic assessment and prepared in accordance with the provisions EYD. The reseach has done on April in the second semester of 2012/2013 academic year in Kristen Kalam Kudus Elementary School. Instrument in this reseach were interviews and questionnaires. Interviews used for analysis need assement about teaching materials, while the questionnaire is used to validate the quality of teaching material by expert curriculum 2013 and two teachers of the grade of Elementary School.
The retified results from the 2013 curriculum expert got 4,43. The retified result from the first teacher of the grade got 4,46 and from second teacher got 4,84. This retified result from trial design done by 10 students got 4,64 as an average score. The writer stated that 4,59 with a “very good” category was the average score based all the scores from the retified design. Thus the teaching material development based on 2013 curriculum subtheme “Keberagaman di
Indonesia” for the grade of Elementary School was decent to use in the
learning process.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Keberagaman di
Indonesia untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan
baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Karena itu, dengan
kesungguhan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, bantuan dan dukungan demi terlaksananya
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, dukungan dan kesabaran selama proses
xi
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan membantu ketika ada kesulitan sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A.. selaku dosen penguji, yang telah
memberikan kritik, saran serta masukan dalam proses pengujian skripsi
ini.
6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku validator kurikulum 2013, yang telah
memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti untuk
meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.
7. Maria Widiana, S.Pd., dan Widiastuti, S.Pd.Jas., M.Pd., selaku guru
kelas IV di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta yang menjadi
validator guru kelas IV, yang sedia mengoreksi dan memberikan
masukan untuk produk yang dikembangkan peneliti.
8. Lily Halim, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Kristen Kalam Kudus
Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
9. Siswa kelas IV SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014, yang telah berperan serta dan mendukung pelaksanaan
penelitian.
10.Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharma, yang selalu membimbing
dan senantiasa memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti selama
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
xiv
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Batasan Istilah ... 6
1.6 Spesifikasi Produk ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Kurikulum 2013 ... 8
2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013 ... 8
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 14
2.1.1.3 Pendekatan Saintifik ... 15
2.1.1.4 Penilaian Otentik ... 17
2.1.1.5Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... 18
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 20
2.2 Hasil penelitian relevan ... 25
2.3 Kerangka Berpikir ... 27
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Prosedur Pengembangan ... 30
3.2.1 Potensi dan Masalah ... 32
3.2.2 Pengumpulan Data ... 32
3.2.3 Desain Produk ... 32
3.2.4 Validasi Desain ... 33
xv
3.2.6 Uji Coba Desain ... 34
3.2.7 Revisi Desain ... 34
3.3 Waktu Penelitian ... 34
3.4 Uji coba Produk ... 36
3.4.1 Desain Uji Coba ... 36
3.4.2 Subyek Uji Validasi Lapangan ... 36
3.4.3 Instrumen Penelitian ... 37
3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Hasil Penelitan ... 43
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 43
4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 46
4.1.2.1 Silabus ... 47
4.1.2.2 RPP ... 47
4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 48
4.1.2.4 Bahan Ajar ... 49
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 49
4.1.3.1Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 53
4.1.3.2Data Validasi Guru kelas IV SD ... 54
4.1.3.3Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 56
4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 59
4.1.4.1 Halaman Sampul ... 59
xvi
4.1.4.3 Penilaian dan Kunci Jawaban ... 61
4.1.4.4 Daftar Pustaka ... 62
4.2 Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Keterbatasa Penelitian ... 67
5.3 Saran ... 67
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 35
Tabel 3.2 Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 40
Tabel 3.3 Kriteria skor Skala Lima ... 42
Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ... 53
Tabel 4.2 Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 55
Tabel 4.3 Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 56
Tabel 4.4 Komentar Siswa Kelas IV dan Revisi ... 59
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Model Pengembangan Jerold E. Kemp ... 21
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Wawancara ... 72
Lampiran 2. Jaring-jaring tema ... 80
Lampiran 3. Silabus ... 81
Lampiran 4. Jaring-jaring subtema ... 112
Lampiran 5. Jaring-jaring harian ... 114
Lampiran 6. RPP ... 120
Lampiran 7. Instrumen validasi pakar ... 233
Lampiran 8. Instrumen validasi guru ... 237
Lampiran 9. Instrumen persepsi siswa ... 241
Lampiran 10. Rekapitulasi validasi pakar ... 243
Lampiran 11. Rekapitulasi validasi guru ... 246
Lampiran 12. Rekapitulasi persepsi siswa ... 252
Lampiran 13. Hasil Validasi ... 254
Lampiran 14. Surat ijin melakukan penelitian ... 286
Lampiran 15. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 287
xx
Lampiran 17. Biodata peneliti ... 292
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, salah satunya adalah harus ada
aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dapat dialami oleh peserta didik
sehingga menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas (Hidayat,
2013:113). Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berubahnya zaman.
Pemerintah Indonesia sampai saat ini, telah merubah kurikulum hingga 10 kali
dari tahun 1947 sampai 2013. Perubahan di bidang politik, IPTEK, dan persaingan
di era globalisasi yang terjadi terus-menerus, sehingga dibutuhkan pula
pengembangan kurikulum. Perubahan dan pengembangan kurikulum harus
terarah dan dilakukan secara sistematis.
Pendidikan di era globalisasi sekarang ini, harus dapat mencetak dan
mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mempunyai kemampuan yang
diperlukan oleh dunia kerja. Pemerintah melakukan tindak lanjut dari kurikulum
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) agar pendidikan dapat direncanakan dan
dilakukan pemerintah adalah dengan memperbaharui Kurikulum Berbasis
Kompetensi dengan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperbaiki masalah-masalah yang
terjadi pada pelaksanaan kurikulum KTSP 2006. Masalah yang terjadi pada
kurikulum KTSP antara lain adalah dengan terlalu banyak mata pelajaran yang
diajarkan pada siswa Sekolah Dasar dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak Sekolah Dasar. Proses berpikir siswa usia Sekolah Dasar
menurut Piaget masih berada pada tahap operasional konkrit, sehingga materi
yang terdapat pada kurikulum KTSP belum cocok untuk diterapkan pada siswa
Sekolah Dasar. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga berujung pada pembelajaran yang berpusat pada
guru. Standar penilaian juga belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi
(penilaian hasil dan proses).
Kurikulum 2013 merupakan upaya penyederhanaan dari kurikulum 2006.
Kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran
tematik-integratif. Materi pembelajaran dikemas dalam sebuah tema dan
mengintegrasikan pengetahuan menjadi sebuah pembelajaran. Kurikulum 2013
juga menekankan pembelajaran dengan pendekatan sains. Model pembelajaran
berbasis ketrampilan proses adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan
ketrampilan proses sains ke dalam sistem pembelajaran terpadu (Beyer, 1991).
Proses belajar pada pendekatan sains meliputi kegiatan mengamati, percobaan,
diskusi, mengambil kesimpulan. Tujuannya adalah siswa mampu untuk lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan
Kurikulum ini dibuat untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi
persaingan di masa depan.
Hasil wawancara yang saya lakukan dengan guru kelas IV dan kepala
sekolah di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, menunjukkan bahwa bahan ajar
kurikulum 2013 yang telah digunakan oleh SD tersebut dirasa kurang sesuai.
Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2013 di SD Kristen Kalam Kudus
Yogyakarta. Menurut guru kelas IV, proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013
lebih sederhana materinya dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator. Pendidikan karakter
juga sangat ditekankan dalam Kurikulum 2013. Setiap pembelajaran harus dibidik
akan menuju karakter yang seperti apa. Setiap mata pelajaran mengembangkan
sikap berbeda-beda. Namun, jumlahnya yang banyak dan waktu yang sedikit
menjadi sulit untuk mencapai semua karakter yang diharapkan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru kelas IV B di SD Kristen Kalam
Kudus ini antara lain guru bingung menilai jawaban siswa karena pertanyaan yang
menanyakan pendapat cenderung luas. Jika pendapat siswa salah, guru perlu
mengarahkan jawaban ke arah yang benar. Selain itu, materi yang akan diajarkan
pada pembelajaran Kurikulum 2013 loncat-loncat karena menyesuaikan dengan
tema yang sedang dipelajari, sehingga materi yang sebelumnya banyak menjadi
dikurangkan. Materi dalam satu tema juga terlalu banyak dan belum mendalam
sehingga guru perlu membuat panduan sendiri. Kesulitan lain menurut guru kelas
IV ini, siswa tidak tahu akan bahan yang dipelajari karena anak merumuskan
sendiri yang telah ia pelajari di sekolah. Yang terakhir adalah waktu guru banyak
Proses mengajar dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 ini, beliau
menggunakan bahan ajar yang menurut beliau kurang sempurna, karena terlalu
banyak kegiatan yang dilakukan dalam 1 kali pertemuan namun materi yang
dipelajari tidak mendalam. Selain itu, bahan ajar yang digunakan beliau masih
terdapat beberapa kesalahan khususnya dalam pembuatan soal dan untuk
penjelasan materi belum lengkap. Guru merasa harus mengembangkan secara
mandiri bahan ajar sesuai dengan Kurikulum 2013.
Wawancara yang kedua dilakukan oleh Kepala Sekolah SD Kristen Kalam
Kudus. Dari wawancara tersebut, beliau mengakui bahwa dasar pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 itu bagus. Siswa menemukan sendiri konsep atau rumus
tanpa diberi tahu oleh guru. Beliau mengutarakan bahwa penilaian otentik yang
menjadi salah satu ciri kurikulum 2013 agak sulit untuk dilakukan guru karena
dalam kesempatan yang sama, guru berperan sebagai fasilitator dan juga perlu
menilai proses dan hasil siswa. Penilaian yang digunakan juga sulit untuk
dilakukan karena rumit.
Bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 yang sudah digunakan di SD Kristen
Kalam Kudus, dirasa masih banyak kekurangan. Menurut beliau, bahan ajar
Kurikulum 2013 masih perlu disempurnakan terutama pada alur pembelajarannya
yang saat ini masih membingungkan dan juga kedalaman materi yang perlu
ditambah, agar siswa menjadi lebih paham.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV dan kepala sekolah SD
Kristen Kalam Kudus tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merasa mengalami
berbagai kendala dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 serta penggunaan bahan
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada wawancara survei kebutuhan
bahan ajar, maka peneliti memberikan solusi berupa pengembangan bahan ajar
untuk Kurikulum 2013 pada kelas IV dengan tema pertama, yaitu Indahnya
Kebersamaan, subtema pertama, yaitu Keberagaman di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan kegiatan ini adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum
2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
Mahasiswa calon guru semakin terampil dalam mengolah bahan ajar
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.2 Bagi guru
Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.3 Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk mengembangkan
bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan Tematik Integratif
Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang menggabungkan
beberapa mata pelajaran yang dapat saling dikaitkan dan dikemas dalam
sebuah pembelajaran dengan menetapkan keterampilan, konsep dan sikap
yang terintegrasi.
1.5.2 Pendekatan Sains
Pendekatan sains/saintifik adalah pendekatan yang berdasarkan pendidikan
ilmiah, yaitu dalam proses pembelajarannya terdapat proses mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur
yang untuk dapat membentuk karakter seseorang melalui proses
pengulangan tingkah laku yang baik secara terus-menerus
1.5.4 Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data tentang perkembangan dan pencapaian belajar
siswa selama proses pembelajaran.
1.5.5 Bahan Ajar
Bahan ajar adalah perangkat pembelajaran baik berupa buku maupun materi
pembelajaran yang disusun untuk dapat menunjang belajar siswa sehingga
indikator hasil belajar dapat tercapai.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut.
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (karakter, keterampilan, dan intelektual) yang nampak dalam
perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan sains.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kurikulum 2013
2.1.1.1Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, salah satunya adalah harus ada
aktivitas pendidikan yang direncanakan oleh pendidik untuk dapat dialami oleh
peserta didik sehingga menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang
berkualitas (Hidayat, 2013:113).
Menurut Kemendikbud (2013:72-81) pengembangan kurikulum perlu
dilakukan karena faktor-faktor berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal yang berhubungan dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan meliputi standar pengelolaan,
standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar isi, standar proses, standar penilaian, serta standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal yang berhubungan dengan faktor perkembangan
Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi
dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan
menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi
adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain berkaitan dengan :
1) Tantangan masa depan misalnya globalisasi, masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi informasi, dll.
2) Kompetensi yang diperlukan di masa depan, meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih, kritis dan kemampuan
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, dll.
3) Persepsi masyarakat, yang meliputi terlalu menitikberatkan pada aspek
kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
4) Perkembangan pengetahuan dan pedagogi, meliputi neurologi, psikologi
dan Observation based (discovery) learning dan Colaboration learning.
5) Fenomena negatif yang mengemuka, misalnya perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian dan gejolak
masyarakat.
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat
terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Perubahan pola
pikir dalam pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 disempurnakan dari
kurikulum KBK dan KTSP yang meliputi : (1) Dari berpusat pada guru menuju
berpusat pada siswa, (2) Dari satu arah menuju interaktif, (3) Dari isolasi menuju
lingkungan jejaring, (4) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki, (5) Dari
maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, (6) Dari pembelajaran pribadi menuju
pembelajaran berbasis tim, (7) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan
kaidah keterikatan, (8) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala
penjuru, (9) Dari alat tunggal menuju alat multimedia, (10) Dari hubungan satu
arah bergeser menuju kooperatif, (11) Dari produksi massa menuju kebutuhan
pelanggan, (12) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak, (13) Dari satu ilmu
pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak, (14) Dari kontrol
terpusat menuju otonomi dan kepercayaan, (15) Dari pemikiran faktual menuju
kritis, dan (16) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Berdasarkan perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran tersebut
perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru
dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan dalam kurikulum 2013 yang
meliputi: (1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan, (2) Standar
isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang
bebas mata pelajaran, (3) Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan, (4) Mata pelajaran diturunkan
dari kompetensi yang ingin dicapai, dan (5) Semua mata pelajaran diikat oleh
d. Penguatan tata kelola kurikulum
Penyususnan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar
kurikulum dan struktur kurikulum. Guru diberi kesempatan dalam
mengembangkan proses pembejaran.
e. Pendalaman dan perluasan materi
Di Indonesia, materi yang diajarkan berbeda dengan apa yang diujikan
atau distandarkan ditingkat internasional. Kurikulum perlu dilakukan penguatan
materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi dan meniadakan materi
yang tidak relevan bagi peserta didik dan mempertahankan materi yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Perubahan kurikulum yang menjadi ciri kurikulum 2013 menyangkut 4
standar pendidikan yaitu Standar Kopetensi Lulusan (SKL), Standar Proses,
Standar Isi dan Standar Penilaian. Keempat standar pendidikan tersebut
dirumuskan kedalam tujuh elemen perubahan. Menurut Hidayat (2013: 127-129)
tujuh elemen perubahan kurikulum SD 2013 meliputi:
1. Kompetensi Lulusan: adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan
hard skill yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. 2. Kedudukan Mata Pelajaran (ISI): kompetensi yang semula diturunkan dari
mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari
kompetensi.
3. Pendekatan (ISI): kompetensi dikembangkan melalui pendekatan Tematik
4. Struktur Kurikulum (ISI): holistik berbasis sains (alam, sosial dan budaya),
jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6, jumlah jam bertabah 4
JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
5. Proses Pembelajaran:
a. Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta
b. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar
d. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
6. Penilaian:
a. Penilaian berbasis kompetensi
b. Pergeseran penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses
dan hasil)
c. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
ideal (maksimal)
d. Penilaian tidak hanya pada tingkat KD, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL
e. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
7. Kegiatan Ekstrakurikuler (ekskul): Praja Muda Karana (Pramuka) yang
merupakan ekskul wajib. Selain ekskul wajib, ada ekskul pilihan yaitu Unit
Kesehatan Sekolah (UKS), Palang Merah Remaja (PMR), Bahasa Inggris
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperbaiki masalah-masalah yang
terjadi pada pelaksanaan kurikulum KTSP 2006. Masalah yang terjadi pada
kurikulum KTSP antara lain adalah dengan terlalu banyak mata pelajaran yang
diajarkan pada siswa Sekolah Dasar dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak Sekolah Dasar. Proses berpikir siswa usia Sekolah Dasar
menurut Piaget masih berada pada tahap operasional konkrit, sehingga materi
yang terdapat pada kurikulum KTSP belum cocok untuk diterapkan pada siswa
Sekolah Dasar. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga berujung pada pembelajaran yang berpusat pada
guru. Standar penilaian juga belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi
(penilaian hasil dan proses).
Kurikulum 2013 merupakan upaya penyederhanaan dari kurikulum 2006.
Kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran
tematik-integratif. Materi pembelajaran dikemas dalam sebuah tema dan
mengintegrasikan pengetahuan menjadi sebuah pembelajaran. Kurikulum 2013
juga menekankan pembelajaran dengan pendekatan sains. Model pembelajaran
berbasis ketrampilan proses adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan
ketrampilan proses sains ke dalam sistem pembelajaran terpadu (Beyer, 1991).
Proses belajar pada pendekatan sains meliputi kegiatan mengamati,
percobaan, diskusi, mengambil kesimpulan. Tujuannya adalah siswa mampu
mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang telah siswa peroleh setelah
proses belajar. Kurikulum ini dibuat untuk mencetak generasi yang siap dalam
menghadapi persaingan di masa depan.
2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif
Fogarty dalam Trianto (2010: 43) menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu tipe integrated adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan antar bidang studi dengan cara
menetapkan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berkaitan dalam beberapa
bidang studi.
Menurut Sholeh Hidayat (2013: 147) pendekatan tematik merupakan satu
usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran, dan nilai pembelajaran
serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para
tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah
pendekatan yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang dapat saling
dikaitkan dan dikemas dalam sebuah pembelajaran dengan menetapkan
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
2.1.1.3Pendekatan Saintifik
Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan
menyimpulkan, dan mencipta. Menurut McCollum, dalam Sudarwan (2013)
komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific, yaitu (1) menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), (2) meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), (3) melakukan analisis ( Push for analysis) dan (4) berkomunikasi (Require communication) . Peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan sains/saintifik adalah pendekatan yang berdasarkan pendidikan ilmiah,
yaitu dalam proses pembelajarannya terdapat proses mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sains sebaiknya
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, atau prinsip yang
ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan pengalaman
2.1.1.4Penilaian Otentik
Dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan
penilaian, yakni dari penilaian melalui tes yang mengukur kompetensi
pengetahuan hanya berdasarkan hasil, menuju ke penilaian otentik yang mengukur
kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Menurut Kunandar (2013: 35-36) penilaian otentik adalah kegiatan penilaian
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) serta Kompetensi Dasar (KD).
Penilaian otentik atau penilaian yang sebenarnya yaitu penilaian yang dilakukan
dengan mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai cara yang dapat
menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai (Nurhadi, 2004: 172).
Proses penilaian menurut penilaian otentik dilakukan dengan cara mengumpulkan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar, sehingga apabila ada
data yang mengindikasikan adanya siswa yang mengalami kemacetan dalam
belajar, guru dapat mengambil tindakan dengan cepat.
Pengumpulan data tentang perkembangan dan pencapaian belajar siswa
sangat diperlukan sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi juga bersama dan terintegrasi
itu, setiap kegiatan pembelajaran akan lebih efektif apabila guru mengumpulkan
data tentang perkembangan dan pencapaian belajar siswa.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa
penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data tentang perkembangan dan pencapaian belajar siswa
selama proses pembelajaran.
2.1.1.5Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal
Karakter merupakan seperangkat sifat-sifat yang menunjukkan tanda-tanda
kebaikan, kebijaksanaan dan kematangan moral seseorang (Zuchdi, 2008: 39).
Zuchdi menjelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk
mengajarkan nilai-nilai tertentu yang diterima secara luas sebagai landasan
perilaku yang baik dan bertanggungjawab. Hal itu mempunyai tujuan agar dapat
menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas,
keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja, dan kecintaan pada Tuhan dalam
diri peserta didik.
Adisusilo (2012: 78) mengemukakan bahwa karakter seseorang dapat
dibentuk dan dikembangkan dengan pendidikan nilai. Ellen G. White dalam
Hidayatulloh (2010: 12), mengatakan bahwa pembangunan karakter merupakan
tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar.
Pendidikan karakter sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik seperti
yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3, menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan
karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan (Purnomo, 2013). Pendidik/pengajar sangat berperan penting
dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan karakter dalam upaya membangun
karakter bangsa melalui penanaman karakter dengan berdasarkan nilai-nilai luhur
bagi anak didiknya.
Melihat kondisi di Indonesia saat ini, ada kemungkinan terjadinya
dekadensi moral, seperti korupsi, plagiarisme, anarkis, narkoba, dan kegiatan
sebagainya. Kunandar (2013:17) mengemukakan bahwa sudah saatnya dalam
pembelajaran menyeimbangkan antara penguasaan akademis yang tinggi dan
penekanan karakter yang berbasis karakter spiritual.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan pendapat para ahli diatas bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur yang
untuk dapat membentuk karakter seseorang melalui proses pengulangan tingkah
laku yang baik secara terus-menerus. Konsep pendidikan karakter yang asli di
Indonesia mengacu pada berbagai adat istiadat, budaya, ajaran berbagai agama
yang ada di Indonesia dan praktik kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia
(Samani, 2012: 59). Menurut Koesoema (2007: 201) ruang lingkup pendidikan
karakter bukan semata-mata hanya berkaitan dengan tata nilai moral, tetapi juga
berkaitan dengan tata nilai dalam masyarakat. Mengingat Indonesia yang
diambil untuk pendidikan karakter disesuaikan dengan budaya lokal yang ada di
Indonesia.
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Prastowo (2012: 32) adalah segala bahan-bahan,
termasuk juga buku-buku atau program audio/visual yang disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Haryati (2007: 10)
bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diajarkan oleh guru
dan menjadi bahan belajar siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah
dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dan dievaluasi
dengan menggunakan instrumen penilaian yang disesuaikan dengan indikator
yang telah dirumuskan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa bahan ajar adalah perangkat pembelajaran baik berupa buku maupun
materi pembelajaran yang disusun untuk dapat menunjang belajar siswa sehingga
indikator hasil belajar dapat tercapai.
Bahan Ajar merupakan unsur yang penting dalam suatu pembelajaran,
karena tanpa adanya bahan ajar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapan tidak akan tercapai. Isi dari bahan ajar secara garis besar adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Bahan ajar dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, cara kerjanya dan sifatnya. Menurut
bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan
ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. Berdasarkan
Identifikasi Masalah Pembelajaran
Analisis Siswa
Pelayanan Pendukung
Pemilihan Media atau Sumber Belajar
Strategi Pembelajaran
Analisis Tugas
Merumuskan Indikator
Penyusunan Instrumen Evaluasi
Revisi Perangkat Pembelajaran
Evaluasi Formatif
Rev
isi
Rev
isi
Evaluasi Formatif
tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar
video, dan bahan ajar komputer. Apabila dilihat dari menurut sifatnya, bahan ajar
dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu bahan ajar yang berbasiskan cetak,
berbasis teknologi, bahan ajar yang digunakan untuk praktik/proyek, dan bahan
ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia.
Untuk melaksanakan perangkat pengajaran, diperlukan model-model
pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Menurut Kemp dalam
Trianto (2013: 81) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang
kontinum. Tiap-tiap langkah berhubungan dengan Di bawah ini akan dipaparkan
tahapan model pengembangan menurut Jerold E Kemp yang telah direvisi
(Trianto, 2009:179-186)
Pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kemp, meliputi:
(1) identifikasi masalah pembelajaran, (2) analisis siswa, (3) tingkah laku siswa,
(4) karakteristik siswa, (5) analisis tugas, (6) merumuskan indikator, (7)
penyusunan instrumen evaluasi, (8) strategi pembelajaran, (9) pemilihan media
atau sumber belajar, (10) pelayanan pendukung, (11) evaluasi formatif, (12)
evaluasi sumatif, dan (13) revisi perangkat pembelajaran.
Identifikasi Masalah Pembelajaran. Identifikasi masalah pembelajaran bertujuan untuk mencari adanya kesenjangan antara tujuan pembelajaran menurut
kurikulum yang berlaku dengan realita yang terjadi di lapangan. Kesenjangan
dapat terjadi pada model, metode, pendekatan, teknik ataupun strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan
atau materi yang akan dikembangkan, kemudian disusun sesuai dengan tujuan
seperti yang diharapkan dalam kurikulum yang berlaku.
Analisis siswa. Analisis siswa bertujuan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individu maupun kelompok. Analisis siswa meliputi:
Tingkah Laku Siswa. Menurut Kardi dalam Trianto (2009:180) perlunya mengidentifikasi keterampilan khusus yang harus dapat siswa lakukan untuk
memulai pembelajaran agar dapat berjalan lancar dan efektif serta efisien.
Karakteristik Siswa. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009:180) analisis karakteristik ini meliputi: kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan,
motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor,
kemampuan bekerja sama, keterampilan sosial, dan sebagainya. Hasil analisis ini
Analisis tugas. Analisis tugas menurut Kemp dalam Trianto (2009:181) adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi pembelajaran. Analisis tugas ini
dilakukan untuk mengetahui dan menentukan model pembelajaran untuk
mencapai tujuan, sehingga analisis ini mencakup isi pelajaran, konsep, prosedural,
pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau
penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Merumuskan Indikator. Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis tujuan. Perumusan indikator didasarkan pada analisis
pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa yang berisi
pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang dapat siswa lakukan setelah mengikuti
pembelajaran. (Kardi, 2003: 2)
Penyusunan Instrumen Evaluasi. Penyusunan tes evaluasi hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan
penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan
pada jumlah soal yang dijawab benar.
Strategi Pembelajaran. Pada tahap ini dipilih strategi mengajar yang sesuai dengan tujuan dengan cara memilih model, pendekatan dan metode yang
dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan sumber belajar dan
media pembelajaran.
Pelayanan Pendukung. Pelayanan pendukung antara lain berupa: kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, tenaga terkait laboratorium dan
perpustakaan, dana, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, jadwal
penyelesaian tahap perencanaan dan pengembangan.
Evaluasi Formatif. Evaluasi formatif berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan pengejaran sehingga kekurangan dapat dihindari
sebelum program terlaksana. Evaluasi formatif berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program telah
berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran.
Evaluasi Sumatif. Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian ini dapat diketahui salah satunya
dengan posttes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian akhir unit, dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.
Revisi Perangkat Pembelajaran. Kegiatan revisi dilakukan sebagai proses perbaikan agar perangkat menjadi lebih sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Proses ini terjadisecara terus menerus pada setiap langkah pengembangan.
Cunningsworth (1995: 3) mengemukakan 8 unsur untuk mengevaluasi
suatu bahan ajar. Unsur tersebut adalah aims and objectivess, desain and organitation, language contents, skills, topic, methodologi, teacher’s book, and practical consideration. Berdasarkan 8 unsur tersebut akan diambil 5 unsur untuk mengembangkan indikator-indikator penilaian sebagai instrumen validasi.
dikembangkan. Unsur-unsur tersebut adalah (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain
dan pengorganisasian, (3) isi, (4) Topik, (5) Metodologi. Peneliti tidak
mencantumkan skills, teacher’s book dan practical consideration karena produk yang berupa bahan ajar juga difungsikan untuk buku guru dan daya praktis juga
tidak dievaluasi dalam produk ini.
2.2 Hasil penelitian yang relevan
Penelitian tentang pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013
masih jarang ditemukan. Peneliti menemukan beberapa penelitian pengembangan
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Penelitian pertama dilakukan oleh Yohana Prisca Apriyani (2013) tentang
pengembangan bahan ajar untuk keterampilan membaca bahasa Indonesia kelas
IV SDN Pakem 4 semester gasal. Penelitian tersebut dikembangkan dengan
prosedur penelitian pengembangan yang dimodifikasi dari model pengembangan
Borg and Gall dan model pengembangan Kemp. Pada validasi produk, pakar
pembelajaran bahasa memberikan skor 4,46 dengan kategori “sangat baik”. Pakar pendidikan karakter memberikan skor 4,03 dengan kategori “baik”. Guru Bahasa
Indonesia kelas IV memberikan skor 4,23 dengan kategori “sangat baik”.Pada validasi lapangan, 10 siswa kelas IV SD N Pakem 4 memberikan skor 4,62
dengan kategori “sangat baik”. Dari keseluruhan hasil validasi tersebut, diperoleh rerata skor 4,33 dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, produk yang
dikembangkan dapat dikatakan memiliki kualitas sangat baik dan layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter pada
mata pelajaran bahasa Indonesia keterampilan membaca kelas IV SD N Pakem 4
Margareta Erna Wijayanti (2013) juga meneliti tentang pengembangan
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) oleh
Borg and Gall dan menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar oleh Jerold
Kemp. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan hasil modifikasi antara model pengembangan bahan ajar Jerold
Kemp dan penelitian R&D oleh Borg and Gall. Pada validasi produk oleh pakar
Bahasa Indonesia mendapatkan skor rata-rata 4,34 dengan kategori “sangat baik”.
Pakar pendidikan karakter memberikan skor 4,03 dengan kategori “baik”.
Validasi oleh dua guru Bahasa Indonesia kelas IV didapatkan skor 3,95 dengan
kategori “baik”. Pada validasi lapangan oleh 10 siswa kelas IV SDN Jolosutro Piyungan diperoleh skor 4,27 dengan kategori “sangat baik”. Dari hasil validasi
tersebut kemudian diolah hingga didapatkan hasil rata–rata 4,15 dengan kategori
“baik”. Dengan demikian, produk yang dikembangkan dapat dikatakan
mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar
yang terintegrasi dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia keterampilan menulis kelas IV SDN Jolosutro Piyungan.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kedua peneliti melakukan pengembangan bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal dengan menggunakan
metode penelitian dan pengembangan (R&D) oleh Borg and Gall dan
akan mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter
mengacu Kurikulum SD 2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar dengan
menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) oleh Borg and Gall
dan menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar oleh Jerold Kemp.
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan di era globalisasi sekarang ini, pendidik harus dapat mencetak
dan mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mempunyai kemampuan yang
diperlukan oleh dunia kerja. Kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Dasar
menggunakan pembelajaran tematik-integratif. Materi pembelajaran dikemas
dalam sebuah tema dan mengintegrasikan pengetahuan menjadi sebuah
pembelajaran. Kurikulum 2013 juga menekankan pembelajaran dengan
pendekatan sains. Model pembelajaran berbasis ketrampilan proses adalah model
pembelajaran yang mengintegrasikan ketrampilan proses sains ke dalam sistem
pembelajaran terpadu. Proses belajar pada pendekatan sains meliputi kegiatan
mengamati, percobaan, diskusi, mengambil kesimpulan. Tujuannya adalah siswa
mampu untuk lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan
mengkomunikasikan apa yang telah siswa peroleh setelah proses belajar.
Bahan Ajar merupakan unsur yang penting dalam suatu pembelajaran,
karena tanpa adanya bahan ajar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapan tidak akan tercapai. Pembelajaran dalam kurikulum SD 2013
mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya menggunakan tematik integratif,
pendekatan sains, penilaian otentik dan menanamkan pendidikan karakter dalam
pembelajarannya. Maka dari itu untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter mengacu kurikulum 2013 untuk kelas IV
semester pertama tema satu subtema pertama dengan judul “Keberagaman di
Indonesia”.
2.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
2.4.1 Bagaimana langkah-langkah penelitian pengembangan bahan ajar subtema
1 “Keberagaman di Indonesia” mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar?
2.4.2 Bagaimana kualitas bahan ajar subtema 1 “Keberagaman di Indonesia” mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut
pakar Kurikulum 2013?
2.4.3 Bagaimana kualitas bahan ajar subtema 1 “Keberagaman di Indonesia” mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut
guru kelas IV?
2.4.4 Bagaimana kualitas bahan ajar subtema 1 “Keberagaman di Indonesia” mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan, yang biasanya lebih dikenal sebagai penelitian R&D (Research and Development). Menurut Sugiyono (2009: 494), Research and Development adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk membuat atau
mengembangkan suatu produk serta menguji keefektifan produk tersebut. Nana
Sukmadinata (2008: 164) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan atau
R&D adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Setyosari (2010: 207). Research and Development merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk.
Berdasarkan teori para ahli diatas, dapat saya simpulkan bahwa penelitian
dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk membuat atau mengembangkan produk guna menguji
keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development). Produk yang dikembangkan adalah bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa SD
kelas IV dengan tema 1 subtema 1 “Keberagaman di Indonesia”.
Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2012: 298-311) Terdapat 10
(3) desain produk, (4) validasi produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7)
revisi desain, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produk masal.
Tahap penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dalam Sugiyono
(2012:298-311) yaitu: Tahap pertama, terdapat potensi masalah yang menjadi acuan pada proses selanjutnya. Tahap kedua, peneliti melakukan pengumpulan data yang sesuai dengan masalah. Tahap ketiga, data yang diperoleh dalam proses pengumpulan data dijadikan peneliti dalam merencanakan desain produk. Tahap keempat, setelah desain produk selesai dilakukan validasi pakar untuk menilai apakah produk sudah baik atau kurang. Tahap kelima, jika terdapat kesalahan setelah dilakukan validasi pakar saat tahap kelima dilakukan revisi produk. Tahap keenam, peneliti melakukan ujicoba produk untuk mengetahui masih adakah kekurangan pada produk. Tahap ketujuh, peneliti malakukan revisi pada produk jika masih terdapat kesalahan. Tahap kedelapan, peneliti melakukan uji coba pemakaian. Tahap kesembilan, kekurangan yang muncul saat tahap ujicoba pemakaian bisa direvisi kembali pada tahap ini yang merupakan tahap akhir revisi
produk. Tahap kesepuluh, setelah melakukan revisi-revisi yang diperlukan pada tahap ini produk sudah bisa diproduksi secara masal. Dalam penelitian ini langkah
yang diambil dari tahapan Brog and Gall hanya sampai tahap ketujuh karena
produk yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil dari uji coba terbatas.
3.2 Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar Jerold E
Kemp (1994) dan langkah penelitan R&D yang dikemukakan Borg and Gall
(1989). Prosedur pengembangan ini meliputi 7 langkah yaitu: (1) Potensi dan
secara detail melalui wawancara dan kajian dokumen; (3) Desain produk meliputi
menentukan KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, urutan isi, strategi
pembelajaran, cara penyampaian, sumber, evaluasi, (4) Validasi desain, (5) Revisi
desain, (6) Uji coba Produk, dan (7) Revisi Produk hingga menghasilkan desain
produk final bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman di
Indonesia untuk kelas IV Sekolah Dasar.
Secara garis besar prosedur pengembangan tersebut dapat dijelaskan
melalui bagan di berikut ini.
3.2.1 Potensi dan masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi dari adanya potensi dan masalah. Untuk
mengetahui adanya potensi dan masalah peneliti melakukan analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada
guru wali kelas IV B di SD Kristen Kalam Kudus. Wawancara dilakukan dengan
guru yang telah berpengalaman mengajar dengan menerapkan kurikulum 2013.
Wawancara tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi adanya masalah yang
terjadi di lapangan yang menyangkut sejauh mana pengetahuan guru mengenai
kurikulum 2013, tematik integratif, pendidikan karakter dan penggunaan bahan
ajar mengacu kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah tersebut.
3.2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan guru dan kajian
dokumen dari beberapa sumber yang mendukung. Data hasil dari wawancara
kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan bahan ajar.
Sedangkan pengumpulan data melalui kajian dokumen dilakukan dengan
melakukan studi pustaka, mencari contoh-contoh bahan ajar kelas IV yang
mengacu kurikulum 2013 tema pertama dan melalui internet sebagai referensi
bagi peneliti dalam pembuatan bahan ajar.
3.2.3 Desain Produk
Produk didesain mulai dari menentukan kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang dapat dihubungan dengan tema satu yaitu “Indahnya Kebersamaan”. Setelah itu, memetakan Kompetensi Dasar dengan membuat jaring-jaring tema
kemudian dipilah lagi ke dalam 3 subtema. Pemilahan juga dibuat dengan
pengembangan bahan ajar untuk tema pertama, subtema pertama. Dari
jaring-jaring sub tema pertama tersebut kemudian dibuat webbing dalam 6 hari. Webbing
tersebut menjadi acuan dalam pembuatan kegiatan didalam pembelajaran
perharinya. Kemudian, menentukan indikator dan tujuan yang akan dicapai
dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (karakter,
keterampilan, dan intelektual).
Proses berkutnya adalah menentukan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan sesuai dengan karakteristik pembelajaran pada kurikulum 2013.
Karakteristiknya yaitu menggunakan tematik integratif, ketrampilan sains,
penilaian otentik, pendidikan karakter dan berbasis budaya lokal. Tahap
berikutnya adalah pembuatan silabus dan RPP. Penyusunan RPP dilakukan
dengan memperhatikan langkah-langkah kegiatan dalam kurikulum 2013. Proses
selanjutnya adalah mengumpulkan bahan dari berbagai sumber yang akan
digunakan sebagai referensi pembuatan bahan ajar. Bahan ajar akan disusun
berdasarkan pada bahan yang telah terkumpul yang sudah diproses agar sesuai
dengan desain yang telah ditentukan. Tahap terakhir dari desain produk adalah
menentukan evaluasi instrumen pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan penilaian otentik.
3.2.4 Validasi Desain
Peneliti menggunakan validasi pakar sebagai evaluasi formatif terhadap
desain bahan produk pengembangan bahan ajar. Bahan ajar yang telah
dikembangkan akan divalidasi oleh 3 orang pakar yang terdiri dari 1 pakar
Kurikulum SD 2013 dan 2 guru kelas IV SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta.
terhadap bahan ajar yang dikembangkan dari para pakar. Dari kritik dan saran
tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan produk serta hal-hal apa saja
yang perlu diperbaiki.
3.2.5 Revisi Desain
Setelah mendapatkan kritik dan saran, maka peneliti akan melakukan
revisi produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi oleh 3 pakar. Revisi
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang sudah divalidasi oleh
pakar.
3.2.6 Ujicoba Desain
Setelah melakukan revisi maka produk yang sudah direvisi, digunakan dan
diuji coba. Uji coba dilakukan kepada 10 siswa kelas IV SD Kristen Kalam Kudus.
Setelah melakukan uji coba, siswa diberi kuisioner untuk menilai apakah produk
yang dibuat sudah sesuai dan baik untuk siswa. Hasil uji coba merupakan evaluasi
sumatif terhadap desain produk pengembangan bahan ajar.
3.2.7 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan setelah uji coba produk. Produk akan direvisi
berdasarkan masukan dari siswa yang ikut dalam uji coba produk. Hasil dari revisi
produk ini akan menjadi desain produk final bahan ajar bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yaitu