• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena penggunaan bahasa yang menarik dalam masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena penggunaan bahasa yang menarik dalam masyarakat"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Salah satu fenomena penggunaan bahasa yang menarik dalam masyarakat saat ini yakni berkaitan dengan maraknya penggunaan kata-kata atau frase yang termasuk dalam tabu bahasa. Kata-kata yang dahulunya hanya didengarkan di ruangan pribadi, saat ini sudah menjadi biasa ketika didengarkan dan dituturkan di tempat-tempat umum bahkan dalam tayangan televisi.

Tabu merupakan sesuatu yang terlarang untuk dibicarakan secara terbuka. Tabu terbagi dalam dua tipe yakni tabu verbal dan tabu verbal. Tabu non-verbal berkaitan dengan pola tingkah laku yang terlarang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat disebabkan oleh adanya larangan dalam tatanan nilai-nilai sosial. Tabu non-verbal ini berkaitan erat dengan adat dan norma-norma yang ada dalam kehidupan masyarakat (Ningjue, 2010: 5). Sedangkan tabu secara verbal merupakan larangan secara sebagian atau keseluruhan terhadap penggunaan kata-kata, ekspresi, dan topik tertentu dalam interaksi sosial (Oxford English Dictionary). Dalam penelitian ini yang menjadi sorotan utama yakni tabu secara verbal. Tabu yang berkaitan dengan penggunaan kata-kata atau frase yang memiliki unsur tabu bahasa.

Kata-kata seperti fuck, damn, hell, atau bitch merupakan kata-kata yang dianggap amoral, bagi sebagaian besar masyarakat kata-kata ini dapat memancing emosi, dan pada situasi tertentu kata-kata ini dianggap kasar. Adanya nilai tertentu

(2)

yang dilekatkan pada kata-kata tersebut menjadikannya tabu untuk dituturkan. Kata-kata tabu merupakan kata-kata yang seharusnya dihindari penggunannya, seringkali karena dianggap tidak patut, imoral, dan secara supranatural dipercaya sebagai sesuatu yang dilarang (Lindahl, 2008: 1).

Pada perkembangannya, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih toleran dalam menerima dan menggunakan kata-kata tabu. Kata-kata yang dahulunya sangat jarang digunakan karena nilai tabu yang dilekatkan pada kata-kata tersebut, saat ini masyarakat telah menjadikannya sebagai bagian dari komunikasi sehari-hari. Salah satu media yang secara aktif menyebar penggunaan kata-kata tabu adalah televisi. Secara sadar atau tidak, seringnya tuturan-tuturan yang termasuk dalam tabu bahasa disuguhkan, sehingga dapat memunculkan persepsi bahwa tidak masalah ketika tuturan-tuturan yang memiliki unsur tabu ini dituturkan dan dijadikan sebagai topik pembicaraan di depan umum.

Banyaknya tuturan yang mengandung kata-kata tabu secara bebas dan tanpa pengawasan dipertontonkan dalam tayangan televisi, menyebabkan sensitifitas masyarakat dalam mengenal bahkan menyaring penggunaan tuturan yang mengandung unsur tabu ini menjadi menipis. Kondisi ini menjadikan masyarakat lebih gampang menuturkan kata-kata tabu tanpa menghiraukan bahwa kata-kata tersebut memiliki potensi yang sangat tinggi untuk melukai orang lain. Adanya desensitisasi ini menjadikan penelitian mengenai kata-kata tabu perlu untuk dilakukan. Masyarakat perlu mengetahui alasan yang melatarbelakangi kata-kata tertentu termasuk dalam tabu bahasa dan mengapa penggunaannya harus dibatasi.

(3)

Salah satu program tayangan televisi yang secara aktif menggunakan tuturan yang mengandung kata-kata tabu dalam percakapan para tokohnya yakni serial kartun family guy. Family guy merupakan serial kartun animasi televisi yang sangat populer di Amerika Serikat, serial ini menarik perhatian tidak hanya di Amerika tetapi juga di beberapa negara lain seperti Inggris, Italia, Kanada, dan Selandia Baru. Serial kartun yang diciptakan oleh Seth Macfarlane ini pertama kali ditayangkan oleh Fox pada tanggal 31 Januari 1999 dan telah mencapai season ke 13 pada tanggal 31 Mei 2015. Sejak awal kemunculannya pada tahun 1999, serial family guy telah menuai banyak kontroversi baik itu yang berkaitan dengan konten yang dimiliki maupun banyaknya penggunaan kata-kata vulgar dalam banyak tuturan tokohnya.

Family guy bercerita tentang petualangan keluarga Griffin yang tinggal di sebuah kota bernama Quahoq. Tokoh-tokoh utama dalam serial ini terdiri dari orangtua yakni Peter dan Lois, anak-anaknya Chris, Meg dan Stewie serta anjing peliharaan yang dapat berbicara bernama Brian. Family guy menggambarkan stereotype dari keluarga working class di Amerika. Ayahnya Peter ditunjukan sebagai seorang ayah yang bekerja di perusahaan mainan yang secara ekonomi dan kultur berada pada tataran low class. Peter menjadi banyak penyebab masalah dalam keluarga baik berkaitan dengan uang, hukum, dan tetangga (Martin, 2001: 5). Lois, digambarkan sebagai ibu rumahtangga yang sangat menarik, yang harus bertindak dan memberi solusi dari sikap suaminya. Meg dan Chris merupakan dua remaja yang tidak populer, yang sedang menghadapi masalah pubertas. Stewie anak yang terakhir merupakan anak yang paling pintar dibandingakan dengan dua

(4)

saudaranya namun sangat menbenci ibunya. Tokoh terakhir yakni Brian, anjing peliharaan yang dapat berbicara dan bertingkah seperti manusia.

Serial animasi kartun populer Amerika ini dalam banyak tuturan tokohnya seringkali menggunakan lelucon-lelucon yang menyerang beberapa aspek seperti ras, agama, homoseksualitas, penyandang disabilitas, penyakit dan lainnya. Serial ini menggunakan humor berlebihan yang tidak hanya berkaitan dengan seks dan obat-obatan terlarang namun juga mengejek hal-hal yang terbaru yang terjadi seperti budaya pop (pop culture) dengan menggunakan kata-kata yang vulgar (Iaia, 2011: 174). Terkait dengan penggunaan kata-kata yang termasuk dalam kata-kata tabu, lembaga penyiaran Amerika FCC (Federal Communication Commission) tahun 1987 menetapkan tujuh kata yang terlarang diucapkan dalam tayangan televisi yang dikenal dengan the seven words you can never say on television. Kata-kata tersebut yakni shit, piss, fuck, cunt, cocksucker, motherfucker, dan tits. Adanya pembatasan ini tidak berarti bahwa kata-kata tabu yang lain bebas digunakan dalam sebuah tayangan televisi, kata-kata tabu yang diucapkan diluar dari tujuh kategori tersebut memiliki nilai ofensif yang serupa.

Kata-kata seperti whore, fuck, sucker, bastard merupakan beberapa dari kata-kata yang banyak dijumpai pada tayangan family guy. Produktifnya penggunaan kata-kata tabu oleh tokoh dalam serial kartun family guy menjadikannya sebagai objek utama yang tepat dalam penelitian ini. Agar lebih terfokus, penelitian mengenai kata-kata tabu dalam serial kartun family guy ini berada pada ranah kajian sosiolinguitik. Sosiolinguistik merupakan studi mengenai bahasa dalam konteks sosial dan studi mengenai kehidupan sosial

(5)

melalui linguistik (Coupland dan Jaworski 1997 dalam Tagliamante, 2006: 3). Sehingga kajian Sosiolinguistik dipandang sebagai acuan yang tepat karena kajiannya yang membahas mengenai bahasa dan penggunaannya dalam masyarakat. Untuk melihat bagaimana penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy berikut merupakan contoh tuturan beserta sedikit uraiannya. Data (1)

Lois : Ugh, as soon as the polls close we can put all of this ugliness behind us.

Peter : Lois Griffin is a slut. Lois : What?

(season 2 episode 9, data no. 54) Lois : Uh, segera setelah pemungutan suara ditutup kita bisa meninggal

segala keburukan ini. Peter : Lois Griffin ‘pelacur’ Lois : Apa?

(season 2 episode 9, data no. 54)

Kata tabu yang terdapat dalam data (1) adalah slut. Slut jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti ‘pelacur’. Slut termasuk dalam sexism karena berkaitan dengan kata yang digunakan untuk merendahkan perempuan atau juga termasuk dalam derogatory term ‘istilah yang digunakan untuk menghina’. Slut termasuk dalam kategori kata tabu yang berkaitan dengan seksualitas khususnya yang berkaitan dengan pelabelan terhadap orang-orang tertentu yang dianggap bergonta-ganti pasangan. Pada data (1) Peter dan Lois sedang berkompetisi dalam pemilihan walikota Quahoq tempat mereka tinggal. Cara yang dilakukan oleh Peter untuk menyebar isu negatif mengenai istrinya agar tidak mendapatkan banyak suara yakni dengan mengatakan bahwa Lois sebagai slut ‘pelacur’.

(6)

Kata tabu yang digunakan oleh Peter pada data (1) berfungsi sebagai discredit. Kata-kata tabu yang termasuk pada fungsi discredit merupakan kata yang digunakan untuk merendahkan orang lain. Pada fungsi ini, penutur merasa memiliki posisi yang lebih tinggi dari lawan tutur. Slut yang dituturkan oleh Peter pada data (1) menunjukan bahwa ia memandang rendah istrinya dengan menyamakan Lois dengan pekerja seks komersial.

Berdasarkan penjelasan dan contoh analisis yang telah dicantumkan, penelitian ini membahas mengenai tiga aspek. Pertama, berkaitan dengan kategori kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Kedua, fungsi dari penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy, dan ketiga berkaitan dengan alasan dari editor dalam menyertakan penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Alasan editor menjadi salah satu aspek tersendiri yang perlu dilakukan pembahasan. Sebagai orang yang berhak melakukan sensor terhadap script yang ada, editor dalam serial kartun family guy tetap menyertakan penggunaan kata-kata tabu, sehingga kondisi ini menarik untuk ditelusuri alasan yang melatarbelakanginya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan. Rumusan masalah dari penelitian ini yakni:

1. Apasaja kategori kata-kata tabu dalam dalam serial kartun Family Guy? 2. Bagaimana fungsi penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun

(7)

3. Mengapa editor menyertakan kata-kata tabu dalam serial kartun Family Guy?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni:

1. Mendeskripsikan kategori kata-kata tabu dalam serial kartun Family Guy.

2. Mendeskripsikan fungsi penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun Family Guy.

3. Menjelaskan alasan editor dalam menyertakan penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun Family Guy.

1.4 Ruang Lingkup

Lingkup masalah dalam penelitian ini yakni tabu bahasa yang terdapat dalam serial kartun family guy. Untuk membatasi jumlah data, kata-kata tabu yang digunakan adalah kata tabu yang dituturkan oleh tokoh utama yakni Peter, Lois, Chris, Meg dan Brian. Family guy merupakan serial kartun animasi dari Amerika Serikat yang penayangannya sudah mencapai season ke -13 pada tahun 2015. Setiap season terdiri dari beberapa episode. Episode-episode yang digunakan merupakan episode yang mengandung unsur kata-kata tabu. Jumlah episode yang digunakan dalam penelitian ini yakni 50 episode yang diambil dari season 1 sampai season 10 serta, serta season 13.

(8)

Aspek-aspek yang dibahas dalam penelitian ini yakni berkaitan dengan kategori kata, fungsi, serta alasan editor dalam menyertakan penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Teori-teori yang digunakan adalah teori-teori yang relevan dengan rumusan masalah yang telah dicantumkan. Untuk menjawab masalah yang terkait dengan kategori kata-kata tabu dalam serial kartun family guy digunakan teori yang dikemukakan oleh Wardhaugh (1986), sedangkan untuk menjawab pertanyaan mengenai fungsi penggunaan kata-kata tabu digunakan teori yang dicetuskan oleh McGuire (1973), serta rumusan masalah mengenai alasan editor dalam menyertakan kata-kata tabu dianalisis berdasarkan jumlah kemunculan kata tabu serta relevansi penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy dengan situasi penggunaan kata-kata tabu dalam masyarakat khususnya Amerika sebagai negara tempat pembuatan family guy.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penelitian ini terbagi dua yakni manfaat teoritis dan praktis. Berikut merupakan penjelasan dari keduanya.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan dan acuan terhadap penelitian kedepan yang membahas mengenai kata-kata tabu dengan kajian sosiolinguistik. Selain itu diharapkan pula bahwa penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kategori dan fungsi penggunaan kata-kata tabu.

(9)

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis terdapat tiga manfaat dari penelitian ini. Pertama, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai alasan yang melatarbelakangi kenapa kata-kata tertentu termasuk dalam tabu bahasa. Kedua, penelitian bermanfaat dalam menunjukan mengenai bagaimana keadaan aktual penggunaan bahasa tabu yang terjadi dalam masyarakat khususnya di Amerika sebagai negara tempat dibuatnya serial kartun yang menjadi objek dalam penelitian ini. Ketiga, penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukan bahwa pada masyarakat seperti Amerika yang telah mengenal adanya freedom of speech, penggunaan kata-kata tertentu masih dianggap tabu dan dibatasi penuturannya.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitin mengenai kata-kata tabu telah banyak dilakukan sebelumnya namun penelitian yang mengangkat secara spesifik pembahasan mengenai kata-kata tabu belum banyak dilakukan dalam lingkup UGM. Penelitian yang membahas mengenai kata-kata tabu sebelumnya telah dilakukan oleh Shirley Maya Argasetya (2009) Tesis dengan judul “Common Features of English Taboo words”. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan 221 jenis kata-kata tabu. Kata-kata tabu tersebut diperoleh dari Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, Cambridge Advanced Learner’s Dictionary dan Concise Oxford Dictionary dan beberapa kata dari internet. Terdapat dua pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian tersebut yakni (1) bagaimana kata-kata tabu dapat

(10)

diklasifikasi berdasarkan pada tingkat ofensif dan fitur semantiknya dan rumusan masalah yang ke (2) yakni apa yang memotivasi orang-orang menggunakan kata-kata tabu.

Berdasarkan dua rumusan masalah yang dikemukakan dalam tesis tersebut hasil dari penelitian menunjukan terdapat 13 bentuk klasifikasi tabu yang ditemukan berdasarkan pada klasifikasi tingkat ofensif atau tidaknya suatu kata. Klasifikasinya yakni ras, pelabelan atau penyebutan orang lain, makian, konotasi seksual, hasil ekskresi manusia, kecacatan fisik atau mental, homofobia, pekerjaan, bagian tubuh, fisik, objek, golongan-golongan, dan penyebutan negatif terhadap kemampuan orang lain. Klasifikasi kata-kata tabu yang sering muncul berdasarkan penelitian tersebut yakni yang berkaitan dengan konotasi seksual, ras, dan bagian tubuh. Sedangkan pada rumusan masalah yang berkaitan dengan motivasi penggunaan kata-kata tabu terdapat beberapa aspek yang menjadi pendorong penggunaan kata-kata tabu dalam komunikasi yakni solidaritas atau keakraban, kemarahan, superioritas, penghinaan, dan identitas diri.

Penelitian mengenai tabu juga telah dilakukan oleh Lery Prasetyo (2014) tesis dengan judul “Tabu Bahasa dan Eufemisme dalam Bahasa Inggris”. Penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetyo ini memiliki tiga tujuan yakni (1) mengidentifikasi ranah kehidupan yang tercakup dalam tabu bahasa dalam bahasa Inggris, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk satuan kebahasaan pada eufemisme tabu bahasa yang terdapat dalam bahasa Inggris, (3) mendeskripsikan pembentukan eufemisme dari tabu bahasa yang terdapat dalam bahasa Inggris.

(11)

Sumber dari penelitian ini berasal dari tiga buku berbahasa Inggris yakni buku berjudul Dangerous English 2001: An Indispensable Guide for Language Learners and Others (1998) karya Elizabeth Claire, Forbidden Words: Taboo and The Cencoring of Language (2006) karya Keith Allan dan Kate Burridge dan Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995) karya As Hornby.

Hasil analisis dari penelitian yang mengangkat tema mengenai tabu dan eufemisme ini yakni (1) tabu bahasa dapat ditemui dalam sembilan ranah kehidupan yakni kesehatan, seks, keluaran tubuh (ekskresi), anggota tubuh, keagamaan, politik, kematian, makanan, dan makian. (2) bentuk eufemisme pada tabu bahasa dalam bahasa Inggris terdiri dari kata, frase, dan bentuk unik. (3) pembentukan eufemisme pada tabu bahasa dalam bahasa Inggris terdiri dari 16 metode atau cara yaitu: ekpresi figuratif, flipansi, remodeling, sirkomlokusi, akronim, singkatan, pelesapan (omission), one for one substitution, umum ke khusus, part for whole, hiperbola, undestatement, jargon, kolokial, borrowing, dan rhyming slang.

Penelitian lain yang mengangat tema tentang tabu dilakukan oleh Madelene Skillström Bygg (2006) dengan judul “ Offensive Language in Sex and The City: A Study of Male and Female Characters’s Use of Taboo Words”. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada perbedaan penggunaan kata-kata tabu yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan dan bagaimana kecenderungan perbedaan jenis kelamin mempengaruhi perbedaan pemilihan dan penggunaan kata-kata tabu dalam percakapan. Objek yang digunakan adalah film Sex and the City. Dalam penelitian ini dijelaskan terdapat kata dan topik pembicaraan yang

(12)

tergolong tabu dan ofensif dalam bahasa Inggris. Kata-kata ofensif berdasarkan penelitian tersebut dibagi dalam beberapa kategori tergantung pada cara penggunaan dan situasi penggunaan kata-kata tersebut. Topik dari pembicaraan yang dianggap sangat tabu dalam penelitian yang dilakukan oleh Madele adalah topik mengenai aktifitas seksual dan kematian.

Perempuan dan laki-laki dalam area tertentu menggunakan bahasa dengan cara yang berbeda. Salah satunya berkaitan dengan penggunaan bahasa ofensif. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa memaki bagi laki-laki dianggap lebih maskulin sedangkan perempuan lebih menggunakan eufemisme pada saat menggunakan bahasa ofensif. Penelitian tersebut menunjukan bahwa laki-laki dan perempuan lebih nyaman untuk menggunakan bahasa tabu dengan sesama jenisnya dibandingkan dengan lawan jenisnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Bygg ini menggunakan perbedaan penggunaan bahasa ofensif dari laki-laki dan perempuan dalam delapan episode yang terdapat dalam serial televisi Amerika yakni Sex and the City. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perempuan menggunakan tipikal bahasa yang digunakan oleh laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perempuan juga menggunakan bahasa ofensif dalam percakapan namun dengan cara yang berbeda dengan laki-laki yang cenderung lebih frontal. Kata-kata tabu yang digunakan oleh perempuan dalam serial Sex and the City merefleksikan kehidupan perempuan moderen dalam dunia moederen saat ini. Penggunaan kata-kata tabu yang dilakukan oleh perempuan dalam serial tersebut menunjukan bahwa perempuan ingin berbicara seperti laki-laki bukan berarti ingin menjadi

(13)

seperti laki-laki namun ingin dilihat bahwa mereka juga bisa mandiri dan bebas sama seperti laki-laki. Para perempuan dalam serial Sex and the City melakukan pelanggaran terhadap tabu untuk menunjukan kebebasan mereka.

Nadar Qanbar (2011) juga melakukan penelitian mengenai tabu bahasa. Penelitiannya berjudul “A Sociolinguistics Study of The Linguistics Taboo in the Yemeni Society”. Penelitian yang dilakukan oleh Qanbar ini menginvestigasi tentang penggunaan kata-kata tabu pada masyarakat Yemeni dalam hubungannya dengan konteks sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Qanbar membahas dan mendeskripsikan tentang strategi yang digunakan oleh masyarakat Yemeni untuk menghindari penggunaan kata-kata tabu dengan menggunakan beberapa cara yakni dengan menggunakan jargon, penafsiran, eufemisme, penciptaan antonim, ekspresi metaforik, sirkomlokusi, dan penggunaan istilah bahasa Arab.

Qanbar dalam tulisannya menjelaskan tentang mengapa kata-kata tertentu dianggap sebagai tabu dalam masyarakat dan kenapa kata-kata tabu tertentu juga memiliki kata-kata pengganti yang berfungsi secara konvensional. Kata-kata tabu yang terdapat di masyarakat Yemeni dibagi kedalam dua kategori yakni kategori umum dan konteks spesifik. Penelitian ini menggunakan teori kesopanan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson sebagai kerangka teori dalam menganalisis kata-kata tabu yang terdapat dalam masyarakat Yemeni.

Suvi Keturi dan Tiina Lehmonen (2012) meneliti tentang tabu pada teks pembelajaran bahasa Inggris. Judul dari tesis yang ditulisnya yakni “Thou Shalt Not Write about: A Study of Taboo Content in Finnish EFL Textbook to Upper Secondary School”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat topik apa

(14)

yang tergolong kedalam tabu bahasa yang terdapat dalam textbook EFL. Penelitian ini juga membahas tentang alasan kenapa tabu dan eufemisme diajarkan kepada murid. Dalam studi ini beberapa topik yang termasuk dalam tabu yakni berkaitan dengan inses, pedofilia, deskripsi detail tentang seks dan kekerasan seksual, deksripsi detail mengenai kanibalisme, memaksa opini politik dan keyakinan. Sedangkan topik yang menurut peneliti berada pada batasan tabu yakni topik yang berkaitan dengan hasil ekskresi tubuh, alkohol, rokok, bagian-bagian tubuh seperti payudara, pantat dan organ genital, kata-kata kasar, dan juga menstruasi.

Penelitian yang membahas mengenai kartun family guy dilakukan oleh Ryan Prawira Kurniawan (2015), skripsi meneliti tentang “Racial Stereotype Toward Jewish in “Family Goy” Episode of Family Guy” . Penelitian ini mengambil satu episode dari serial kartun family guy yakni family goy. Penelitian yang diangkat oleh Kurniawan ini membahas mengenai stereotipe rasial yang ditujukan pada orang-orang Yahudi.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan ini yakni stereotipe yang diberikan atau yang dibangun dalam serial kartun family guy untuk kaum Yahudi yakni money minded, devoted to God, survivors, tidy, dan hairy. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, kelima steriotipe ini muncul mengacu pada karakteristik religius yang digambarkan dalam episode family goy dalam serial kartun family guy.

Merujuk pada penjelasan yang terdapat pada tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan perspektif sosiolinguistik yang mengangkat

(15)

tema mengenai Kata-Kata Tabu dalam Serial Kartun Family Guy belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai kata-kata tabu yang mengambil objek serial kartun family guy sebagai objek kajian utama baru dilakukan dalam penelitian ini.

1.7 Landasan Teori

Teori-teori yang dijelaskan dalam landasan teori merupakan teori yang dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori-teori yang memiliki kaitan erat dengan sosioliguistik karena penelitian ini merupakan penelitian yang menitik beratkan pada fenomena penggunaan bahasa dalam masyarakat sehingga sosiolinguistik menjadi teori kajian dasarnya.

1.7.1 Sosiolinguistik

Kata-kata tabu erat kaitannya dengan fenomena penggunaan bahasa dalam masyarakat. Dalam memahami munculnya tabu bahasa ini, kajian bahasa secara internal saja dirasa belum cukup karena hanya akan menghasilkan unsur struktural bahasa namun tidak mengkaitkannya dengan masalah diluar bahasa, oleh karena itu dibutuhkan kajian secara eksternal. Kajian eksternal merupakan kajian yang tidak hanya menggunakan teori dan prosedur linguistik tetapi juga mengkaitkannya dengan teori, prosedur dari disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa. Berdasarkan pada pemahaman mengenai kajian secara eksternal dan dikaitkan dengan fenomena penggunaan bahasa tabu maka

(16)

kajian secara sosiolinguistik dijadikan sebagai acuan utama. Chaer dan Agustina (2004:4) menjelaskan definisi sosiolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.

Sosiolinguistik erat kaitannya dengan relasi sosial dengan bahasa yang digunakan. Wardhaugh (1986:12) mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan studi mengenai hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan untuk lebih memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur bahasa dan bagaimana fungsi bahasa dalam komunikasi. Hymes dalam Sumarsono (2002: 3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik mengacu kepada pemakaian data kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya, mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis kedalam linguistik.

Dari beberapa pengertian mengenai sosiolinguistik tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya atau kemunculan penggunaan kata-kata tabu dalam masyarakat erat kaitannya dengan fenomena yang dibahasa dalam sosiolinguistik sehingga acuan kajian penelitian ini dengan kajian sosiolinguistik merupakan hal yang relevan untuk dilakukan.

1.7.2 Konsep Tabu

Tabu sebelumnya telah banyak dijelaskan oleh beberapa ahli. Konsep tabu sendiri telah diteliti dari beberapa perspektif ilmu seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi. Sementara dari sisi linguistik tabu dipandang sebagai salah satu

(17)

fenomena penggunaan bahasa dalam interaksi komunikasi. Tabu telah ada dalam setiap bahasa dan budaya, meskipun ‘kata tabu’ belum didefinisikan sampai pada tahun 1977 oleh kapten James Cook. Cook, melaporkan bahwa kata tabu berasal dari ‘Tongan tapu’ yang berarti sesuatu yang dilarang (Cook, 1812: 676). Kapten Cook menggunakan istilah ‘taboo’ untuk menggambarkan perilaku masyarakat Polinesia dalam menyikapi sesuatu yang tidak boleh dilakukan, dimasuki, dilihat atau disentuh. Tabu tersebut dalam bentuknya berlaku secara universal. Cook melaporkan bahwa para perempaun Tahiti tidak boleh makan satu meja dengan laki-laki kecuali mereka dapat memastikan bahwa hal tersebut tidak dilihat oleh warga Tahiti lainnya. Ini merupakan contoh tabu yang berkaitan dengan tingkah laku yang tidak baik. (Allan dan Burridge, 2006: 3-4).

Freud dalam bukunya yang berjudul Totem and Taboo menjelaskan bahwa ‘tabu’ merupakan kata yang berasal dari Polinesia. Arti dari ‘tabu’ terbagi dalam dua definisi yang berbeda yakni ‘keramat’, ‘suci’ namun arti yang lain yakni ‘gaib’, ‘berbahaya’, ‘terlarang’,’kotor’. Lawan dari ‘tabu’ dalam bahasa Polinesia adalah ‘noa’, yang berarti ‘biasa’, ‘dapat diterima secara umum’. Oleh sebab itu ‘tabu’ memiliki pengertian sesuatu yang tidak dapat diterima dan utamanya menunjukan larangan dan pembatasan (Freud, 2001: 21-22). Dalam bahasa Polinesia tabu secara sederhana berarti ‘untuk melarang’, ‘terlarang’ dan dapat berlaku dalam setiap larangan. Aturan-aturan etika, perintah yang berasal dari pimpinan, perintah kepada anak-anak agar tidak menganggu barang-barang milik orang yang lebih tua, semua larangan tersebut dapat diutarakan dengan penggunaan kata tabu. (Radclcliffe-Brown dalam Allan dan Burridge, 2006: 2).

(18)

Tabu merupakan larangan terhadap tingkah laku yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Topik tabu biasanya meliputi: tubuh dan hasil ekskresi tubuh (keringat, ingus, feces, darah haid, dan lain-lain); organ dan kegiatan seksual, buang air kecil dan air besar; penyakit, kematian, membunuh (termasuk berburu dan menangkap); pelabelan, memberi julukan, menyentuh, melihat seseorang atau sesuatu yang disakralkan, objek dan tempat (Allan dan Burridge, 2006: 1). Hughes (2006: 462) mengatakan bahwa saat ini tabu lebih mengarah pada “larangan terhadap kata-kata yang secara sosial tidak dapat diterima, ekspresi, dan topik-topik tertentu khusunya berkaitan dengan seks dan rasisme”.

Membahas tentang tabu tentu tidak terlepas dari adanya sanksi karena tabu selalu dianggap sebagai sesuatu yang terlarang, jadi selalu dikaitkan dengan ketakutan akan hukuman (Allan dan Burridge 1991: 7-8). Tingkat toleransi terhadap tabu bervariasi dalam masyarakat yang memiliki kultur yang berbeda (Allan dan Burridge 2006: 105). Saat sekarang, beberapa budaya masih memiliki konsekuensi yang berat ketika melakukan pelanggaran terhadap tabu. Namun, dalam banyak budaya tabu hanya mendapatkan sanksi sosial ditempatkan sebagai perilaku yang tidak menyenangkan atau tidak sopan dipandang dari konteks sosial tertentu (Allan dan Burridge 2006: 237).

Berdasarkan teori dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan semua ahli yang memberikan penjelasan awal mengenai konsep tabu sepakat bahwa hakikat tabu berkaitan erat dengan sesuatu yang dilarang atau terlarang untuk dilakukan dan sebaiknya dihindari kecuali memang berniat untuk melakukan pelanggaran terhadap tabu. Saat ini pada banyak budaya pelanggaran terhadap

(19)

tabu hanya mendapatkan sanksi sosial berupa anggapan melakukan tindakan yang tidak menyenangkan atau tidak sopan bahkan perlahan-lahan masyarakat mulai bersikap permisif dalam menyikapi adanya pelanggaran terhadap tabu.

1.7.3 Kata-Kata Tabu

Sebelumnya telah dibahas mengenai konsep tabu secara keseluruhan baik yang meliputi aspek tabu secara verbal dan non-verbal. Dalam bidang linguistik, tabu yang menjadi perhatian terletak pada tabu secara verbal yang digunakan dalam proses interaksi komunikasi. Tabu verbal yang dimaksud dapat berupa kata, frasa, atau kalimat yang mengandung unsur tabu. Kata-kata tabu secara sederhana dapat diartikan sebagai kata-kata yang terlarang untuk diucapkan dalam suatu proses interaksi. Linguistik tabu berarti setiap kata, frase, atau topik yang jika disebutkan dalam ranah publik dapat menimbulkan hal yang memalukan, memunculkan keterkejutan serta menyerang sensibilitas atau keyakinan lawan tutur (Qanbar, 2011: 88).

Kata-kata tabu yakni kata yang seringkali dianggap ofensif, mengejutkan atau kasar, misalnya karena mengarah pada seks, kematian, fungsi tubuh atau suku (Oxford English Dictionary). Kata-kata tabu merupakan kata-kata yang sepenuhnya harus dihindari dalam pergaulan dalam masyarakat. (Akmajian, Demers, Farmer dan Harnish, 2010: 303). Jackson mengaitkan keberadaan kata-kata tabu dengan kondisi budaya masyarakat. Ia mengatakan bahwa kata-kata-kata-kata tabu merupakan kosakata yang dibatasi penggunaanya oleh masyarakat karena cirinya yang ofensif. Kata-kata tersebut berhubungan dengan bagian tubuh manusia, seks,

(20)

dan hasil ekskresi tubuh manusia. Kata-kata tabu sering kali juga disebut sebagai kata-kata vulgar atau slang yang kasar. Kata tabu ini memiliki kesamaan siklus dengan slang. Setelah sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, kata-kata tabu dan slang bahkan digunakan dalam berita dan literatur sehingga menyebabkan kehilangan karakter tabu (Jackson, 2007: 162).

Satu hal yang penting untuk diperhatikan bahwa ketika mengatakan kata-kata yang berkaitan dengan area tertentu itu tabu tidak berarti aktifitas yang merujuk pada tindakan tersebut dikatakan tabu. Misalnya mengatakan tentang seks merupakan hal yang tabu namun tindakan yang berkaitan dengan seksualitas bukan merupakan tindakan yang tabu asal dilakukan pada waktu yang tepat, tempat yang sesuai, dan dengan orang yang tepat (Andersson and Trudgill, 1992: 56). Andersson and Trudgill lebih lanjut menjelaskan bahwa salah satu area yang dikatakan tabu bagi penutur bahasa Inggris adalah yang berkaitan dengan fungsi tubuh, meskipun sangat dibutuhkan oleh tubuh area ini tetap dianggap tabu. Kata-kata seperti piss dan shit termasuk dalam Kata-kata-Kata-kata tabu namun istilah kesehatan yang merujuk pada dua kata tersebut yakni urine dan feces bukan merupakan tabu bahasa (Andersson and Trudgill, 1992: 56-57).

1.7.4 Kategori Kata-Kata Tabu

Teori yang digunakan dalam menganalisis mengenai kategori kata-kata tabu adalah teori yang dijelaskan oleh Wardhaugh. Wardhaugh (1986: 230) menyebutkan terdapat delapan kategori kata-kata tabu yakni:

(21)

a. Mother in law

Wardhaugh menggunakan istilah Mother in law untuk menunjukan seseorang yang memiliki hubungan seksual dengan keluarga sendiri atau dikenal dengan istilah incest. Dalam penggunaannya istilah tabu yang berkaitan dengan mother in law ini digunakan sebagai istilah yang menunjukan hinaan dan tuduhan terhadap seseorang bahwa memiliki hubungan seksual dengan ibunya sendiri. Contohnya ‘motherfucker’. b. Animal

Istilah binatang digunakan untuk menunjukan bagian tubuh atau sifat tertentu yang dimiliki oleh manusia. Contohnya ‘hold your horse’, ‘dog’, ‘bull’, dan ‘pig’.

c. Sex

Istilah ini digunakan untuk menunjukan adanya hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Contohnya ‘fuck’ dan ‘have sex’.

d. Death

Kematian merupakan sesuatu yang kebanyakan manusia takut untuk menghadapinya. Sehingga kematian menjadi salah satu hal yang ditabukan. Contoh ‘die’, ‘damn’ , dan ‘go to hell’.

e. Excreation

Istilah ini digunakan untuk menunjukan hasil eksresi tubuh manusia. Zat padat atau cair yang keluar dari dalam tubuh manusia melalui genital atau anus. Contohnya ‘shit’, ‘fart’, dan ‘piss’.

(22)

f. Bodily Function

Istilah ini digunakan untuk menunjukan fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan genital manusia atau organ seks. Contohnya ‘cock’, ‘dick’, ‘cunt’, ‘penis’, dan ‘vagina’.

g. Religious Matter

Istilah ini muncul ketika kata-kata tabu secara bersamaan digunakan atau dihubungkan dengan Tuhan atau agama. Contoh ‘God damn it’, ‘God-damned stupid’, ‘holy fuck’ dan ‘Jesus Fucking Christ’. h. Left Hand

Istilah ini merujuk pada menunjukan jari tengah untuk menghina orang lain. Robbins (2008: 1403) mengatakan bahwa jari tengah merupakan salah satu gerak atau isyarat meghina yang sangat umum. Ia menambahkan, penggunaan jari tengah ini dilakukan untuk menyampaikan atau menegaskan emosi-emosi tertentu yang dirasakan. Penggunaan jari tengah juga merupakan simbol dari hubungan seksual (fuck you!, screw you!).

1.7.5 Fungsi Kata-Kata Tabu

Pada umumnya kata tabu digunakan sebagai sarana untuk melepaskan, menyatakan, atau menguatkan emosi tertentu pada lawan tutur. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Jay (1999: 84) bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki emosi yang dilengkapi dengan keinginan untuk menunjukan perasaan mereka, membebaskan emosi negatif dari stres, dan

(23)

membangun identitas serta status melalui apa yang dibicarakan. Menggunakan kata-kata tabu merupakan salah satu cara efektif yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mengingat bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh setiap orang. Kata-kata tabu dapat berfungsi sebagai sarana humor, menunjukan perasaan haru (catharsis), atau untuk menunjukan sebuah kekuasaan atau kekuatan. Lebih lanjut Trudgill (2000: 10) menyebutkan bahwa melanggar peraturan memiliki konotasi kekuatan atau kebebasan sehingga orang-orang sangat bersemangat untuk melakukannya.

McGuire (1973: 4-7) dalam tulisannnya yang berjudul Obscenity: Its Use and Abuse, menyebutkan terdapat lima fungsi penggunaan kata-kata tabu yakni: (1) creat attention, (2) discredit, (3) to provoke,(4) identification, dan (5) provide catharsis. Dari beberapa fungsi tabu yang juga dijelaskan oleh beberapa ahli, fungsi tabu yang dikemukakan oleh McGuire termasuk dalam teori yang sudah semuanya mencakup fungsi tabu yang dijelaskan oleh para peneliti sebelumnya sehingga teori yang dikemukakan oleh McGuire yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Berikut merupakan rincian penjelasannya.

a. Create Attention

Dalam forum publik, perhatian diciptakan dengan menggunakan shock rhetoric. Mereka yang menggunakannya memperoleh perhatian dengan menggunakan bahasa kasar, bahasa dengan penuh gairah dengan tujuan untuk membangkitkan respon emosional yang muncul dengan segera dari pendengarnya (McGuire, 1973: 6).

(24)

Kata-kata tabu memiliki kekuatan emosi tertentu ketika digunakan. Pada saat seseorang ingin mendapatkan perhatian dari lawan tutur, penggunaan kata-kata tabu dipandang sebagai sarana yang efektif untuk mewujdukannya.

b. Discredit

Salah satu fungsi dari penggunaan kata-kata tabu adalah untuk mendeskreditkan. Kata-kata tabu digunakan untuk mengekspresikan adanya hinaan terhadap standar yang berlaku dalam masyarakat, pemberontakan terhadap kekuasaan, dan sikap kurang sopan terhadap sesuatu yang disakralkan (McGuire, 1973: 6). Hal ini berarti bahwa orang-orang yang menggunakan kata-kata tabu memiliki ketidakpuasaan terhadap gambaran publik terhadap orang-orang tertentu, institusi, pemerintah, dan lain-lain. Orang-orang yang menggunakan kata-kata tabu bertujuan untuk menyerang konstruksi mental dari targetnya dan untuk menunjukan ketidakpercayaan terhadap banyak hal yang diasumsikan tidak sesuai dengan standar publik.

c. To Provoke

Salah satu fungsi dari penggunaan kata-kata cabul adalah untuk memprovokasi munculnya kekerasan (provoke violent confrontation). Meskipun perilaku kekerasan secara fisik, seperti melemparkan batu dan botol ke jendela dapat memunculkan adanya kekerasan secara fisik, namun penggunaan kata-kata vulgar dipandang sebagai “metode retorikal yang

(25)

palik efektif unt uk menghasut munculnya respon kekerasan” (McGuire: 1973: 10)

d. Identification

Kata-kata tabu digunakan sebagai strong personal identification (menciptakan identitas interpersonal yang kuat). Kata tabu digunakan untuk menunjukan siapa diri mereka. Kata-kata tabu dalam fungsi ini digunakan sebagai self-assertive. Misalnya dulu identitas dari anak-anak muda kulit hitam, khususnya laki-laki, merupakan hasil dari game verbal yang disebut dengan ‘dozen’ atau ‘sounding’. Permainan game tersebut dilakukan dengan menyertakan makian. Proses dari identitas personal yang dilakukan melalui permainan verbal tersebut (McGuire, 1973: 7). e. Provide Catharsis

Kata-kata tabu memiliki salah satu fungsi lain yang sangat penting bagi yang menuturkannya. Fungsi ini disebut dengan katarsis. Penggunaan kata-kata tabu digunakan untuk melepaskan rasa frustasi. Orang-orang lebih cenderung menggunakan kata-kata tabu ketika mereka memiliki masalah, dan dalam hal ini kata-kata tabu dianggap sebagai salah satu obat untuk melepaskan rasa frustasi yang tidak dapat ditahan (Liedlich, 1973: 116). Fungi Katarsis ini juga muncul ketika misalnya seseorang tidak sengaja melukai dirinya sendiri. Misalnya siapapun yang pernah secara tidak sengaja terkena palu mengetahui dengan baik kata apa yang realistis digunakan untuk mengekspresikan rasa frustrasi dan kesakitan yang dirasakan (McGuire, 1973: 11)

(26)

Penggunaan kata-kata tabu ini dilakukan sebagai terapi bagi psikoligis penutur khususnya ketika dalam keadaan marah atau kecewa terhadap sesatu atau seseorang sehingga mereka dapat merasa lebih terbebaskan dari beban tersebut. Kualitas dari kata-kata tabu yang digunakan dapat dipengaruhi oleh seberapa sering dan bagaimana istilah tersebut digunakan.

1.7.6 Sejarah Penggunaan Kata-Kata Tabu dalam Masyarakat Amerika Penelitian mengenai kata-kata tabu dalam serial kartun family guy ini tentu tidak bisa terlepas dari budaya Amerika sebagai setting dari serial kartun tersebut. Banyaknya penggunaan tuturan yang mengandung tabu bahasa tentu tidak bisa dipisahkan dari bagaimana penerimaannya dalam masyarakat. Sebelum adanya revolusi budaya pada tabu 1960, dalam masyarakat Amerika terdapat sensor yang ketat dari pemerintah terkait dengan tulisan, film, televisi, dan siaran radio mengenai penggunaan kata-kata tabu. Sensor ini dipengaruhi oleh orang-orang Puritan dan pemerhati agama Kristen. Sensor terhadap makian dan kata-kata tabu menjadi bagian dari norma bagi sebagian besar masyarakat Amerika (Hughes 1991 dalam Weny, 2013: 8).

Pada akhir tahun 1960an-1970 revolusi seksual terjadi di Amerika, masyarakat yang pada awalnya membatasi penggunaan kata-kata yang termasuk dalam tabu bahasa menjadi lebih toleran. Revolusi seksual ditandai dengan adanya pil pencegah kehamilan. Adanya kondisi ini menjadikan banyak masyarakat yang hidup bersama sebagai pasangan, umumya terjadi dikalangan

(27)

muda. Hal ini mengakibatkan nilai tabu mengenai seksual berkurang (Noble: 2006: 983).

Selain terjadinya revolusi seksual, pada tahun 1960 juga terjadi protes berkaitan dengan kurangnya hak masyarakat sipil dan mengenai kebijakan luar negeri, pada protes tersebut masyarakat menyuarakan pendapatnya dengan menggunakan slogan seperti Fuck the Pigs! (Hagen, 2013: 18). Kondisi-kondisi ini menyebabkan masyarakat Amerika menjadi lebih toleran dan bebas dalam menggunakan kata-kata tabu baik pada penyiaran maupun dalam interaksi sehari-hari. Disamping itu pada awal tahun 1990 otoritas keagamaan telah kehilangan kuasa untuk melakukan sensor terhadap pembicaraan publik (public speech) keadaan ini menyebabkan penggunaan kata-kata tabu dalam masyarakat meningkat (Jay, 1999: 210).

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri (Djadjasudarma, 2006: 16). Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yakni (i) tahap penyediaan atau pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii) tahap penyajian analisis data. Berikut masing-masing uraiannya.

(28)

1.8.1 Tahap Penyediaan atau Pengumpulan Data

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah serial kartun family guy. Family guy dipilih sebagai objek utama karena dalam tuturannya banyak menggunakan kata-kata tabu. Ini disebabkan, serial tersebut banyak menggunakan lelucon-lelucon yang menyerang beberapa aspek seperti seks, ras, agama, pop culture, penyandang disabilitas, penyakit, homoseksualitas dan lainnya. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan-tutura tabu yang terdapat dalam serial kartun family guy.

Serial ini terdiri dari 13 season, setiap season terdiri dari beberapa episode. Episode yang digunakan dalam penilian ini adalah episode-episode yang didalam tuturannya menggunakan kata-kata tabu. Jumlah episode yang digunakan yakni 50 episode yang berasal dari season 1 sampai season 10 dan season 13. Untuk membatasi jumlah data tuturan tabu yang menjadi fokus penelitian adalah kata-kata tabu yang dituturkan oleh para tokoh utama. Tokoh utama dalam serial family guy yakni Peter dan Lois yang merupakan pasangan suami dan istri, Chris, Meg dan Stewie anak-anak dari pasangan tersebut dan Brian seekor anjing yang bisa berbicara.

Data diperoleh dari dari website www.indowebster.com beberapa episode yang tidak dicantumkan dalam laman tersebut ditonton secara online di www.kisspanda.net. Sedangkan script dari serial family guy diperoleh dari www.springieldspringfield.co.uk. Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

(29)

Penyediaan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode simak dengan teknik catat. Dikatakan sebagai metode simak karena peneliti menonton video family guy. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat yakni penulis mencatat kata-kata tabu yang muncul berdasarkan hasil penyimakan kartun family guy yang telah dilakukan. Berikut langkah-langkah penyediaan data yang telah dilakukan.

1. Peneliti menonton serial kartun family guy untuk melihat penggunanaan kata-kata tabu yang dituturkan oleh para tokoh utama. 2. Peneliti mencatat semua kata-kata tabu yang digunakan kemudian

mencocokannya denga script kartun family guy yang diperoleh dari http://www.springfieldspringfield.co.uk. Hal ini dilakukan untuk mencocokkan hasil dari tuturan tabu yang diperoleh pada saat menonton serial tersebut dengan script yang ada.

3. Dalam membantu menentukan apakah kata-kata tersebut termasuk dalam kata-kata tabu, peneliti melakukan pengecekan dengan menggunakan kamus online yakni Merriam-Webster Dictionary yang diakses dari http://www.m-w.com, dan Oxford English Dictionary yang diakses dari http://www.oed.com. Selain bantuan dari kamus tersebut tentu dalam menentukan tuturan termasuk dalam kata-kata tabu atau tidak juga menyesuaikan dengan konteks tuturan.

4. Data kemudian diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah yang telah dicantumkan.

(30)

1.8.2 Tahap Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Sebelum analisis dilakukan data tersebut diklasifikasi. Setelah pengklasifikasian data dilakukan maka dilanjutkan pada tahap analisis. Data dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Rumusan masalah pertama mengenai kategori kata-kata tabu dianalisis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wardhaugh (2006). Rumusan masalah kedua mengenai fungsi penggunaan kata-kata tabu dianalisis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh McGuire (1973) dan rumusan masalah terakhir mengenai alasan editor menggunakan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy dianalisis dengan mengacu pada frekuensi penggunaan kata-kata tabu yang dominan dalam serial kartun family guy, dalam menjawab rumusan masalah yang terakhir ini peneliti melakukan interpretasi merujuk pada penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy, seharusnya pada rumusan masalah yang berkaitan dengan alasan editor ini harus dilakukan penelitian lapangan untuk menjawab secara lebih terperinci mengenai alasan nyata yang melatarbelanginya namun dikarenakan keterbatasan waktu peneliti melakukan interpretasi terkait dengan alasan utama yang mungkin menjadi latar belakang editor tetap menyertakan penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy.

1.8.3 Tahap Penyajian Analisis Data

Bagian dari penelitian yang tidak kalah penting adalah penyajian hasil analisis data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

(31)

metode penyajian secara informal. Metode informal merupakan metode dengan perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini perlu dijabarkan untuk mempermudah dalam penguraian yang berkaitan dengan komponen penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian yang terbagi dalam manfaat teoritis dan praktis, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang kategori kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Bab III mengenai fungsi penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Bab IV berisi tentang alasan editor dalam menyertakan penggunaan kata-kata tabu dalam serial kartun family guy. Dan bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Data dan sumber disajikan pada lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang?. menjadi dasar untuk mengatur lebih lanjut kegiatan

Dengan kata lain, pemilik sertifikat Berkaitan dengan sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat,. sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa penulis (desa Bakalan Kalinyamatan Jepara) dan juga di masyarakat Jawa pada umumnya dalam menghadapi peristiwa kematian, hampir

[r]

Al-Ghazali telah mengubah atau paling tidak telah berusaha merubah istilah-istilah yang sulit menjadi mudah bagi pemahaman orang awam.Melalui pendekatan sufistik, al-

[r]

- Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang.. Undang-Undang

Aplikasi penelitian ini dimasa yang akan datang disarankan agar Hotel Grand Duta Syariah Palembang dapat membedakan fungsi penjualan dan fungsi kas agar tidak