• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN. Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN. Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN

Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati.

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat.

e-mail: Mitazalia94@yahoo.com

ABSTRACT

Forest management as a national park to provide benefits to humans and pose a threat to biodiversity of flora and fauna. Loss of habitat and wetlands that are a threat to the extinction of some animals whose lives depend on the environmental conditions, one of which Amphibia. In connection with it has done research on amphibian found in the Use Zone TNKS Jorong pincuran Seven Sangir District of South Solok, with the aim of knowing the amphibian species that exist on the Use Zone Kerinci Seblat National Park. This research has been conducted on 9 June to 30 June 2015. The study was conducted by visual methods ecounter Survey (VES) combined with a track system with purposive random sampling method and survey the observation runs directly against amphibian species obtained a location that is accompanied by measurement of some morphological characters and generation of the descriptions. Observations were made at three locations namely lakes and rivers plantation society. The results of the study obtained consists of 20 species of Amphibian (89 people), including the five Familia and one Order. Familia found that Bufonidae (Bufo quadriporcatus, B. juxtasper, Leptophryne borbonica, Phrynoides asper), Dicroglossidae (Fejervarya limnocharis, Limnonectes Ingeri, L. macrodon, L. ibonorum, L. shampenorum), Megophrydae (Megophrys montana), Ranidae (Hylarana nicobariensis, H. siberu, H. cholconata, h. crassiovis, Odorana hosii, Rana picturata, Staurois Natator) and Rhacophrydae (Polypedates leucomystax, Rhacophorus baluensis, Rhacophorus sp.). Environmental conditions that the water temperature 17-200 C, 15-230 C air temperature and soil moisture 3-8% (scale soil tester).

Keywords: Amphibia, Anura, Exploration, TNKS.

PENDAHULUAN

Amphibia dibagi dalam 3 Ordo yaitu Caudata (Urodela), Sesilia (Gymnophiona) dan Anura (Salienta) (Brotowidjoyo, 1994). Ketiga ordo Amphibia yang ditemukan di dunia hanya 2 Ordo yang terdapat di Indonesia yaitu Anura dan Sesilia. Ordo Anura merupakan Ordo Amphibia yang terbesar dan sangat beragam, terdiri dari lebih 4.100 species. 30 familia Anura yang telah dikenal, sepuluh terdapat di Indonesia (450 species) (Iskandar, 1998). Sesilia terdiri dari 159 species, yang terdapat di Indonesia hanya 30 species yang tersebar di Jawa, Kalimantan dan Sumatera (Iskandar, 1998).

Habitat utama Amphibia adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, sungai besar, sungai sedang, anak sungai, kolam dan

danau (Mistar 2003). Iskandar (1998)

menyatakan bahwa Amphibia selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu

hidup pada dua alam. Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar Amphibia didapatkan hidup di kawasan hutan karena disamping

membutuhkan air juga membutuhkan

kelembaban yang cukup tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan.

Amphibia memiliki banyak manfaat bagi manusia baik manfaat langsung sebagai sumber utama protein hewani ataupun manfaat tak langsung sebagai bagian dari rantai makanan, berperan penting dalam penelitian, Sekresi Kulit sebagai antibiotik dan obat penghilang rasa sakit, Mengontrol hama

serangga seperti nyamuk, Merupakan

Bioindikator kesehatan lingkungan yang berharga (Kusrini, 2007).

Taman Nasional Kerinci Seblat

merupakan Taman Nasional yang berada di Tiga Provinsi yaitu Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat. Berdasarkan pengelolaan Taman Nasional wilayah IV Sumatera Barat TNKS masuk pada tiga Kabupaten yaitu

(2)

Kabupaten Solok, Dharmasraya dan Kabupaten Solok Selatan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. SK.07/IV-KK/2007 tentang zonasi TNKS, wilayah TNKS di Kabupaten Solok Selatan seluas 69.234,53 Ha yang secara detailnya yaitu zona Inti (13.089,34 Ha), Zona rimba (35.094,97 Ha), Zona Rehabilitas (16. 865,13 Ha), Zona Khusus (1.790,13 Ha), Zona Tradisional (1.790,13 Ha) dan Zona Pemanfaatan (490,72 Ha). Salah satu dari keenam zona tersebut, Zona pemanfaatan yang terletak di Kabupaten Solok Selatan akan dijadikan tempat wisata dan lahannya sudah dipergunakan oleh masyarakat untuk lahan perkebunan (Anonim, 2015).

Observasi menunjukkan masalah

terhadap wilayah kawasan pemanfaatan yaitu pembukaan lahan untuk objek wisata dan adanya lahan pertanian di kawasan TNKS oleh masyarakat setempat, hal ini akan berdampak buruk terhadap satwa yang hidup di kawasan

TNKS, salah satunya kehidupan dari

Amphibia. Masalah ini berkaitan dengan peralihan lahan hutan menjadi lahan pertanian, yang mana hutan merupakan habitat asli dari

species-species Amphibia. Habitat dari

Amphibia ini selalu berkaitan dengan kegiatan

manusia (Iskandar, 1998). Berdasarkan

permasalahan tersebut telah dilakukan

penelitian tentang “Species Amphibia pada Zona Pemanfaatan TNKS Jorong Pincuran Tujuh Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai 30 Juni 2016 di kawasan zona pemanfatan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Jorong Pincuran Tujuh kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini adalah penelitian Survei langsung terhadap species Amphibia yang didapat di lokasi, dengan menggunakan metode visual ecounter survey (VES) yang dikombinasikan dengan sistem jalur dengan metode purposive random sampling. Visual ecounter survei yakni suatu metode standar dalam metode lapangan Amphibia yang dapat meliputi semua mikrohabitat pencarian seperti pada tanah, air, bagian bawah dari lapisan

serasah, dilakukan dengan berjalan pada suatu habitat atau area secara bebas dengan jumlah waktu pencarian yang disesuaikan dengan luas

daerah. Sedangkan purposive random

sampling yaitu penentuan jalur berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Pencarian Amphibia dengan metode visual ecounter survey (VES) difokuskan pada jalur yang sudah ditentukan, dengan cara berjalan pada suatu lokasi yang diduga banyak Amphibianya pada malam hari dari pukul 18.00 - 23.00 WIB, semua Amphibia yang terlihat akan dikoleksi. Untuk penangkapan species Anura dengan cara Anura yang terlihat disinari dengan senter agar buta sesaat dan tidak meloncat. Penangkapan dapat dilakukan dari bagian belakang maupun bagian depan. Amphibia yang ditemukan di tepi air diambil

dengan menggunakan jaring/ tangguk.

Sedangkan untuk penangkapan Sesilia yaitu ditangkap langsung menggunakan tangan. Pencarian dilakukan 3 kali dalam seminggu. Sampel yang didapatkan dimasukkan ke dalam kantung plastik per individu, pencatatan data-data ekologi juga dilakukan seperti suhu, kelembaban, bentuk habitat, dan lokasi penemuan. Sampel yang ada dalam kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam karung plastik. Sampel yang di ambil mewakili semua species yang ada.

Setelah sampel diambil kemudian

dilakukan pembiusan. Pembiusan sampel dilakukan dengan cara memasukkan katak ke dalam sebuah kotak plastik yang sudah berisi kapas yang diberi Klorofom, setelah katak lemas suntikkan alkohol 96% kebagian perut dan bagian ektremitas pada katak yang berukuran besar. Penyuntikan dengan alkohol ini akan membuat katak mati dalam keadaan lemas sehingga bentuk dari spesimen mudah diatur. Setelah sampel lemas diikatkan label nomor koleksi dan membukukannya dalam lembaran data atau buku catatan.

Setelah sampel mati lakukan preservasi dengan mengatur posisi seluruh anggota tubuhnya dengan baik. Kaki depan harus membentuk sudut 900 , kaki belakang dilipat dengan tumit bertemu dibelakang vent. Jari dibuka sehingga selaput renang dapat terlihat jelas. Sampel yang telah diatur dengan baik disusun di atas kotak plastik sampai tubuhnya menjadi kaku sehingga posisi tubuhnya tidak bisa berubah lagi. Sampel tersebut tidak boleh kering, menjaga tubuhnya tetap basah degan

(3)

cara disemprot pada bagian tubuh dengan alkohol 70%. Sampel tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam botol koleksi yang sudah berisi alkohol 70 % untuk proses identifikasi di laboratorium.

Pengukuran faktor lingkungan

dilakukan setiap kali pengambilan sampel. Pengukuran faktor fisika antara lain suhu air, suhu udara dan kelembaban tanah. Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer raksa, yang mana bagian bawah termometer dimasukkan ke dalam air dengan waktu 10 menit. Pengukuran suhu udara dilakukan dengan menggantung termometer di pohon sekitar lokasi penelitian selama 10

menit. Pengukuran kelembaban tanah

dilakukan dengan menggunakan Soil tester, dengan cara menancapkan soil tester ke tanah selama 10 menit.

Identifikasi dilakukan di Labor Zoologi

STKIP PGRI Sumatera Barat.

pengidentifikasian meliputi pembuatan

deskripsi dan pengukuran morfologi.

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan panduan dari Inger and Stuebing (1997), Iskandar (1998), Mistar (2003), Mistar (2008) dan Kusrini (2013). Dan cara pengukuran karakter morfologi (Gambar 6) dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

Cara untuk mengidentifikasi Amphibia yaitu:

1. Bentuk lipatan Supratimpanik dan dorsolateral pada familia Ranidae. 2. Menghitung jumlah jari kaki dan urutan

jari kaki pada species Anura. 3. Bentuk moncong.

4. Bentuk tonjolan/ bintil di kulit pada familia Bufonidae.

5. Bentuk selaput renang dan piringan pada jari kaki.

6. Ada atau tidak adanya kelenjar paratoid, alur parietal dan supraorbital pada familia Bufonidae.

7. Mengukur morfologi

Pengukuran morfologi amphibia

dilakukan untuk membantu mempermudah proses identifikasi. Analisis data dengan cara

mendeskripsikan masing-masing species

Amphibia tersebut. analisis data dibuat dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Species Amphibia yang ditemukan pada zona pemanfaatan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) jorong Pincuran Tujuh kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan yaitu terdiri dari 20 species (89 individu) termasuk ke dalam lima familia satu ordo. Individu terbanyak yang ditemukan yaitu dari familia Ranidae (Tabel 1).

Tabel 1. Familia dari Species Amphibia yang tertangkap pada zona pemanfaatan taman nasional kerinci seblat (TNKS) jorong Pincuran Tujuh kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan.

Familiaa/ Genus Species Nama Nasional

Lokasi ∑ A B C I. Bufonidae Bufo Leptopryne Phrynoides

1. Bufo quadriporcatus Boulenger, 1887 2. Bufo juxtasper Inger, 1964

3. Leptopryne borbonica Kuhl & Van Hasselt, 1827 4. Phrynoides asper Gravenhorst, 1829

buduk sungai buduk sungai kodok jam pasir Kodok puru besar

1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 3 II. Dicroglossidae Fejerfarya Limnonectes

5. Fejervarya limnocharis Boie, 1835 6. Limnonectes ingeri Kiew, 1978.

7. Limnonectes macrodon Dumeril & Bibron, 1841 8. Limnonectes ibonorum Inger, 1964

9. Limnonectes shompenorum Das, 1996

Katak tegalan Bangkong batu Bangkong batu Bangkong punggung Bangkong batu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 6 4 3 4 4 6 4 3 III. Megophrydae

Megophrys 10. Megophrys montana Kuhl & Van Hasselt, 1822 Katak bertanduk 1 0 0 1 IV. Ranidae

Hylarana

Odorana Rana

Staurois

11. Hylarana nicobariensis Stolizka, 1870 12. Hylarana siberu Mc Carthy & Whitten, 1990 13. Hylarana cholconata Schlegel, 1837 14. Hylarana crassiovis Boulenger, 1920 15. Odorana hosii Boulenger, 1891 16. Rana picturata Boulenger, 1920 17. Staurois natator Gunther

Kongkang jangkrik Kongkang siberut Kongkang kolam Kongkang kerinci Kongkang racun Kongkang bertotol Kongkang batu 0 0 5 0 8 0 0 3 0 3 0 0 0 0 2 1 6 2 6 6 5 5 1 14 2 14 6 5 V. Rhacophoridae Polypedates Rhacophorus

18. Polypedates leucomystax Gravenhourst, 1829 19. Rhacophorus baluensis Inger

20. Rhacophorus sp. Katak pohon Katak pohon Katak pohon 0 0 6 5 0 0 2 1 0 7 1 6 Jumlah total 24 11 54 89

(4)

Keterangan Lokasi A (Hutan sekitar danau), B (Kebun kopi dan sawit), C (Sungai).

Kondisi faktor lingkungan pada saat penelitian terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi faktor lingkungan (suhu air dan suhu udara) dan kelembaban.

Lokasi Suhu air (0C) Suhu udara (0C) Kelembaban tanah

(Pada skala soil tester)

A 17 – 20 15 - 19 8

B Tidak diukur 20 - 22 3

C 17 - 20 22 - 23 8

Species Amphibia yang ditemukan pada zona pemanfaatan taman nasional kerinci

seblat (TNKS) jorong Pincuran Tujuh

kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan yaitu 20 species (Tabel 1). Jumlah species yang didapatkan relatif sedikit dari hasil temuan Darmawan (2008) di hutan Eks-HPH PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo yaitu 37 species, namun lebih banyak dari yang ditemukan oleh Wanda (2012) di Hutan Harapan Jambi yaitu 19 species. Rendahnya tingkat species yang ditemukan di Zona Pemanfaatan TNKS dibandingkan dengan tingkat keragaman species yang ditemukan oleh Darmawan (2008) di hutan Eks-HPH Kabupaten Bungo diduga berbedanya cakupan wilayah penelitian, jumlah lokasi pengambilan sampel, dan lamanya waktu penelitian.

Mengacu pada Kusrini (2007) adanya perbedaan dalam perolehan species ini dipengaruhi oleh (effort) usaha yang dilakukan dalam pencarian Amphibia dan Reptil, penghitungan (effort) yaitu berdasarkan lamanya waktu pencarian dan luasan areal. Luas wilayah penelitian ini yaitu 490,72 Ha sementara luas wilayah penelitian darmawan yaitu 87.000 Ha dengan luasnya wilayah penelitian tersebut maka keragaman species yang terdapat pada suatu lokasi tentunya sangat melimpah. Jumlah lokasi dan waktu pengambilan sampel berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan Jumlah lokasi pada penelitian ini yaitu dengan tiga titik lokasi sementara darmawan lokasi pengambilan sampel yaitu lima titik lokasi dengan habitat

berbeda setiap lokasinya dan waktu

pengambilan sampel pada penelitian ini hanya dilakukan pada malam hari, sementara darmawan melakukan penelitian di pagi hari dan di malam hari sehingga jumlah species yang ditemukan relatif sedikit.

Amphibia selalu berasosiasi dengan air (Iskandar, 1998). Amphibia memerlukan air untuk bertelur dan berkembang, Kanna (2005) mengatakan bahwa secara umum, katak dapat hidup di sembarang tempat, baik pantai maupun dataran tinggi, dengan suhu air antara 200-350 C. Jumlah species Amphibia pada Zona pemanfaatan TNKS jorong Pincuran Tujuh kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan lebih sedikit diduga hilangnya hutan dan lahan basah sebagai habitat dan tempat siklus hidup larva dari Amphibia. Pada lokasi B yang dulu adalah hutan sekarang telah beralih fungsi menjadi perkebunan, di lokasi ini tidak ditemukan lagi genangan karena pada saat penelitian musim hujan relatif rendah. Hilangnya hutan dan lahan basah (kubangan) yang biasanya terbentuk setelah hujan di sekitar hutan yang merupakan habitat alami dari species Amphibia. Kusrini (2007)

menemukan hilangnya hutan dapat

memusnahkan species-species yang sangat tergantung pada keberadaan habitat tersebut, hilangnya lahan basah sama dengan hilangnya Amphibia. Kondisi vegetasi pada lokasi B merupakan vegetasi terbuka dan kebanyakan Amphibia ditangkap pada ranting-ranting tumbuhan sekitar.

Familia dengan species terbanyak

ditemukan yaitu dari familia Ranidae (Tabel 1). Species dari familia Ranidae ditemukan hampir pada setiap habitat lokasi penelitian, species ini lebih banyak ditemukan disekitar sungai. Kondisi habitat pada zona pemanfaatan

merupakan habitat yang cocok untuk

kehidupan dari species familia Ranidae. Mengacu pada Mistar (2003) habitat dari species familia Ranidae sangat beragam mulai

dari hutan mangrove sampai hutan

pegunungan, dari hutan primer, sekunder, belukar, padang rumput sampai pemukiman.

(5)

Zug, (1998) dalam Vella (2014) menemukan Habitat yang memiliki heterogenitas yang tinggi memiliki jumlah species yang tinggi pula. Dari ketujuh species familia Ranidae ditemukan satu ekor species endemik siberut yaitu Hylarana siberu. hal ini dimungkinkan species tersebut bukan species endemik siberut. Mengacu pada Mistar (2003) habitat species ini hidup dalam hutan primer pegunungan dataran rendah, pada sungai berukuran sedang sampai anak sungai yang tidak terlalu deras, dapat dijumpai pada ketinggian 750 sampai 1.500 mdpl. Sesuai dengan lokasi C pada zona pemanfaatan, species ini berada pada tumbuhan sekitar sungai yang berukuran sedang dengan arus yang tidak terlalu deras, dengan ketinggian 950 sampai 1.250 mdpl.

Familia dengan species paling sedikit ditemukan yaitu familia Megophrydae dengan satu genus yaitu megophrys terdiri dari satu species saja Megophrys montana. Menurut Kusrini (2013) species ini biasanya hanya

diam tanpa bergerak diantara serasah

dedaunan dan menyaru daun-daun dengan sempurna, sulit untuk menemukan species ini dan species ini ditemukan hanya pada lokasi A, karena lokasi A merupakan lokasi hutan. Mengacu pada Iskandar (1998) habitat dari species ini adalah hutan pegunungan dataran tinggi

.

KESIMPULAN

Amphibia yang ditemukan pada zona pemanfaatan TNKS jorong Pincuran Tujuh kecamatan Sangir kabupaten Solok Selatan terdiri dari 20 species (89 individu) termasuk dalam lima Familia dan satu Ordo. Famili yang ditemukan yaitu Bufonidae (Bufo quadriporcatus, Bufo juxtasper, Leptophryne borbonica, Phrynoides asper), Dicroglossidae (Fejervarya limnocharis Limnonectes ingeri,

Limnonectes macrodon, Limnonectes

ibonorum, Limnonectes shampenorum),

Megophrydae (Megophrys montana), Ranidae (Hylarana nicobariensis, Hylarana siberu, Hylarana cholconata, Hylarana crassiovis, Odorana hosii, Rana picturata, Staurois natator) dan Rhacophrydae (Polypedates

leucomystax Rhacophorus baluensis,

Rhacophorus sp.). Kondisi lingkungan pada lokasi penelitian yaitu suhu air 17-200 C, Suhu udara 15-230 C, dan kelembaban tanah 3-8% (Pada Soil Tester).

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kepada Abizar, Rina Widiana dan Elza Safitri yang telah memberi kritik dan saran dalam penulisan artikel ini dan terima kasih kepada Rusman (Kepala Balai Besar TNKS) atas bantuan dan kerjasamanya.

REFERENSI

Anonim. 2015. Laporan Tahunan. Seksi Pengelolaan TN Wilayah IV: Bidang Pengelolaan TN wilayah II Sumatera Barat. Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat: Sangir.

Darmawan, B. 2008. Keanekaragaman Ampibi di Berbagai Tipe Habitat: Studi Kasus di Eks-HPH PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Skripsi: Fakultas Kehutanan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata. IPB: Bogor. Tidak

dipublikasikan.

Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali.

Terjemahan oleh Martodihardjo.

Puslitbang Biologi. LIPI.

Kusrini, M. D. 2007. Konservasi Amphibia Di

Indonesia: Masalah Global Dan

Tantangan. Jurnal media konservasi. Vol XII. Hlm. 89-95

Kusrini. 2013. Panduan Bergambar

Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Akosistem Leuser. LIPI-NGO Movenent. Bandung.

Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi dan Reptil di Areal Mawas Provinsi Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan

Lindung Beratus). Kalimantan

Tengah: Yayasan Penyelamatan

OrangUtan.

Silfiana, V. 2013. Jenis-jenis Amphibia Yang Ditemukan diKebun Kelapa Sawit kenagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung. Skripsi Sarjana Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Wanda, I. F. 2012. Jenis-Jenis Anura (Amphibia) di Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol 1 (2) Desember 2012: 99-107.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Propinsi yang merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah (dekonsentrasi) menguasai basis pajak yang besar pula.Pajak yang dikelola pemerintah

Teknik optimalisasi seperti penghapusan indeks basis data target sebelum proses load, ekstraksi secara paralel, penulisan ulang aljabar relasional, dan pengambilan data yang

Karena Allah hanya menciptakan langit dan bumi serta isinya dalam enam hari, sedangkan hadits-hadits dari Nabi saling menguatkan bahwa yang

1) Model orientasi input (input-oriented model) yaitu model dimana setiap DMU diharapkan memproduksi sejumlah output tertentu dengan sejumlah input terkecil

1) Sebagai daya tarik bagi penabung dan individu, isntitusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat

Nukleofil asing, sebagai alternatif adalah basa lewis (aseton, piridin, metanol, dll.), dapat membentuk pusat atom Mg yang memiliki jumlah koordinasi 5 atau 6 [5, 7,

Berisi gerakan pelemasan lari keliling lapangan dan evaluasi kegiatan (10menit). Pemanasan dipimpin oleh salah satu seorang siswa, pengajar memperagakan bentuk pembelajaran,

Sensitivitas kemampuan sistem untuk dapat menjaring data informasi yang akurat mengenai kasus HIV dan AIDS pada pengumpulan data dan kemampuan dalam menganalis tren dan