• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENYELENGGARAAN

SURVEILANS DAN SISTEM

INFORMASI MALARIA

DAERAH PEMBERANTASAN dan

DAERAH ELIMINASI MALARIA

DI INDONESIA

DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

DIREKTORAT JENDERAL PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2013

(3)

KATA PENGANTAR

Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menjadi ancaman di daerah tropis dan subtropics yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja.

Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi, pada tahun 2012 terdapat dua kejadian KLB malaria yaitu di Provinsi Sumatera Utara dengan 57 kasus dan di Provinsi Yogyakarta dengan 85 kasus. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan lingkungan, tingginya mobilisasi penduduk dan kewaspadaan yang belum optimal. Untuk itu diperlukan surveilans yang baik agar KLB dapat di deteksi dini dan ditanggulangi dengan cepat.

Program Pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan dan masyarakat. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi dari satu pulau ke pulau yang lain sampai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2030. Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan.

Masing-masing tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda sesuai Permenkes No. 293 tahun 2009. Kegiatan surveilans pun disesuaikan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut, dan surveilans merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik.

Dalam rangka peningkatan surveilans malaria tersebut, maka disusunlah buku pedoman.

Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam pelaksanaan pengendalian malaria.

Jakarta, Juli 2013 Direktur PPBB

Dr.Andi Muhadir, MPH NIP 195504251982031005

(4)

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria ini dapat diselesaikan.

Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun nasional. Hal ini tercantum dalam target 6c MDGs (Millenium Development Goals) dan RPJMN serta Renstra Kemenkes. Annual Parasite Incidens (API) Indonesia mengalami penurunan yaitu 3.620/00 pada tahun 2000 menjadi 1.69 0/00 pada tahun 2012. Kabupaten/Kota yang API nya sudah dibawah 1 per 1000 penduduk pada tahun 2012 adalah 68%. Dan ditargetkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria.

Upaya untuk percepatan pencapaian eliminasi malaria dilakukan melalui kegiatan diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans, pengendalian vector, peningkatan peran serta masyarakat dan kemitraan. Salah satu komponen penting dalam pengendalian malaria adalah tersedianya data yang valid tentang perencanaan, monitoring dan evaluasi serta respon dan tindakan terhadap peningkatan kasus yang mengarah kepada Kejadian Luar Biasa (KLB). Ini dapat diperoleh melalui penyelenggaraan surveilans terpadu.

Buku pedoman ini merupakan acuan teknis bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pengendalian malaria khususnya pelaksana surveilans malaria.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi diterbitkannya buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juli 2013 Direktur Jenderal PP dan PL

(5)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 5 A. Latar Belakang ... 5 B. Pengertian... 7 II. TUJUAN ... 13 1. Tujuan Umum : ... 13 2. Tujuan Khusus : ... 13

III. DASAR HUKUM ... 14

IV. RUANG LINGKUP... 15

V. KEBIJAKAN TEKNIS... 16

VI. STRATEGI ... 17

VII. PENGORGANISASIAN ... 18

VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SURVEILANS... 19

A. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Pada Tahap Pemberantasan ... 20

B. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi Dan Pemeliharaan... 37

IX. POKOK-POKOK KEGIATAN PENGUATAN KINERJA SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA ... 58

X. PERAN ... 62

XI. INDIKATOR KINERJA... 68

LAMPIRAN... 69

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Sampai tahun 2011 65 % dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia termasuk wilayah endemis malaria.

Sampai akhir tahun 2011 terdapat 106 negara endemis malaria di seluruh dunia,sementara itu pada tahun 2010 jumlah penderita mencapai 216 juta orang dan 665.000 penderita diantaranya meninggal, terutama anak-anak

berumur kurang dari lima tahun (86%).

(http://www.who.int/malaria/world_malaria_report_2011/WMR2011_factsheet.pdf)

Selama tahun 2005 – 2011, kejadian malaria di seluruh Indonesia cenderung menurun, yaitu 4,10 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 1,75 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2011. Jumlah pemeriksaan sediaan darah dengan uji diagnosis malaria meningkat, dari 47% (982.828 pemeriksaan sediaan darah dari 2.113.265 penderita klinis) pada tahun 2005, menjadi 63 % (1.164.405 pemeriksaan sediaan darah dari 1.849.062 penderita klinis) pada tahun 2011. Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering tejadi KLB malaria di 9 kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan penderita mencapai 1.139 kasus dengan 14 kasus diantaranya meninggal ( CFR= 1,22 % )(Subdit Malaria, 2011)

B. Program Pengendalian Malaria

Program pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oelh Pemerintah, pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan, termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi,

organisasi kemasyarakatan dan masyarakat.

Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau ke pulau yang lebih luas sampai seluruh wilayah Indonesia, sesuai dengan situasi malaria dan ketersediaan sumber daya yang tersedia.

Untuk mencapai tujuan pengendalian malaria diterapkan strategi pengendalian malaria sebagai berikut :

1. penemuan dini dan pengobatan yang tepat, dengan akses pelayanan kesehatan berkualitas,

(7)

2. penurunan risiko penularan dengan memanfaatkan forum gebrak malaria,

3. memperkuat sistem surveilans, monitoring dan evaluasi, 4. memperkuat SDM dan pengembangan teknologi,

5. advokasi dan sosialiasi, 6. penggalangan kemitraan,

7. pemberdayaan dan penggerakan masyarakat

Kondisi endemisitas malaria di berbagai wilayah di Indonesia bervariasi dan ini mengharuskan perbedaan strategi pengendalian yang lebih sesuai antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, kabupaten/kota di Indonesia perlu ditetapkan status endemisitasnya atau tahapan eliminasi malaria yang telah dicapainya. Daerah Jawa-Bali yang sebagian besar telah berada pada tahapan pra-eliminasi, tentu berbeda strategi pengendaliannya dengan daerah-daerah lain yang masih berada pada tahapan pemberantasan. Kriteria umum tahapan eliminasi daerah kabupaten/kota dan karakteristik epidemiologinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 1

Kriteria Umum Daerah Kabupaten/Kota Sesuai Tahapan Eliminasi Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota

Kriteria Pemberantasan PreEliminasi Eliminasi Pemeliharaan

SPR (%) 5% - lebih <5% --- Tidak ada

kasus indigenous > 3 tahun API (/1000) --- --- <1/1000 pddk Kasus indigenous --- --- Kasus masih ditemukan sampai dg 3 th pertama tidak ada kasus indigenous Tabel 2

(8)

Eliminasi

Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota

Kriteria Pemberantasan PreEliminasi Eliminasi Pemeliharaan Penularan

setempat

Tinggi rendah sangat

rendah tidak ada Kejadian malaria Menyebar rata, terutama balita Terkonsentra si di daerah reseptif malaria terbatas, jarang, sporadis Hanya kasus impor % kasus malaria/kasus demam di Puskesmas

Tinggi kecil Sangat kecil Tidak ada

Pemeriksaan mikroskopis Belum semua Puskesmas Semua Puskesmas, belum semua kasus suspek Semua Puskesmas, semua kasus suspek Semua Puskesmas, semua kasus suspek Perekaman dan pelapor-an Data Agregat Agregat – sebagian individual individual individual Kriteria KLB dan investigasi Berdasarkan peningkatan jumlah kasus Berdasarkan peningkatan jumlah kasus Satu kasus indigenous Satu kasus indigenous

Informasi tentang besarnya jumlah dan kematian kejadian malaria, beserta distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat menentukan kondisi endemisitas wilayah-wilayah di Indonesia dan sangat diperlukan dalam merumuskan perencanaan, pelaksanaaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan sistem pencatatan dan pelaporan yang didukung oleh suatu sistem yang handal dalam penyelenggaraan sistem surveilans dan sistem informasi malaria (sismal) berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia

C. Pengertian

1. Surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan1 1

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

(9)

2. Surveilans malaria adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pola perubahan dan distribusinya, agar dapat melakukan tindakan pengendalian malaria secara efektif dan efisien melalui proses penemuan penderita, pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria

3. Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat2.

4. Kasus tersangka malaria (malaria suspek) seseorang yang tinggal di daerah endemis malaria atau adanya riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum menderita sakit, menderita sakit dengan gejala demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir

5. Kasus malaria konfirmasi atau disebut kasus malaria positif adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan sediaan darah positif malaria berdasarkan pengujian mikroskopis ataupun rapid diagnostic test/RDT. Kasus malaria konfirmasi terbagi menjadi kasus malaria indigenous, kasus malaria impor dan kasus malaria konfirmasi asimtomatis

6. Kasus malaria indigenous adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria

7. Kasus malaria impor adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di luar wilayah. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka malaria dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria

2

(10)

8. Kasus Introduce adalah kasus indigenous yang tertular langsung oleh kasus impor. Secara teknis, kasus introduce adalah seseorang yang :

 Yang tinggal di daerah tahap eliminasi atau pemeiliharaan, yang

 Menderita sakit demam dan positif malaria, dan

 dengan riwayat tinggal dalam radius 100 meter dari kasus impor, pada 2-8 minggu sebelum mulai demam, dan

 tidak ada riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria 4 minggu terakhir sebelum demam

9. Kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian penyakit malaria yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Secara teknis KLB malaria berbeda setiap daerah berdasarkan tahapan eliminasi malaria :

a. Pada daerah tahap pemberantasan dan pre-eliminasi, terjadi KLB malaria jika :

Pada suatu desa atau kelurahan

(1) terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini :

 Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya

 Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya

 Jumlah penderita maksimum pada pola maksimum dan minimum

dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan

atau

(2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu (satu bulan) lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama

b. Pada daerah tahap eliminasi, terjadi KLB malaria jika : Pada suatu desa atau kelurahan :

(11)

(1) Terjadi peningkatan jumlah penderita indigenous dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini :

 Jumlah penderita indigenous dalam sebulan pada bulan sebelumnya

 Jumlah penderita indigenous dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya

 Jumlah penderita indigenous maksimum pada pola grafik maksimum-minimum,

dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau pada Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif (ACD) lebih dari 20% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan

atau

(2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous, impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dengan periode yang sama c. Pada daerah tahap pemeliharaan, terjadi KLB malaria jika

ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous

10. Jejaring Surveilans dan Sistem Informasi Malaria adalah jejaring dalam satu kesatuan sistem yang melakukan pertukaran data, informasi, teknologi dan keahlian terkait dengan kegiatan pengendalian malaria di Indonesia yang meliputi:

a. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan unit-unit pelaksana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, laboratorium dan unit penunjang lainnya.

b. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan pusat-pusat penelitian dan kajian c. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan

sistem informasi malaria yang ada di kabupaten/Kota, provinsi dan pusat

d. Jaringan kerjasama unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan berbagai lintas sektor terkait nasional, bilateral negara, regional dan internasional

11. Eliminasi Malariaadalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada

(12)

vektor malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali3

12. API (Annual Parasite Incidence) adalah jumlah penderita positif malaria dalam satu tahun per 1000 penduduk (tengah tahun) di suatu wilayah tertentu. Wilayah API adalah desa/kelurahan, kecamatan/wilayah puskesmas, kabupaten/kota.

13. ABER (Annual Blood Examination Rate) adalah prosentase jumlah sediaan darah yang diperiksa untuk pengujian malaria (mikroskopis dan RDT) dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk (tengah tahun) dalam suatu wilayah tertentu.

14. SPR (Slide Positivity Rate)adalah prosentase jumlah sediaan darah positif terhadap jumlah sediaan darah yang diperiksa.

15. Fokus malaria aktif adalah wilayah masih terjadi penularan malaria. Secara teknis fokus malaria aktif adalah wilayah (desa/kelurahan) yang mempunyai riwayat adanya kasus malaria indigenous dalam 3 tahun terakhir.

16. Wilayah reseptif malaria adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria

17. Wilayah vulnerabel malaria adalah wilayah yang rawan terjadinya penularan malaria karena berdekatan dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria, atau masih tingginya kasus impor dan/atau masih tingginya vektor infektif yang masuk ke wilayah ini

18. Daerah berdasarkan tahapan pengendalian malaria atau tahapan eliminasi adalah daerah yang menerapkan pengendalian malaria sesuai dengan salah satu dari 4 tahapan eliminasi, yaitu tahap pemberantasan, tahap preeliminasi, tahap eliminasi dan tahap pemeliharaan.

19. Daerah endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau kabupaten/kota yang masih terjadi penularan malaria. Secara teknis daerah endemis malaria diartikan sebagai wilayah seluas Puskesmas/Kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus malaria aktif

3

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 293/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Indonesia

(13)

20. Unit pelaksana surveilans adalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem surveilans, baik berlangsungnya mekanisme kerja surveilans, maupun upaya penguatan kinerja surveilans.

21. Unit sumber data surveilansadalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertugas menyediakan data surveilans sesuai ketentuan dalam penyelanggaraan sistem surveilans

22. Surveilans rutin adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan sepanjang tahun

23. Surveilans khusus adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan dalam periode waktu terbatas.

24. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB agar dapat mengetahui secara dini dan respon terjadinya KLB

25.Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini kondisi yang rentan terjadinya KLB, tindakan pencegahan dan atau antisipasi yang sesuai.

26.Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB

27.Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi KLB malaria untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru

28.Peringatan Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman terjadinya KLB malaria pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu

29.Program penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar daerah yang KLB malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

(14)

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Terselenggaranya sistem surveilans, sistem informasi dan SKD-KLB berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia

2. Tujuan Khusus :

a. Meningkatnya pemahaman petugas terhadap pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria berdasarkan tahapan eliminasi

b. Tersedianya data penyakit dan faktor risiko malaria serta data terkait lainnya dalam pengendalian malaria

c. Terlaksananya kegiatan pengolahan dan analisis data secara rutin d. Diperolehnya peta stratifikasi malaria menurut desa, kecamatan

dan kabupaten/kota

e. Meningkatnya Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) malaria

f. Terlaksananya diseminasi informasi data dan informasi serta rekomendasi kepada pelaksana program pengendalian malaria, lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria

(15)

III. DASAR HUKUM

Dalam pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria mengacu kepada dasar hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010

tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 275/MENKES/III/2007 tentang surveilans malaria

8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465/SJ Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria Di Indonesia

(16)

IV. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria meliputi kebijakan teknis, strategi, pengorganisasian, jenis penyelenggaraan, pokok kegiatan penguatan kinerja, dan indikator kinerja

(17)

V.KEBIJAKAN TEKNIS

1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB

2. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah

(18)

VI. STRATEGI

1. Advokasi, sosialisasi, dan dukungan peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaran surveilans dan sistem informasi malaria

2. Pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan kebutuhan program

3. Peningkatan mutu data dan informasi

4. Peningkatan kompentensi tenaga pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria

5. Pengembangan tim pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria

6. Penguatan jejaring surveilans dan informasi malaria

7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi bagi pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria

(19)

VII. PENGORGANISASIAN

Sesuai dengan peran dan fungsinya, setiap fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, unit pelaksana teknis daerah dan pusat, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kementerian kesehatan melaksanakan surveilans dan sistem informasi malaria.

(20)

VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN

SURVEILANS

Berdasarkan tahapan eliminasi malaria pada masing-masing daerah, penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria terdiri atas :

a. Surveilans malaria di daerah pada tahap pemberantasan

b. Surveilans malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan

Masing-masing penyelenggaraan surveilans tersebut memiliki sumber-sumber data dan pemanfaatan data dengan teknis analisis yang berbeda. Data yang berasal dari berbagai sumber data surveilans dihimpun, diolah dan dilaporkan dalam 2 kelompok kegiatan surveilans, yaitu surveilans rutin, dan surveilans khusus. Sementara pemanfatan data surveilans tersebut dibagi dalam 2 bagian, yaitu pemanfaatan data untuk mendukung kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria (informasi kinerja program), dan pemanfaatan data surveilans untuk mendukung pelaksanaaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) malaria

Gambar

Penyelenggaraan Surveilans Malaria

Keterangan :

Sumber Data : Perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan Pemanfaatan Data : penyajian dan analisis

A. Surveilans Tahap Pemberantasan

Sumber Data Pemanfaatan Data

1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program

3.SKD-KLB Malaria B. Surveilans Tahap PreEliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan

Sumber Data Pemanfaatan Data

1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program

(21)

A.

Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi

Malaria Pada Tahap Pemberantasan

Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah program pengendalian malaria tahap pemberantasan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi kinerja program dan SKD KLB malaria.

1. Surveilans Rutin

Surveilans rutin terdiri dari jenis surveilans rutin (sumber data, variabel, perekaman dan pengolahan data) , pelaporan data, dan penyebarluasan informasi

a. Jenis Surveilans

(1) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif

(b) Variabel

Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek.

Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1)

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register

(22)

Kesehatan dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek

Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas

pelayanan kesehatan dengan pengujian

mikroskopis/pemeriksaan cepat, direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD).

Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1) atau Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD), kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan(lampiran 10.4)

Gambar

Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas

Daerah Tahap Pemberantasan Kasus Malaria Suspek

di Puskesmas Rujuk Pemeriksaan

Mikroskopis

Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register

Penderita Berobat Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis

Puskesmas (PCD) Kasus malaria positif Rekam dalam Kartu

Penderita Malaria Positif

(2) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection)

Kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan menjadi alternatif pengendalian malaria pada tahap pemberantasan, antara lain karena sangat tingginya risiko sakit berat atau meninggal, dan kegiatan penemuan penderita malaria secara pasif tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria di daerah tersebut

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita malaria yang ditemukan saat melaksanakan kunjungan dari rumah

(23)

ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif

(b) Variabel

Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek.

Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Kasus malaria suspek yang ditemukan saat melaksanakan kegiatan penemuan penderita malaria secara aktif di lapangan direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD).

Kasus malaria suspek dengan pengujian

mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD).

Data kasus malaria suspek yang telah direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4)

(3) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas :

 Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada Program

(24)

 Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi

 Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan Kartu Penderita Malaria

 Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB.

(b) Variabel

Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa) dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya)

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Data jumlah kelambu yang didistribusikan pada pelaksaaan kegiatan pengendalian malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5)

(d) Analisis

 Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut desa/kelurahan pertahun.

 Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria.

(4) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (b) Variabel

Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa

(25)

Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5) (d) Analisis

Monitoring penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan

Jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan

(5) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria

Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan pengamatan vektor di seluruh wilayah dengan menetapkan titik-titik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(a) Sumber Data

Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan berdasarkan riwayat kejadian KLB atau tingginya kejadian malaria.

(b) Variabel

Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah rata-rata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan pada wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 10.7)

(d) Analisis

 Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor

 Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas

 Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor

(26)

(6) Surveilans Migrasi

Tidak dilaksanakan di daerah pada tahap pemberantasan

b. Analisis

Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria

c. Pelaporan

(1) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Beberapa daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan bukan Rumah Sakit mengirimkan laporan ke Puskesmas dimana Fasilitas Pelayanan Kesehatan berada.

(2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang.

(3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang.

(27)

Gambar

Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria

Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan Provinsi Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain d. Penyebarluasan Informasi

Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan :

(1)Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau

mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan)

(b) jumlah kasus malaria positif per 1.000 kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan)

(c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan)

(d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif

(e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif

(f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif

(g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap

(28)

(i) curah hujan perbulan

(j) data kepadatan vektor perbulan

(contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.1. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan)

(2)Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan, Profil Malariadan informasi lain yang diperlukan secara periodik tahunan, antara lain meliputi

(a) data jumlah penduduk,

(b) data jumlah penduduk di wilayah reseptif, (c) jumlah kasus malaria suspek,

(d) jumlah kasus malaria suspek dengan RDT dan mikroskopis (% sediaan darah tahunan),

(e) jumlah kasus malaria positif,

(f) jumlah kasus malaria positif ibu hamil,

(g) jumlah kasus malaria positif berumur <5 tahun,

(i) % jumlah kasus malaria positif per total jumlah kasus malaria suspek diperiksa (dengan RDT+mikroskopis) (slide positivity rate per tahun)

(j) % jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per tahun), (k) Annual parasit incidence (API) per total penduduk dan desa,

puskesmas, atau kabupaten/kota

(l) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap,

(m) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap meninggal per 100.000 penduduk,

(n) jumlah laporan unit sumber data bulanan yang diterima (kelengkapan laporan),

(o) jumlah laporan unit sumber data bulanan diterima tepat waktu (ketepatan laporan)

(contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.2. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan)

2. Surveilans Khusus

Surveilans khusus terdiri dari jenis surveilans khusus (metode dan format laporan), pelaporan data, dan penyebarluasan informasi

a. Jenis Surveilans, Metode dan Format Pelaporan

Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Surveilans Khusus, antara lain : Surveilans Pada Saat KLB, Survei Vektor, Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey), Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey), Survei

(29)

Dinamika Penularan Malaria, Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, Monitoring Efikasi Obat dan Resistensi Obat, Monitoring Resisten Insektisida dan Kelambu Berinsektisida, serta penelitian-penelitian

Tujuan, metode, sumber data dan variabel serta pelaporannya adalah spesifik masing-masing jenis Surveilans Khusus, dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan permasalahannya

(1) Surveilans Pada Situasi KLB Malaria

Merupakan bagian dari penyelidikan dan penanggulangan KLB, dan wajib dilaksanakan selama periode KLB. Setelah KLB dinyatakan selesai, kegiatan surveilans kembali pada sistem surveilans dalam keadaan normal

Kegiatan penyelidikan-penanggulangan dan surveilans selama periode KLB adalah sebagai berikut :

(a) Puskesmas yang mengetahui adanya indikasi KLB malaria, segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1)

Pada daerah tahap pemberantasan, indikasi KLB malaria adalah terdapat peningkatan jumlah kasus malaria positif pada wilayah dan periode waktu tertentu, atau adanya peningkatan jumlah kematian karena malaria.

(b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi

(c) Melaksanakan berbagai upaya pengobatan penderita dan pengendalian penularan malaria, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan penanggulangan KLB, antara lain :

 Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi

 Pemeriksaan Darah Massal (MBS), terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau

(30)

 Mendistribusikan kelambu berinsektisida,

 Melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS) (d) Melaksanakan surveilans

Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain,

 data penderita berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Malaria di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain;

 data penderita berdasarkan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS),

 jumlah rumah/keluarga terlindungi menurut dusun/desa KLB sebagai hasil kegiatan penyemprotan rumah (IRS), distribusi kelambu, perbaikan kegiatan masyarakat dan sebagainya

(e) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas :

 Melakukan kajian jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap menculnya KLB malaria

 Melaksanakan Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria

 Melaksanakan kajian kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan

 Melakukan survei dinamika penularan

 Melaksanakan pengamatan dan survei vektor

 Melaksanakan verbal otopsi

Kriteria KLB malaria pada daerah tahap pemberantasan, serta tatacara pelaksanaan surveilans selama periode KLB malaria disesuaikan dengan kondisi dan keperluan analisis KLB yang terjadi. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3

(2) Survei Vektor Penular Malaria

Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria.

(31)

Daerah pada tahap pemberantasan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada daerah yang terjadi peningkatan kasus malaria sangat tinggi atau terjadi KLB malaria, daerah-daerah yang sering terjadi KLB, daerah dengan angka kejadian malaria cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu.

(3) Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey) Penemuan penderita demam massal adalah menemukan kasus malaria positif diantara penduduk pada suatu wilayah tertentu dengan cara memeriksa semua penderita demam suspek malaria (kasus malaria suspek) pada suatu wilayah tertentu, dan memastikan diagnosis malaria (jenis parasit) melalui pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan cepat (RDT). Semua kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal adalah mengukur besarnya risiko penularan malaria di wilayah tertentu. Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal pada daerah tahap pemberantasan dilaksanakan pada wilayah yang diduga terjadi KLB malaria, terutama sebagai metode pembuktian/konfirmasi terjadinya KLB malaria

(4) Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey)

Pemeriksaan darah massal adalah menemukan dan mengobati kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) diantara penduduk pada wilayah tertentu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan darah semua anggota masyarakat yang berada pada wilayah tertentu dan dalam periode waktu terbatas. Seseorang yang ditemukan parasit pada sediaan darahnya adalah kasus malaria positif, dan setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal adalah menurunkan risiko penularan dengan cepat pada suatu wilayah tertentu.

Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS) pada :

(a) Wilayah desa/dusun endemis tinggi malaria, tetapi sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala.

(b) Daerah yang sedang terjadi peningkatan jumlah penderita malaria atau berjangkit KLB malaria

(32)

(c) Daerah yang sulit terjangkau pelayanan (remote area) di wilayah endemis tinggi malaria.

(5) Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat

Setiap wilayah mempunyai spesifikasi budaya dan perilaku penduduk berisiko penularan malaria, dan oleh karena itu, perlu melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat untuk mengetahui strategi pengendalian malaria yang lebih tepat

Prioritas melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat didaerah pada tahap pemberantasan antara lain : (a) Wilayah-wilayah tertentu dimana upaya pengendalian

malaria tidak menunjukkan perbaikan

(b) Wilayah-wilayah yang akan melaksanakan pengendalian malaria

(6) Survei Dinamika Penularan Malaria

Survei Dinamika Penularan Malaria adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap perubahan tingkat dampak penularan malaria di suatu wilayah agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria yang tepat.

Di daerah tahap pemberantasan, prioritas Survei Dinamika Penularan Malaria adalah pada wilayah-wilayah dengan penularan malaria tinggi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah dilaksanakan berbagai upaya pengendalian malaria, atau daerah yang akan menerapkan upaya pengendalian malaria dimana informasi epidemiologi dan atau cara-cara pengendalian yang tepat belum diketahui dengan baik.

(7) Surveillans Obat dan Insektisida a. Efikasi Obat

Daerah tahap pemberantasan melaksanakan Monitoring Efikasi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Efikasi Obat yang yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan

Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Efikasi Obat yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Efikasi Obat Nasional

(33)
(34)

(8) Penelitian

Hasil penelitian malaria wajib dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional

b. Analisis

Data surveilans khusus dikompilasi, dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional, sesuai dengan metode surveilans dan desain analisis pada masing-masing surveilans khusus, baik menurut waktu, tempat dan kelompok masyarakat

Sasaran. metode dan desain analisis data Surveilans Khusus lihat pada lampiran masing-masing Surveilans Khusus

c. Pelaporan

(1) Pelaksana surveilans khusus membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Surveilans Khusus, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya 1 bulan sejak pelaksanaan Surveilans Khusus tersebut selesai.

(2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi Data Surveilans Khusus dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan

(3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi Data Surveilans Khusus tersebut dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan)

d. Penyebarluasan Informasi

Data dan analisis data surveilans khusus diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan

3. Data dan Informasi Indikator Kinerja Program

Surveilans untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, atau disebut surveilans untuk

(35)

manajemen adalah surveilans dan sistem informasi malaria terhadap indikator kinerja program pengendalian malaria

Indikator kinerja utama program pengendalian malaria yang wajib dilaksanakan pemantauan di daerah tahap pemberantasan adalah: a.API berdasarkan analisis menurut kabupaten,

Puskesmas/kecamatan dan desa/kelurahan

b. SPR (slide positivity rate) berdasarkan analisis menurut kabupaten/kota sebagai bahan untuk menentukan status tahapan eliminasi

c. Cakupan pengobatan menurut desa/kelurahan, menurut Puskesmas dan kabupaten/kota

d. Cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR menurut Puskesmas dan kabupaten/kota

e. Error rate pemeriksaan mikroskopis, berdasarkan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis malaria positif (100%) dan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria negatif (5%). f. Cakupan pencegahan (IRS atau kelambu/LLIN’s) menurut

desa/dusun, Puskesmas dan kabupaten/kota

4. SKD KLB

Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 4. SKD-KLB malaria merupakan salah satu pilar penting program penanggulangan KLB malaria.

Pada daerah tahap pemberantasan, SKD-KLB malaria dilaksanakan pada semua wilayah, terutama wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria atau KLB malaria, fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria.

Secara umum, metode SKD-KLB malaria di daerah pada tahap pemberantasan, tidak berbeda dengan tahap lain.

(1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria, riwayat KLB malaria dan kondisi 4

(36)

lingkungan dan masyarakat yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria, yaitu wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria, fokus-fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria.

(2) Memberikan peringatan pada pengelola program malaria, program terkait lainnya, sektor terkait dan masyarakat tentang adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria

(3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria, yaitu :

(a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB malaria (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB)

(b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB)

(c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon, terutama dengan melaksanakan pemantauan wilayah setempat rentan terjadinya KLB malaria, terutama terhadap muncul atau berkembangnya fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria, wilayah vulnerabel malaria, curah hujan dan perubahan kegiatan masyarakat yang berpotensi terjadinya KLB malaria

(d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon, terutama melaksanakan pemantauan wilayah setempat kasus malaria di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta mengembangkan sistem informasi dugaan adanya KLB malaria dari masyarakat

(e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria, terutama pada kejadian peningkatan kasus malaria, dan atau peningkatan kasus malaria meninggal dengan faktor risiko terjadinya KLB malaria. Dugaan adanya KLB malaria juga bisa terjadi dengan ditemukannya satu kasus malaria pada wilayah yang tidak pernah terdapat kasus malaria di wilayah tersebut, tetapi memiliki faktor risiko terjadinya KLB malaria

(37)

SKD-KLB

Malaria

Kajian Epid menentu-kan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria Upaya Pencegah an KLB Kesiapsiagaan menghadapi KLB Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB Penyelidikan - dugaan KLB 1 2 3 4 6 PWS kasus malaria Indentifikasi KLB di masyarakat Penyelidikan rentan KLB 5 PWS rentan malaria Indentifikasi rentan KLB di masyarakat

Secara lengkap, metode dan pelaksanaan SKD-KLB dapat dipelajari pada lampiran 3a. SKD-KLB Malaria

(38)

B. Penyelenggaraan

Surveilans

Dan

Sistem Informasi

Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi

Dan Pemeliharaan

Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi indikator kinerja program serta SKD KLB Malaria.

1. Surveilans Rutin

a. Jenis Surveilans

(1) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri atas kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif

(b) Variabel

Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek.

Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1)

(c) Perekaman dan Format Pelaporan

Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register

(39)

Penderita Berobat di Puskemas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek

Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas atau fasilitas

pelayanan kesehatan dengan pengujian

mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria di Puskesmas (PCD). Kasus malaria positif berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Klinik Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4)

Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 10.1), kemudian dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (contoh lampiran 10.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria (lampiran 10.4)

Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas

Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek

di Puskesmas Rujuk Pemeriksaan

Mikroskopis Kasus Malaria Positif

Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (PCD) Rekam dalam Register

Penderita Berobat Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis

Puskesmas (PCD)

Rekam dengan Kartu Pende-rita Malaria Positif (PCD)

Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD)

(40)

(2) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection)

Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) adalah kunjungan secara aktif dan berkala 2-4 minggu sekali ke setiap rumah penduduk untuk menemukan dan mengobati penderita demam dengan malaria positif (kasus malaria positif). Kegiatan Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) menjadi salah satu cara pengendalian malaria pada tahap preeliminasi, dan eliminasi, terutama di fokus malaria aktif, dimana upaya pengendalian dengan penemuan penderita malaria pasif di Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans ini adalah penderita malaria yang ditemukan pada saat kunjungan dari rumah ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan. Penderita malaria adalah seseorang yang didiagnosis oleh petugas sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pemeriksaan mikroskopis/pemeriksaan cepat, dan kasus malaria positif (b) Variabel

Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek serta status penemuan penderita secara aktif (ACD).

Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). (contoh lampiran 10.1)

Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1)

(41)

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Kasus malaria suspek yang ditemukan pada saat kunjungan rumah direkam pada Register Penderita Malaria Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif (ACD) dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek

Kasus malaria suspek tersebut yang dirujuk dan diperiksa dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD).

Kasus malaria positif yang ditemukan diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD)

Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4)

Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 10.1), dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (contoh lampiran 10.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria dengan kode ACD (lampiran 10.4)

(42)

Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Lapangan Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek

di Lapangan Rujuk Pemeriksaan

Mikroskopis Kasus Malaria Positif

Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (ACD) Rekam dalam Register Penderita Malaria ACD Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis

di Lapangan (ACD) Rekam dengan Kartu

Pende-rita Malaria Positif (ACD)

Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (ACD) (d) Analisis

Secara umum, analisis data Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan sama dengan analisis data bersumber data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

(3) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas :

 Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada program Kesehatan Ibu Hamil

 Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi

 Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan pada Kartu Penderita Malaria

 Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB.

(b) Variabel

Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa)

(43)

dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya)

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Data jumlah kelambu yang didistribusikan dalam pelaksanaan program pengendalian malaria, direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5)

(d) Analisis

 Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut karakteristik wilayah berdasarkan dusun (API), fokus malaria aktif, wilayah-wilayah reseptif dan wilayah berisiko lainnya pertahun

 Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria.

(4) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(b) Variabel

Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa

(c) Perekaman dan Format Pelaporan

Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5)

(d) Analisis

Analisis data untuk memonitor penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat malaria secara berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan

(44)

Analisis juga dilakukan pada jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan menurut Puskesmas dan kabupaten/kota

(5) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria

Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeiliharaan melaksanakan pengamatan vektor, terutama di fokus malaria aktif dan atau sering terjadi KLB malaria, wilayah reseptif dan wilayah vulnerabel malaria karena banyaknya kasus impor dan migrasi, dengan menetapkan titik-titik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

(a) Sumber Data

Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran kepadatan vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan dinas kesehatan kabupaten/kota.

(b) Variabel

Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah rata-rata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan dan wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan

(c) Perekaman dan Pengolahan Data

Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 10.7)

(d) Analisis

 Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor

 Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas

 Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor

(6) Surveilans Migrasi

Surveilans migrasi adalah memantau besarnya ancaman atau risiko terjadinya penularan malaria yang disebabkan karena tingginya jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, mendeteksi adanya

(45)

penularan malaria dan melakukan tindakan penanggulangan yang cepat, rasional, efektif dan efisien.

Surveilans migrasi dilaksanakan pada daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi malaria dan tahap pemeliharaan

(a) Sumber Data

Sumber data surveilans migrasi adalah :

 Data wilayah reseptif yang memungkinkan menjadi tujuan penduduk migrasi

 Data jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, antara lain tempat usaha, pertambangan, dan sebagainya, berdasarkan informasi dari berbagai pihak

 Data penapisan penduduk migrasi dari daerah endemis malaria yang positif malaria (kasus malaria positif), terutama di wilayah-wilayah reseptif yang menjadi tujuan penduduk migrasi. Penapisan penduduk migrasi dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau melaksanakan pelayanan pengobatan pada lokasi ini.

 Surveilans berbasis masyarakat di wilayah-wilayah reseptif terhadap kemungkinan adanya penduduk migrasi dari daerah endemis malaria, termasuk dengan hotel, tempat penginapan, tempat kost dan sebagainya. Penduduk migrasi dari daerah endemis malaria di wilayah reseptif dilakukan pemeriksaan mikroskopis.

 Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor, dan perlu dilakukan penyelidikan lebih luas untuk memastikan tidak adanya penularan setempat dan mengurangi sumber-sumber penularan malaria.

(b) Variabel

 Variabel perekaman data jumlah penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi berdasarkan daerah-daerah yang dikunjungi dan bulan kunjungan

 Variabel penapisan malaria pada penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi diperiksa, kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor menurut wilayah penularan dan bulan kejadian

 Variabel data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan variabel pada surveilans rutin bersumber data

(46)

pelayanan kesehatan lainnya, dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous

 Variabel data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam Massal dan Pemeriksaan Darah Massal, sesuai dengan masing-masing surveilans khusus tersebut dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous . (c) Perekaman dan Pengolahan Data

 Data penapisan penduduk migrasi direkam sebagaimana Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Pemeriksaan Demam Massal (MFS) dan laporan kegiatan pelayanan pengobatan Puskesmas

 Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas sesuai dengan surveilans rutin bersumber data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas. Setiap kasus malaria positif dilakukan wawancara dan direkam dalam Kartu Penderita Malaria.

 Data Penemuan Penderita Maria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam massal dan Pemeriksaan Darah Malaria direkam dan diolah sesuai dengan masing-masing metode surveilans khusus tersebut.

(d) Analisis

 Perkembangan penduduk migrasi menurut bulan, asal penularan (daerah endemik yang dikunjungi sebelum sakit) dan lokasi kunjungan (daerah di daerah tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan)

 Perkembangan jumlah kasus impor menurut bulan kejadian, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya

 Deteksi kasus malaria positif indigenous. Satu kasus indigenous perlu perhatian dan penyelidikan epidemiologi.

b. Analisis

Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria

c. Pelaporan

(1) Fasiltas Pelayanan Kesehatan yang mengetahui adanya kejadian malaria atau dugaan adanya kejadian malaria di tempat kerjanya, segera menginformasikannya kepada Puskesmas dan atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana penderita itu bertempat tinggal saat sakit.

(47)

(2) Puskesmas yang mengetahui adanya kejadian malaria positif indigenous di wilayah kerjanya, segera melakukan penyelidikan epidemiologi awal dan mengirimkan laporan adanya kejadian malaria dengan menggunakan formulir laporan KLB 24 jam (W1) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(3) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, dengan melampirkan hasil perekaman dalam formulir Register Harian Malaria di Puskesmas/RS

(2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Provinsi

(48)

Gambar

Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria

Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan Provinsi Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain c. Penyebarluasan Informasi

Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan :

(1)Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau

mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan)

(b) kasus malaria positif per jumlah kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan)

(c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan)

(d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif

(e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif

(f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif

(g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap

Gambar

Grafik Bar pada tahun tertentu dan Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir Tahunan 6 Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut jenis kelamin
Tabel Daftar dan peta kelengkapan laporan fasilitas pelayanan dan grafik kecenderungan Tahunan
Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan semua Puskesmas serta Rumah Sakit di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota
Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan BTKLPP.
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun

Metode Simpleks adalah metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan manajerial yang telah diformulasikan terlebih dahulu ke dalam persamaan matematika program

petunjuk pelaksanaan anggaran yang berasal dari pemerintah maka diadakan kesepakatan dengan anggota Musyawarah Kelurahan, yaitu apabila petunjuk pelaksanaan berbeda,

Trifena, 2012, Analisis uji in vitro dan in vivo ekstrak kombinasi kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan pegagan (Centella asiatica L.) sebagai krim antioksidan,

Berdasarkan data tabel 4.2 dapat diketahui bahwa gambaran proses pembelajaran mata kuliah Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan II (KDDK II) di Program Studi Ilmu

Dengan demikian dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui regimen terapi captopril tunggal yang meliputi dosis dan aturan pakai yang digunakan dalam penanganan

Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam pengambilan keputusan perusahaan dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi kegiatan

Dari perhitungan rata-rata ekspektasi pada mesin Setting Load Testing perawatan yang dilakukan oleh perusahaan dan empat pemeliharaan usulan dapat digambarkan dalam grafik