• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG BANDUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN

AKHIR (TPA) DI TEMPAT WISATA KEBUN BINATANG

BANDUNG

Thefani Dwiamdhani, Drs. Denny Sukandar M.Kes

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kementrian Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Penanganan limbah padat (sampah) cukup berpengaruh terhadap kehidupan vektor, bakteri pathogen dan binatang pengganggu. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak dan bersarangnya bermacam-macam vektor penular penyakit. Hal ini sesuai dengan data yang didapat pada tahun 2014 di tempat pembuangan akhir Kebun Binatang Bandung kepadatan lalatnya mencapai 21 ekor yang artinya sangat tinggi. Data Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2012, memperlihatkan bahwa presentase TTU sehat mencapai 75% sedangkan target Indonesia Sehat 2014 adalah 85%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kepadatan lalat pada tempat pembuangan akhir (TPA). Jenis penelitian ini Deskriptif dengan metode survey yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari kepadatan lalat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lalat yang ada di tempat pembuangan akhir (TPA), sedangkan sampelnya adalah lalat yang hinggap di fly grill. Teknis pengelohan data penelitian ini meliputi editing, coding, entry data, cleaning, dan tabulasi data. Analisis data untuk penelitian ini adalah analisis univariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa kepadatan lalat di tempat pembuangan akhir sangat tinggi, pengetahuan petugas pengelola sampah didapatkan 44,4% baik, sikap petugas pengelola sampah didapatkan 66,7% sangat baik. Berdasarkan hasil observasi masalah yang timbul pada sarana prasarana, pengelolaan sampah, dan timbulan sampah disebabkan tidak terbentuknya organisasi khusus untuk menangani sampah di Kebun Binatang Bandung. Dengan demikian untuk menurunkan kepadatan lalat di tempat pembuangan akhir pada Kebun Binatang, petugas kebun binatang melakukan perbaikan lingkungan di TPA untuk mengurangi tumpukan sampah, mengadakan penyemprotan insektisida secara berkala, upaya pemberantasan tempat berkembang biaknya lalat melalui perbaikan cara pengelolaan sampah dan membentuk organisasi khusus untuk mengelola sampah di Kebun Binatang Bandung.

Kata Kunci : Kepadatan lalat, Pengetahuan dan Sikap, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan sampah, dan Timbulan Sampah.

(2)

PENDAHULUAN

Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang yang dimungkinkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit tentunya berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan derajat kesehatan masyarakat sehingga diperlukan pengawasan dan pengendalian faktor-faktor lingkungan agar setiap tempat yang menjadi objek masyarakat telah memiliki persyaratan kesehatan dan mendukung aktifitas manusia. Sehingga tidak atau dapat mengurangi timbulnya penyakit maupun bahaya bagi manusia itu sendiri.

Berdasarkan laporan dari 26 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2012, bahwa persentase TTU (Tempat-tempat Umum) sehat mencapai 72,35%. Sedangkan target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 adalah 85% (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2012, memperlihatkan bahwa presentase TTU (Tempat-tempat Umum) sehat mencapai 75% (Profil Kesehatan Kota Bandung, 2012), dari data tersebut digambarkan bahwa Tempat-tempat Umum yang diperiksa masih harus terus ditingkatkan agar tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan target Indonesia Sehat 2014 tercapai.

Kebun Binatang Bandung dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung, tidak berada dalam naungan Instansi pemerintahan sehingga dalam upaya pengelolaan sampah di Kebun Binatang Bandung tidak dikelola dengan instansi Dinas Kebersihan. Pengelolaan sampah di Kebun Binatang Bandung sendiri hanya meliputi tahapan pewadahan, pengangkutan, dan langsung dibuang ke TPA yang dikelola oleh pihak Kebun Binatang itu sendiri.

TPA di Kebun Binatang Bandung ini tidak terawat, hanya seperti tumpukan sampah yang berceceran tanpa ada perlakuan khusus layaknya TPA. Kotoran hewan, sampah organik, dan sampah anorganik tidak dipisahkan atau tidak ada tahap pegelolaan lebih lanjut. Pengelolaan sampah yang kurang baik tentu akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan lingkungan dan akan menjadi tempat berkembangbiak vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, dan binatang pengerat seperti tikus.

(3)

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (Undang-undang No.18, 2008). Diperlukan system pengelolaan sampah yang sudah memadai, baik berupa sarana-sarana fisik, atau peralatan maupun sarana non fiksi yang berupa penyuluhan, pengawasan, pemantauan, dan peraturan yang berjalan dengan baik secara profesional, tidak hanya secara kuantitatif saja. Selain itu peran serta pengelola Kebun Binatang dan petugas kebersihan pihak ke 3 dari aspek pengetahuan dan sikap harus mendapat perhatian.

Penularan penyakit dapat terjadi melalui perantaraan vektor (serangga) dan merupakan masalah yang selalu sulit diatasi. Kehidupan serangga sangat erat hubungannya dengan sanitasi lingkungan, terutama pada pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat. Sehingga serangga dengan cepat berkembang biak dan dapat menularkan beberapa penyakit ke manusia dan hewan. Penanganan limbah padat (sampah) juga cukup berpengaruh terhadap kehidupan vektor, bakteri pathogen dan binatang pengganggu.

Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak dan bersarangnya bermacam-macam vektor penular penyakit, seperti lalat, kecoa, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor mekanis penyakit virus, bakteri, protozoa, dan helminthes dimana lalat sangat cepat berkembang dan senang pada sampah.

METODOLOGI Sampel

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metoda survey dan yang menjadi sampel penelitian ini adalah lalat yang hinggap di fly grill. Populasi manusia dalam penilitian ini adalah petugas pengelola sarana tempat pembuangan akhir (TPA) yang berjumlah 9 orang.

Alat yang Digunakan

Alat pengumpul data yang dipergunakan dala penelitian ini antara lain Fly grill untuk mengukur kepadatan lalat, Counter untuk menghitung lalat yang hinggap di

(4)

fly grill, Meteran untuk mengukur jarak fly grill yang akan diletakan pada titik pengambilan sampel, Lembar observasi mengenai pengelolaan sampah, Lembar kuisioner, Kamera untuk pengambilan gambar sebagai bukti otentik hasil dari proses kegiatan penelitian.

Pengolahan Dan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penilitian ini adalah analisis univariat. Untuk data kategorik maka masing-masing variabel di deskripsikan dalam bentuk presentase. Untuk penilaian kuesioner pengetahuan dilakukan pemberian bobot nilai setiap item. Untuk penilaian sikap diberi skor angka 0 – 25% : Sangat Tidak Setuju (sangat tidak baik), angka 26 – 50% : Tidak Setuju (tidak baik), angka 51 – 75% : Setuju (baik), angka 76 – 100% : Sangat Setuju (sangat baik). Untuk penilaian observasi pengelolaan sampah diberi bobot penilaian nilai 2 untuk jawaban yang memenuhi syarat (MS), nilai 0 untuk jawaban yang tidak memenuhi syarat (TMS)

ANALISIS HASIL Hasil dan Pembahasan

Pengukuran Kepadatan Lalat

Tabel 4.3

Hasil Tingkat Kepadatan Lalat Di TPA Kebun Binatang Bandung Tanggal 18 s/d 24 Mei 2015

No Pengukuran Hari Ke- Hasil Rata-rata Titik Pengukuran

1 2 3 1 Satu 19 18 19 2 Dua 21 20 22 3 Tiga 21 21 21 4 Empat 27 23 21 5 Lima 25 24 25 6 Enam 25 25 26 7 Tujuh 35 33 21 Jumlah 24 23 22

Dari hasil pengukuran kepadatan lalat pada tabel 4.3 didapatkan hasil rata-rata pada titik 1 yaitu 24 ekor/fly grill/7 hari dengan kategori sangat tinggi, pada

(5)

titik 2 yaitu 23 ekor/fly grill/7 hari dengan kategori sangat tinggi, dan pada titik 3 yaitu 22 ekor/fly grill/7 hari dengan kategori sangat tinggi.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan 3 Titik Tingkat Kepadatan Lalat di TPA Kebun Binatang Bandung

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Tinggi 3 100

Jumlah 3 100

Berdasarkan tabel 4.4 tingkat kepadatan lalat yang diukur di tempat pembuangan akhir di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung pada 3 titik hasil rata-ratanya menunjukan kategori tingkat kepadatan lalat sangat tinggi (100%).

Pengetahuan Responden

Tabel 4.9

Aspek Pengetahuan Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No Pertanyaan N Ni Persentase Kategori

1 Menurut saudara, apa yang dimaksud

dengan sampah ? 14 18 78 B 2 Menurut saudara, apa manfaat dari

sampah? 18 18 100 B

3 Menurut saudara, bagaimana

membuang sampah yang baik ? 14 18 78 B 4 Menurut saudara, tempat sampah

yang baik seperti apa? 10 18 56 C 5 Menurut saudara, bagaimana

penyimpanan tempat sampah yang baik di Kebun Binatang ?

10 18 56 C 6 Menurut saudara, kapan seharusnya

sampah diangkut ? 18 18 100 B 7 Menurut saudara, bagaimana sarana

pengangkutan sampah yang baik ? 8 18 44 K 8 Menurut saudara, alat pelindung apa

saja yang dipakai saat menangani sampah ?

14 18 78 B 9 Menurut saudara, binatang apa yang

dapat menularkan penyakit melalui sampah ?

18 18 100 B 10 Menurut saudara, dampak apa yang

dapat diakibatkan dari sampah yang menumpuk ?

(6)

Hasil wawancara pada aspek pengetahuan kepada 9 orang responden, didapatkan hasil yang paling kecil yaitu pada item pertanyaan, “Menurut saudara, bagaimana sarana pengangkutan sampah yang baik?”, hal ini dikarenakan belum semua petugas pengelola sampah mengetahui sarana pengangkut sampah yang baik dan beberapa petugas beranggapan bahwa sarana pengangkut sampah itu tidak perlu di tutup memakai jaring.

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan Responden Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Baik 4 44,4

2 Cukup 4 44,4

3 Kurang 1 11,2

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui aspek pengetahuan dari 9 petugas pengelola sampah di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung, 4 orang termasuk kategori baik dengan persentase 44,4% dan 4 orang termasuk kategori cukup dengan persentase 44,4%.

Sikap Responden

Tabel 4.11

Aspek Sikap Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No Pertanyaan N Ni Persentase Kategori

1 Perlu untuk melakukan pemilihan dan pemisahan terlebih dahulu antara sampah organic dan anorganik setiap mengelola sampah

33 36 92 SB

2 Mengangkut sampah dari tempat pewadahan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah dilakukan setiap hari

32 36 89 SB

3 Apabila 2/3 tempat sampah telah penuh, segera mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir sampah

27 36 75 B 4 Membersihkan sarana atau fasilitas

pengelolaan sampah (gerobak atau mobil pengangkut sampah) dilakukan setiap kali setelah dipergunakan

28 36 78 SB

5 Selalu mencuci tangan setelah

(7)

6 Disiplin untuk menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan sepatu boot beserta pakaian kerja ketika bekerja menangani sampah

31 36 86 SB

7 Melakukan penyemprotan insektisida di tempat penampungan sampah sementara dan sekitarnya

29 36 81 SB

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Aspek Sikap Responden Petugas Pengelolaan Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 6 66,7

2 Baik 3 33,3

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui aspek sikap tentang pengelolaan sampah dari 9 orang petugas pengelola sampah di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung, 6 orang termasuk kategori sikap sangat baik dengan presentase 66,7%.

Observasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Tempat Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Item yang di observasi Jumlah %

1 Memenuhi Syarat 3 3,3

2 Tidak Memenuhi Syarat 89 96,7

Jumlah 92 100

Berdasarkan hasil observasi pada tebel 4.11 tempat sampah di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung didapatkan hasil yaitu 89 tempat sampah yang tersedia tidak memenuhi syarat dengan presentase 96,7% karena kebanyakan tempat sampah di Kebun Binatang Bandung ini tidak ada tutupnya, dan masih ada sampah yang berserakan disekitar tempat sampah.

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Alat Angkut Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Item yang di observasi Jumlah %

1 Memenuhi Syarat 0 0

2 Tidak Memenuhi Syarat 1 100

(8)

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.11 alat angkut di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung didapatkan hasil yaitu 1 alat angkut tidak memenuhi syarat dengan presentase 100% karena kapasitasi yang tidak mencukupi, dan tidak ditutup dengan jarring ketika mengangkut sampah dari satu titik ke titik lainnya.

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Alat Pelindung Diri Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Kategori Hasil Observasi Jumlah %

1 Memenuhi Syarat 9 100

2 Tidak Memenuhi Syarat 0 0

Jumlah 9 100

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.12 alat pelindung diri yang dipakai oleh petugas pengelola sampah di Kebun Binatang Bandung ini didapatkan hasil yaitu 9 orang petugas pengelola sampah sudah menggunakan alat pelindung diri dengen presentase 100%.

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Tempat Pembuangan Akhir Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Kategori Hasil Observasi Jumlah %

1 Memenuhi Syarat 0 0

2 Tidak Memenuhi Syarat 1 100

Jumlah 1 100

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.13 tempat pembuangan akhir di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung didapatkan hasil yaitu 100% tidak memenuhi syarat karena tempat pembuangan akhir menjadi tempat perindukan vektor, kapasitas yang tidak mencukupi apabila timbulan sampah yang makin menumpuk dengan jumlah lahan yang kecil.

Hasil Observasi Pengelolaan Sampah

Tabel 4.14

Pengelolaan Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No Item yang di Observasi F %

A. Tahap Pewadahan

1. Sampah organik dan anorganik dipisah 0 0 2. Jarak tempat sampah per 25-30 m 0 0 3. Tempat sampah terletak pada lokasi yang 2 100

(9)

mudah dijangkau

4. Adanya perbedaan keterangan yang jelas antara sampah organik dan anorganik

0 0

5. Tempat sampah mudah dipindahkan dan atau diangkut

2 100

6. Tempat sampah kedap air 2 100

7. Tempat sampah dilengkapi tutup 0 0 8. Volume tempat sampah mencukupi 0 0 9. Disekitar tempat sampah tidak terdapat sampah

yang berserakan

0 0

10. Tahap pewadahan tidak melebihi 1x24 jam 2 100 B. Tahap Pengangkutan

1. Diangkut menggunakan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka

2 100

C. Tahap Pembuangan Akhir

1. Sampah diangkut ke TPA 2 100

2. TPA tidak menjadi sumber bau 0 0

3. TPA tidak menjadi sarang binatang pengangggu 0 0

Hasil Pengukuran Timbulan Sampah

Terdapat 1 jenis kendaraan pengangkut yang beroperasi untuk mengangkut sampah setiap hari yaitu motor bak terbuka dengan kapasitas 3,13 m3. Ritasi pengangkutan dari motor bak terbuka ini setiap harinya berbeda-beda, pengukuran timbulan sampah dilakukan pada tanggal 18 Mei 2015 sampai 25 Mei 2015 hasil bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.18

Jumlah Ritasi Kendaraan Motor Bak Terbuka Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung Pada Tanggal 18 s/d 25 Mei 2015

No. Jenis Alat Angkut Jumlah Ritasi/Hari

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Motor Bak Terbuka 2 1 1 2 2 2 3 3

Tabel 4.19

Jumlah Timbulan Sampah Di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung

No. Timbulan Sampah Jumlah

1 18 Mei 2015 6.260 liter/hari

2 19 Mei 2015 3.130 liter/hari

3 20 Mei 2015 3.130 liter/hari

4 21 Mei 2015 6.260 liter/hari

(10)

6 23 Mei 2015 6.260 liter/hari

7 24 Mei 2015 9.390 liter/hari

8 25 Mei 2015 9.390 liter/hari

Jumlah 50.080 liter/8 hari

Rata-rata perhari 6.260 liter/hari Berdasarkan hasil pada tabel 4.19 dapat diketahui jumlah timbulan sampah di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung didapatkan hasil sebesar 50.080 liter/8 hari dan hasil rata-rata timbulan sampah perharinya sebesar 6260 liter/hari. Estimasi Timbulan sampah yang Dihasilkan Oleh Pengunjung/hari

Timbulan sampah = 6.260 liter/hari Jumlah pengunjung = 1.095 orang/hari Estimasi timbulan sampah = 5,71 liter/orang/hari

Berdasarkan hasil hitung estimasi timbulan sampah yang dihasilkan oleh pengunjung/hari sebesar 5,71 liter/orang/hari.

KESIMPULAN 1. Kepadatan Lalat

Kepadatan lalat pada 3 titik di tempat pembuangan akhir di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung menunjukan hasilnya adalah titik ke-1 25 ekor/block grill/hari, titik ke-2 23 ekor/block grill/hari, dan titik ke-3 22 ekor/block grill/hari dilihat dari hasil ketiga titik tersebut menunjukan bahwa kepadatan lalatnya >20 dengan kategori sangat tinggi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat :

a. Pengetahuan petugas kebersihan dalam mengelola sampah di Tempat Wisata Kebun Binatang Bandung termasuk kategori baik (44,4%) dan cukup (44,4%).

b. Sikap petugas kebersihan, dalam hal pengelolaan sampah termasuk dalam kategori sangat baik (66,7%) mendukung terhadap pengelolaan sampah di Kebun Binatang Bandung.

c. Keadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di Kebun Binatang Bandung 100% tidak memenuhi syarat.

d. Pengelolaan sampah di Kebun Binatang Bandung, tahapan yang diobservasi dari pengelolaan sampah adalah sebagai berikut :

(11)

a) Tahap pewadahan sampah sementara, tidak memenuhi syarat 55,6%. b) Tahap pengangkutan di Kebun Binatang Bandung dari memenuhi

syarat 71,4%

c) Tahap pembuangan akhir yang dilakukan oleh petugas kebersihan tidak memenuhi syarat 66,7%.

e. Timbulan sampah yang dihasilkan oleh Kebun Binatang Bandung tidak sesuai dengan jumlah volume tempat sampah yang tersedia.

SARAN

A. Mengurangi Kepadatan Lalat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

1. Perbaikan lingkungan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) untuk mengurangi tumpukkan sampah yang potensial menjadi tempat perindukan.

2. Mengadakan penyemprotan insektisida secara berkala di tempat pembuangan akhir guna mengurangi banyaknya binatang pengganggu yang berkembang biak disana, dengan menggunakan spraycan, mist blower dan fogging machine. Insektisida yang bisa digunakan adalah diazinon, fenthinon, diemthoate, malathion, dan gardona.

3. Adanya pengelolaan terhadap kotoran gajah, unta, zebra, kuda dan harimau yang dibuang ke tampat pembuangan akhir sampah (TPA) guna memperkecil jumlah kepadatan lalat.

4. Perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. B. Faktor-faktor yang memepengaruhi kepadatan lalat

a) Aspek Pengetahuan dan Aspek Sikap

1. Memberikan penyuluhan dan memberikan pelatihan kepada petugas kebersihan dari pihak ke-3.

2. Pengawasan yang lebih ketat dari pihak pengelola Kebun Binatang Bandung terhadap kedisiplinan petugas kebersihan.

b) Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah

1. Menambahkan jumlah tempat sampah yang memenuhi syarat konstruksi.

(12)

2. Menambahkan jumlah alat angkut yang kapasitasnya lebih besar. 3. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) lebih diperhatikan lagi

lingkungannya.

4. Pengawasan yang lebih ketat dari pihak Kebun Binatang Bandung terhadap petugas kebersihan yang tidak menggunakan APD.

c) Pengelolaan Sampah

1. Membentuk atau mengaktifkan kembali organisasi pengelola sampah juga penambahan tenaga kerja bila memungkinkan, khususnya pada upaya pengolahan sampah organic.

2. Menjalankan kembali program pengomposan dan mencari pihak yang mau bekerjasama dengan baik untuk menangani sampah yang dihasilkan Kebun Binatang Bandung.

3. Jenis tempat sampah dibedakan secara jelas antara tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik.

d) Timbulan Sampah

1. Mengurangi hasil timbulan sampah yang dihasilkan dengan cara pengelolaan sampah yang bejalan dari mulai tahap pewadahan sampah di pisahkan antara sampah organik dan anorganik.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Retno, 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik Di Gresik, Jurnal FKM Universitas Airlangga. Volume 1 Nomor 2. Diakses 29 Januari 2015. Tersedia :

http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JKL/article/view/683

Anwar, Borris Afdhal. 2011. Studi Timbulan, Komposisi, Dan Potensi Daur Ulang Sampah Kawasan Pt Semen Padang. Jurnal Universitas Andalas Padang. Diakses 8 Februari 2015. Tersedia : http://lingkungan.ft.unand.ac.id/in/component/itpgooglesearch/?view=sear ch

Damanik, Ruth Eva Linda, 2008. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemeriksaan Haemoglobin Sewaktu Hamil Di

(13)

Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2008. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses 22 Februari 2015. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14742

Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 Dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat Dan Kabupaten/Kota Sehat. Diakses 20 Februari 2015. Tersedia :

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/indikator-sehat-2010-1202-2001_3.pdf

Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasonal. Diakses 8 Februari 2015. Tersedia : storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/Kesehatan/SKN+.PDF

Ditejn PPM&PLP, 1992. Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djamil, Sriwahyuni Djamil. 2012. Deskripsi Kondisi Sarana dan Prasarana Sanitasi Pasar Shopping Centre Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2012, Jurnal Universitas Negeri Gorontalo. Diakses 21 Februari 2015. Tersedia : http://eprints.ung.ac.id/5976/

Ginting, Limin, 2000. Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Binjai Tahun 2000. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses 7 Februari 2015. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33845

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisi Data. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Husain, Sri Elen. 2014. Pengaruh Variasi Warna Fly Grill Terhadap Kepadatan Lalat Di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Kota Gorontalo. Jurnal Universitas Negeri Gorontalo. Diakses 8 Februari 2015. Tersedia : http://eprints.ung.ac.id/6706/

Kemalahayati, 2008. Analisa Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Kerja Pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses 22 Februari 2015. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/672

(14)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana Bangunan Umum, Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor P.53/Menhut-II/2006

tentang Lembaga Konservasi, Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 03/PRT/M/2013

tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Menteri Pekerjaan Umum.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, Menteri Kehutanan Republik Indonesia Profil Kesehatan Kota Bandung. 2007. Diakses 29 Januari 2015. Tersedia :

http://www.academia.edu/4941502/Profil_kesehatan_kota_bandung

Puteri, Risqi AD,Uji, 2013. Validitas dan Reliabilitas, Diakses 8 Februari 2015. [Online]. Tersedia: http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/ 0 5/uji-validitas-dan-reliabilitas.Dwiane.pdf

Setyawati, Dian, 2008. Arahan Pemanfaatan Kembali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Jurnal Universitas Diponegoro. Diakses 20 Februari 2015. Tersedia : eprints.undip.ac.id/3880/1/dian_setyawati.pdf

Sinaga, Astri Yosephin. 2013. Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses 21 Februari 2015. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40228

Standar Nasional Indonesia nomor 3242 : 2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman, Badan Standarisasi Nasional

Syahputri, Delly. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

(15)

Tahun 2011. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses 18 Febaruari. 2015. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27601 Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Presiden Republik

Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Presiden Republik Indonesia.

Wijayanti, Putri Dianing, 2009. Hubungan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Yang Bermukim Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang 2009, Jurnal FKM Universitas Indonesia. Diakses 31 Januari 2015. Tersedia : lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-125808.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Ilmiah ini tepat waktu yang berjudul “ Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit

metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas pengembangan media pembelajaran menggunakan software Adobe Flash yang dikemas dalam bentuk

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyebutkan bahwa pemanfaatan tentang senam osteoporosis pada pasien lansia yang sering mengalami

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah praktek 3 SKS yang mencakup: pembuatan perencanaan suatu usaha Boga dengan memperhatikan berbagai aspek: analisis

SI e-KTP telah digunakan dari tahun 2013 sampai sekarang oleh Dispencapil Minahasa Utara dan belum pernah dilakukan pengukuran, sehingga pimpinan belum memiliki

Kami memiliki keahlian penelitian dalam evaluasi perkembangan yang akan membantu Anda mengidentifikasi bagaimana pola pergeseran dari inisiatif dapat digunakan

Ketika seseorang berpikiran bahwa internet itu sangat merugikan dan berdampak buruk maka secara tidak langsung seseorang itu akan menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak

hukum/skrispi yang berjudul “Pelaksanaan Program Jaminan Ketenagakerjaan yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan bagi Pekerja PT Galang Press Yogyakarta.”.. Sejak tahap awal