• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang sangat spesifik untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka membangun sistem pendidikan yang baik, tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara nasional dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum. Peningkatan sarana dan fasilitas pembelajaran serta dilakukan penelitian yang inovatif terhadap metode-metode dan pendekatan pembelajaran maupun pengembangan perangkat pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berbicara mengenai proses pembelajaran salah satunya adalah cabang ilmu di dalamnya adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya dapat penguasaaan pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep, atau prinsip– prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Siswa diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.

(2)

Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat agar siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 22, 2006).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 22 tahun 2006, kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena itu kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut meliputi objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Proses pembelajaran dan pengajaran di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa tentang materi ajar. Dari hasil studi intensif Direktorat Dikmenum (1996-1997) mengenai pola pembelajaran dan pemahaman SMA sesuai dengan tuntutan kurikulum. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMA cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan kenyataan di SMA Panca Bhakti Magetan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cenderung diam, menyalin dan kurang merespon apa yang diajukan guru, sehingga belum menunjukkan kelancaran siswa dalam menguasai materi baik secar kognitif, afektif, juga spikomotor. Saat praktikum berlangsung siswa hanya terfokus pada pengambilan data. Kenyataan lain siswa cenderung menghafalkan satu jawaban yang benar dan belum dapat mengaitkannya dengan materi yang sedang dibahas sehingga siswa kesulitan memahami konsep-konsep kimia serta kaitannya dengan permasalahan dalam penerapan konsep di kehidupan sehari-hari. “ Hal ini disebabkan oleh banyak

(3)

faktor, baik dari dalam atau luar seperti pengajar, situasi kelas dan kondisi social dari aspek aspek yang ada di sekolah”. (Heri S, 2005: 5)

Hal itu didukung oleh fakta bahwa rata-rata nilai ujian akhir atau ulangan siswa SMA di Indonesia pada mata pelajaran kimia untuk beberapa tahun terakhir selalu rendah. Berikut nilai rata-rata nilai ulangan harian kimia materi koloid kelas X pada Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Panca Bhakti Magetan. Berikut disajikan daftar nilai ulangan harian dari beberapa tahun terakir.

Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Materi Koloid Siswa SMA PANCA BHAKTI

Tahun Pelajaran Rata-rata Nilai Ulangan Harian 2006/ 2007 2007/ 2008 2008/ 2009 5,00 5,75 6,50

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat kita lihat bahwa dari tiga tahun terakhir rata-rata nilai ulangan harian kimia materi koloid siswa dalam kimia sangat kurang dan berada di bawah batas ketuntasan minimal (5,00) untuk Tahun Ajaran 2006/ 2007 (5,75 ) untuk Tahun Ajaran 2007/ 2008 ; (6,50) untuk Tahun Ajaran 2007/ 2008

Penyebab universal atas masih rendahnya mutu pendidikan Kimia yang secara umum diterima oleh para siswa adalah kurangnya kepahaman siswa dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. Penyebabnya mungkin karena “ para guru kimia mengajar berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke

(4)

pikiran siswa. Dengan asumsi tersebut mereka memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepada para siswa”nya ( Sadia, 1997:1 ).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka langkah selanjutnya adalah bagaimana seorang guru dapat mengatur kegiatan pembelajaran siswa yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar baik didalam maupun di luar kelas. Dengan demikian, guru dituntut harus pandai dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat.

Pengertian atau pemahaman yang dimaksud tersebut, pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana biasa mereka diajarkan, yaitu menggunakan segala sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya, dimana mereka akan hidup dan bekerja. “Perlu disadari bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa dan dapat dipergunakan untuk kehidupannya” ( Rustana, 2002: 10)

‘Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan upaya pendidikan adalah ketersediaan perangkat pembelajaran, prosedur pembelajaran, proses belajar mengajar. Tersedianya perangkat pembelajaran ini dapat membantu guru mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendorong siswa menggunakan gaya-gaya belajar yang berbeda, sehingga dengan perencanaan yang seksama maka kebutuhan seluruh siswa dapat dipenuhi dalam kelas sains” (M.Nur, 1999: 1-3)

(5)

Bidang Studi Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala–gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia SMA diarahkan untuk mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan ketrampilan dan penalaran. Untuk menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana tersebut, siswa harus dilibatkan secara langsung dengan peristiwa atau gejala-gejala alam. Namun pada kenyataannya, pembelajaran kimia di sekolah-sekolah masih banyak yang belum melibatkan siswa secara langsung dengan zat-zat kimia sebagai sarana untuk mengenal gejala-gejala alam tersebut.

Mata pelajaran kimia juga perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses, kecakapan berfikir (thinking skill ) dan bertindak serta .sikap ilmiah sebagai salah satu aspek penting keterampilan hidup (life skill).

Salah satu aspek kecakapan hidup ( life skill ) yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan akademik (academic skill). “Keterampilan akademik (academic skill) merupakan kemampuan berpikir ilmiah yang bersifat keilmuan. Keterampilan akademik meliputi keterampilan awal dalam melakukan identifikasi

(6)

variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying varibles and describing relationship among them), melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research)” (Samani, 2002:30). Kenyataan yang ada di lapangan juga mengambarkan bahwa aktifitas belajar juga harus mendapatkan perhatian yang maksimal

Dalam materi pokok Koloid yang mempunyai karakteristik kongkrit artinya dapat dinyatakan dalam kehidupan nyata, sederhana dan tidak berbahaya dimana bisa dilakukan dan bahan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari. Sehingga bisa digunakan sebagai salah satu materi yang dapat dimodelkan pada proses belajarnya. Namun sampai sekarang guru belum memodifikasi proses pembelajaran tersebut padahal dapat dibuat menjadi lebih menyenangkan dan menarik. Kompetensi dasar yang diharapkan adalah (1) Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.. (2) Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 22, 2006). Indikator hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat menganalisis perbedaan jenis – jenis koloid melalui eksperimen. Menganalisis sifat, Jenis, Kegunaan koloid melalui eksperimen masih dijabarkan menjadi sub indikator sebagai berikut: (1) mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, (2) merumuskan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan, (3) merumuskan hipotesis, (4) merencanakan uji hipotesis dengan menentukan variabel-variabel yang terlibat dalam eksperimen, (5) memilih alat-alat yang sesuai untuk uji hipotesis, (6) melakukan

(7)

eksperimen, (7) mengumpulkan data dengan mencatat hasil pengamatan, (8) menganalisis data yang diperoleh dari eksperimen, (9) menyimpulkan hasil eksperimen, (10) melaporkan hasil eksperimen.

Pencapaian sub-sub indikator di atas memerlukan berpikir tingkat tinggi, karena mengidentifikasi dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, dan membuat simpulan adalah termasuk keterampilan berpikir tinggi, yang masuk dalam komponen academic skills. Jika keterampilan akademik (academic skills) diantarnya kemampuan awal dan aktivitas belajar.

Kemampuan awal disini adalah Kemampuan dalam artian kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kata awal adalah permulaan. Gagne berpendapat bahwa “ pengetahuan awal yang lebih rendah dari pada pengetahuan yang baru”, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah hasil belajar yang didapat sebelum kemampuan yang lebih tinggi pada proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal seseorang merupakan penentu keberhasilan pembelajaran berikutnya. Hal ini di asumsikan bahwa siswa yang mempunyai pengetahuan awal yang rendah sebaiknya dimantapkan dulu dalam progam remidi atau pengayaan karena akan berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. Sedangkan bagi yang mempunyai kemempuan awal tinggi bisa dilanjutkan pada materi lain dengan bekal pra syarat yang memadai. Aktifitas belajar ini merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dalam hal ini aktivitas siswa meliputi: aktivitas pemecahan masalah, mendefinisikan variabel yang berhubungan dengan masalah yang dipilih, mengumpulkan informasi yang sesuai, merangkai alat untuk melakukan

(8)

eksperimen, melakukan eksperimen dan pengamatan untuk mendapatkan data dalam rangka pemecahan masalah, melakukan diskusi, mempresentasikan hasil eksperimen, memperhatikan presentasi kelompok lain dan menyimpulkan hasil eksperimen. Jika siswa tidak dilatih dalam proses pembelajaran, maka dikhawatirkan akan terjadi kegagalan hasil belajar siswa terutama dalam mengimplementasikan materi pelajaran melalui keterampilan –keterampilan berpikir tersebut. Padahal academic skills merupakan fokus penekanan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Menurut pengamatan peneliti yang kebetulan juga pengajar mata pelajaran kimia di SMA Panca Bhakti Magetan , academic skills siswa masih lemah. Perlu diketahui SMA Panca Bhakti Magetan memiliki laboratorium IPA (digunakan untuk Kimia, Fisika, dan Biologi) Laboratorium tersebut sudah digunakan sebagaimana mestinya, namun fungsi praktikum dalam meningkatkan academic skill siswa masih kurang. Akibatnya, siswa kurang bisa memaknai eksperimen yang dilakukan. Padahal melalui praktikum, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan akademik (academic skill) yang berupa kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa perlu dilatih untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memaknai eksperimen yang dilakukan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.

Model atau strategi pembelejaran sebenarnya banyak dan beragam tergantung bagaiman proses tersebut berlangsung. Strategi belajar diantaranya

(9)

PBI, CTL, Inkuiri, Discoveri dan lain lain. Namun guru masih cenderung menggunakan pembelajaran yang konvensional dan subyek utamanya masih terfokus pada guru. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan tersebut adalah strategi pembelajaran inkuiri. Pembelajaran Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu. Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual. “ Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan”.(Trianto, 2007 :109). Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi juga harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Hal ini dikarenakan dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan selama proses pembelajaran. Materi pokok koloid mempunyai karakteristik autentik dan kontekstual (berhubungan dengan kehidupan nyata), oleh karena itu menurut peneliti materi ini cocok apabila diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri yang mempunyai karakteristik sama.

(10)

Adapun sintaks strategi pembelajaran inkuiri terdiri atas fase-fase sebagai berikut: (1) merumuskan masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) mengajukan hipotesis, (4) melakukan eksperimen, (5) mengumpulkan data, (6) melaporkan hasil eksperimen, (7) menyimpulkan hasil eksperimen (Carin dan Sund, 1970). Untuk mendukung penerapan strategi pembelajaran inkuiri, maka harus dibuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan skenario yang dirancang oleh guru dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dan indikator hasil belajar. Agar seorang guru dapat mengelola pembelajaran dan menjalankan RPP dengan baik, maka diperlukan beberapa perangkat pembelajaran berupa buku siswa, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), dan lembar format laporan praktikum. Hal-hal yang didapat dari proses belajar disesuaikan dengan komponen academic skill berupa kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa.

Pada penelitian ini mengunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Sebenarnya masih banyak metode lainnya seperti penugasan, diskusi, proyek dll. Namun yang paling tepat digunakan adalah eksperimen dan demonstrasi. Hal tersebut dikarenakan Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

(11)

kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Sedangkan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran kimia, misalnya reaksi redoks, sel volta yang nantinya akan dibandingkan keefektifitasnya dengan metode eksperimen.

Oleh sebab peneliti berkesimpulan untuk memecahkan persoalan pembelajaran dengan tema pembelajaran kimia yang diterapkan menggunakan model pendekatan inkuiri. Hal tersebut dilkukan karena dengan menggunakan pembelajaran menggunakan model inkuiri siswa dipacu untuk melakukan penemuan dan di motifasi menggali potensi anak secara maksimal sehingga anak cenderung aktif dan terkesan pada prose pembelajaran sehingga konsep dasar yang seharusnya tersampaiakn dapat diterima semaksimal mungkin. Peranan metode ekperimen dan demontrasi diharapkan memberikan warna baru untuk pembelajaran sehingga anak menjadi lebih tertarik untuk belajar dan melakukan pembaharuan dalam belajar terutama materi koloid. Karena materi koloid bersifat kongkit dan cenderung aplikasi kehidupan sehari – hari secara teoritis oleh karena itu pembelajaran yang cocok dengan model inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi sehingga anak akn lebih terkesan dengan pembelajarn yang dilakukan sendiri.

(12)

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan poin yang di anggap penting dapat di amati oleh guru. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. Dapat menambah pengalaman anak didik. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan. Juga dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit. Serta dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.

Diduga ada interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dilihatkemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dari interaksi tersebut diharapkan hasil prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan memuaskan.

B.

Identifikasi masalah

1. Kurikulum KTSP yang sekarang belum dapat dilaksanakan secara maksimal di sekolah karena kondisi dan situasi yang serba terbatas.

(13)

2. Proses pembelajaran di SMA Panca Bhakti Magetan masih menggunakan model pembelajaran yang monoton dan belum menggunakan variasi model pembelajaran.

3. Pembelajaran masih didominasi oleh keaktifan guru padahal ada beberapa metode yang bisa digunakan seperti eksperimen, demontrasi, proyek, penugasan dan lain lain.

4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menerapkan model – model pembelajaran misalnya inkuiri, discoveri, PBI, CTL, dan lain lain yang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif, kreatif serta melatih kemandirian namun guru belum menggunakan secara variatif.

5. Terbatasnya waktu dan kurangnya fasilitas alat alat laboratorium serta tidak adanya tenaga khusus laboran merupakan kendala bagi guru untuk dapat mengembangkan model model pembelajaran.

6. Inovasi pembelajaran saat ini dirasa masih belum tepat sasaran yang ditandai dengan, penggunaan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang kurang melibatkan siswa aktif.

7. Belum dikembangkannya alternatif pembelajaran kimia yang dapat membantu mempermudah belajar siswa, menggali kemampuan dan meningkatkan keterampilan akademik siswa.

8. Materi kimia yang diajarkan sebenarnya beragam mulai dari redoks, asam basa, hidrolisis, larutan penyangga, hasil kali kelarutan, koloid, dan lain lain, namun dalam proses pembelajaran guru belum menemukan keterkaitan antara materi tersebut dalam rangkaian suatu konsep yang sistimatis.

(14)

9. Ada beberpa faktor internal siswa diantaranya gaya belajar, sikap ilmiah, aktifitas, kreatifitas, konsep awal namun guru belum memperhatihan perbedaan hal tersebut diantara siswa.

10. Dewasa ini guru cenderung melakukan penilaian hanya aspek kognitif saja padahal penilaian harus mencakup aspek kognitif, afektif dan spikomotorik. Guru masih sering mengabaikan sumbang kritik dan saran siswa.

C.

Batasan Masalah

1. Penelitian pembelajaran kimia materi sistem koloid, untuk siswa kelas XI IPA sebagai subyek penelitian semester II SMA Panca Bhakti Magetan tahun ajaran 2008 / 2009.

2. Menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Pembelajaran dengan metode eksperimen dan demonstrasi

4. Aspek yang diteliti meliputi ( academic skill ) yaitu berupa kemampuan awal tinggi dan rendah, aktivitas belajar siswa dibatasi oleh aktifitas belajar tinggi dan rendah sedangkan prestasi belajar yang dilihat dari ranah kognitif.

5. Materi standar kompetensi sistem koloid

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul pula suatu permasalahan yaitu bagaimana pengaruh pembelajaran Inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan aktivitas

(15)

belajar siswa siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi koloid. Maka muncul pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa ? 2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ?

3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran aktifitas belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ?

4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa ?

5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa ?

6. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa ?

7. Apakah terdapat interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa ?

(16)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri pada materi pokok koloid melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh kemampuan siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid.

3. Pengaruh aktivitas belajar siswa tinggi dan aktivitas belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid.

4. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan` kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan aktifitas siswa terhadap prestasi belajar.

6. Interaksi antarakemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

7. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi; kemampuan awal dan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa

(17)

F.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Mengetahui alternatif model, metode pengajaran dalam upaya menggali kemampuan yang dimiliki siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang di dukung dengan peningkatan kemampuan awal dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia

b. Mengetahui pengaruh kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid

c. Mengetahui prestasi belajar kimia dilihat dari kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa

d. Mengetahui bagaimana interaksi dalam pembelajaran di kelas di kelas. 2. Manfaat Praktis

a. Pada umumnya belajar di sekolah-sekolah, siswa masih diajari cara belajar dengan menghafalkan, sehingga kurang memiliki keterampilan belajar yang lain, belajar menjadi hal yang sulit, utamanya bagi siswa yang memerlukan waktu lama untuk menghafalkan suatu pelajaran. Sesuai dengan salah satu fungsi dan tujuan pembelajaran kimia, yaitu meningkatkan daya nalar untuk memecahkan masalah sehari-hari terutama yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar kimia.

b. Meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran kelas, khususnya penanaman keterampilan akademik.

Meningkatkan keterlibatan atau partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(18)

c. Meningkatkan kompetensi academic skill siswa berupa ketercapaian kemampuan awal yang maksimal dab aktifitas belajar yang baik sehingga mendukung prestasi hasil belajar

d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memaknai proses belajar dengan metode eksperimen maupun demonstrasi yang dilakukan sehingga siswa dapat mengaitkan proses yang dilakukan dengan konsep materi pelajaran.

Gambar

Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian  Materi Koloid Siswa  SMA PANCA BHAKTI

Referensi

Dokumen terkait

RQD didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan

Amanat pembukaan undang-undang di atas yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, kemudian dijelmakan menjadi kewajiban konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 1945

Simpulan penelitian ini adalah: angka kejadian diare di Sekolah Dasar Negeri 1, 2, dan 3 Cempaka sebagian besar dikategorikan menderita diare 65,5%;

Dijelaskan pula dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK, bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah suatu penelitian dalam mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas IX MTs At- Thohiriyah

Beberapa dari mereka kebanyakan mengatakan bahwa informasi tentang Rumah Adat Bolon Tersebut susah didapatkan karena kurangnya informasi yang ada, adapun informasi

Sistem Informasi yang menggunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkan.... Pengenalan Teknologi Informasi

1) Terselenggaranya perbaikan kegiatan layanan publik. 2) Terselenggaranya kegiatan Zona Integritas WBK/WBBM. 3) Terselenggaranya perbaikan pengelolaan kegiatan dan program di