• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Faktor Produksi - NINA INDRA WATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Faktor Produksi - NINA INDRA WATI BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Faktor Produksi

Menurut Daniel (1999) aspek penting dalam usaha pertanian yaitu mencakup tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen atau pengolahan (skill) ke dalam faktor produksi.

a. Faktor Produksi Tanah

Merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak faktor yang diperhatikan antara lain topografi, kesuburan, dan keadaan fisiknya. Dengan mengetahui semua keadaan usaha juga ditentukan oleh luasnya tanah yang tersedia dan yang dapat digarap. Proses produksi akan berjalan dengan lancar dan menguntungkan dengan catatan faktor lain dapat ditanggulangi. b. Faktor Produksi Modal

(2)

habis digunakan dalam proses produksi, misalnya bahan mentah, pupuk bahan bakar, dan lain-lain.

c. Faktor produksi tenaga kerja

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa tenaga kerja dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenga kerja. Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik atau otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Beberapa pandangan terhadap tenga kerja ini adalah sebagai berikut.

1) Pada permulaan abad pertengahan, bagi bangsawan dan perwira Eropa Barat, tenga kerja produksi dianggap hina, tetapi tenga kerja untuk berperang adalah terhormat.

2) Bagi masyrakat lapisan atas (ekonomi kuat), tenaga kerja yang dianggap kurang baik daripada tenaga kerja otak.

3) Bagi masyarakat sosial dianggap tenaga kerja fisik lebih tinggi nilainya daripada masyrakat kapitalis. Karl Marx berpendapat bahwa tenaga kerja adalah satu- satunya faktor produksi, sedangkan bagi masyrakat kapitalis menganggap tenaga kerja itu sama sifatnya dengan barang.

2. Fungsi Produksi

(3)

hasil yang maksimal. Dalam produksi pertanian, produksi fisik yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Fungsi produksi dapat digambarkan dengan jelas dan dianalisa dalam peranan masing-masing faktor produksi dengan mengangap salah satu faktor produksi berubah- ubah sedangkan faktor-faktor produksi lain dianggap konstan.

3. Usaha Gula kelapa

Menurut Santoso (2002), gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari penguapan nira pohon kelapa (cocos nucifera lin). Gula kelapa atau dalam

perdagangan di kenal sebagai “gula jawa” atau “gula merah”, biasanya di jual

dalam bentuk setengah mangkok atau setengah elip. Bentuk demikian ini dihasilakan dari cetakan yang digunakan berupa setengah tempurung kelapa (jawa : bathok). Kecuali itu, ada pula menggunakan cetakan dari bambu, sehingga bentuknya bulat silinders.

Nira merupakan cairan bening yang terdapat di dalam mayang kelapa yang pucuknya belum membuka. Nira ini didapatkan dengan cara penyadapan atau penderesan. Satu buah mayang dapat di sadap selama 10- 35 hari tergantung kondisi pohon kelapa, namum produksi optimal hanya selama 15 hari. Hasil yang diperoleh sekitar 0,5 – 1 liter nira setiap mayang, atau sekitar 2 – 4 liter nira pohon setiap harinya.

(4)

pembuatan kue-kue. Karena gula kelapa memiliki banyak kegunaan, maka jumlah permintaan gula kelapa dari hari kehari terus meningkat. Oleh karena itu, produk dan kualitas gula kelapa perlu lebih ditingkatkan.

Menurut soetanto (2011) gula kelapa merupakan hasil olahan dari nira kelapa (cocos nucifera). Dalam perdagangan, gula kelapa dikenal dengan beberapa nama, misalnya gula merah, gula nira, dan gula jawa. Produksi gula kelapa di Indonesia relatif kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan gula secara nasional. Produksi gula kelapa di Indonesia relatife kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan gula secara nasional. Produk gula kelapa di daerah penghasil gula kelapa pada umumnya mempunyai kualitas yang baik. Namun, ada beberapa produsen gula kelapa yang menginginkan keuntungan besar, tetapi mengabaikan kualitas atau mutu produk dengan cara mencampurkan tambahan bahan lain seperti gula tebu, ketela rambat, dan bahan-bahan lainnya. Masyarakat, khususnya jawa, masih banyak yang menggunakan gula kelapa sebagai bahan untuk bumbu masak karena memiliki aroma dan rasa yang khas.

Disamping itu, gula kelapa juga digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya untuk pemanis minuman, bahan makanan, pembuatan kecap, dan pembuatan kue-kue. Karena gula kelapa memiliki banyak kegunaan, maka jumlah permintaan gula kelapa dari hari kehari terus meningkat. Oleh karena itu, produk dan kualitas gula kelapa perlu lebih ditingkatkan. Salah satu usaha meningkatkan produk dan kualitas gula kelapa tersebut.

(5)

a. Sistem bagi hasil, yaitu penyadap melakukan penyadapan pohon kelapa milik orang lain, sedangkan hasilnya memiliki secara berguilir setiap dua hari sekali antara pemilik pohon dengan penyadap. Artinya apabila sistem bagi hasilnya setiap dua hari sekali. Maka pada dua hari pertama hasil sadapan dimiliki oleh penyadap, kemudian pada dua hari selanjutnya nira dimiliki dan di olah pemilik pohon tersebut.

b. Sistem sewa pohon, yaitu penyadap dapat menyewakan pohon kelapa dengan harga murah dengan ketentuan setiap empat sampai lima pohon kelapa, penyewa menyerahkan satu kilogram kelapa setiap dua hari sekali.

Usaha gula kelapa bukan usaha yang menartik dan menjanjikan, namun usaha gula kelapa merupakan usaha pokok bagi sebagian besar penduduk di Desa Kemawi Kecamatan Somagede , sehingga secara tidak langsung usaha ini menjadi tumpuan ekonomi bagi kehidupan keluarga.

4. Proses Pembuatan Gula Kelapa

Sebelum melakukan pembuatan gula kelapa, bahan baku dan peralatan yang diperlukan selama proses pembuatan gula harus dipersiapkan terlebih dahulu. Berikut penjelasan proses pembuatan gula kelapa yaitu gula kelapa cetak dan gula kelapa Kristal (Soetanto, 2011) yaitu:

a. Pembuatan guka kelapa cetak

1) Persiapan bahan

(6)

membuka atau pohon penghasil nira lain seperti aren, siwalan, dan lontar yang disadap, cairan ini merupakan bahan baku untuk pembuatan gula. Nira sering juga

dibuat “legen” kata ini sebenarnya istilah bahasa jawa berasal dari kata legi

artinya manis. Dalam keadaan segar nira mempunyai rasa manis berbau harum dan tidak berwarna. Selain bahan baku pembuatan gula nira dapat pula digunakan sebagai bahan makanan lain yaitu minuman keras (tuak), asam cuka dan minuman segar, serta pada akhirnya ini muncul produk baru dari nira aren yaitu gula merah serbuk.

Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan, dan pengairan. Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang berlainan dan umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain, dan bahan anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu antara 75 – 90 %. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar berkisar antara 12,30 – 17,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya merupakan senyawa organik serta anorganik. Gula reduksi dapat terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah yang rendah sekali. Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk gula), protein, asam organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan anorganik terdiri dari garam mineral (Anonymous, 2011).

(7)

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Nira Kelapa

No Komposisi bahan Kadar kandungan (g/100 ml)

1 Padatan 15,20-19,20

2 Sakarosa 12,30 -17,40

3 Abu 0,11-0,41

4 Protein 0,23-0,32

5 Vitamin 16,00-30,00

6 Berat jenis pada 29 C 1,058- 1,077 Sumber: Anonymous (2011)

Nira kelapa yang digunakan untuk gula harus memiliki kualitas yang baik. Nira yang kurang baik mudah menjadi basi (lumer), aroma dan rasanya kecut, dan akan menghasilkan gula kelapa yang mudah lengket. Sedangkan nira kelapa yang berkualitas baik dan masih segar mempunyai rasa manis, berbau harum, tidak berwarna (bening), derajad keasaman (pH) berkisar 6-7, dan kandungan gula reduksinya relatif rendah.

Nira kelapa diperoleh dengan cara menyadap nira yang keluar dari tongkol bunga kelapa. Alat penyadap yang dipakai adalah sabit khusus yang tajam dan bersih. Selain itu peralatan yang disiapkan antara lain arit, wadah biasanya adalah plastik, kemudian nira hasil sadapan dapat ditampung pada suatu wadah, misalnya gentong, ember plastik, atau jerigen plastik yang dapat menampung nira cukup banyak.

(8)

Gambar 2.1 Bahan Baku Nira

2) Pemasakan Nira

Nira kelapa yang sudah bersih dari segala kotoran dimasak dalam wajan besar yang cukup untuk menampung 6 liter nira untuk sekali masak. Proses pemasakan nira hingga menjadi pekat membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam hingga 3 jam. Selama pemasakan harus dilakukan pengadukan agar nira dapat masak secara merata dan tidak gosong, terutama dibagian bawah.

(9)

Gambar 2.2 Pemasakan Nira 3) Pencetakan

Pencetakan nira telah dianggap cukup apabila telah menjadi pekat (kental dan mulai mengeras). Pada saat adonan gula diangkat dari wajan dan dituangkan ke dalam cetakan-cetakan. Cetakan gula kelapa biasanya terbuat dari tempurung kelapa. Namun,cetakan gula kelapa dapat juga dibuat dari bumbung bambu, cetakan alumunium, atau cetakan kayu. Bentuk cetakan gula yang dihasilkan bermacam – macam, tergantung dari bentuk cetakannya.

(10)

4) Pengeringan

Gula kelapa yang telah dicetak dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering, gula kelapa tersebut diletakan di tempat yang kering dan untuk mengurangi kelembapan dapat dibungkus dengan daun pisang kering.

Gambar 2.4 Proses Pengeringan

b. Pembuatan gula kelapa Kristal

Pembuatan gula kelapa kristal merupakan proses lanjut dari pembuatan gula kelapa tradisional menjadi gula kelapa yang berbentuk kristal ( butiran-butiran kecil ). Bahan baku untuk pembuatan gula kelapa biasa yang dapat diperoleh dari pedagang gula kelapa atau dari hasil gula kelapa buatan sendiri. Pada dasarnya pembuatan gula kristal adalah mengubah senyawa gula yang terlarut menjadi gula padat dalam bentuk kristal atau serbuk.

1) Persiapan bahan

(11)

lain-lainnya. Gula kelapa tersebut dipotong- potong kecil, kemudian dilarutkan ke dalam air dengan perbandingan 2:1 ( misalnya 2 kg gula dicampur dengan 1 liter air).

Larutan gula kelapa yang diperoleh disaring dengan kain saring dengan kain saring sehingga diperoleh larutan gula kelapa yang bersih. Larutan gula kelapa yang telah bersih kemudian dipanaskan sambil diaduk- aduk agar merata. Karena terjadi penguapan air, maka larutan gula tersebut akan menjadi pekat dan konsentrasi gulanya meningkat sampai larutan gula berubah dari fase cair ke fase padat. Untuk mengetahui bahwa pemasakan telah jenuh, perlu dilakukan pengujian dengan cara mengambil sedikit gula yang dimasak dan diteteskan ke dalam gelas yang berisi air bersih. Apabila terjadi pembekuan dalam air, berarti pemasakan sudah dapat dihentikan dan wajan diturunkan dari tungku api.

(12)

2) Kristalisasi

Apabila pemasakan larutan gula telah mencapai titik jenuh, wajan diturunkan dari tungku api sambil diaduk kuat-kuat. Selanjutnya dilakukan kristalisasi dengan cara diberi ini kristal dari luar. Inti kristal dapat diperoleh dengan cara menggosok-gosok bagian pinggir wajan memakai pengaduk kayu hingga dihasilkan gula padat berbentuk kristal. Kristal-kristal gula yang dihasilkan melalui pengadukan tersebut tentu belum sempurna. Untuk menyempurnakan

Kristal gula kelapa tersebut, masih perlu dilakukan “pengguseran” dengan alat

guser yang trebuat dari tempering kelapa yang bersih (telah dikerok). Pengguseran dilakukan sampai menghasilkan Kristal gula kelapa yang sempurna.

Gambar 2.6 Proses Kristalisasi

3) Penyaringan / pengayakan

(13)

kelapa yang besar-besar dan tidak dpat masuk dalam saringan harus dihancurkan dengan cara digerus (diguser) memakai alat dari kayu atau tempuirung kelapa dan kemudian disaring atau diayak lagi.

Gambar 2.7 Proses Penyaringan / pengayakan

4) Pengeringan

(14)

Gambar 2.8 Proses Pengeringan

5) Pengemasan

Gula kelapa yang telah kering siap untuk dikemas dan dipasarkan. Kemasan yang akan digunakan untuk mengemas gula kelapa Kristal dapat berupa kantong plastik atau kantong kertas yang kuat.

Gula kelapa krital yang telah kering dikemas dalam kantong plastik atau kantong kertas yang kuat dengan ukuran atau volume tertentu. Pengemasan sangat perlu dilakukan karena disamping untuk melindungi prosuk itu sendiri juga untuk memudahkan distribusi dan menjaga kebersihan (higienitas) hasil produksi. Untuk memperluas jangkauan pasar, misalnya untuk permintaan konsumen di luar negeri, produk dan kemasannya harus memenuhi standar mutu.

(15)

Gambar 2.9 Proses Pengemasan

Skema Pembuatan Gula Kelapa Cetak dan Kristal

(16)

5. Potensi Gula Kristal (Semut) Dalam Memenuhi Kebutuhan Gula

Program diversifikasi gula nasional yang berbasis pada gula palmae akan semakin efektif jika didukung oleh komitmen masyarakat dan Kebijakan pemerintah dalam mengembangkan budaya “cinta gula kelapa” dan perencanaan pembangunan agroindustri gula kelapa yang komprehensif, terpadu dan berkelanjutan. Pola pengembangan agroindustri gula kelapa yang ditunjang dengan SDM, manajemen, teknologi, permodalan dan pemasaran yang memadai

akan menunjang kemauan bangsa Indonesia untuk beralih kepada “gula kelapa‟

sebagai salah satu alternatif pengganti gula pasir untuk memenuhi kebutuhan gula sehari-hari (Mustaufik, 2010).

(17)

Sejalan dengan kemajuan teknologi dan pola komsumsi masyarakat, dewasa ini produksi gula kelapa tidak hanya terbatas pada gula kelapa cetak, tetapi sudah mulai berkembang dalam bentuk gula kelapa kristal (gula semut) organik. Produk gula semut organik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan gula kelapa cetak, yaitu: lebih higienis dan bebas bahan kimia, mudah larut karena berbentuk kristal, daya simpan yang lebih lama, bentuknya lebih menarik, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa dan aromanya lebih khas, mudah difortifikasi/diperkaya dengan bahan lain seperti Yodium, Vitamin A atau Mineral. Dilihat dari sisi gizi dan kesehatan, gula semut organik mempunya keunggulan yakni mengandung sukrosa, mineral, protein dan asam-asam organik terutama asam askorbat yang cukup baik. Sifatnya yang alami (khas) dan aman bagi kesehatan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dibandingkan dengan gula sintetis yang banyak menggunakan pemanis dan pewarna buatan yang dapat membayakan bagi kesehatan konsumen (Mustaufik, 2009).

6. Pemasaran

Dalam usaha gula kelapa ini antara produksi gula kelapa dan aspek pemasaran, khusunya aspek penjualan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Gula kelapa yang telah dikeringkan dan sudah siap untuk dikemas. dan dipasarkan melalui warung, toko, atau supermarket. Untuk meningkatkan daya saing dengan produk lain di pasaran diharapkan dalam pengemasan produk yang menarik dan berkualitas.

7. Kendala

(18)

dapat diprediksi, 2) musim akar muda, dimana akar muda biasanya muncul saat awal musim penghujan. Pada kedua musim tersebut nira yang diambil dari pohon kelapa biasanya bercampur dengan sekul. Sekul biasanya keluar dari bunga kelapa (manggar) yang disadap. Sehingga, dalam kondisi pohon kelapa yang mengeluarkan sekul disebut pohon kelapa terkena flu. Pada kondisi demikian, Penderes sering mengalami kerepotan untuk menghasilkan gula yang berkualitas (Hasil wawancara dengan penderes, 2013).

Penderes pada waktu sebelumnya tidak memperhatikan kualitas gula sebagai strategi pemasaran produksi gula kelapa. Faktor penyebab dari kondisi demikian adalah kurangnya penghargaan terhadap gula yang berkualitas bagus, karena hampir semua gula yang dijual oleh penderes kepada pengepul atau juragan tidak ada pembedaan harga antara gula bagus dan gula yang jelek. Pembedaan harga hanya terjadi jika gula yang diproduksi oleh penderes dianggap gemblung. Gula gemblung adalah gula yang tidak bisa dicetak karena faktor kebersihan dan banyaknya kandungan sekul (Hasil wawancara dengan penderes, 2013).

8. Strategi peningkatan image gula kelapa

Strategi peningkatan image gula kelapa akan dilakukan dengan beberapa cara antara lain (Hartanto, 2013):

(19)

penjaminan mutu gula kelapa/aren agar pembeli gula kelapa/aren mendapatkan gula kelapa/aren yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 2) dibuat untuk gula semut antara lain: rasa vanilla, rasa jahe, rasa kunir, rasa

daun sirih, rasa kayu secang, dll.

3) Membuat jalur distribusi yang tertata dan tercatat dalam sistem database produksi dan keanggotaan. Kebiasaan penderes menjual gula kelapa yang dilakukan selama ini adalah kepada juragan (pengepul/warung) dengan sistem hutang piutang. Sistem jual-beli tersebut penderes tidak dapat mengetahui berapa kilogram dan berapa harga gula kelapa. Penderes menjual gula kelapa karena alasan untuk membayar hutang kepada juragan (pengepul) dan biasanya sistem penjualan tersebut tidak tercatat dan tidak diketahui oleh penderes. Pada kondisi seperti ini, harga hanya ditentukan oleh juragan sebagai pihak pemberi hutang. Penderes pada akhirnya akan selalu terikat untuk selalu menjual kepada juragan tertentu dan tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai alternative pembeli lain. Oleh karena itu, tawarannya adalah melakukan kelembagaan dalam rangka membuat jalur distribusi yang adil dan menguntungkan semua pihak secara bersama-sama. Kelembagaan koperasi merupakan salah satu tawaran yang sudah sering dilakukan. Namun, pengelolaan koperasi yang partisipatif dan professional sangat jarang dilakukan secara baik dan benar.

(20)

distribusi pemasaran yang selama ini sudah mulai berkembang pesat dalam sistem pasar bebas (free trade).

5) Membuat kemasan (packaging) gula kelapa/aren yang lebih berdaya saing dengan produk-produk lain sekelasnya, seperti gula pasir yang sudah beredar dengan bebas di pasaran. Strategi kelima ini memang lebih membutuhkan banyak modal tambahan terutama untuk mencetak kemasan secara lebih menarik dan aman, serta hygienis.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul Tujuan MetodePenelitian Hasil

1 Penelitian

yangdilakukan oleh Setyoaji (2010) yang

berjudul “ Analisis

Pendapatan dan Faktor- faktor yang

Mempengaruhi Produksi Usaha Gula Kelapa di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten

Banyumas”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan ekonomis pengaruh faktor modal kerja, modal tetap, dan tenaga kerja terhdap produksi industry gula kelapa serta untuk mengetahui konisi

return to scale

Metode angket Analisis regresi linier berganda dengan model fungsi Cobb Douglas.

relative menguntungkan untuk diusahakan, namun belum bia memenuhi kebutuhab hidup layak

2 Peneltian yang

dilakukan oleh Suntama (2012) yang berjudul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Usaha Gula Kelapa Organik Pada Anggota Kelompok Tani Sekar Mancung Desa Kemawi Kabupatem

Banyumas”. Kabupaten Banyumas

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menghitung biaya dan pendapatan perajin gula kelapa organic pada Kelompok Tani Sekar Mancung, (2) Menganalisis pengaruh harga faktor produksi

Metode yang

digunakan yaitu dengan metode

kasus dan

pengambilan data dilakukan dengan metode sensus. Data dianalisis

menggunakan analisis biaya dan pendapatan sserta analisis fungsi keuntungan Cobb-Douglas.

(21)

C. Kerangka Pikir

Desa Kemawi ini ada suatu kelompok yang mendirikan kelompok tani

penderes gula kelapa yang diberi nama” Kelompok Tani Sekar Mancung“. Tujuan

awal didirikannya kelompok tersebut adalah untuk melakukan budidaya pertanian tanaman kelapa secara organik dan memproduksi gula kelapa berkualitas agar harganya lebih meningkat.

Kegiatan produksi di Desa Kemawi menghasilkan dua jenis produksi yaitu gula kelapa cetak dan gula kelapa kristal. Dalam produksi ini ditemukan faktor- faktor produksi yaitu faktor pendorong sepertti tersedianya bahan baku, permintaan pasar gula kelapa tinggi, keahlian dalam memproduksi gula kelapa, keuntungan dapan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan faktor penghambat seperti modal, alat produksi, akses transportasi kurang dan kurangnya perhatian dari pemerintah desa.

(22)

Gambar 2.11 Keranga Pikir.

D. Hipotesis

Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pikir dalam penelitian ini

adalah :“Terdapat faktor – faktor yang memepengaruhi pemilihan produksi gula

kelapa cetak dan gula kelapa kristal di Desa Kemawi Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas “.

Faktor- Faktor Produksi

Faktor Pendorong Tersedianya bahan baku Permintaan pasar yang tinggi

Butuh keahlian

memproduksi gula kelapa Harga jual

Menguntungkan

Gula Kelapa Cetak dan Gula Kela

Kristal

Faktor Penghambat

Modal terbatas Alat produksi terbatas Keahlian membuat gula kelapa kristal

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Nira Kelapa
Gambar 2.1 Bahan Baku Nira
Gambar 2.2 Pemasakan Nira
Gambar 2.4 Proses Pengeringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan adanya Desa Gemba Raya telah menghimpun kawasan- kawasan desa yang awalnya terpencar menjadi terpusat ke dalam masing-masing desa. Dengan kondisi kawasan-kawasan

Dan sekarang teknologi kamera digital juga sangat memungkinkan untuk menghasilkan foto dengan resolusi yang tinggi untuk mendukung suatu hasil foto yang lebih baik... 24

Program Peningkatan Mutu Pelayanan

Masa ini organ-organ dalam tubuh janin sudah terbentuk tapi viabilitasnya masih diragukan. Apabila janin lahir, belum bias bertahan hidup dengan baik. Masa ini ibu sudah merasa

MDA 412 Metodologi Penelitian Administrasi MAG 403 Ekonomi Makro & Ekonomi Mikro MAN 403 Manajemen Perusahaan Publik MAN 416 Akuntansi. MAN 418 Manajemen Pemasaran MAN

Latihtubi soalan format SPM; minimum 1 set Latihtubi soalan format SPM; minimum 1 set soalan satu hari bagi setiap mata pelajaran.. soalan satu hari bagi setiap

Kemampuan dari sistem ini antara lain s istem dapat mempermudah bagian Lalu Lintas dalam melakukan penyimpanan dan pencarian data prasarana lalu lintas, sistem

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan