• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

1

Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email

mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 07 Oktober 2016.

RANCANGAN PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……… TAHUN ... TENTANG

KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II KRITERIA DAN PERSYARATAN

Bagian Kesatu Umum

Bagian Kedua Kriteria

Bagian Ketiga Persyaratan

Bagian Keempat Penandaan dan Informasi

BAB III REGISTRASI PRODUK

Bagian Kesatu Umum

Bagian Kedua Registrasi Produk Dalam Negeri

Bagian Ketiga Registrasi Produk Dalam Negeri

Berdasarkan Kontrak

Bagian Keempat Registrasi Produk Dalam Negeri

Berdasarkan Lisensi

Bagian Kelima Registrasi Suplemen Kesehatan Impor

Bagian Keenam Registrasi Produk Melalui Kontrak di Luar

Negeri

Bagian Ketujuh Registrasi Produk Khusus Ekspor

Bagian Kedelapan Registrasi Produk yang Dilindungi Paten

BAB IV KATEGORI REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN

Bagian Kesatu Registrasi Baru, Variasi dan Ulang

Bagian Kedua Jangka Waktu Pemberian Keputusan

Registrasi

BAB V REGISTRASI

Bagian Kesatu Umum

Bagian Kedua Registrasi Baru

(2)

2 Bagian Keempat Registrasi Ulang

BAB VI TATA LAKSANA REGISTRASI

Bagian Kesatu Umum

Bagian Kedua Dokumen Registrasi

Bagian Ketiga Evaluasi

Bagian Keempat Keputusan

Bagian Kelima Persetujuan

Bagian Keenam Tambahan Data

Bagian Ketujuh Penolakan

BAB VII PERTIMBANGAN REGISTRASI

Bagian Kesatu Dengar Pendapat

Bagian Kedua Peninjauan Kembali

Bagian Ketiga Pengajuan Kembali

BAB VIII MASA BERLAKU IZIN EDAR

BAB IX PELAKSANAAN IZIN EDAR

Bagian Kesatu Umum

BAB X TANGGUNG JAWAB PENDAFTAR

BAB XI EVALUASI KEMBALI

BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF

BAB XIII PEMBATALAN

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN

(3)

3 PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN …. TENTANG

KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran Suplemen Kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu perlu dilakukan penilaian melalui registrasi Suplemen Kesehatan sebelum diedarkan;

b. bahwa ketentuan mengenai registrasi Suplemen Makanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dibidang Suplemen Kesehatan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843;

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

(4)

4 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5131);

8. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian;

9. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun

2012 tentang Bahan Tambahan Pangan;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Registri Penelitian Klinik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1319);

12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

386/Menkes/SK/IV/1994 tentang Pedoman

Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Perlengkapan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan Minuman;

(5)

5 Makanan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 562);

14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik secara In Vivo

15. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 16 Tahun 2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1825);

16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.10.5166 tahun 2010 tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 328); 17. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang tentang Kategori Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 385);

18. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor

02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan; 19. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara Invivo (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 875);

20. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1373);

21. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1374);

(6)

6 Makanan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1038);

23. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

24. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/Per/9/2015 Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Impor

25. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/Per/10/2015 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu

26. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 118/M-DAG/Per/12/2015 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Barang Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar dan Pelayanan Purna Jual

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

1. Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan.

2. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. 3. Industri Obat Tradisional, yang selanjutnya disebut IOT, adalah industri

yang dapat membuat semua bentuk sediaan obat bahan alam.

4. Usaha Kecil Obat Tradisional, yang selanjutnya disebut UKOT, adalah usaha yang dapat membuat semua bentuk sediaan obat bahan alam, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen.

(7)

7 6. Importir adalah badan hukum yang bergerak di bidang perdagangan Suplemen Kesehatan yang memiliki izin Importir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Izin Edar adalah bentuk persetujuan registrasi Suplemen Kesehatan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia.

8. Cara Pembuatan yang Baik adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan Suplemen Kesehatan yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

9. Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.

10. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOTB, adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat bahan alam yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

11. Sediaan adalah identifikasi Suplemen Kesehatan dari bentuk fisiknya yang terkait kepada penampilan fisik maupun cara pemberiannya.

12. Suplemen Kesehatan Dalam Negeri adalah Suplemen Kesehatan yang dibuat dan dikemas oleh Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), atau Industri Pangan di dalam negeri.

13. Suplemen Kesehatan Impor adalah suplemen kesehatan yang dimasukkan sebagai produk jadi ke dalam wilayah Indonesia atau diproduksi di Indonesia dengan bahan baku asing.

14. Suplemen Kesehatan Kontrak adalah Suplemen Kesehatan yang seluruh atau sebagian tahapan pembuatan dilimpahkan kepada Industri Farmasi, Industri di bidang Obat Tradisional atau Industri Pangan berdasarkan kontrak.

15. Suplemen Kesehatan Impor berdasarkan Kontrak adalah Suplemen Kesehatan yang sebagian atau seluruh tahapan pembuatan dilimpahkan kepada Industri di bidang Suplemen Kesehatan di luar negeri berdasarkan kontrak.

16. Suplemen Kesehatan Lisensi adalah Suplemen Kesehatan yang seluruh tahapan pembuatan dilakukan oleh Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan di dalam negeri atas dasar lisensi.

17. Suplemen Kesehatan Impor berdasarkan Lisensi adalah Suplemen Kesehatan Impor yang seluruh tahapan pembuatan dilimpahkan kepada Industri di bidang Suplemen Kesehatan di luar negeri berdasarkan lisensi. 18. Pemberi kontrak adalah Industri Farmasi, IOT, UKOT atau Industri Pangan

di dalam atau luar negeri, yang melimpahkan pekerjaan pembuatan Suplemen Kesehatan berdasarkan kontrak.

19. Penerima kontrak adalah Industri Farmasi, IOT, UKOT atau Industri Pangan di dalam atau luar negeri yang menerima pekerjaan pembuatan Suplemen Kesehatan berdasarkan kontrak.

20. Lisensi adalah pelimpahan hak dan wewenang penggunaan hasil penelitian dan pengembangan yang menyangkut kemanfaatan, keamanan, mutu dan

(8)

8 alih teknologi dalam pembuatan dan/atau penggunaan nama dagang serta penjualan suatu Suplemen Kesehatan.

21. Pemberi lisensi adalah industri farmasi, IOT, UKOT, Industri Pangan, atau badan riset pemilik formula dan/atau teknologi di dalam atau luar negeri yang memberikan lisensi Suplemen Kesehatan kepada pendaftar suplemen kesehatan.

22. Penerima lisensi adalah Industri Farmasi, IOT, UKOT, Industri Pangan atau Industri di bidang suplemen kesehatan di dalam atau luar negeri yang menerima pekerjaan pembuatan Suplemen Kesehatan berdasarkan lisensi. 23. Pendaftar adalah perusahaan atau importir yang telah mendapat izin

usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

24. Pemegang Izin Edar adalah Pendaftar yang sudah mendapatkan Izin Edar. 25. Pra Registrasi adalah prosedur registrasi yang dilakukan untuk penapisan

registrasi Suplemen Kesehatan, penentuan kategori registrasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi Suplemen Kesehatan. 26. Registrasi Suplemen Kesehatan adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi

Suplemen Kesehatan untuk mendapatkan Izin Edar.

27. Registrasi Baru adalah registrasi Suplemen Kesehatan yang belum memiliki Izin Edar di Indonesia.

28. Registrasi Ulang adalah registrasi Suplemen Kesehatan untuk perpanjangan masa berlaku Izin Edar.

29. Registrasi Variasi adalah registrasi Suplemen Kesehatan dengan perubahan aspek apapun pada Suplemen Kesehatan yang telah memiliki Izin Edar, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formula, metoda, proses pembuatan, spesifikasi bahan baku dan/atau produk jadi serta wadah, kemasan dan/atau Penandaan.

30. Registrasi Variasi Minor dengan Notifikasi adalah registrasi variasi untuk aspek-aspek tertentu yang tidak berpengaruh terhadap aspek keamanan, kemanfaatan, dan/atau mutu Suplemen Kesehatan, tidak merubah informasi pada sertifikat Izin Edar.

31. Registrasi Variasi Minor yang Memerlukan Persetujuan adalah registrasi variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun variasi mayor.

32. Registrasi Variasi Major adalah registrasi variasi yang berpengaruh terhadap aspek keamanan, kemanfaatan, dan/atau mutu Suplemen Kesehatan.

33. Registrasi Suplemen Kesehatan secara elektronik yang selanjutnya disebut

e-registration Suplemen Kesehatan adalah registrasi Suplemen Kesehatan

yang dilakukan secara elektronik.

34. Penandaan adalah informasi lengkap mengenai kemanfaatan, keamanan, dan cara penggunaan serta informasi lain yang berhubungan dengan produk yang dicantumkan pada etiket dan/atau brosur yang disertakan pada kemasan Suplemen Kesehatan.

35. Etiket atau label adalah keterangan berupa tulisan dengan atau tanpa gambar yang dilekatkan erat atau dicetak pada kemasan primer dan/atau sekunder.

36. Kemasan adalah wadah yang bersentuhan langsung atau tidak bersentuhan langsung dengan isi produk Suplemen Kesehatan.

(9)

9 37. Kemasan primer adalah wadah yang bersentuhan langsung dengan isi

produk Suplemen Kesehatan.

38. Kemasan sekunder adalah wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan isi produk Suplemen Kesehatan.

39. Brosur adalah lembar informasi yang menyertai produk jadi, memuat informasi mengenai produk Suplemen Kesehatan yang disertakan pada kemasan produk.

40. Komposisi adalah susunan kualitatif dan kuantitatif dari bahan aktif.

41. Formula adalah susunan kualitatif dan kuantitatif bahan aktif dan bahan tambahan.

42. Site Master File atau dokumen induk industri obat tradisional atau industri farmasi atau industri pangan selanjutnya disingkat SMF adalah dokumen yang berisi informasi spesifik tentang pemastian mutu, produksi, dan/atau pengawasan mutu dari proses pembuatan Suplemen Kesehatan yang dilaksanakan pada lokasi tersebut dan kegiatan terkait pada bangunan disekitarnya.

43. Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

44. Kepala Badan adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan. 45. Deputi adalah Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan

Produk Komplemen.

46. Petugas adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Badan untuk melakukan pemeriksaan.

47. Hari adalah Hari Kerja.

BAB II

KRITERIA DAN PERSYARATAN Bagian Kesatu

Umum Pasal 2

(1) Suplemen Kesehatan yang diproduksi dan/atau diedarkan di wilayah Indonesia, wajib memiliki Izin Edar dari Kepala Badan.

(2) Izin Edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui mekanisme registrasi.

(3) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Pendaftar kepada Kepala Badan dengan disertai penyerahan dokumen registrasi.

Bagian Kedua Kriteria

(10)

10 (1) Untuk dapat memiliki Izin Edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

Suplemen Kesehatan harus memenuhi kriteria: a. keamanan;

b. kemanfaatan; c. mutu; dan d. penandaan

(2) Kriteria keamanan, kemanfaatan, mutu, dan penandaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. menggunakan bahan baku yang aman, bermanfaat, dan bermutu sesuai ketentuan Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal Indonesia, farmakope negara lain atau referensi ilmiah yang diakui;

b. aman dan bermanfaat yang dibuktikan melalui bukti empiris dan/atau bukti ilmiah;

c. dibuat dengan menerapkan Cara Pembuatan yang Baik serta memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d. menggunakan penandaan dan informasi yang lengkap, objektif dan tidak menyesatkan.

Pasal 4

Selain harus memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Suplemen Kesehatan juga harus memenuhi ketentuan:

a. tidak ditujukan untuk pengobatan suatu penyakit;

b. tidak mengandung tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengobatan; dan

c. komponen utama dalam formula yang dikandung bukan merupakan bahan dasar pangan namun harus mencerminkan fungsi sebagai Suplemen Kesehatan.

Pasal 5

(1) Persyaratan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Uji stabilita dalam rangka pemenuhan persyaratan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada temperatur dan kelembaban zona IV b.

Pasal 6

(1) Bukti ilmiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dapat berasal dari:

a. referensi ilmiah; dan

b. data praklinik dan/atau data klinik;

(2) Bukti ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan keseluruhan komposisi produk jadi dalam rangka mendukung klaim indikasi.

(3) Bukti ilmiah yang berasal dari data praklinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa data keamanan dan data farmakodinamik.

(11)

11 (4) Dalam hal bahan aktif mengandung tumbuhan dengan bukti empiris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dapat berasal dari naskah kuno, buku referensi, farmakope, atau monografi.

(5) Data keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa uji toksisitas, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Dalam hal bukti ilmiah memerlukan pelaksanaan uji klinik di Indonesia, wajib mendapatkan persetujuan Badan POM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan uji klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada Cara Uji Klinik yang Baik.

Bagian Ketiga Persyaratan

Pasal 8

Batas maksimal vitamin, mineral, dan/atau bahan lain tercantum pada Lampiran 1 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 9

(1) Suplemen Kesehatan yang beredar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. tidak mengandung etil alkohol lebih dari 1%;

b. tidak mengandung bahan yang tergolong obat atau narkotika atau psikotropika sesuai ketentuan yang berlaku;

c. tidak mengandung hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

d. tidak mengandung bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

(2) Bahan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tercantum pada Lampiran 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 10

(1) Tumbuhan yang terdapat pada produk Suplemen Kesehatan:

a. harus dilengkapi dengan informasi mengenai asal tumbuhan dan bagian yang digunakan serta cara penyiapannya;

b. harus dilakukan standardisasi, serta identifikasi kualitatif dan kuantitatif bahan aktif serta produk jadi pada Suplemen Kesehatan (2) Uji kuantitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib untuk

Suplemen Kesehatan yang mencantumkan kandungan senyawa aktif pada kemasan.

(12)

12 (3) Standardisasi terhadap tumbuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mengacu kepada Farmakope Herbal Indonesia atau farmakope lain yang diakui.

Pasal 11

(1) Bahan yang digunakan dalam Suplemen Kesehatan dapat berupa ekstrak, fraksi, isolat dan metabolit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembuatan ekstrak, fraksi, isolat dan metabolit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh menggunakan bahan sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Keempat Penandaan dan Informasi

Pasal 12

(1) Penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d harus dicetak langsung atau melekat erat pada wadah dan/atau kemasan, tidak mudah lepas, tidak rusak oleh air, gesekan atau pengaruh sinar matahari dan paling sedikit memuat informasi sebagai berikut:

a. nama produk;

b. nama dan alamat produsen serta nama dan alamat importir; c. nama dan alamat pemberi/penerima lisensi;

d. nama dan alamat pemberi/penerima kontrak; e. ukuran, isi, berat bersih;

f. komposisi dalam kualitatif dan kuantitatif;

g. bahan tambahan pemanis, pewarna, pengawet dan perisa secara kualitatif;

h. klaim kegunaan, aturan pakai/cara penggunaan;

i. kontra indikasi, efek samping dan peringatan, bila ada; j. nomor izin edar;

k. nomor bets/kode produksi; l. kedaluwarsa;

m. kondisi penyimpanan; dan

n. informasi lain yang berkaitan dengan keamanan, mutu atau asal bahan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Informasi yang dimuat pada penandaan Suplemen Kesehatan harus sesuai dengan yang disetujui dalam surat keputusan persetujuan pendaftaran.

(3) Keterangan minimal yang harus dicantumkan pada penandaan dan informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum pada Bagian D Lampiran 4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(13)

13 (4) Pencantuman nilai gizi dapat dilakukan dengan dilengkapi hasil uji

laboratorium yang terakreditasi.

(5) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggunakan bahasa Indonesia, angka arab dan huruf latin.

(6) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalam bahasa lain disamping bahasa Indonesia dapat dilakukan sepanjang disertai dengan terjemahan dari penerjemah di Indonesia yang disumpah.

(7) Terjemahan dari penerjemah yang disumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikecualikan untuk bahasa Inggris.

(8) Dalam hal tidak terdapat penerjemah di Indonesia yang disumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris di negara asal dan diverifikasi oleh notariat setempat.

(9) Keterangan tambahan yang dicantumkan selain yang ditentukan dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4), hanya dapat dilakukan apabila keterangan tambahan yang dicantumkan sesuai dengan yang disetujui dalam surat keputusan persetujuan pendaftaran.

(10) Keterangan berupa tulisan dengan atau tanpa gambar pada strip dan blister harus dicetak.

(11) Dalam hal terdapat tambahan kata seperti plus atau forte:

a. harus berasal dari produk dengan komposisi inti yang sama; dan b. memiliki bukti manfaat yang lebih dibanding produk tanpa plus atau

forte.

Pasal 13

Dalam hal produk jadi mengandung alkohol wajib mencantumkan tanda khusus berupa tulisan “mengandung alkohol” berwarna hitam, dalam kotak berwarna hitam di atas dasar putih yang dapat dibaca dengan jelas, seperti contoh berikut:

Pasal 14

(1) Nama produk sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf a harus memenuhi ketentuan:

a. jelas dan mencerminkan sebagai 1 (satu) nama produk;

b. tidak menggunakan bahasa, kode, simbol atau gambar yang promotif atau tidak sesuai dengan tata susila serta tidak menggunakan nama orang per orang;

c. tidak menggunakan nama sama atau mirip dalam hal bunyi atau penulisan dengan nama produk yang sudah didaftarkan;

d. tidak menggunakan nama yang sama untuk komposisi berbeda dan/atau dari industri berbeda;

e. tidak dapat menggunakan nama produk yang berbeda untuk komposisi yang tidak berbeda secara bermakna sesuai dengan hasil evaluasi; dan

(14)

14 f. tidak boleh menggunakan nama penyakit baik sebagian maupun

seutuhnya.

(2) Nama produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan penggantian bilamana terjadi perubahan komposisi yang memberikan dampak pada aspek kemanfaatan.

(3) Nama produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau desain kemasan yang sudah terdaftar harus diganti bilamana dikemudian hari terbukti secara hukum ada pihak lain yang lebih berhak menggunakan nama produk dan/atau desain penandaan tersebut sebelum tanggal persetujuan dari Kepala Badan.

(4) Nama produk dapat menggunakan selain bahasa Indonesia dan angka Arab, namun harus merupakan satu kesatuan sebagai nama produk. (5) Produk yang telah dibatalkan terkait masalah hukum dan/atau alasan

keamanan:

a. tidak boleh menggunakan sebagian atau seluruh nama produk dan desain kemasan yang terkait masalah tersebut; dan

b. tidak boleh menggunakan kata new atau neo.

(6) Penulisan nama produk pada penandaan harus sesuai dengan yang disetujui saat pendaftaran dan ditulis sebagai satu kesatuan nama dengan menggunakan huruf yang jelas.

Pasal 15

(1) Nama payung (umbrella name) atau nama induk diperbolehkan sebagai bagian dari nama produk:

a. berasal dari nama produk dengan kegunaan yang sejenis; b. berasal dari nama perusahaan; atau

c. berasal dari merek dagang (brand name).

(2) Nama payung (umbrella name) atau nama induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah digunakan untuk komoditi produk lain di luar Suplemen Kesehatan tidak dapat digunakan untuk Suplemen Kesehatan.

BAB III

REGISTRASI PRODUK Bagian Kesatu

Umum Pasal 16

(3) Suplemen Kesehatan yang diregistrasi dapat berupa: a. Suplemen Kesehatan dalam negeri; dan

b. Suplemen Kesehatan impor.

(4) Suplemen Kesehatan dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa:

a. produksi dalam negeri;

(15)

15 c. produksi berdasarkan lisensi; dan

d. produksi khusus ekspor.

(5) Suplemen Kesehatan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa:

a. produksi luar negeri;

b. produksi berdasarkan kontrak atau lisensi; dan

c. produksi berdasarkan kontrak di luar negeri dari industri dalam negeri.

Pasal 17

Pendaftar merupakan perusahaan atau Importir yang telah mendapat izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam rangka mendapatkan Surat Keputusan Persetujuan Izin Edar.

Pasal 18

(1) Pendaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 adalah pemilik/direksi Industri Farmasi, IOT, UKOT, Industri Pangan dan/atau Importir di bidang Suplemen Kesehatan.

(2) Komisaris, direksi dan/atau pimpinan perusahaan dari pendaftar tidak pernah terlibat dalam tindak pidana di bidang obat dan makanan.

Bagian Kedua

Registrasi Produk Dalam Negeri Pasal 19

Registrasi Suplemen Kesehatan dilakukan oleh Pendaftar yang memiliki izin Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan dan telah menerapkan Cara Pembuatan yang Baik sesuai dengan bentuk sediaan yang didaftarkan.

Pasal 20

Kepala Badan dapat mewajibkan pendaftar untuk memberikan baku pembanding sesuai kebutuhan.

Bagian Ketiga

Registrasi Produk Dalam Negeri Berdasarkan Kontrak Pasal 21

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan kontrak dilakukan oleh Industri Farmasi, IOT, UKOT, Industri Pangan sebagai Pemberi Kontrak.

(2) Pemberi Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memiliki: a. izin Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan;

(16)

16 c. dokumen perjanjian kontrak.

(3) Dokumen perjanjian kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus memuat antara lain:

a. masa berlaku kontrak,

b. perpanjangan kontrak (bila ada);

c. nama dan komposisi Suplemen Kesehatan yang dikontrakkan; dan d. tahapan pembuatan yang dilakukan oleh Penerima Kontrak.

(4) Penerima Kontrak merupakan Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan yang telah memiliki sertifikat CPOB atau CPOTB untuk bentuk sediaan yang dikontrakkan.

(5) Dalam hal pemberi kontrak adalah UKOT:

a. UKOT dapat memberikan kontrak produksi untuk semua bentuk sediaan;

b. wajib memiliki penanggung jawab Apoteker dalam hal kontrak produksi bentuk sediaan tablet, sediaan efervesen dan kapsul lunak; c. memiliki laboratorium pengujian mutu sekurangnya-kurangnya

untuk pengujian kualitatif; dan

d. memiliki hasil audit oleh Petugas sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir.

(6) Pemberi dan Penerima Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) bertanggung jawab atas keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan yang diproduksi berdasarkan kontrak, dengan penanggung jawab utama Pemberi Kontrak sebagai Pemegang Izin Edar.

Pasal 22

(1) Pembuatan Suplemen Kesehatan Kontrak dapat berupa: a. seluruh tahapan pembuatan; atau

b. sebagian tahapan pembuatan.

(2) Penerima Kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan Suplemen Kesehatan yang dikontrakkan kepada pihak ketiga.

Bagian Keempat

Registrasi Produk Dalam Negeri Berdasarkan Lisensi Pasal 23

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan Lisensi dilakukan oleh pendaftar yaitu Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau industri pangan sebagai penerima lisensi.

(2) Pemberi Lisensi dapat berupa:

a. industri farmasi atau industri di bidang Suplemen Kesehatan di dalam dan luar negeri; atau

b. badan riset pemilik formula dan teknologi di dalam negeri. (3) Pendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki:

(17)

17 a. izin Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan;

b. sertifikat CPOB atau CPOTB untuk bentuk sediaan yang dilisensikan; c. dokumen perjanjian lisensi; dan

d. Certificate of Free Sale atau Certificate of Pharmaceutical Product yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal atau lembaga lain yang ditunjuk oleh pemerintah dan telah disahkan oleh pejabat perwakilan Pemerintah Republik Indonesia setempat.

(4) Dikecualikan dari ayat (3) huruf d untuk pemberi lisensi yang berasal dari badan riset pemilik formula dan teknologi di dalam negeri.

(5) Dokumen perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c harus memuat antara lain:

a. masa berlaku lisensi; dan

b. nama produk dan komposisi Suplemen Kesehatan yang dilisensikan. (6) Penunjukkan oleh pemerintah kepada lembaga lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf d dilengkapi dengan surat bukti penunjukkan.

(7) Penerima Lisensi bertanggung jawab atas keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan yang diproduksi berdasarkan lisensi.

Bagian Kelima

Registrasi Suplemen Kesehatan Impor Pasal 24

(1) Suplemen Kesehatan impor yang dimasukkan ke wilayah Indonesia berupa produk jadi dan sudah dicantumkan penandaan sejak di negara asal.

(2) Suplemen Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dengan Bahan Baku Asing mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada Bab III Bagian Kedua, Ketiga dan Keempat.

(3) Penandaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi informasi dan keterangan sesuai dengan yang disetujui dalam Surat Keputusan Persetujuan Izin Edar.

Pasal 25

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan Impor dilakukan oleh Importir yang memiliki izin importir sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. (2) Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki:

a. izin Importir di bidang suplemen kesehatan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku untuk importir;

b. penunjukan keagenan dan hak untuk melakukan registrasi dari industri di negara asal yang masih berlaku minimal 3 tahun pada saat pengajuan registrasi; dan

(18)

18 c. Surat Izin Usaha Perdagangan.

(3) Dalam hal Importir berupa produsen hanya dapat mendaftarkan produk impor untuk bentuk sediaan di luar fasilitas produksi bentuk sediaan yang dimiliki sesuai dengan izin usaha atau industri.

(4) Penunjukkan keagenan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus memuat:

a. informasi mengenai masa berlaku penunjukkan keagenan; b. nama dan ukuran kemasan produk;

c. hak dan kewajiban industri di negara asal dan Importir di Indonesia; dan

d. tandatangan pihak Industri di negara asal dan Importir di Indonesia. (5) Pada saat pengajuan registrasi, Importir sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus:

a. melampirkan hasil pengujian mutu produk jadi dari laboratorium terakreditasi di Indonesia;

b. hasil pengujian mutu produk jadi sebagaimana dimaksud pada huruf a berlaku paling lama 1 (satu) tahun setelah diterbitkan oleh pihak laboratorium;

c. melampirkan hasil uji toksisitas dan uji farmakodinamik sesuai dengan sifat penggunaan produk;

d. melampirkan hasil uji tolerabilitas berupa uji klinik pada populasi Indonesia;

e. melampirkan laporan efek samping produk;

f. melampirkan metode dan hasil identifikasi kualitatif dan kuantitatif bahan aktif serta produk jadi, dan metode penyiapan produk jadi; g. melampirkan contoh produk, kemasan dan penandaan asli yang

beredar di negara asal;

h. memiliki fasilitas distribusi Suplemen Kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

i. melampirkan daftar dan alamat seluruh fasilitas penyimpanan produk yang digunakan; dan

j. memiliki penanggung jawab Apoteker.

(6) Uji farmakodinamik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c ditujukan bila masih diperlukan kepastian profil manfaat.

(7) Uji tolerabilitas pada populasi Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d ditujukan bila masih diperlukan kepastian profil manfaat dan keamanan Suplemen Kesehatan Impor dimaksud.

(8) Industri di negara asal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus memiliki:

a. Sertifikat Cara Pembuatan yang Baik sesuai dengan bentuk sediaan yang diimpor yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal;

b. Certificate of Free Sale atau Certificate of Pharmaceutical Product yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal

(19)

19 atau lembaga lain yang ditunjuk oleh pemerintah dan telah disahkan oleh pejabat perwakilan Pemerintah Republik Indonesia setempat. (9) Penunjukkan oleh pemerintah kepada lembaga lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (8) huruf b dilengkapi dengan surat bukti penunjukkan dari otoritas pemerintah yang berwenang.

(10) Penunjukkan keagenan dan hak untuk melakukan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dengan komposisi dan indikasi yang sama dari industri yang sama di luar negeri, hanya dapat diberikan kepada 1 (satu) Importir di bidang Suplemen Kesehatan.

(11) Sertifikat Cara Pembuatan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a dengan ketentuan:

a. diterbitkan oleh otoritas pemerintah atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah;

b. masih berlaku minimal 1 tahun pada saat pengajuan registrasi; dan c. untuk sertifikat Cara Pembuatan yang Baik tanpa masa berlaku harus

disertai dengan hasil inspeksi 2 (dua) tahun terakhir yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal.

(12) Petugas dapat melakukan pemeriksaan setempat terhadap Pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a.

(13) Importir bertanggungjawab atas keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan yang diimpor.

Pasal 26

Produk dengan komposisi dan indikasi yang sama dari produsen yang sama, hanya dapat didaftarkan oleh 1 (satu) Importir dengan 1 (satu) nama produk.

Pasal 27

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan Impor dapat berdasarkan kontrak atau lisensi.

(2) Registrasi Suplemen Kesehatan Impor berdasarkan kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. pemberi dan penerima kontrak merupakan industri yang telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan yang Baik untuk bentuk sediaan yang dikontrakkan;

b. untuk sertifikat Cara Pembuatan yang Baik tanpa masa berlaku harus disertai dengan hasil inspeksi 2 (dua) tahun terakhir yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal; dan

c. memiliki dokumen perjanjian kontrak.

(3) Registrasi Suplemen Kesehatan Impor berdasarkan lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. Pemberi Lisensi berupa industri farmasi atau industri di bidang Suplemen Kesehatan di luar negeri atau badan riset pemilik formula dan teknologi di luar negeri;

b. Penerima Lisensi merupakan industri yang telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan yang Baik untuk bentuk sediaan yang dilisensikan;

(20)

20 c. untuk sertifikat Cara Pembuatan yang Baik tanpa masa berlaku harus disertai dengan hasil inspeksi 2 (dua) tahun terakhir yang diterbitkan oleh otoritas pemerintah yang berwenang di negara asal; dan

d. memiliki dokumen perjanjian lisensi.

(4) Dokumen perjanjian kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan dokumen perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d harus memuat antara lain:

a. masa berlaku kontrak atau lisensi;

b. nama produk dan komposisi Suplemen Kesehatan yang dikontrakkan atau dilisensikan;

c. Pemberi dan Penerima kontrak bertanggung jawab atas keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan yang diproduksi berdasarkan kontrak; dan

d. Penerima lisensi bertanggung jawab atas keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan yang diproduksi berdasarkan lisensi.

Bagian Keenam

Registrasi Produk Melalui Kontrak Di Luar Negeri Pasal 28

Registrasi Suplemen Kesehatan Kontrak Di Luar Negeri dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. teknologi di dalam negeri belum mampu memproduksi bentuk sediaan; b. Penerima kontrak merupakan industri yang telah memiliki sertifikat Cara

Pembuatan yang Baik untuk bentuk sediaan yang dikontrakkan disertai dengan hasil inspeksi 2 (dua) tahun terakhir; dan

c. menggunakan formula dari Pemberi Kontrak.

Pasal 29

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan Kontrak di Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilakukan oleh Pendaftar yang memiliki izin Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan.

(2) Pendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki: a. sertifikat CPOB atau CPOTB; dan

b. dokumen perjanjian kontrak.

(3) Penerima kontrak di luar negeri harus memenuhi ketentuan:

a. merupakan industri yang telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan yang Baik untuk bentuk sediaan yang dikontrakkan; dan

b. menyerahkan hasil inspeksi 2 (dua) tahun terakhir.

(4) Dokumen perjanjian kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus memuat antara lain:

a. masa berlaku kontrak;

b. nama produk dan komposisi Suplemen Kesehatan yang dikontrakkan; dan

(21)

21 Bagian Ketujuh

Registrasi Produk Khusus Ekspor Pasal 30

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan khusus ekspor dapat dilakukan oleh Pendaftar yang memiliki Izin Industri Farmasi, IOT, UKOT atau Industri Pangan

(2) Suplemen Kesehatan khusus ekspor dapat dibuat berdasarkan kontrak dari industri di luar negeri.

(3) Suplemen Kesehatan khusus ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi aspek keamanan dan mutu serta diproduksi dengan menerapkan Cara Pembuatan yang Baik.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bila ada persetujuan tertulis dari negara tujuan.

(5) Suplemen Kesehatan khusus ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang diedarkan di wilayah Indonesia.

Bagian Kedelapan

Registrasi Produk yang Dilindungi Paten Pasal 31

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan yang dilindungi paten di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Pendaftar pemilik hak paten sesui ketentuan Peraturan perundang-undangan.

(2) Hak paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan sertifikat paten.

(3) Registrasi yang dilakukan oleh Pendaftar yang ditunjuk oleh pemegang hak paten dapat diajukan mulai 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya perlindungan paten.

(4) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. melampirkan informasi tanggal berakhirnya masa perlindungan paten dari instansi yang berwenang

b. melampirkan profil yang menunjukkan kesamaan bahan aktif

BAB IV

KATEGORI REGISTRASI SUPLEMEN KESEHATAN Bagian Kesatu

Registrasi Baru, Variasi dan Ulang Pasal 32

(1) Registrasi Suplemen Kesehatan terdiri atas: a. Registrasi Baru;

(22)

22 c. Registrasi Ulang.

(2) Registrasi baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. Kategori 1 : Registrasi Baru untuk bahan aktif tunggal atau kombinasi yang sudah diketahui profil keamanan dan kemanfaatannya;

b. Kategori 2 : Registrasi Baru untuk bahan aktif tunggal atau kombinasi yang belum diketahui profil keamanan dan kemanfaatannya;

c. Kategori 3 : Registrasi Suplemen Kesehatan khusus ekspor;

(3) Registrasi Variasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. Kategori 4 : Registrasi Variasi Minor dengan notifikasi sesuai dengan Lampiran 5 huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

b. Kategori 5 Registrasi Variasi Minor dengan persetujuan sesuai dengan Lampiran 5 huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

c. Kategori 6

: Registrasi Variasi Mayor sesuai dengan Lampiran 5 huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(4) Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dimasukkan dalam Kategori 7 tanpa disertai perubahan.

Bagian Kedua

Jangka Waktu Pemberian Keputusan Registrasi Pasal 33

(1) Jangka waktu pemberian keputusan dihitung sejak tanggal diterimanya dokumen registrasi.

(2) Dokumen registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan bukti bayar bank berupa pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemberian keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama:

a. Kategori 1 : 60 (enam puluh) Hari;

b. Kategori 2 : 120 (seratus dua puluh) Hari; c. Kategori 3 : 3 (tiga) Hari;

d. Kategori 4 : 5 (lima) Hari; e. Kategori 5 : 7 (tujuh) Hari;

f. Kategori 6 : 45 (empat puluh lima) Hari; dan g. Kategori 7 : 10 (sepuluh) Hari.

(23)

23 BAB V REGISTRASI Bagian Kesatu Umum Pasal 34

(1) Pengajuan registrasi Suplemen Kesehatan diajukan oleh Pendaftar kepada Kepala Badan :

a secara tertulis; atau b. secara elektronik

(2) Pelaksanaan Registrasi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Deputi.

Pasal 35

Tata cara registrasi elektronik sebagaimana tercantum pada Lampiran 6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kedua Registrasi Baru

Pasal 36

(1) Registrasi baru terdiri atas tahapan: a. Pra Registrasi; dan

b. Registrasi.

(2) Pra Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan untuk kategori 3

(3) Tahapan Pra Registrasi dalam rangka registrasi baru meliputi kegiatan: a. penilaian mandiri oleh pelaku usaha untuk menentukan kategori

registrasi baru, menggunakan formulir sebagaimana tercantum pada Lampiran 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini;

b. verifikasi penilaian mandiri, penentuan jangka waktu keputusan, kategori serta biaya PNBP dilakukan oleh petugas/ evaluator Badan POM; dan

c. paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya penilaian mandiri dan bukti bayar pra registrasi dari pelaku usaha, Badan POM menerbitkan Hasil Pra Registrasi (HPR), sebagaimana tercantum pada Lampiran 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(4) HPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat berupa: a. diterima; atau

b. ditolak.

(5) HPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku 20 (dua puluh) sejak tanggal diterbitkan.

(24)

24 Pasal 37

(1) Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b merupakan kegiatan pemeriksaan dan penilaian dokumen administrasi, mutu, keamanan, kemanfaatan dan penandaan.

(2) Pengajuan Registrasi Baru dilengkapi dengan:

a. Hasil Pra Registrasi (HPR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) huruf c dikecualikan untuk kategori 3; dan

b. formulir Registrasi Baru yang terdiri dari Bagian A, Bagian B, Bagian C dan bagian D yang sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) Surat Perintah Bayar (SPB) registrasi diterbitkan setelah menyerahkan kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Bagian Ketiga Registrasi Variasi

Pasal 38

(1) Registrasi variasi meliputi Registrasi Variasi Minor dan Mayor (2) Registrasi variasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pendaftar:

a. menyampaikan surat pemberitahuan kepada Kepala Badan; dan b. membayar PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (3) Registrasi variasi minor dengan persetujuan dan registrasi variasi mayor

harus mendapat persetujuan dari Kepala Badan.

(4) Registrasi variasi minor dengan notifikasi mendapat persetujuan dalam bentuk elektronik, tidak memerlukan cap dan tanda tangan basah (paperless).

Pasal 39

(1) Pengajuan Registrasi Variasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 diajukan dengan mengisi Formulir sebagaimana contoh dalam Lampiran 8 dan melampirkan dokumen registrasi variasi sesuai dengan perubahan yang diajukan.

(2) Dokumen Registrasi Variasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan perubahan yang diajukan sebagaimana tercantum pada Lampiran 9 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Keempat Registrasi Ulang

Pasal 40

(1) Pengajuan Registrasi Ulang oleh industri dilakukan paling cepat 90 (sembilan puluh) hari kalender dan paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender sebelum masa berlaku Izin Edar berakhir.

(25)

25 (2) Permohonan Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan mengisi formulir sebagaimana tercantum pada Lampiran 10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) Pengajuan Registrasi Ulang tidak dapat dilakukan bersamaan dengan pengajuan registrasi Variasi.

BAB VI

TATA LAKSANA REGISTRASI Bagian Kesatu

Umum Pasal 41

(1) Pendaftar akan dikenakan biaya sebagai PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap tahap Pra Registrasi dan Registrasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 36 dan Pasal 37.

(2) Dalam hal Pra Registrasi dan Registrasi ditolak atau ditarik kembali, biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali.

Bagian Kedua Dokumen Registrasi

Pasal 42

(1) Pengajuan registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 harus dilengkapi dengan dokumen registrasi:

a. Dokumen A yang merupakan dokumen Administratif; b. Dokumen B yang merupakan dokumen Mutu;

c. Dokumen C yang merupakan dokumen Keamanan dan Kemanfaatan; dan

d. Dokumen D merupakan dokumen Penandaan termasuk rancangan kemasan yang akan diedarkan.

(2) Dokumen registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris.

(3) Dokumen registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan terbatas hanya untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang.

Pasal 43

(1) Petunjuk pengisian formulir Registrasi Baru Suplemen Kesehatan sebagaimana tercantum pada Lampiran 11.

(2) Petunjuk pengisian dokumen Registrasi Baru Suplemen Kesehatan sebagaimana tercantum pada Lampiran 12.

(26)

26 Bagian Ketiga

Evaluasi Pasal 44

Terhadap dokumen registrasi yang telah lengkap dilakukan evaluasi:

a. sesuai kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Bab II. b. evaluasi dilaksanakan dengan timeline sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33.

Pasal 45

(1) Terhadap dokumen registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dilakukan evaluasi oleh:

a. Tim Penilai Keamanan, Kemanfaatan, dan Mutu; dan/atau b. Komite Nasional (KOMNAS) Penilai Obat Tradisional

(2) Tim Penilai Keamanan, Kemanfaatan, dan Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bertugas melakukan evaluasi terhadap aspek administrasi, keamanan, kemanfaatan dan mutu serta penandaan Suplemen Kesehatan.

(3) KOMNAS Penilai Obat Tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang bertugas membahas, merumuskan dan memberi pertimbangan terhadap aspek keamanan dan kemanfaatan Suplemen Kesehatan berupa rekomendasi kepada Kepala Badan, untuk:

a. Registrasi Baru Kategori 2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b; dan

b. Registrasi Variasi Kategori 6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf c.

(4) Pembentukan Tim Penilai Keamanan, Kemanfaatan, dan Mutu dan KOMNAS Penilai Obat Tradisional ditetapkan oleh Kepala Badan.

Bagian Keempat Keputusan

Pasal 46

(1) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45, Kepala Badan memberikan keputusan berupa:

a. persetujuan;

b. tambahan data; atau c. penolakan.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil evaluasi keseluruhan aspek administrasi, khasiat/kegunaan, keamanan dan mutu serta penandaan dari produk jadi.

(27)

27 Bagian Kelima

Persetujuan Pasal 47

(1) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a hanya diberikan kepada Pendaftar yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam BAB II.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada Pendaftar berupa :

a. persetujuan Izin Edar;

b. persetujuan Variasi Minor dengan notifikasi; c. persetujuan Variasi Minor dengan persetujuan; d. persetujuan Variasi Mayor;

e. persetujuan khusus ekspor; atau f. persetujuan Registrasi Ulang

(3) Persetujuan izin edar menggunakan format sebagaimana tercantum pada Lampiran 13 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Keenam Tambahan Data

Pasal 48

(1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi belum memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam BAB II Bagian Kedua dan Ketiga, kepada Pendaftar dimintakan tambahan data.

(2) Tambahan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimintakan kepada Pendaftar secara tertulis dengan menggunakan format surat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) Tambahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diserahkan paling lambat:

a. 60 (enam puluh) hari kalender sejak tanggal surat permintaan tambahan data, untuk permintaan pertama; dan

b. 40 (empat puluh) hari kalender sejak tanggal surat permintaan tambahan data, untuk permintaan kedua bilamana diperlukan.

(4) Dalam hal Pendaftar tidak dapat memenuhi permintaan tambahan data/klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka permohonan registrasi dibatalkan.

(5) Perhitungan waktu evaluasi dihentikan (clock off) sejak diterbitkannya surat permintaan tambahan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan akan dilanjutkan (clock on) sejak diterimanya tambahan data secara lengkap atau telah dilakukan klarifikasi.

(28)

28 (6) Pendaftar dapat mengambil dokumen registrasi yang telah dibatalkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lambat 20 (dua puluh) Hari sejak batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dipenuhi.

Bagian Ketujuh Penolakan

Pasal 49

Penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c:

a. diberikan jika tidak memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam BAB II serta ketentuan praturan perundang-undangan; dan

b. menggunakan format sebagaimana tercantum pada Lampiran 15 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB VII

PERTIMBANGAN REGISTRASI Bagian Kesatu

Dengar Pendapat Pasal 50

Dalam hal sebelum keputusan registrasi diterbitkan, terdapat data dan/atau dokumen yang perlu diklarifikasi maka kepada Pendaftar diberikan kesempatan melakukan dengar pendapat :

a. diperuntukkan untuk produk yang dilengkapi dengan bukti ilmiah;

b. diajukan melalui permintaan tertulis, dapat diajukan oleh Pendaftar atau pihak Badan POM; dan

c. pengajuan mekanisme dengar pendapat paling banyak 2 (dua) kali.

Bagian Kedua Peninjauan Kembali

Pasal 51

(1) Dalam hal adanya keberatan terhadap keputusan registrasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, pendaftar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali.

(2) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan;

b. berlaku untuk Suplemen Kesehatan yang memerlukan bukti dukung dari data praklinik dan klinik;

c. diajukan dengan menggunakan data baru dan diajukan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) Hari setelah tanggal surat penolakan; dan

(29)

29 d. kesempatan untuk peninjauan kembali hanya diberikan 1 (satu) kali. (3) Keputusan terhadap permohonan peninjauan kembali dilakukan paling

lama 100 (seratus) Hari sejak permohonan diterima.

Bagian Ketiga Pengajuan Kembali

Pasal 52

Dalam hal registrasi ditolak, Pendaftar dapat mengajukan kembali permohonan registrasi baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37:

a. paling cepat 12 (dua belas) bulan setelah tanggal surat penolakan; dan b. dalam hal registrasi ditolak karena alasan keamanan dan tidak memenuhi

kriteria kemanfaatan, pengajuan kembali registrasi baru hanya dapat diajukan dengan data pendukung yang baru.

BAB VIII

MASA BERLAKU IZIN EDAR Pasal 53

(1) Izin Edar Suplemen Kesehatan berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

(2) Dikecualikan dari ketentuan dimaksud pada ayat (1) untuk perjanjian kerjasama, penunjukan keagenan produk impor dan/atau masa berlaku izin industri dengan masa berlaku kurang dari 5 (lima) tahun, mengikuti masa berlaku perjanjian kerjasama, penunjukan keagenan dan/atau masa berlaku izin industri tersebut.

(3) Izin Edar yang telah habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang dinyatakan sebagai produk yang tidak memiliki Izin Edar.

(4) Suplemen Kesehatan yang masa berlaku Izin Edarnya telah habis dan akan memperpanjang Izin Edarnya, akan diperlakukan sebagai registrasi baru.

Pasal 54

Dalam hal perjanjian atau penunjukan masa kerjasama telah berakhir, tanggung jawab atas Suplemen Kesehatan yang masih ada di peredaran tetap menjadi tanggung jawab pemegang Izin Edar sebelumnya.

(30)

30 BAB IX

PELAKSANAAN IZIN EDAR Bagian Kesatu

Umum Pasal 55

(1) Pemegang Izin Edar bertanggung jawab terhadap keamanan, kemanfaatan, dan mutu produk yang beredar.

(2) Pendaftar wajib memproduksi atau mengimpor, dan mengedarkan Suplemen Kesehatan yang telah mendapat Izin Edar selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal persetujuan dikeluarkan.

(3) Pelaksanaan kewajiban memproduksi atau mengimpor, dan mengedarkan Suplemen Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilaporkan dengan menyerahkan kemasan siap edar kepada Kepala Badan.

(4) Pelaksanaan impor Suplemen Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Importir Pemegang Izin Edar.

(5) Kemasan siap edar yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa kemasan primer, kemasan sekunder dan Informasi Produk.

(6) Penyerahan kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan peredaran Suplemen Kesehatan.

(7) Pemegang izin edar yang melakukan perubahan bermakna terkait sarana dan produk, wajib melaporkannya kepada Kepala Badan.

Pasal 56

(1) Pemegang Izin Edar wajib melakukan pemantauan keamanan, kemanfaatan, dan mutu Suplemen Kesehatan selama diedarkan dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Badan.

(2) Pemantauan keamanan, kemanfaatan dan mutu Suplemen Kesehatan selama diperedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan tersendiri.

BAB X

TANGGUNG JAWAB PENDAFTAR Pasal 57

(1) Pendaftar Suplemen Kesehatan bertanggung jawab atas:

a. kelengkapan, keabsahan dan kebenaran dokumen dan informasi yang diserahkan untuk keperluan evaluasi dalam rangka proses registrasi; b. jaminan terhadap keamanan, kemanfaatan dan mutu produk yang

diregistrasi untuk diedarkan; dan

c. perbaikan dan penyerahan data serta informasi produk yang dimintakan saat dalam proses registrasi atau ketika produk sudah ada di peredaran.

(31)

31 (2) Tanggung jawab pendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dinyatakan secara tertulis dalam surat penyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran 16 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) Dalam hal diketahui bahwa dokumen yang diajukan saat registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b merupakan dokumen palsu atau yang dipalsukan, maka:

a. permohonan registrasi ditolak atau pembatalan nomor Izin Edar yang telah diterbitkan; dan

b. Pendaftar yang bersangkutan tidak dapat melakukan registrasi Suplemen Kesehatan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal surat penolakan atau surat keputusan pembatalan.

BAB XI

EVALUASI KEMBALI Pasal 58

(1) Terhadap Suplemen Kesehatan yang beredar dapat dilakukan evaluasi kembali oleh Kepala Badan.

(2) Evaluasi kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan jika berdasarkan hasil pemantauan terdapat perkembangan baru mengenai keamanan, kemanfaatan, dan mutu Suplemen Kesehatan yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan masyarakat.

(3) Aspek keamanan yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperoleh melalui namun tidak terbatas pada pelaporan efek samping.

(4) Keputusan terhadap hasil evaluasi kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. perubahan penandaan;

b. perbaikan komposisi/formula; c. pemberian batasan penggunaan; d. penarikan produk dari peredaran; e. pembekuan Izin Edar; dan/atau f. pembatalan Izin Edar.

(5) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan secara tertulis kepada Pemegang Izin Edar untuk ditindaklanjuti.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 59

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. pembatalan proses registrasi; b. peringatan tertulis;

(32)

32 c. penghentian sementara kegiatan;

d. penarikan produk dari peredaran; e. pembatalan Izin Edar; dan/atau

f. penundaan pelayanan produk yang sedang diregistrasi.

(2) Penundaan pelayanan produk yang sedang diregistrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dilakukan apabila Pendaftar terbukti melakukan pelanggaran yaitu:

a. dengan sengaja menambahkan bahan selain yang telah disetujui dalam Izin Edar;

b. produk yang diedarkan tidak sesuai dengan penandaan dan/atau dokumen saat Izin Edar diberikan;

c. pelanggaran iklan;

d. pelanggaran di bidang produksi, distribusi dan/atau importasi di bidang Suplemen Kesehatan;

e. memberikan dokumen registrasi palsu atau yang dipalsukan; dan/atau

f. tidak melaporkan perubahan bermakna terkait sarana dan produksi. (3) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c dan penundaan pelayanan produk yang sedang di registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dilakukan selama 6 (enam) bulan.

(4) Selain dapat dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII PEMBATALAN

Pasal 60

(1) Kepala Badan dapat membatalkan Izin Edar Suplemen Kesehatan dalam hal:

a. berdasarkan penelitian atau pemantauan setelah beredar tidak memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Bab II Bagian Kedua dan Ketiga;

b. iklan menyimpang dari ketentuan yang berlaku;

c. produk yang diedarkan tidak sesuai dengan penandaan dan/atau dokumen saat Izin Edar diberikan;

d. selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak diproduksi atau tidak diimpor;

e. izin Industri Farmasi, IOT, UKOT, atau Industri Pangan yang mendaftarkan, memproduksi atau mengedarkan dicabut;

f. pemegang nomor Izin Edar melakukan pelanggaran di bidang produksi dan/atau peredaran dan/atau importasi di bidang Suplemen Kesehatan;

(33)

33 g. masa berlaku sertifikat Cara Pembuatan yang Baik telah habis dan

tidak ada perpanjangan;

h. pemegang nomor izin edar memberikan dokumen registrasi palsu atau yang dipalsukan;

i. pemegang nomor izin edar tidak melaporkan perubahan bermakna terkait sarana dan produk; dan/atau

j. atas permintaan pemegang nomor Izin Edar.

(2) Pembatalan Izin Edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan dengan menggunakan format sesuai Lampiran 17 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 61

(1) Permohonan registrasi yang telah diajukan sebelum berlakunya Peraturan ini tetap diproses berdasarkan ketentuan Peraturan Kepala Badan Nomor HK.00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan.

(2) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Suplemen Kesehatan yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan Peraturan Kepala Badan POM nomor HK.00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan harus dilakukan penyesuaian paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan ini diundangkan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 62

(1) Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1381 tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan ini.

(2) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1381 tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 63

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

(34)

34 Ditetapkan di Jakarta…

Pada tanggal ...

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, PENNY K. LUKITO Diundangkan di Jakarta… Pada tanggal… DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

(35)

35

Lampiran 1

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor :

Tentang : Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan

DAFTAR VITAMIN, MINERAL, ASAM AMINO DAN BAHAN LAIN YANG DIIZINKAN DIGUNAKAN DALAM SUPLEMEN KESEHATAN DENGAN PEMBATASAN

I. VITAMIN DAN MINERAL

NO NAMA BATAS MAKSIMUM

/ HARI

KETERANGAN 1. Vitamin A 5000 UI (1500 mcg)

2. Beta Karoten 15 mg (20.000 UI)

3. Vitamin B1 100 mg 4. Vitamin B2 40 mg 5. Asam Nikotinat Nikotinamid 15 mg 450 mg 6. Asam Pantotenat 200 mg 7. Vitamin B6 100 mg 8. Vitamin B12 0,6 mg 9. Biotin 0,9 mg

10. Asam Folat 0,9 mg Untuk ibu hamil

maksimal 1000 mcg 11. Vitamin D 400-500 UI (0,005

mg)

12. Vitamin E 400 UI (268 mg)

13. Vitamin C 1000 mg

14. Vitamin K 0,12 mg - Hanya Vitamin K1

dan/atau Vitamin K2 - Untuk digunakan

dalam bentuk

multivitamin/mineral untuk dewasa dan bukan sebagai komposisi tunggal - Konsultasikan dengan tenaga kesehatan sebelum menggunakan vitamin K bila sedang memperoleh terapi antikoagulan atau warfarin 15. Besi 30 mg 16. Boron 3 mg 17. Fosfor 800 mg

(36)

36

NO NAMA BATAS MAKSIMUM

/ HARI KETERANGAN 18. Kalium 200 mg 19. Kalsium 1200 mg 20. Kromium 0,2 mg 21. Magnesium 350 mg 22. Mangan 3,5 mg 23. Molibdenum 75 µg

24. Selenium 0,2 mg Ibu hamil dan ibu

menyusui maksimum 60 mcg 25. Tembaga 2 mg 26. Vanadium 20 µg 27. Iodine 0,15 mg 28. Zink 30 mg

II. ASAM AMINO

NO NAMA BATAS MAKSIMUM /

HARI

KETERANGAN Asam amino nonesensial

1. Alanin 1200 mg 2. Asparagin 3. Asam aspartat 600 mg 4. Asam glutamat 5. Glutamin 1900 mg 6. Glisin 1500 mg 7. Prolin 1100 mg 8. Serin 1400 mg 9. Sistein 10 Tirosin 500 mg

Asam amino esensial

1. l-Arginin 1100 mg 2. Fenilalanin 490 mg 3. Histidin 420 mg 4. Isoleusin 350 mg 5. Leusin 490 mg 6. Lisin 1000 mg 7. Metionin 180 mg 8. Ornithin 350 mg 9. S-Adenosil Metionin 500 mg 10. Treonin 245 mg 11. Triptofan 100 mg

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mindset adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui pendidikan, pangalaman, dan prasangka (Mulyadi & J.

Berdasarkan gambaran tersebut, kemungkinan terjadinya konflik penggunaan dan pemanfaatan serta pengaturan ruang menjadi lebih besar (Taufik:2005), oleh karena

Perhitungan untuk kelas hambatan samping kondisi penataan on-street parking pada volume lalu-lintas puncak tertinggi dari tiga hari pengamatan yaitu terjadi pada

Setelah digali berdasarkan anamnesis, maka dilakukan pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu sampai

(2) Format laporan temuan Sengketa Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

(2) Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Skripsi dengan judul : Hubungan Umur Pertama Terjadinya Bangkitan Epilepsi dengan Skor Kualitas Hidup Pasien Epilepsi.. Amalia Fitri Pupitasari, NIM: G0011016, Tahun: 2014 Telah

“Pembahasan masalah diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi para penyidik. Tetapi juga mendekatkan lebih dulu segala sesuatu yang