• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, sebagian Kewenangan pemerintahan dan pembangunan yang berada pada pemerintah pusat diserahkan dan dialihkan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Diantara kewenangan yang diserahkan kepada daerah tersebut adalah kewenangan untuk menyelenggarakan administrasi Kepegawaian Daerah dan diharapkan agar daerah mampu menata sumber daya manusia sebagai pendukung pelaksanaan peerintah dan melaksanaan pembanguan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.1

Para pejabat dan pimpinan tingkat tinggi memerankan peranan yang sangat peting dalam rangka menetapkan kebijakan sebagai petunjuk untuk mengelola pegawai. Walaupun administrasi kepegawaian merupakan fungsi managerial, namun banyak orang yang berkepentingan dengannya pada instansi pemerintah, dimana politik merupakan bagian dari proses pengaruh kelompok kepentingan mewarnai proses administrasi kepegawaian.

1 Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 111.

(2)

lingkungan politik sangat besar pengaruhnya dalam retkrutment pegawai negeri dan penempatan dalam jabatan dari tingakat pelaksanaan sampai dengan pimpinan tingkat tinggi.2 Dalam rangka menjamin

terselenggaranya tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna dan dalam rangka usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik materill dan spirituil diperlukan adanya Pegawai Negari Sipil sebagai unsur aparutur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan kepatuhan terhadap pancasila dan UUD 1945.

Dalam hubungan ini UU No. 43 Tahun 1999 telah meletakkan landasan yang kukuh untuk mewujudkan pegawai negari seperti dimaksud diatas dengan cara mengatur kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri sebagai salah satu kebijaksanaan dan langkah usaha penyempurnaan aparatur negara di bidang kepegawaian.3Dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negari Sipil dijelaskan bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, baik pada pemerintah pusat maupun Pemerintahan

2Mokhamad Syuhadhak, Administrasi kepegawaian Negara (teori dan prakteknya di Indonesia), 1996, PT.Toko Gunung Agung, jakarta,hal.13.

3Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 172.

(3)

daerah, sebagian dilakukan oleh tenaga honorer4. Diantara tenaga honorer tersebut ada yang lebih lama bekerja kepada pemerintah dan keberadaannya sangat dibutukan oleh pemerintah.

Untuk menunjang kinerja pada suatu instansi pemerintahan disamping Pegawai Negeri Sipil, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap (pasal 3 UU No.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).Yang dimaksud pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang yang bersifat teknis profesiaonal dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai sebuah arti sebagai pegawai diluar PNS dan pegawai lainnya ( tenaga kerja).

Penaman pegawai tidak tetap merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBN/APBD dalam penggajiannya. Pada dasarnya , kebijakan pengangkatan pegawai tidak tetap diserahkan pada kebutuhan masing-masing instansi, namun sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, semua pejabat pembina kepegawaian dan pejabat lain dilingkungan instansi dilarang mengangkat

4 penjelasan atas Peraturan Pemerintah No.48 Th 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada ketentuan umum.

(4)

tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah5.

Namun dalam proses pengangkatan Tenaga Tidak Tetap Daerah (T3D) dilingkungan pemerintahan Kutai Kartanegara (KUKAR) terdapat berbagai permasalahan mengenai kebijakan pemerintah yang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang ternyata tidak sesuai dengan keinginan dari Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2005 ,pasal 8 yang berbunyi:

“sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”.

5Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 37.

(5)

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui tentang status hukum Tenaga Tidak Tetap Daerah (T3D) yang diangkat setelah dikeluarkannya PP No.48 Tahun 2005 dilingkungan Pemerintahan Kutai Kartanegara (KUKAR).

2. Untuk mengetahui sah atau tidaknya SK yang dikeluarkan oleh BKD ( Badan Kepegawaian Daerah) di Kutai Kartanegara tersebut.

Adapun yang menjadi manfaat peneliti adalah:

1. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat indonesia khususnya masyarakat yang mempunyai SK T3D di Kutai Kartanegara tentang keabsahan SK tersebut.

2. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat indonesia khususnya masyarakat yang ada di Kutai Kartanegara mengenai prosedur pengangkatan CPNS yang benar.

3. Bagi masyarakat yang menerima SK T3D, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan untuk mengatasi permasalahan penerbitan SK tersebut di Kutai Kartanegara (KUKAR).

(6)

4. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang permasalahan penerbitan SK T3D di lingkungan pemerintahan Kutai Kartanegara (KUKAR).

5. Untuk menambah koleksi dan pengetahuan mahasiswa lain serta sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian berikutnya. 6. Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori yang didapatkan dalam

bangku kuliah dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada dilapangan.

C. Perumusan dan Pembatasaan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang diangkat adalah :

1. Apakah SK yang dikeluarkan oleh BKD (Badan Kepegawaian Daerah) sah menurut hukum ?

2. Bagaimanakah status hukum T3D (Tenaga Tidak Tetap Daerah) tersebut ?

(7)

Landasan Teoritis

A. Pengertian Pegawai Tidak Tetap.

Berdasarkan pasal 2 ayat 3 UU No.43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU No.8 Tahun 1974 tantang Pokok-pokok Kepegawaian menyebutkan bahwa disamping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, pejabat yang berwenang dapat mengangkat Pegawai Tidak Tetap.

Yang dimaksud Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang yang bersifat teknis profesiaonal dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai sebuah arti sebagai pegawai diluar PNS dan pegawai lainnya ( tenaga kerja).6

B. Pengertian Ketetapan / Keputusan.

Di Indonesia istilah Beschikking diperkenalkan oleh WF.Prins ada yang menerjemahkan istilah Beschikking ini dengan Ketetapan seperti

6 Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 37.

(8)

E.Utrecht, Bagir Manan, Sjachran Basran, Indroharto dan lain-lain, dan dengan keputusan seperti WF.Prins, Philipus M. Hadjon, Sf. Marbun.7

Pengertian ketetapan menurut para sarjana:

a) Menurut H.D van Wijk/Willemkonijnenbelt.

Ketetapan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintah untuk (meleksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum baru, mengubah atau menghapus hubungan hukum yang ada.

b) Menurut P.de Haan.

Ketetapan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan.

c) J.B.J.M ten Berge.

Ketetapan adalah keputusan hukum publik yang bersifat konkret dan individual, keputusan itu bersal dari organ pemerinahan, yang didasarkan pada kewenangan hukum publik...Dibuat untuk satu atau lebih individu atau berkenaan dengan satu atau lebih perkara atau keadaan. Keputusan itu memberikan suatu kewajiban pada seseorang atau organisasi, memberikan kewenangan atau hak pada mereka.

d) Menurut Utrecht.

7 Ridwan HR, Hukum Asministrasi Negara, 2006, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 145.

(9)

Ketetapan adalah perbuatan hukum pulik bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa).

e) Menurut Sjachran Basah.

Ketetapan adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.

f) Menurut W.F.Prins dan R. Kosim Adisapoetra.

Ketetapan adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan wewenang yang luar biasa.

1. Unsur-Unsur Ketetapan.

Berdasarkan definisi dari para sarjana tersebut ,tampak ada beberapa unsur dalam beschikking yaitu:

a) Pernyataan kehendak sepihak;

b) Dikeluarkan oleh organ pemerintahan;

c) Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik; d) Ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual; e) Dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang

(10)

Unsur ketetapan menurut pasal 2 UU Administrasi Belanda (AwB) dan menurut pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986 tentang PTUN jo UU No.9 Tahun 2004 tentang perubahan UU No.5 Tahun 1986 tentang PTUN yaitu:

a) Suatu pernyataan kehendak tertulis;

b) Diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan daari hukum tata negara atau hukum administrasi;

c) Bersiafat sepihak;

d) Dengan mengecualikan keputusan yang bersifat umum;

e) Yang dimaksudkan untuk penentuan,penghapusan, atau pengakhiran hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan, atau penciptaan;

f) Berasal dari organ pemerintah.8

2. Syarat-syarat pembuatan ketetapan.

Dalam pembuatan ketetapan harus mencakup syarat materil dan formil.

a) Syarat-syarat materil.

1. Organ pembuat ketetapan harus berwenang.

8 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, 2006, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 148-150.

(11)

2. Karena ketetapan suatu pernyataan kehendak, ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis, seperti penipuan, paksaan atau suap.

3. Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu.

4. Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain, serta isi dan tujuan peraturan dasarnya.

b) Syarat-syarat formal terdiri dari berikut ini.

1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.

2. Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.

3. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan harus dipenuhi.

4. Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu harus diperhatikan.

(12)

3. Ketetapan merupakan tindakan hukum TUN.

Tindakan hukum TUN ada 2 macam, yaitu:

1. Tindakan hukum TUN berdasar hukum perdata(hukum privat) misalnya menyewakan ruangan (Pasal 1548 BW), jual beli (Pasal 1457BW) atau perjanjian kerja (Buku III BW) yang dilakukan oleh pejabat TUN untuk kepentingan jabatan.

2. Tindakan hukum TUN berdasarkan hukum publik, yaitu tindakan menurut hukum publik yang bersifat sepihak yang dilakukan oleh badan atau pejabat TUN dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan dengan maksud menimbulkan akibat hukum. Misalnya SK Pengangkatan/Pemberhentian Pegawai.

Undang-undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN dalam pasal 1 angka 3 menyebutkan:

“keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dilakukan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara (TUN) yang berdasrkaan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, indifidual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”

Dengan definisi yang diberikan UU NO.5 Tahun 1986 ini, maka hanya penetapan tertulis saja yang dapat digugat ke pengadilan TUN, itupun dengan syarat harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bersifat konkret, individual dan final. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(13)

a) Kokret, artinya objek yang diputuskan tidak abstrak tapi berwujud tertentu atau dapat ditentukan.

b) Individual, artinya keputusan TUN tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik nama, alamat maupun hal yang dituju. Bila yang dituju lebih dari satu orang maka tiap-tipa nama orang yang terkena keputusan itu harus disebutka satu-persatu.

c) Final, artinya sudah definitif, tidak lagi memerlukan persetujuan atasan dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.

d) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Karenanya sebuah memo atau nota dapat merupakan suatu penetapan tertulis yang dapat dijadikan dasar sengketa apabila sudah jelas:

a) Badan atau jabatan TUN yang mengeluarkannya, b) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisannya,

c) Kepada siapa tulisan ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya jelas bersifat indifidual, kokret dan final,

d) Menimbulkan suatu akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.9

9 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, 2004, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, hlm. 56-61.

(14)

3. Akibat hukum ketetapan yang tidak sah.

Apabila satu atau beberapa persyaratan itu tidak dipenuhi, ketetapan itu mengandung kekurangan dan menjadi tidak sah.

A.M.Donner mengemukakan akibat-akibat dari ketetapan yang tidak sah yaitu:

a) Ketetapan itu harus dianggap batal sama sekali. b) Berlakunya ketetapan itu dapat digugat:

1. Dalam hal banding.

2. Dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan dengan Undang-undang.

3. Dalam penarikan kembali oleh kekuasaan yang berhak mengeluarkan ketetapan tersebut.

c) Dalam hal ketetapan tersebut, sebelum dapat berlaku, memerlukan persetujuan (peneguhan) suatu badan kenegaraan yang lebih tinggi, persetujuan itu tidak diberi.

d) Ketetapan itu diberi tujuan lain dari pada tujuan permulaannya. Menurut Van der Wel menyebutkan enam macam akibat suatu ketetapan mengandung kekurangan yaitu sebagai berikut:

a) Ketetapan tersebut menjadi batal karena hukum.

b) Kekurangan itu menjadi sebab atau menimbulkan kewajiban untuk membatalkan ketetapan itu untuk sebagian atau seluruhnya.

(15)

c) Kekurangan itu menyebabkan alat pemerintah yang lebih tinggi dan yang berkompeten untuk menyetujuai atau meneguhkannya, tidak sanggup memberi persetujuan atau peneguhan itu.

d) Kekurangan itu tidak mempengaruhi ketetapan.

e) Karena kekurangan itu, ketetapan yang bersangkutan dikonversi ke dalam ketetapan lain.

f) Hakim sipil (biasa), menganggap ketetapan yang bersangkutan tidak mengikat.10

Menurut Ultrecht (1986:126) mengemukakan bahwa suatu perbuatan TUN yang merugikan individu dapat dibatalkan berdasarkan dua macam alasan, yaitu:

a) Bertentangan dengan hukum/atau undang-undang. b) Bertentangan dengan kepentingan umum.11.

C. Instansi yang berwenang mengangkat pegawai.

Instansi yang menetapkan jumlah pegawai yang direkrut adalah Badan Kepegawaian Negara dan Menpan dengan memperhatikan menteri keuangan, karena terkait dengan anggaran yang masih menanggung semua gaji PNS.Instansi yang berwenang melakukan retkrutmen pada

10 Ridwan HR, Hukum Asministrasi Negara, 2006, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 168-171.

11 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, 2004, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, hlm 62

(16)

pemerintah pusat adalah biro/bagian kepegawaian dari masing-masing instansi.Sedangkan di daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Daerah (BKD).12Badan ini dibentuk setelah pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, badan ini mengurusi administrasi Kepegawaian pemerintah daerah, baik dipemerintah daerah Kabupaten/Kota maupun pemerintah Propinsi.Sesuai dengan UU tentang pemerintah Daerah, kewenangan mengatur kepegawaian mulai dari retkrutmen sampai dengan pensiun berada di Kabupaten/Kota. Pembentukan BKD pada umumnya didasarkan pada Peraturan Daerah masing-masing.

Tugas Badan Kepegawaian Daerah adalah sebagai berikut:

a) Penyiapan peraturan daerah dibidang kebijaksanaan teknis kepegawaian.

b) Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, penetapan gaji, tunjangan, kesejahteraan dan pemberhentian PNS Daerah,baik yang menduduki jabatan strukturan/fungsional atau tidak;

12 Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 92.

(17)

c) Pengelolaan sistem informasi Kepegawaian Daerah, dan menyampaikan informasi Kepegawaian Daerah kepada Badan Kepegawaian Negara.13

D. Prosedur Pendaftaran Pegawai.

Pada pasal 27 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk memenuhi ketentuan pasal tersebut, pada pasal 6 Peraturan pemerintah No.11 Tahun 2002 diatur bahwa setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS. Penggunaan hak tersebut harus dilaksanakan melalui prosedur seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, diantaranya sebagai berikut :

a. Warga Negara Indonesia ( WNI );

b. Berusia serendah-rendahnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 30 tahun;

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan peraturan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

13 Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 27-28.

(18)

d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. Tidak berkedudukan sebagai calon/pegawai negeri;

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterangan yang diperlukan.;

g. Berkelakuan baik;

h. Sehat jasmani dan rohani;

i. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah NKRI atau negara lain yang ditentukan pemerintah; dan

j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan;

E. Dasar Hukum Pengangkatan T3D di Kabupaten KUKAR.

SK Bupati No.180.188/HK-587/2003 tentang Penunjukan Pengelola T3D Di Lingkungan Pemkab Kukar pada tanggal 29 Desember 2003. SK Bupati No.180.188/HK-589/2003 tentang Penetapan Besarnya Gaji T3D. Dengan menunjuk BKD selaku instansi pengelola management T3D.14

14www.google.com, http://www.metrobalikpapan.co.id, menyibak lagi T3D Kab.Pegawai, rabu,

(19)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Metode penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

Data skunder meliputi:

a) Bahan hukum perimer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,dan terdiri dari norma dasar ( UUD 1945), Peraturan perundang-undangan.

b) Bahan hukum sekunder, adalah yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

c) Bahan hukum terier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

Penelitian hukum Normatif atau kepustakaan tersebut mencakup : a) Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b) Penelitian terhadap sistematika hukum. c) Perbandingan hukum.

(20)

B. Jalan Penelitian.

Penelitian pustakaan untuk menjawab permasalahan yang ada adalah dengan cara meneliti bahan Data Sekunder, Adalah diperoleh dari berbagai bahan pustaka seperti buku, majalah , internet dan bahan-bahan yang terkait dengan permasalahan yang penulis angkat.

Penelitian hukum Normatif atau kepustakaan tersebut mencakup : a) Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b) Penelitian terhadap sistematika hukum. c) Perbandingan hukum.

C. Metode Penelitian.

Penelitian yang dipakai adalah studi Kepustakaan yaitu dilakukan dengan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulan data dari buku-buku dan internet yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Sri Hartini , Hj.Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

Mokhamad Syuhadhak, Administrasi kepegawaian Negara (teori dan prakteknya di Indonesia), 1996, PT.Toko Gunung Agung, jakarta, Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, 2004, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan

Ridwan HR, Hukum Asministrasi Negara, 2006, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji,. penelitian hukum normatif, 2006, RajGrafindo Persada,Jakarta.

Penjelasan atas Peraturan Pemerintah No.48 Th 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada ketentuan umum.

www.google.com, http://www.metrobalikpapan.co.id, menyibak lagi T3D Kab.Pegawai, rabu, 30 Desember 2009.

(22)

PERUNDANG_UNDANGAN.

1. Undang-Undang Dasar RI 1945.

2. UU No.43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU No.8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

3. PP No.48 tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

4. PP No.43 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

5. PP No. 11 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

Referensi

Dokumen terkait

Kisi-kisi instrument untuk mengukur kelompok teman sebaya merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kelompok teman sebaya dan juga

Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan keberhasilan tioilet training pada anak usia toddler di PAUD

Tunas pada kultivar Rome Beauty dan Manalagi lebih banyak terdiferensiasi menjadi tunas campuran daripada tunas vegetatif baik pada pemangkasan yang dilakukan pada

bahwa berdasarkan Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/6859/SJ, tanggal 4 Nopember 1982, Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/11034/SJ, tanggal 19 Nopember 1983 perihal

Hal ini dibuktikan dalam penelitian Rasab (2016: p.64) daun belimbing wuluh mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri dikarenakan terdapat komponen kimia aktif antimikroba

Tujuan mendasar dari sistem suspensi atau peredam kendaraan di atas permukaan tanah adalah untuk mempertahankan kontak terus menerus antara roda dan permukaan jalan, dan

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen Gulaku, serta pengaruh atribut bauran pemasaran yang terdiri dari variabel tempat,