• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Lokakarya FungsionalNon Peneliti 1997

TEKNIK FOSTERING SEBAGAI TINDAKAN

ALTERNATIF DALAM USAHA MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS INDUK KELINCI

R . Denny Pumama

Balai Penelitian Temak Ciawi, P .O . Box 221-, Bogor 16002

PENDAHULUAN

Salah satu potensi ternak kelinci sebagai temak peliharaan adalah kecepatan dalam berkembang biak, karena pada umur 5-7 bulan sudah dapat dikawinkan dengan masa buntingnya hanya 30-33 hari . Selain itu litter size yang dilahirkan 4 ekor sampai 12 ekor, sedangkan 14 hari_ setelah beranak dapat dikawin ulang (Nugroho, 1982) . Hal ini berkaitan erat dengan sifat ovulasi ternak kelinci yang tidak spontan atau "induce ovulation" yakni ovulasinya dapat terjadi melalui salah satu rangsangan ovulasi, hormonal, thermis-mekanis, visual diantara ternak betina dan jantan sekandang . Dengan demikian dimungkinkan untuk dikembangkan program reproduksi cepat dalam upaya meningkatkan produktivitas kelinci betina selama masa umur produksi (Sastrodihardjo dkk ., 1991) . Secara teoritis,maka seekor induk kelinci dapat beranak 8 sampai 10 kali per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984) berarti setiap 42 hari induk kelinci beranak dan dari uraian di atas kita tinggal menghitung berapa pendapatan setahun dari usaha peternakan kelinci (sebagai analisa finansial) . Namun keberhasilan pola usaha peternakan, ditentukan antara lain oleh produktivitas ternak yang dipelihara (produksi induk) . Tolok ukur produksi induk dapat ditampilkan dalam bentuk litter size, bobot lahir, laju per-tumbuhan, bobot sapih dan daya hidup (Rismaniah dkk ., 1991) .

Akan tetapi problem yang dihadapi pada petemakan kelinci adalah tingginya mortalitas anak sebelum disapih, sampai satu bulan setelah penyapihan . Tingkat mortalitas sampai 20% pada anak kelinci sebelum penyapihan dengan pola pemeliharaan secara intensif masih tergolong wajar (Cheeke dkk ., 1987) dan bila lebih dari 20%, secara keseluruhan menjadikan rendahnya produktivitas induk kelinci . Pola reproduksi cepat yang diaplikasikan pada kelinci Rex dengan mengunakan ransum standar (NRC,

1977) yang mempunyai kandungan protein 17% dan energi tercerna (DE) 2500 kkal/kg berdampak menurunnya produksi susu induk yang sedang laktasi dan lebih lanjut mortalitas anak kelinci menjadi tinggi berkisar antara 26,3 sampai 59% (Dharsana dkk ., 1993) . Tingginya mortalitas menjadikan litter size sapih rendah yaitu antara 2 ekor untuk kelinci Rex hitam dan 4,1 ekor untuk kelinci Rex abu-abu (Sastrodihardjo dkk ., 1994) . Selain itu mempunyai masalah dengan rendahnya bobot sapih anak yang hanya mencapai 350-400

(2)

Lokakarya Fungsional Non Peneli6 1997

gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah . Faktor-faktor yang menye-babkan tingginya mortalitas antara lain : rendahnya berat lahir, kani-balisme, tertundanya kelahiran, terkena infeksi listeriosis dan salmonelosis, rendahnya mothering ability yang ditandai dengan induk tidak mau menyusui anaknya/ produksi susu induk yang rendah, litter size yang terlalu banyak dan ter-batasnya puting susu induk (Schlolaut, 1985 ) .

Untuk meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak, baik sewaktu masih dalam kotak beranak ataupun setelah penyapihan .

Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam menurunkan mortalitas anak adalah sebagai berikut

1 . Melakukan pemilihan bibit kelinci dengan cara melakukan seleksi pada anak sapihan yaitu pengkaderan anak-anak sapihan yang berasal dari induk yang mempunyai kemampuan reproduksi cukup baik dengan sifat-sifat yang baik terutama dalam hal mengasuh anak, dengan produksi susu yang tinggi . Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakan hasil yang menggembirakan, masalahnya anak-anak sapihan yang akan kita kader untuk dijadikan induk, berguguran sebelum mencapai umur dewasa .

2 . Memperbaiki nutrisi induk yang sedang laktasi, yaitu dengan menaikan komponen protein dan energi tercerna (DE) yang benar-benar sesuai untuk kebutuhan induk . Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut . Upaya perbaikan nutrisi induk laktasi yaitu menaikan protein menjadi 22% dan energi tercema (DE) 2750 kkal/kg yang dikombinasikan dengan menerapkan tehnik fostering pada kelinci Rex temyata berdampak positif dimana ditandai dengan penurunan mortalitas anak menjadi 14-27% dan terjadi peningkatan bobot sapih anak menjadi 498-512gram dengan litter size sapih rata-rata 5,5 ekor (Sartika dkk ., 1996) . Optimalisasi pemanfaatan pakan dengan nilai gizi yang tinggi terjadi mulai minggu ketiga pada saat anak kelinci mulai mengkonsumsi makanan padat, sehingga dapat memacu

pertumbuhan anak .

3 . Menerapkan teknik fostering sebagai upaya tehnis . Teknik fostering adalah tindakan menitipkan anak kelinci ke induk lain sebagai induk asuh yang disebabkan oleh sesuatu hal, dalam upaya menyelamatkan anak kelinci

guna meningkatkan produktivitas induk . Teknik ini merupakan suatu alternatif yang dapat ditempuh dan penerapannya sangat luas sesuai kondisi yang memerlukan, dan bersifat teknis .

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meng-informasikan kepada partisipan yang mempunyai masalah dalam budidaya kelinci terutama sekali berkaitan dengan mortalitas anak yang tinggi . Dengan menerapkan teknik fostering sebagai altematif diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi .

(3)

Lokakarya Fungsional Non Penelifi 1997

DASAR PEMIKIRAN

Dalam manajemen perkawinan kelinci yang terencana, kita me-ngawinkan beberapa ekor induk dalam satu kelompok dimana diharapkan induk-induk kelinci tersebut akan beranak secara bersamaan . Padahal potensi induk dalam reproduksi sangat bervariatif terutama' dalam litter size lahir dimana ada yang beranak kurang dari 4 ekor anak tetapi ada juga yang lebih dari 8'ekor bahkan sampai 12 ekor . Dari penelitian juga menunjukkan semakin banyak anak yang disapih terdapat kecenderungan,memiliki bobot sapih yang Iebih rendah dan demikian pula sebaliknya (Raharjo dkk ., 1993) . Oleh karena ity dengan membatasi jumlah anak yang diasuh induk, diharapkan anak akan mendapatkan air susu yang optimal, clan idealnya jumlah dalam pengasuhan anak adalah 7 sampai 8 ekor sesuai dengan jumlah puting susu yang dimiliki induk . Untuk-itu kita dapat melakukan "fostering" yaitu memindahkan anak dari induk yang mempunyai litter size banyak kepada induk yang mempunyai litter size sedikit, sehingga produksi optimum dapat dicapai . .

KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN FOSTERING Fostering juga diperlukan pada kejadian seekor induk mati pada waktu beranak, sedangkan anak-anaknya masih hidup dan kondisinya baik . Maka untuk menyelamatkan anak tersebut dapat kita foster ke induk yang lain .

Dapat juga tindakan fostering dilakukan bila mana kondisi induk kurang baik misalnya tidak mengeluarkan air susu atau si induk memiliki sifat kanibal sedangkan kemampuan reproduksinya sangat baik .

Jadi dengan demikian penerapan tehnik ini cukup luas dan merupakan tindakan alternatif yang dapat ditempuh dalam menekan mortalitas anak yang tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada .

SYARAT DALAM MELAKUKAN FOSTERING

Untuk dapat dilakukan tindakan fostering usahakan untuk mengawinkan induk kelinci secara serempak beberapa ekor induk sehingga diharapkan akan beranak dalam waktu bersamaan .

Perbedaan umur anak yang akan difoster dengan anak yang akan menerima fosteran usahakan jangan berbeda terlalu jauh (1 hari-3 hari) .

Kondisi induk yang akan menerima fosteran harus baik dan sehat dengan produksi air susu yang mencukupi untuk jumlah anak .

Induk yang akan menerima fosteran harus memiliki sifat-sifat keibuan dalam mengasuh anaknya .

(4)

Lokakarya Fungsional Non Penelitl 1997

Kondisi anak yang akan difoster harus sehat dengan suhu tubuh yang masih hangat, dan mau menyusu .

CARA MELAKUKAN FOSTERING

Bila anak yang akan difoster telah kita pilih sesuai persyaratan dan induk penerima fosteran telah kita tetapkan sesuai dengan persyaratan maka anak dapat kita masukan ke dalam kotak beranak, tetapi sebelumnya kita harus menenangkan dahulu induk penerima .

Untuk mengelabui penciuman induk, sebelum anak dimasukan terlebih dahulu digosok-gosokan ke tubuh induk atau dapat juga memoleskan bau-bauan lain seperti minyak kayu putih .

Kemudian masukan anak kelinci dengan hati-hati dan satukan dengan anak yang ada dalam kotak beranak .

Setelah anak kelinci kita masukan untuk beberapa waktu harus kita awasi sampai benar-benar aman dan tidak terjadi penolakan oleh induk penerima fosteran .

Bila terjadi penolakan, anak kelinci harus cepat diambil kembali karena kalau dibiarkan biasanya anak yang ada dalam kotak beranak akan dikanibal .

Bila tidak terjadi penolakan maka dapat kita tinggalkan untuk selanjutnya besok pagi kita periksa kondisinya, bila keesokannya anak kelinci yang kita foster disusui maka fostering dianggap berhasil .

HASIL PENGAMATAN TERHADAP TEKNIK FOSTERING

Tingkat keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan tindakan fostering ditandai dengan menurunnya mortalitas anak kelinci secara tajam balk sebelum penyapihan ataupun sesudah penyapihan . Dari hasil penelitian pada kelinci "Hybrid Zika" menunjukan mortalitas anak sampai dengan penyapihan hanya sebesar 10%, dimana mortalitas terbanyak terjadi pada minggu-minggu pertama kelahiran

(Sartika dan Zimmermann, 1994), hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1 .

Selain itu laju pertambahan bobot anak sampaipenyapihan yang cukup balk . Pada litter size sapih terjadi peningkatan yang cukup besar disertai kualitas anak sapihan yang balk dengan rata-rata bobot sapih cukup tinggi .

Sedangkan hasil penelitian pada kelinci Rex mortalitas berkisar antara 14-27% (Sartika dkk ., 1996) dan ini menunjukan suatu perbaikan dibanding-kan sebelum dilakudibanding-kan upaya "Fostering", adibanding-kan tetapi data yang ditampildibanding-kan

(5)

kurang jelas apakah penurunan mortalitas ini terjadi akibat pengaruh fostering atau akibat perbaikan kualitas pakan induk gestasi dan Iaktasi .

Tabel 1 . Mortalitas anak kelinci sampai dengan sapih

Sumber : Sartika (1994)

Tabel 2. Berat anak kelinci umur 1, 2, 3 dan 4 minggu (sapih)

Lokakarya Fungsional Non Penelrti 1997

Sumber : Sartika (1994)

Untuk kelinci Rex penelitian khusus mengenai fostering belum dilaku-kan, akan tetapi tindakan alternatif ini telah dilakukan di kandang percobaan Ciawi dan hasilnya secara kualitatif dan kuantitatif telah dapat menurunkan mortalitas anak . Anak kelinci sapihan yang sehat dengan bobot sapihan yang optimal dapat menstimulir kekebalan anak sapihan, sehingga daya hidup menjadi Iebih tinggi dalam melalui masa-masa yang sensitif dan kritis pada bulan pertama penyapihan . Dengan kekebalan tubuh yang baik, anak kelinci sapihan menjadi lebih tahan terhadap segala perubahan yang terjadi, baik perubahan pakan ataupun perubahan cuaca lingkungan . Dari pengamatan di lapangan, rata-rata pertambahan berat badan mingguan setelah penyapihan cukup balk.

Parameter Litter Size (LS)

I .(8ekor) II .(9ekor) III . (10 ekor)

Jumlah LS awal (ekor) 376 441 240

Jumlah LS sapih (ekor) 337 372 204

Mortalitas (0-4 minggu)(%) 10,4 15,7 15,0

Mortalitas (0-1 minggu)(%) 4,8 7,5 7,5

Mortalitas (1-2 minggu)(%) 1,7 1,5 2,7

Mortalitas (2-3 minggu)(%) 3,1 3,2 1,8

Mortalitas (3-4 minggu)(%) 1,2 4,4 3,8

Parameter Litter Size (LS)

I .(8 ekor) II .(9 ekor) lll .(10 ekor)

Berat umur 1 minggu (g) 169,1 166,7 159,5

Berat umur 2 minggu (g) 283,0 278,8 271,4

Berat umur 3 minggu (g) 429,1 394,2 354,3

(6)

Lokakarya Fungsional Non Penelitii 1997

Keberhasilan "Fostering" sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci dipindahkan dan diusahakan kepada induk yang mempunyai anak sama berat dengan anak yang difoster (Maertens dkk ., 1988), dan tentunya dalam pelaksanaannya harus mengikuti persyaratan yang diperlukan . Usaha pemaksaan dalam melalukan tindakan "Fostering" sebaiknya jangan kita lakukan apabila kondisinya memang tidak memungkinkan .

BEBERAPA KEGAGALAN DALAM FOSTERING

Kegagalan dalam fostering Iebih bersifat human error yaitu kesalahan dari opertor sendiri yang cenderung memaksakan tindakan fostering, padahal kondisinya tidak memungkinkan, misalnya anak yang diasuh induk sudah kebanyakan, tetapi kita masih menambahkan jumlah anak .

Dapat juga pada keadaan kondisi induk tidak baik, tetapi kita fosterkan juga demikian pula dengan kondisi anak yang Iemah .

Tindakan fostering yang demikian bersifat untung-untungan, jika hasilnya gagal sudah terprediksikan dad awal .

KESIMPULAN

Dalam upaya meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak kelinci baik sebelum disapih ataupun setelah penyapihan . Beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melalui seleksi dalam memilih calon induk ataupun dengan upaya perbaikan gizi pakan ternak . Sedangkan menerapkan tehnik fostering merupakan alternatif yang dapat dilakukan, dan merupakan suatu upaya teknis .

Dengan mengkombinasikan ketiga cara di atas dalam usaha menekan mortalitas anak, hasil yang diperoleh akan Iebih maksimal sehingga diharap-kan terjadi peningkatan produktivitas-induk kelinci dan diharapdiharap-kan dapat me-ningkatkan pendapatan peternak .

Penerapan tehnik fostering, selain untuk memeratakan jumlah anak kelinci yang diasuh oleh induk juga dapat digunakan pada kondisi memaksa

misalnya induknya mati, tidak ada air susunya atau pada kejadian seekor induk mempunyai sifat kanibal . Jadi penerapannya cukup luas tergantung kondisi yang membutuhkan .

Keberhasilan fostering sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci difosterkan, karena mortalitas tertinggi terjadi pada awal minggu kelahiran .

Untuk mendapatkan hasil yang Iebih baik, sebaiknya usaha pemaksaan dalam melakukan "Fostering" harus kita hindari .

(7)

Lokakarya Fungsional Non Pene/iti 1997

SARAN

Dalam menerapkan tehnik fostering, disarankan induk yang akan menerima fosteran merupakan breed kelinci dengan postur yang besar, karena biasanya kelinci jenis ini mampu memproduksi susu yang banyak seperti jenis New Zealand White, Flams dan lain-lain .

Dalam usaha petemakan kelinci yang mengembangkan breed kelinci yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi seperti kelinci Rex, kelinci Satin dan lain-lain dimana mempunyai potensi sebagai penghasil kulit bulu (Fur) yang sangat baik dan mahal harganya, alangkah baik jika dipelihara juga breed kelinci lain yang secara ekonomis kurang berharga seperti New Zealand dan Flamis Giant dimana dapat dijadikan sebagai induk foster bagi kelinci yang bemilai ekonomis dalam usaha peningkatan produktivitas induk .

DAFTAR BACAAN

B . Sarwono . Betemak Kelinci Unggul . Penerbit PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI

Cheeke, P .R ., N .M . Patton, S .D . Lukefahr and J .I . Mc Nitt . 1987 Rabbit Production . 6 ed The Interstate Printers and Publisher Danville, Illinois . Dharsana R ., Y .C . Raharjo dan S . Sastrodihardjo . 1993 . Peningkatan kualitas

kulit bulu kelinci Rex melalui seleksi (Lanjutan) di dataran rendah . Laporan Akhir Balitnak.

Farrell, D .J . and Y .C . Raharjo . 1984 . Potensi temak kelinci sebagai penghasil daging . Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor .

Maertens, L ., A. Vermeulen and G . De Groote . 1988 . Effect of post partum breeding and pre-weaning litter management on the performances of hybrid Does . 4 th World Rabbit Congress, Proceedings, Budapest-Hungary .

Nugroho . 1982 . Beternak Kelinci Secara Modern . Jilid I . Penerbit Eka Offset Semarang .

NRC . 1977 . Nutrient Requirement Of Rabbits . The National Recearch Council . National Academic of siences . Washington D .C .

Rismaniah, Is ., Amsar, Soerdjadi dan A . Setyaningrum . 1991 . Penampilan produksi hasil persilangan kelinci Rex dengan Kelinci lokal . Fakultas Petemakan UNSOED, Purwokerto .

Raharjo, Y .C ., F .X . Wijana, dan T . Sartika . 1993 . Pengaruh jarak kawin setelah beranak terhadap performans reprodussi kelinci Rex . Ilmu dan Petemakan .

(8)

Lokakerya Fungsional Non Penelr6 1997

Sastrodihardjo, S ., Y .C . Raharjo, R . Dharsana, T. Murtisari, dan T . Sartika . 1994 . Peningkatan kualitas bulu kelinci Rex melalui seleksi di daerah Ciawi dan dataran tinggi Pandansari . Laporan Akhir Balitnak .

Sastrodihardjo, S ., lim Budiman dan Effendi Agus Marmono . 1991 . Produktivitas semen dari berbagai bangsa kelinci pada ejakulasi berbeda . Prosiding Seminar Peternakan menyambut 25 Tahun Fakultas Peternakan UNSOED P urwokerto .

Sartika,T ., A . Habibie, D . Purnama, I .W . Pasek. 1996 . Pengaruh Macam Pakan Dengan Tingkat Protein dan Energi Yang Tinggi Terhadap Produktivitas Kelinci Rex . Prosiding Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan Aplikasi Hasil Penelitian Untuk Industri Petemakan Rakyat . Sartika, T . dan E . Zimmermann . 1994 . Pengaruh Fostering Terhadap Tingkat

Mortalitas Dan Pertumbuhan Anak Kelinci Sebelum Sapih. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Peternakan . Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil .

Schololaut, W . 1988 . Production Techniques in : A Compendium Of Rabbit Production Appropriate For Conditions In Developing Countries . GTZ Germany .

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan data dalam jurnal penelitian kehutanan Wallacea yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi: Studi

Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

produksi sebagai dasar penentuan harga jual tapioka; (3) nilai tambah pada proses pembuatan tapioka untuk mengetahui balasan terhadap faktor produksi yang dihasilkan serta kesempatan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survey dengan menggunakan kuisioner untuk menggambarkan kualitas hidup pasien kanker serviks

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Mimbar (1990), yang menyatakan bahwa pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang tongkol dan diameter tongkol

ini Unit Loyonon Pengodqon Fohlq I Kcbupcten Wohotobi Tohun Anggoron 2ol2 berdosqrhon undongpn pembuhtion huolifihasi nomor: O6/E-PROC/ULP-POKTA U