• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembinaan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa pemenuhan kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian stimulasi dini, tumbuh kembang dan pendidikan, baik di rumah maupun di luar rumah. Pembinaan dan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, kreatif, produktif, bertanggung jawab dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Hal tersebut mengandung konsekuekensi dalam pembinaan kesehatan bayi dan anak balita. Bayi dan anak balita yang telah selamat dari ancaman kematian perlu mendapat perhatian agar mereka dapat mencapai kualitas hidup yang baik. Dalam kehidupan manusia, masa balita merupakan masa emas yang tidak akan terulang kembali karena merupakan masa yang paling penting untuk pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan sosialisasi dan penanaman dasar-dasar kemandirian. (Depkes RI, 1999).

Gangguan pertumbuhan merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada anak-anak di negara yang sedang berkembang. Gangguan pertumbuhan pada masa anak-anak yang dihubungkan dengan badan yang lebih pendek pada masa remaja dan penurunan masa otot tubuh yang dapat mengurangi

(2)

kemampuan reproduksi wanita dan produktivitasnya serta kapasitas kerja pada pria maupun wanita. (Hadi, 2004).

Gambaran keadaan gizi balita di Indonesia diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Menurut hasil SUSENAS 2003, setiap tahun diperkirakan ada 350.000 bayi dengan berat lahir rendah di bawah 2500 gram, sebagai salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada kematian balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5 % atau terjadi penurunan sebesar 10%.

Gangguan pertumbuhan anak di bawah lima tahun (balita) merupakan indikator kemiskinan (Siswono, 2002). Dalam Millenium Development Goals

(MDGs) 2000, para pemimpin dunia sepakat bahwa proporsi anak balita kurang gizi atau berberat badan rendah merupakan salah satu indikator kemiskinan.

Para pakar juga yakin lingkungan verbal bagi anak juga tak kalah pentingnya. Bahasa yang diperdengarkan anak bisa meningkatkan atau menghambat kemampuan dasar berpikirnya. Penelitian ini dilakukan oleh psikolog Rusia. Ia membayar para ibu keluarga miskin untuk membacakan cerita dengan suara keras untuk bayi mereka masing-masing selama 15-20 menit setiap hari. Menjelang usia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya, bayi-bayi itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi seusianya di daerah yang sama

(3)

Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 telah menyebutkan bahwa orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan kemampuan, bakat dan minatnya, serta mencegah terjadinya pekawinan pada usia anak-anak sehingga orangtua atau keluarga benar-benar memperhatikan dan memahami apa yang telah ditetapkan (BKKBN, 2006).

Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) yang dimulai pada tahun 1983 merupakan prakarsa Menteri Negara Peranan Wanita, dalam pelaksanaan operasionalnya bekerjasama dengan sektor-sektor dan LSM terkait, merupakan salah satu upaya yang berkontribusi dalam pemberdayaan orangtua sebagai pendidk pertama dan utama dari generasi penerus bangsa dalam rangka mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

Pembinaan tumbuh kembang anak balita belum menjangkau sebagian besar anak-anak yang tinggal di pedesaan, khususnya anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Kondisi ini masih perlu ditingkatkan dalam pelayanan sosial.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka pemerintah mempunyai perhatian untuk tetap mengembangkan kebijakan Gerakan Bina Keluarga Balita sebagai salah satu kontribusi dalam pembinaan kualitas anak.

(4)

Hasil penelitian Pusat Studi Keluarga BKKBN tentang peranan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam upaya pemantapan pembinaan tumbuh kembang menunjukkan bahwa anak dapat belajar dengan baik di SD bilamana telah dipersiapkan terlebih dahulu antara lain dengan mengikuti kelompok BKB. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan semua pihak (responden) sepakat bahwa pihak yang paling berperan dalam penyiapan anak adalah orang tua disamping pihak lain yaitu anggota keluarga yang lain (BKKBN, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokterran Universitas Diponegoro yang mengukur tingkat kecerdasan (IQ) dan kematangan sosial (SQ) pada 300 responden yang terbagi kedalam kelompokpeserta dan bukan peserta BKB.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pada tingkat kecerdasan kelompok peserta BKB, untuk tingkat IQ baik (diatas 120) ditemukan 13,8 % dan SQ yang baik ada 7,6 %. Dari kelompok bukan peserta BKB didapatkan tingkat IQ yang baik hanya sebesar 3,0% dan tingkat SQ yang baik ada 7,6%. Sehingga dapat disimpulkan program BKB sangat bermanfaat bagi para ibu yang menginginkan anaknya tumbuh dengan baik

Selain itu, dengan adanya BKB maka keluarga, khususnya Keluarga Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dapat mengakses pendidikan keluarga, sehingga dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya, mengetahui cara praktis untuk melakukan stimulasi dan pemantauan tumbuh kembang sesuai usia dan perkembangannya, serta mengasuh dan mendidik anak balitanya dengan baik dan

(5)

Program BKB di Kabupaten Aceh Singkil dimulai pada tahun 2004. Program ini merupakan program lintas sektor yang melibatkan berbagai sektor antara lain, pendidikan, agama, kesehatan, dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Aceh Singkil. Pelaksanaan program BKB di Kabupaten Aceh Singkil berada dalam naungan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera (BPPKS).

Salah satu kelompok binaan BKB dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Aceh Singkil adalah kelompok BKB yang terdapat di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah. Jumlah balita di Desa Tulaan sebanyak 280 orang, tetapi balita yang menjadi peserta BKB sbanyak 161 orang yang terdiri dari kelompok ummr 0-5 tahun. Kelompok BKB Desa Tulaan meraih juara I dalam penilaian kelompok BKB teladan tingkat Kabupaten Aceh Singkil pada bulan Agustus 2008.

Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh kader BKB berupa memberikan materi penyuluhan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan balita. Selanjutnya diadakan pemantauan terhadap perkembangan masing-masing balita apakah telah mencapai tahapan perkembangan sesuai dengan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Balita yang sudah mencapai tahap perkembangan sesuai dengan tugas yang diberikan padanya akan diberikan tugas perkembangan tahapan selanjutnya, balita yang belum mencapai tahapan perkembangan yang sesuai umurnya akan didiskusikan pemecahan masalahnya oleh ibu dan kader mengenai kesulitan yang dialami oleh ibu dalam melatih balitanya.

(6)

Hasil yang diharapkan dari adanya kegiatan pembinaan ini adalah ibu menjadi terampil dalam mengasuh dan mendidik khususnya dalam menunjang proses tumbuh kembang balita, ibu dan anggota keluarga yang lain dapat berinteraksi lebih erat dengan balita sehingga akan cepat mengetahui gangguan tumbuh kembang anak sejak dari awal, serta balita yang cerdas, sehat, mandiri pada masa yag akan datang.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan balita pada keluarga peserta dan bukan peserta Bina Keluarga Balita (BKB) di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2009.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia 36-59 bulan pada keluarga peserta dan bukan peserta Bina Keluarga Balita (BKB) di Desa Tulaan Kecematan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan jarak kelahiran) pada ibu balita peserta dan bukan peserta Bina Keluarga Balita (BKB) di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

(7)

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk kelanjutan program BKB di Kabupaten Aceh Singkil umumnya dan Kecamatan Gunung Meriah khususnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji Duncan dengan derajad signifikan 0,05 (α = 0,05) menunjukkan bahwa perlakuan konsorsium mikroba biofertilizer memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

➢ Dari peta pikiran yang telah dilengkapi itu guru dapat membuat kegiatan lanjutan, misalnya meminta siswa mendiskusikan jawaban setiap pertanyaan pada peta pikiran atau

Berdasarkan Hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPT N), berikut disampaikan nama-nama yang dinyatakan lulus melalui jalur SBMPTN pada Institut

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan lokasi terjadinya banjir dengan variabel yang digunakan yaitu kemiringan lereng dengan kriteria

Dalam tahap ini pembuat karya sebagai reporter bersama produser mengumpulkan ide untuk membuat sebuah program, membuat riset ke masyarakat untuk melihat minat

Pada kegiatan inkuiri, guru meminta siswa untuk mengamati media yang disiapkan oleh guru berupa stik es krim dengan jumlah yang sama banyak yang ditata dalam

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan berbagai jenis nyamuk, kepadatan, umur, dan habitat karakteristik nyamuk yang berpotensi sebagai vektor filariasis di Desa Binawara,

Secara sistematis sesuai dengan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, urut-urutan yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk menentukan pihak penyelenggara