• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

1,35% 0,05% 0,62% 2,29% 22,63% 51,14% SGL Ledeng Lainnya Mata air PAH Kemasan

PROFIL

PROFIL

KESEHATAN

KESEHATAN

KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011

KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN

Jumlah Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2011

1 2 3 4 5 6 6 7 9 10 14 42 43 152 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 Sri Bintan Mantang Kelong Toapaya Berakit RSUP Prov. Tambelan Teluk Bintan Kawal Teluk Sebong Teluk Sasah Kijang Tanjung Uban KABUPATEN

(2)

TIM PENYUSUN

Pengarah Pudji Basuki, SKM

(Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan) Pembina

dr. Untung Siswanto

(Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan) Ketua

Muslim, MPH

(Kasubag. Penyusunan Program) Sekretaris

Adina Destarina, SKM (Staf Penyusunan Program)

Penanggungjawab Kabupaten: Tim Editor:

Erwanzory, SKM (Kabid. Pelayanan Kesehatan); Dra. Dwi Meiry Bintanningsih (Kabid. Promosi Kesehatan); Ekandra Indra Sandri, SKM, M.Kes (Kabid. Kesehatan Keluarga);

drg. Horas JP Sihite, M.Kes (Kabid. P2PL) Pengumpul Data Kabupaten:

Syarifah Fatimah, AMKG; Murnilawati, S.Kep; Martatina, SST; Nini Handayani, SKM; Yulisnawati, SKM; Fino Susanto, SKM;

Sri Sulistiningary, SKM; Erice Eka Putri, Amd.Keb; Rijalul Fikri, S.Kep; Ratna CH Simbolon, SKM;

(3)

Anggota Tim Puskesmas:

Ngadiman dan Fathiah Anggia M, Am.Pk (Puskesmas Kijang); Indria Sri R, SKM dan Yani Lisandri, AMK (Puskesmas Toapaya); Ermi Syafaria, S.Kep dan Utami Puspita D, AMK (Puskesmas Teluk Bintan); Said Rahadian,SKM dan Evi Sriwati Purba,SKM (Puskesmas Teluk Sebong);

Mujiono dan Sjaprianto (Puskesmas Tanjung Uban);

Losmen Sebayang, AMKL dan Prayitno (Puskesmas Teluk Sasah); Ridha Muasis, AMK dan Desy Ariyani, AMG (Puskesmas Tambelan); Asnovita Kurniati, SKM dan Sri Mayang S.Kep, Ns. (Puskesmas Kawal);

dr. Bambang Utoyo dan Yuliana, AMKL (Puskesmas Kelong); drg. Toni Masruri dan Nely Yasmy (Puskesmas Mantang); Sonny Hendra G dan Eva Andriyani, AMKG (Puskesmas Sri Bintan);

dr. Riko Fitra dan Afandi, SKM (Puskesmas Berakit). Kontributor Lintas Sektor

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga Profil Kesehatan

Kabupaten Bintan Tahun 2011 ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 ini merupakan suatu gambaran atau informasi kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, terutama dalam hal upaya pelaksanaan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan tahun 2011 sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan untuk menuju Indonesia Sehat Tahun 2025.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Bintan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2011 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Bintan pada tahun 2011, dimana penyajian data dan informasi yang dimuat didalamnya dilengkapi dengan analisis deskriptif yang diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan dan menyusun program kesehatan yang akan datang, disamping sebagai media penyajian data dan informasi profil ini juga merupakan sarana evaluasi pencapaian program dan kinerja tahun 2011.

(6)

Kondisi kesehatan yang dimuat dalam profil ini disusun berdasarkan Laporan Tahunan masing-masing bidang di lingkungan Dinas Kesehatan, Profil Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, BPMP-KB serta instansi terkait lainnya. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran formulir keseluruh sumber data, kemudian dilakukan cleaning data, editing dan pengolahan serta pemutakhiran data serta analisis data, mekanisme ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan valid. Formulir data yang digunakan merupakan penggabungan antara formulir Indonesia Sehat 2010 dan formulir SPM yang digabung menjadi satu berupa lampiran data profil kesehatan sebanyak 79 tabel. Formulir/tabel yang digunakan bisa dikembangkan sesuai dengan spesifik daerah tanpa mengurangi formulir/tabel yang ditentukan dari Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan profil ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, namun demikian saran serta apresiasi perlu diberikan kepada Tim Penyusun yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan penyusunan profil ini, untuk itu kami mengaharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dimasa datang. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih atas partisipasi, kerjasama dan kesediaan dari seluruh sumber yang telah memberikan informasi data sehingga tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 ini.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... TIM PENYUSUN... PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL... Halaman i ii iv v viii x xvii xix BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Sistematika Penulisan... 1 1 2 3

II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN...

2.1. Sejarah Singkat...

2.2. Geografis...

2.3. Demografis...

2.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)...

5 5 7 8 12

III SITUASI DERAJAT KESEHATAN...

3.1. Program Kesehatan... 3.2. Angka Kematian... 3.3. Angka Kesakitan... 21 21 35 38

(9)

3.4. Indikator Status Gizi... 44 IV

V

VI

SITUASI UPAYA KESEHATAN...

4.1. Pelayanan Kesehatan...

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan...

4.3. Perilaku Hidup Masyarakat...

4.4. Keadaan Lingkungan...

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN...

5.1. Sarana Kesehatan... 5.2. Tenaga Kesehatan... 5.3. Pembiayaan Kesehatan... KESIMPULAN... 46 46 57 59 60 64 64 70 72 75

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Resume profil kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,

jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok

umur, rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin dan kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok

umur Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 4 Persentase penduduk berumur 10-44 tahun yang melek

huruf dan buta huruf Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 5 Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas menurut

tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan

puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 7 Jumlah kematian bayi dan balita menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 9 Jumlah kasus AFP (non polio) dan AFP Rate (non polio)

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian TB Paru

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 11 Jumlah kasus dan angka penenmuan TB Paru BTA+

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

(11)

Tabel 12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA+ menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis

kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan infeksi menular seksual

lainnya menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV-AIDS

menurut jenis kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut

jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 19 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis

kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan dan

(12)

Tabel 24 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 26 Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan

puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga

kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 30 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 31 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko

tinggi/komplikasi ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan

ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan

dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 36 Cakupan kunjungan neonatus menurut jenis kelamin,

(13)

Tabel 37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan

puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 39 Cakupan imunisasi DPT, HB dan campak pada bayi

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 40 Cakupan imunisasi BCG dan Polio pada bayi menurut

jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 41 Jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif menurut jenis

kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 42 Pemberian makanan pendamping ASI anak usia 6-23

bulan keluarga miskin menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 43 Cakupan Pelayanan anak balita menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin,

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 45 Cakupan balita gizi buruk yang mendaopat perawatan

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat

menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis

kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

(14)

Tabel 49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (gadar) level 1 Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 50 Jumlha penderita dan kematian pada KLB menurut jenis

KLB Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 51 Desa/keluraha terkena KLB yang ditangani <24 jam

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 52 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis

kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 53 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD &

setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Kabupaten Bintan

Tahun 2011

Tabel 55 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar

menurut jenis jaminan, jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan

hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (dan

hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan gangguan

jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 59 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Bintan

(15)

Tabel 60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 61 Persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan

sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan

puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang

digunakan, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang

digunakan, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi

dasar menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 67 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan

(TUPM) sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 69 Ketersediaan obat menurut jenis obat Kabupaten Bintan

Tahun 2011

Tabel 70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan

Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes

dan memiliki 4 spesialis dasar Kabupaten Bintan Tahun 2011

(16)

Tabel 72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)

menurut kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Kabupaten

Bintan Tahun 2011

Tabel 75 Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan

Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 76 Jumlah tenaga kefarmasian dan gizi di sarana kesehatan

Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di

sarana kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 78 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di sarana

kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel 79 Anggaran Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011

Tabel

Tambahan 1 Cakupan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) menurut jenis kelamin, kecamatan dan

puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2011 Tabel

(17)

DAFTAR GRAFIK

Hal.

Grafik 1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup di

Kabupaten Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 36

Grafik 2. Angka kematian anak balita per 1.000 kelahiran hidup di

Kabupaten Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 37

Grafik 3. Jumlah penemuan kasus TB Paru BTA (+) per

puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2011 40

Grafik 4. Jumlah kasus penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) per puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2011 43

Grafik 5. Persentase Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di

Kabupaten Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 44

Grafik 6. Persentase balita gizi buruk (BB/U) di Kabupaten Bintan

Tahun 2008 s/d Tahun 2011 45

Grafik 7. Persentase kunjungan ibu hamil K-1 di Kabupaten

Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 47

Grafik 8. Persentase kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten

Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 47

Grafik 9. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011

48

Grafik 10. Persentase pelayanan kesehatan ibu nifas di Kabupaten

Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 49

Grafik 11. Persentase peserta KB baru dan KB aktif di Kabupaten

Bintan Tahun 2006 s/d Tahun 2011 51

Grafik 12. Persentase balita bawah garis merah di Kabupaten

Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 54

Grafik 13. Jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di

(18)

Grafik 14. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis penyakit

terbanyak di Kabupaten Bintan Tahun 2011 58

Grafik 15. Persentase rumah sehat di Kabupaten Bintan Tahun

2008 s/d Tahun 2011 61

Grafik 16. Persentase keluarga yang memiliki akses air bersih

Tahun 2011 62

Grafik 17. Persentase posyandu purnama dan mandiri di

Kabupaten Bintan Tahun 2008 s/d Tahun 2011 66

Grafik 18. Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun

2008 s/d Tahun 2011 73

Grafik 19. Persentase Anggaran Kesehatan Menurut APBD

(19)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut

kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2011 9

Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten

Bintan Tahun 2011 11

Tabel 3. Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di

Kabupaten Bintan Tahun 2010 – Tahun 2011 12

Tabel 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bintan

Tahun 2010 – Tahun 2011 14

Tabel 5. Perkembangan rata-rata lama sekolah dan Indeks

Pendidikan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 – Tahun 2011

15

Tabel 6. Persentase penduduk usia 10 – 14 tahun yang melek

huruf dan buta huruf pada Tahun 2010 – Tahun 2011 16

Tabel 7. Perkembangan angka harapan hidup dan indeks

kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 – Tahun 2011

17

Tabel 8. Daya beli masyarakat Kabupaten Bintan Tahun 2010 –

Tahun 2011 20

Tabel 9. Jumlah kelahiran dan kematian bayi di Kabupaten Bintan

Tahun 2011 36

Tabel 10. Jumlah kematian ibu maternal per Kecamatan dan

Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2011 38

Tabel 11. Jumlah dan kondisi puskesmas se-Kabupaten Bintan

Tahun 2011 67

Tabel 12. Jumlah dan kondisi puskesmas pembantu se-Kabupaten

Bintan Tahun 2011 68

Tabel 13. Jumlah dan kondisi polindes/poskesdes se-Kabupaten

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan

pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dan himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan.

Kegiatan pengembangan SIKNAS yang dilaksanakan diantaranya adalah pengemasan data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 memuat dan menggambarkan berbagai data dan informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Disamping itu Profil Kesehatan Kabupaten Bintan menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan, seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan geografi serta data lainnya yang dianggap perlu.

Profil kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2011 juga merupakan salah satu sarana evaluasi terhadap keberhasilan dan kinerja serta permasalahan dan kendala yang dihadapi sepanjang tahun 2011. Hasil evaluasi akan sangat

(21)

bermanfaat untuk perbaikan perencanaan pembangunan kesehatan dimasa datang. Seluruh data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi serta dilengkapi dengan analisis deskriptif.

Dengan tersedianya data-data dan informasi yang akurat dan valid dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 ini, diharapkan bermanfaat tidak saja sebagai media evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan Tahun 2011, tetapi juga menjadi sumber utama sebagai dasar dalam sistem perencanaan dan penyusunan program pembangunan bidang kesehatan yaitu pengambilan keputusan dan pembangunan kebijakan kesehatan dimasa akan datang.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penyusunan Profil Kesehatan ini adalah untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi daerah dan status kesehatan masyarakat, pencapaian dan kinerja pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2011.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum sejarah singkat, keadaan lingkungan

fisik, geografi, sosial ekonomi, pendidikan, dan demografi di Kabupaten Bintan Tahun 2011.

2. Diketahuinya Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan serta

program-program dan target-target tahunan pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011.

3. Diketahuinya hasil pencapaian pembangunan kesehatan Kabupaten

Bintan Tahun 2011.

4. Diketahuinya kinerja pembangunan kesehatan, sumber daya

pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2011.

(22)

1.3. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 ini disajikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I menjelaskan secara singkat latar belakang, manfaat dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2011 dan sistematika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab II menyajikan gambaran umum Kabupaten Bintan, yang meliputi letak geografis, administratif dan informasi demografi, keadaan pendidikan serta keadaan lingkungan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab III menguraikan indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat di Kabupaten Bintan Tahun 2011.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab IV menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh Kabupaten Bintan Tahun 2011.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab V menggambarkan secara umum tentang sumber daya yang ada di Kabupaten Bintan Tahun 2011, meliputi sarana prasarana kesehatan, sumber daya tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

(23)

BAB VI KESIMPULAN

Bab VI menggambarkan secara umum hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari hasil pencapaian pembangunan kesehatan, kinerja pembangunan kesehatan, serta saran-saran berupa rekomendasi dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam bab ini juga menjabarkan hal-hal yang belum tercapai atau masih kurang dalam rangka upaya menuju Kabupaten Bintan Sehat. LAMPIRAN

Pada lampiran profil kesehatan tahun 2011 ini dilampirkan tabel profil kesehatan sebanyak 79 tabel.

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN

2.1. Sejarah Singkat

Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Bintan telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di manca-negara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah

julukan Kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan

betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kedua Kerajaan Melayu

tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai

penguasa ditunjuk seorang Residen. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di

Rengat dan diperintah oleh Asisten Residen (dibawah) perintah Residen.

Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan

Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum Tahun 1945–1949 berdasarkan

Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 Nomor : 9 dibentuk daerah Zelf Bestur (daerah Riau). Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 Nomor : 9/Depart. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi

(25)

status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut :

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan

(termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan

Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan

Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan,

Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 Nomor : 524/A/1964 dan Instruksi Nomor : 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 Nomor : UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 Nomor : UP/256/5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan. Pada Tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 31 Tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada Tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 34 Tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Riau.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 Kecamatan, yaitu : Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan

(26)

Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebagian wilayah Galang dicakup oleh Kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu. Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 2001, Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan Kabupaten.

Sejalan dengan perubahan administrasi wilayah pada akhir Tahun 2003, maka dilakukan pemekaran Kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir Tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 31/2003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Bintan meliputi 6 Kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 12 Tahun 2007 telah dibentuk 4 Kecamatan baru sehingga saat ini Kabupaten Bintan memiliki 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tuapaya hasil pemekaran dari Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Mantang adalah pemekaran dari Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Sri Kuala Lobam adalah hasil pemekaran Kecamatan Bintan Utara.

2.2. Geografis

Kabupaten Bintan secara geografis terletak antara 0˚06’17”-1˚34’52” Lintang Utara dan 104˚12’47” Bujur Timur di Sebelah Barat -108˚02’27´Bujur Timur di Sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Bintan seluruhnya mencapai

87.717,84 Km2, luas daratannya hanya 2,22% atau sebesar 1.946,13 Km2 saja

dan luas lautnya 85.771,71 Km2. Kecamatan terluas daratannya adalah Kecamatan

Gunung Kijang dengan luas 503,12 Km2 dan Kecamatan terkecil adalah Tambelan

yaitu 169,42 Km2. Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari 240 buah pulau besar dan

kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten

(27)

Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama Paparan kontinental yang dibebut Paparan Sunda. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna, Kabupaten

Anambas dan Malaysia;

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga;

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat;

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

Morfologi pulau Bintan tidak memiliki perbedaan ketinggian yang menyolok yaitu antara 0-350 meter dari muka laut. Penonjolan puncak-puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar. Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2010 temperatur rata terendah 21,2 derajat celcius dan tertinggi rata-rata 34,2 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar 84%.

2.3. Demografi

Penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan estimasi Tahun 2011 berjumlah sebesar 149.554 jiwa terdiri dari 36.598 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 77.420 jiwa (51,77%) dan penduduk perempuan sebesar 72.134 jiwa (48,23%). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 107,33. Artinya setiap 100 perempuan berbanding dengan 107 laki-laki. Kecamatan yang terpadat penduduknya terdapat di Kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi 40.994 jiwa (40,99%)

(28)

sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Mantang sebanyak 4.095 jiwa (9,08%).

Tabel 1. : Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut

Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2011

Kecamatan Penduduk Sex Ratio

Laki-laki Perempuan Jumlah

Bintan Timur 21.355 19.640 40.994 108,73 Bintan Pesisir 4.614 3.799 8.413 121,44 Mantang 2.236 1.858 4.095 120,36 Toapaya 6.023 5.152 11.175 116,91 Gunung Kijang 6.910 5.709 12.619 121,04 Teluk Bintan 4.997 4.392 9.389 113,78 Teluk Sebong 8.962 7.874 16.836 113,81

Seri Kuala Lobam 8.438 10.093 18.531 83,61

Bintan Utara 11.186 11.088 22.273 100,88

Tambelan 2.699 2.530 5.229 106,69

Jumlah 77.420 72.135 149.554 107,33

Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Kebijakan pembangunan di segala bidang senantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum/penduduk. Oleh karena itu data kependudukan berdasarkan kelompok usia merupakan salah satu data dasar yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dan penerima manfaat kebijakan pembangunan. Salah satu penggunaan data penduduk berdasarkan kelompok umur adalah untuk menghitung jumlah angkatan kerja, rasio ketergantungan (dependency ratio) produktivitas penduduk, tingkat fertilitas melalui pendekatan rasio ibu dan anak (Child Woman Ratio), dll.

(29)

Dependency ratio menyatakan rasio perbandingan antara kelompok penduduk usia tidak produktif (usia 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke atas) terhadap kelompok penduduk usia produktif (usia 15-64 Tahun). Rasio ini menyatakan seberapa berat beban tanggungan yang harus dipikul oleh jumlah penduduk usia produktif. Dependency Ratio penduduk Bintan pada Tahun 2011 mencapai 49,00. Hal ini berarti pada Tahun 2011, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 49 penduduk usia belum/tidak produktif.

(30)

Tabel 2. : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bintan Tahun 2011

Kelompok Umur Tahun 2011

Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 8.877 8.261 17.138 5-9 8.017 7.459 15.476 10-14 6.288 5.851 12.129 15-19 5.591 5.203 10.794 20-24 7.244 6.759 14.003 25-29 9.245 8.622 17.867 30-34 8.473 7.904 16.377 35-39 6.584 6.146 12.730 40-44 4.943 4.617 9.560 45-49 3.738 3.478 7.216 50-54 2.716 2.527 5.243 55-59 1.973 1.835 3.808 60-64 1.399 1.302 2.701 65-69 1.068 994 2.062 70+ 1.264 1.176 2.440 Jumlah 77.420 72.134 149.554 Dependency Rasio 49,00

Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Kabupaten Bintan dengan luas + 87.717,84 Km2 terbagi kedalam 10

(31)

Tahun 2010 memiliki kepadatan penduduk sebesar 73 jiwa/km dengan jumlah penduduk sebesar 142.382 jiwa. Pada Tahun 2011 meningkat

menjadi 76,85 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sebesar 149.554 jiwa.

Kepadatan penduduk tersebut disebabkan karena banyaknya perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan perumahan dan adanya penetapan kawasan Free Trade Zone (FTZ) serta adanya pembangunan lain baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun pihak swasta di Kabupaten Bintan yang tentunya akan turut mempengaruhi migrasi penduduk ke wilayah ini.

Tahun Jumlah Rumah Tangga (Jiwa) Jumlah Penduduk (Jiwa)

2010 43.299 142.382

2011 39.632 149.554

Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

2.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Di negara-negara berkembang upaya membiayai pembangunan manusia masih mejadi dilema tidak terkecuali di Indonesia, secara lebih khusus di Kabupaten Bintan. Adanya kecenderungan bahwa selama kesukaran finansial ini berfokus secara berlebihan pada upaya memperbaiki anggaran belanja daerah tentunya akan mengorbankan pembangunan manusia dan sosial. Adanya kesungguhan Pemerintah Kabupaten Bintan

dan komitmen yang kuat dar seluruh stakeholders mengubah paradigma

pembangunanuntuk mengutamakan manusia dengan menetapkan target IPM ke dalam RPJMD Kabupaten Bintan Periode 2010-2015 sebesar 75,19 pada Tahun 2011 mencapai 74,68 atau kurang 0,51 poin dibandingkan Tabel 3. : Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk di Kabupaten

(32)

dengan Tahun 2010 mencapai 74,44 atau naik sebesar 0,24 poin telah memberikan angin segar bagi kemajuan pembangunan manusia di daerah ini dan sudah semakin terwujudnya optimalisasi dan sinergitas pola dan sasaran pembangunan manusia yang dikembangkan pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Bintan selama ini.

Pembangunan manusia memiliki nilai instrumental maupun instrinsik. Sejauh pendidikan, kesehatan dan nutrisi yang lebih baik secara langsung akan menyumbang kepada produktifitas, diharapkan pembangunan manusia yang belum optimal tidak terlalu menghalangi kemajuan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia adalah tujuan akhir dan kegagalan untuk memenuhinya dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik dengan konsekuensinya yang serius terhadap pertumbuhan ekonomi.

Jadi, yang diperlukan bukanlah menempatkan pembangunan manusi pada posisi yang kurang penting. Tetapi mengorientasikan kembali paradigma anggaran berdasarkan kebutuhan. Maka, sebaliknya daripada memotong kain menurut panjangnya, fokus yang seharusnya adalah memastikan panjangnya menurut permintaan. Dengan kata lain proses anggaran perlu pertama-tama menentukan kebutuhan menurut target pembangunan manusia dan kemudian berupaya mencari pendapatan yang dibutuhkan. Strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan, sekaligus tidak meninggalkan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ternyata tidak mudah untuk diwujudkan pada daerah-daerah yang sedang berkembang. Kabupaten Bintan sebagai salah satu daerah penyangga dan perlintasan utama menuju gerbang negara Singapura dan Malaysia. Kabupaten Bintan memiliki cukup besar peluang untuk bertumbuhkembangnya industri dan perdagangan, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan perkapita yang

(33)

lebih besar apalagi telah ditetapkannya Bintan sebagai salah satu kawasan Free Trade Zone oleh pemerintah.

Fokus pembangunan yang masih berpusat pada daerah-daerah yang cepat pertumbuhan ekonominya, mengakibatkan daerah-daerah yang relatif “tertinggal” seperti di wilayah Tambelan bagian Timur menjadi kurang mendapat perhatian dan menjadi prioritas. Walaupun ada pemikiran yang berkembang, hasil pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada daerah tertentu suatu saat diharapkan akan memberi efek tetesan ke bawah pada daerah-daerah periferal tersebut yang pada akhirnya diharapkan berdampak kuat pada upaya pemberantasan kemiskinan.

Untuk mengurangi kesenjangan tersebut di atas, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan. Upaya peningkatan kualitas SDM, yang dalam skala lebih luas disebut sebagai pembangunan manusia mutlak terus dilakukan oleh pemerintah, seperti perbaikan derajat kesehatan, tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk, serta meningkatkan kemampuan daya beli di masyarakat.

Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2010 74,44

2011 74,68

Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel 4. : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bintan Tahun 2010 – Tahun 2011

(34)

a. Indeks Pendidikan

Jika dilihat berdasarkan komponennya peningkatan capaian angka IPM Kabupaten Bintan dewasa ini merupakan kontribusi terbesar dari indeks pendidikan yang semakin baik. Pada Tahun 2010 capaian indeks pendidikan sebesar 82,97% meningkat menjadi 84,66% di Tahun 2011 atau naik sebesar 1,69 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penurunan angka drop out yang cukup signifikan dari tahun ke tahun

mampu menunjang pencapaian rata-rata lama sekolah yang cukup membanggakan.

Pencapaian rata-rata lama sekolah yang belum begitu besar kemungkinan disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD maupun yang tidak sekolah. Program pendidikan dasar 9 tahun masih operlu dipacu disamping terus digalakkan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) seperti program Paket A, b dan C dan keaksaraan fungsional.

Tahun Rata-rata Lama Sekolah Indeks Pendidikan

2010 8,67 82,76

2011 8,67 84,66

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Upaya pembangunan di bidang pendidikan ternyata cukup nyata dan berdampak baik di masa mendatang. Penuntasan buta huruf dan

penurunan angka rawan drop out murid sekolah tampaknya harus terus

digalakkan dan menjadi prioritas utama, dengan tidak mengabaikan upaya lain, seperti melakukan pembangunan dan revitalisasi

gedung-Tabel 5. : Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks

Pendidikan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 - Tahun 2011

(35)

gedung sekolah, sebagai upaya meningkatkan partisipasi murid secara berkelanjutan.

Dengan komposisi penduduk yang relatif besar di usia muda dewasa ini, tampaknya perlu dipersiapkan sarana penunjang pendidikan yang memadai, utamanya ditujukan bagi penduduk usia 10-14 tahun yang masih relatif besar. Jika pendidikan mereka tidak ditangani secara baik dan lebih dini, dikhawatirkan pada tahun ke depan akan berdampak cukup serius pada pencapaian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Dari data BPS Kabupaten Bintan diperoleh gambaran capaian Angka Melek Huruf (AMH) penduduk 10 tahun ke atas mencapai 98,09% tahun 2010 dan masih stabil 98,09% di Tahun 2011.

Tabel 6. : Persentase Penduduk Usia 10-14 Tahun yang melek Huruf dan Buta Huruf pada Tahun 2010 - Tahun 2011

Tahun Melek Huruf (%) Buta Huruf (%)

2010 98,09 1,91

2011 98,09 1,91

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Indikator penting lainnya yang berkaitan dengan pendidikan selain tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi merupakan indikator yang menunjukkan partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah. Hasil penghitungan Tahun 2010 menginformasikan bahwa APM penduduk usia 7-12 tahun setara SD/MI sebesar 93,00%. APM kelompok penduduk usia 13-15 tahun setara SMP/MTs sebesar 66,70% sedangkan kelompok 16-18 tahun setara SMA/MA mencapai 45,74%.

(36)

b. Indeks Kesehatan

Pencapaian angka harapan hidup Kabupaten Bintan dewasa ini masih belum begitu menggembirakan, walaupun terdapat peningkatan yang cukup signifikan, tetapi belum mampu mencerminkan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan dapat dikatakan cukup baik. Menurut data BPS Kabupaten Bintan, capaian angka harapan hidup Kabupaten Bintan Tahun 2005 baru mencapai 69,33 dan sedikit menurun menjadi 65,50 di Tahun 2006. Dan di Tahun 2010 Angka Harapan Hidup mencapai sebesar 69,71. Dari data ini tampaknya diperlukan upaya yang bersifat komprehensif dan lintas sektor agar perbaikan derajat kesehatan yang ditunjukkan dengan makin meningkatnya angka harapan hidup dan terus menurunnya angka kematian bayi dapat terwujud di masa mendatang.

Tabel 7. : Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 s/d Tahun 2011

Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kesehatan

2010 69,70 74,50

2011 69,75 74,58

Sumber : BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Peningkatan angka harapan hidup penduduk selama kurun waktu 2005-2010, sebenarnya sudah cukup mampu memberikan kontribusi pencapaian angka IPM secara signifikan. Pada Tahun 2005, capaian indeks kesehatan di Kabupaten Bintan baru sekitar 73,88% dan meningkat menjadi 74,17% di Tahun 2006, atau naik sekitar 0,28 poin. Sedangkan pada tahun 2011, capaian indeks kesehatan Kabupaten Bintan sebesar 74,58% atau naik sekitar 0,08 poin dibandingkan dengan Tahun 2010 yakni sebesar 74,50%.

(37)

Dalam perspektif peningkatan derajat kesehatan upaya menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap harus terus menjadi prioritas, begitu pula penanganan status gizipada balita dari waktu ke waktu terus ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan program-program lain yang bersentuhan langsung dengan derajat kesehatan.

c. Indeks Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai nilai tambah seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan referensi harga yang berlaku pada Tahun tertentu dikenal dengan PDRB atas dasar harga berlaku yang berguna untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu daerah, sedangkan Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada satu Tahun tertentu dikenal dengan PDRB atas dasar harga konstan, dimana harga pada Tahun 2000 dijadikan sebagai dasar penghitungannya dan ini berguna untuk melihat besarnya laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Perkembangan kondisi umum ekonomi Kabupaten Bintan yang

merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan

Pemerintahan dan pembangunan pada beberapa Tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang positif, meskipun pada kenyataannya perkembangan kondisi nasional tetap memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi ekonomi pada daerah-daerah di seluruh Indonesia, termasuk Kabupaten Bintan. Kondisi ekonomi

(38)

daerah secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang menggambarkan nilai tambah bruto/nilai output akhir yang dihasilkan melalui produksi barang dan jasa oleh unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada periode tertentu.

Berdasarkan data yang dihimpun dar Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB Kabupaten Bintan Tahun 2011 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp. 4,87 trilyun yang diukur dari sembilan sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan listrik, gas dan air bersih, bangunan/konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa.

Sektor-sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah sektor industri pengolahan sebesar 50,72%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,49%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,97% dan sektor pertanian sebesar 5,78%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,74%, sektor lain masing-masing hanya memberikan kontribusi kurang dari 3,73%.

d. Pengeluaran Perkapita/Daya Beli

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pencapaian daya beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Kabupaten Bintan yang diukur dengan konsumsi per kapita/tahun menunjukkan adanya kenaikan. Pada Tahun 2005 mencapai sebesar Rp. 623.000,- meningkat menjadi sebesar Rp. 646.570,- pada Tahun 2010. Dalam kurun waktu Tahun 2005-2010, peningkatan indeks daya beli penduduk Kabupaten Bintan masih relatif kecil, yaitu hanya sebesar 4,96 poin. Kondisi tersebut berlanjut di Tahun

(39)

2011, dimana capaian kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Bintan masih bertahan di kisaran Rp. 648.140,- dan memiliki indeks 80,45 poin. Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Bintan dewasa ini, kemungkinan lebih disebabkan oleh faktor eksternal Kabupaten Bintan seperti belum mantapnya kebijakan makro ekonomi nasional, belum stabilnya nilai tukar rupiah saat itu dan adanya kenaikan BBM di kwartal kedua Tahun 2008 cukup menekan laju pertumbuhan daya beli masyarakat.

Tabel 8. : Daya Beli Masyarakat Kabupaten Bintan Tahun 2010 -

Tahun 2011

Tahun Pendapatan Riil

Perkapita (Rp.) Indeks Daya Beli

2010 646.570,- 79,61

2011 648.140,- 80,45

Sumber : BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan makro ekonomi nasional ternyata berdampak secara serius terhadap ketatnya perkembangan daya beli masyarakat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bintan berupaya menyiapkan langkah-langkah strategis dan kebijakan yang berpihak pada masyarkat, seperti menyiapkan program ketahanan pangan secara berkelanjutan melalui RPJMD Kabupaten Bintan periode Tahun 2011-2015, mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat miskin dan tertinggal, langkah-langkah pemerintah pusat dalam mengembangkan subsidi langsung tunai dapat pula dioptimalkan karena terbukti efektif menghindari merosotnya kemampuan daya beli masyarakat secara luas, walaupun dalam beberapa sisi direview agar berhasil dan tepat guna dalam mendongkrak daya beli masyarakat.

(40)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1. Program Kesehatan

Sektor kesehatan termasuk prioritas utama dalam proses pembangunan di Kabupaten Bintan. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan Kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.

Untuk mendukung terwujudnya “Indonesia Sehat 2025“, maka penerapan pembangunan berwawasan kesehatan melalui pendekatan Kabupaten / Kota Sehat akan memberi dampak luas bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan/kelurahan.

Oleh karena itu perlu adanya persamaan persepsi terhadap Pengertian “Kabupaten Sehat“, yaitu kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat yang didukung oleh lingkungan, prasarana wilayah, akses pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup di lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Guna mewujudkan “Kabupaten Sehat “ tersebut di Kabupaten Bintan , maka perlu adanya Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan.

3.1.1. Visi

Visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan sebagaimana telah ditetapkan dan dituangkan dalam rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten

(41)

Bintan Tahun 2011 – 2015 adalah “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Bermutu yang Merata Berkeadilan dan Berkualitas”. Harapan berdasarkan Visi tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai pada jangka waktu lima tahun kedepan atau pada akhir tahun 2015 adalah terwujudnya pelayanan kesehatan bermutu yang merata diseluruh lapisan masyarakat yang setinggi-tingginya menuju Kabupaten Bintan Sehat.

3.1.2. Misi

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, menetapkan misi sebagai berikut :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya

kesehatan promotif/preventif dan kuratif/rehabilitatif yang merata, berkeadilan dan berkualitas.

2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk membangun

kemandirian dalam upaya kesehatan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan (tenaga,

biaya, alat kesehatan, obat dan sarana prasarana).

4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dan akuntabel.

5. Membangun kerjasama lintas sektoral untuk mendukung upaya-upaya

kesehatan serta mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.

6. Menciptakan Sistem Informasi Kesehatan yang tepat, cepat dan akurat serta

berjenjang dan berkelanjutan.

3.1.3. Arah Kebijakan

Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada akhir Tahun 2015, maka peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan kebijakan sebagai berikut :

(42)

1. Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan jenisnya, serta tersebar secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan dimasa mendatang.

Guna menjamin ketersediaan sumber daya pembiayaan kesehatan, maka

Dinas Kesehatan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada stakeholder di

tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat (Kemenkes) dalam rangka mendapatkan sumber dana dari APBN ataupun Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN). Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan daerah terpencil, maka penyediaan dana khusus dari anggaran pemerintah perlu tetap dialokasikan dalam APBD Kabupaten maupun APBD Provinsi dan APBN.

Untuk menjamin sumber daya obat-obatan dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan pendistribusian obat serta perbekalan kesehatan, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Dinas Kesehatan menjamin ketersediaan obat sangat essensial di Puskesmas, karena menggunakan sistem buffer stock.

2. Pelaksanaan Upaya Kesehatan

Sesuai dengan paradigma, Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan harus memberikan pengutamaan pada pelayanan kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Disamping itu upaya kesehatan bagi penduduk miskin penanggulangan masalah gizi kurang dan buruk pada balita dan ibu hamil, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan dan pendaya-gunaan tenaga kesehatan perlu mendapatkan pengutamaan dan penanganan secara komprehensif.

(43)

3. Penggalangan Kemitraan Lintas Sektor

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan dan kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi daerah. Kerjasama lintas sektor perlu dilakukan sejak proses perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada pengawasan dan penilaiannya.

4. Pemberdayaan Masyarakat dan Swasta

Dalam era reformasi yang sedang berjalan pada dewasa ini, masyarakat termasuk swasta diharapkan berperan aktif dan berkontribusi secara nyata dalam pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan subsidi silang dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM). Sedangkan kemitraan dengan sektor swasta diarahkan pada pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran swasta dalam upaya kesehatan masyarakat.

5. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Pelaksanaan Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan akan efektif dan efisien bila upaya pengawasan internal secara terus menerus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan system dan prosedur pengawasan melekat dari pimpinan kepada bawahan dan jajarannya secara berjenjang. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara komprehensif dan berbasis kinerja.

(44)

3.1.4. Strategi

Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada akhir Tahun 2015, dan sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2011-2015 akan ditempuh beberapa alternatif strategi yang dikonsolidasikan menjadi 4 (empat) strategi yang saling kait mengait dan saling mendukung secara sinergis sebagai berikut :

1. Meningkatkan Alokasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan dan Keluarga

Berencana melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN serta PHLN.

2. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Mutu dan Profesionalisme Sumber Daya Tenaga

Kesehatan.

3. Meningkatkan dan Memantapkan Peranan dan Fungsi Pelayanan serta

Manajemen Kesehatan.

4. Memantapkan dan Merealisasikan Komitmen Bersama untuk Pembangunan

Kesehatan umumnya, dan secara khusus Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan dan KB Bermutu yang Merata dan Terjangkau.

3.1.5. Program-program Pembangunan Kesehatan

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, maka disusunlah program-program Dinas Kesehatan untuk kurun waktu 2011-2015 yakni sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat

Tujuan program ini adalah meningkatkan jumlah, pemerataan, dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan di Desa/Polindes. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup

sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.

(45)

b. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional/komplementer alternatif.

c. Peningkatan upaya kesehatan tenaga kerja.

d. Peningkatan upaya kesehatan bagi keluarga rawan (perkesmas).

e. Peningkatan upaya kesehatan mata.

2. Program Peningkatan Gizi dan Kesehatan Keluarga

Tujuan program ini adalah mendukung upaya menurunkan angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi dan balita serta meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (bayi).

b. Peningkatan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah.

c. Peningkatan pelayanan kesehatan remaja.

d. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut.

e. Peningkatan kemampuan tenaga pengelola dan pelaksana program gizi di

Puskesmas dan jaringannya.

f. Penanggulangan masalah kurang gizi protein (KEP), anemia gizi besi,

ganggguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya.

g. Penanggulangan masalah gizi lebih.

h. Peningkatan surveilans gizi.

(46)

3. Program Pengendalian Penyakit

Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malria, DBD, TB Paru, Diare, Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan penyakit tidak menular dan degeneratif yang prioritas ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi darah diabetes mellitus dan penyakit-penyakit lainnya. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan imunisasi.

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

d. Pencegahan dan pemberantasan penyaki filariasis.

e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC.

f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit IMS/PMS.

g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.

h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA/Pneumonia.

i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta.

j. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah/KLB.

k. Pencegahan dan pemberantasan penyakit degeneratif.

4. Program Penyehatan Lingkungan

Tujuan program ini adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat melalui peningkatan dan pembinaan serta penggalangan kemitraan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

(47)

a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan.

b. Peningkatan dan pemantapan penyelenggaraan akselerasi desa sehat.

c. Peningkatan upaya pengawasan penyehatan makanan dan minuman.

d. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan.

e. Peningkatan pembinaan dan pengembangan klinik sanitasi.

f. Peningkatan pengawasan dan pengendalian dampak pencemaran.

5. Program Peningkatan Jangkauan Pelayanan Kesehatan

Tujuan program ini adalah meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana kesehatan secara adil, merata dan terjangkau. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan, pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan.

b. Peningkatan manajemen pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.

6. Program Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Bagi Masyarakat Miskin

Tujuan program ini adalah meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perorangan dan rujukan bagi masyarakat miskin. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Pelayanan kesehatan dasar penduduk miskin.

b. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin.

c. Pelayanan kesehatan penduduk miskin dan daerah terpencil di puskesmas

(48)

7. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan program ini adalah memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan media

promosi kesehatan.

b. Peningkatan dan pengembangan desa siaga.

c. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

8. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tujuan program ini adalah. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

b. Peningkatan pelayanan kefarmasian.

9. Program Pengawasan dan Pembinaan Peredaran Sediaan Farmasi, Makanan

dan Minuman

Tujuan program ini adalah melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pemakaian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, serta produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat, sarana kefarmasian, serta pelayanan kesehatan swasta lainnya. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi produsen/pengedar

(49)

b. Peningkatan pengawasan peredaran dan pemakaian sediaan farmasi, obat-obatan, obta tradisonal, alat kesehatan serta makanan dan minuman.

10.Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga

Kesehatan

Tujuan program ini adalah meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan

b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui

pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan yang bermutu/terstandarisasi dan sertifikasi.

c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga

kesehatan dan PNS.

11.Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

Tujuan program ini adalah mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan daerah dan sistem kesehatan nasional. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Penyusunan evaluasi MDGs dan kebijakan pembangunan kesehatan

(SPM) bidang kesehatan.

b. Penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan.

c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

(50)

3.1.6. Sasaran Pembangunan Kesehatan

1. Sasaran Program Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan

berhasil-guna dan berdaya-berhasil-guna yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan sampai dengan akhir tahun 2015 adalah dengan prioritas pada kelompok sasarannya yaitu masyarakat/keluarga miskin, kelompok rentan (bayi, balita, ibu hamil, usila) dan masyarakat di daerah terpencil, dengan sasaran program sebagai berikut :

a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat

b. Meningkatnya pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

c. Meningkatnya kualitas lingkunga bersih dan pengedalian penyakit menular

d. Tersedianya kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan bagi masyarakat

e. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, komposisi sesuai

kebutuhan, terdistribusi secara adil dan merata, serta dimanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Rasio kebutuhan tenaga kesehatan Kabupaten Bintan adalah :

 Rasio Dokter Spesialis dengan Penduduk = 1:20.000

 Rasio Dokter dengan Penduduk = 1: 2.000

 Rasio Dokter Gigi dengan Penduduk = 1: 8.300

 Rasio Perawat dengan Penduduk = 1: 1.000

 Rasio Bidan dengan Penduduk = 1: 1.000

 Puskesmas yang memiliki tenaga dokter = 100%

f. Terjangkaunya akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten

Bintan, dengan rasio sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1.  :  Jumlah  Penduduk  Laki-laki  dan  Perempuan  Menurut  Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Tabel 2.  :  Jumlah  Penduduk  Menurut  Kelompok  Umur  di  Kabupaten Bintan Tahun 2011
Tabel 4.  :  Indeks  Pembangunan  Manusia  (IPM)  di  Kabupaten  Bintan  Tahun 2010 – Tahun 2011
Tabel 5.  :  Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks  Pendidikan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 - Tahun  2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nornor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Und,agg-Und*rrE Hukrrm Acara Pidana (kmb {ru,. Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nornor 36,

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3413), sebagaimana telah diubah dengan

Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, maka terhadap pelaporan yang menyangkut Kinerja Instansi

Bab ini menguraikan sumber daya kesehatan pada tahun 2015 keadaan sumber daya pada tahun 2015 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan, jumlah

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan undang- undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 xiii Lampiran 36 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin,.. Kecamatan,

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, didalam Peraturan Presiden