• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR

ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIP SI

OLEH

NURJANA NIM : 08C20101014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULAB OH, ACEH B ARAT 2013

(2)

ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIP SI

OLEH

NURJANA NIM :08C20101014

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH, ACEH B ARAT

(3)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa indonesia merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang- undang Dasar dan Pancasila sila ke lima. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang oleh beebrapa sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan, kemudian diperlukan beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah untuk mengatur semua konsep pembangunan daerah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi sabagai salah satu alat untuk mengetahui perkembangan dan struktur ekonomi suatu wilayah diyakini masih merupakan indikator penting dalam menentukan arah pembangunan yang digambarkan oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dapat diartikan sabagai nilai barang dan jasa-jasa yang diproduksi didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Barang-barang dan jasa-jasa ini diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk daerah tersebut tetapi oleh penduduk daerah lain yang bertempat tinggal di daerah tersebut (Adisasmita 2005, h. 10)

Bencana alam, gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di Aceh pada akhir Desember 2004, tgelah menunbuhkan solidaritas seluruh bangsa untuk membangun kembali masyarakat dan wilayah Aceh. Begitu pula telah tumbuh kesadaran yang kuat dari Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk menyelesaikan konflik secara damai, menyeluruh, berkelanjutan, serta

(4)

bermartabat yang permanen dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada tahun 2005, konflik di Aceh berakhir secara resmi dengan ditanda tanganinya Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki. Tahun 2006, parlemen Indonesia mengesahkan Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) yang mengkondifikasi sebagian dari komitmen yang telah dibuat dihelsinki menjadi hukum Indonesia (http://www.mtt-indonesia.com. Diakses 13 November 2012)

Secara khusus dalam undang-undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh dalam Bab XXII tentang perekonomian adalah perekonomian di Aceh merupakan perekonomian yang terbuka dan tanpa hambatan dalam investasi sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional. Perekonomian di Aceh diselenggarakan berdasarkan atas asas kekeluargaan dan asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisien, berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta menjaga keseimbangan kemajuan kabupaten/kota yang ada di Aceh.

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sabagai bagian dari Provinsi Aceh juga mempunyai kewenangan yang sama untuk mengatur, mengurus, mengembangkan daerah dan masyarakatnya sesuai dengan kepentingan dan potendi daerahnya tanpa campur tangan pemerintah pusat. Salah satu kewenangan daerah yang sangat menunjang demi terwujudnya kesejahteraan mayarakat adalah keuangan daerah, supaya dapat terlaksana dengan baik, maka pengelolaan keuangan daerah harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(5)

3

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memandang bahwa sektor angkutan dan komunikasi adalah sangat penting adanya auntuk kepentingan daerah baik dari sudut perekonomian maupun dari sudut sosial, politik, pemerintahan, dan sebagainya. Karena itu pemerintah berpendapat bahwa sektor angkutan dan komunikasi ini perlu mendapat perhatian dan bantuan, sehingga pada akhirnya sektor angkutan dan komunikasi dapat menunjang peningkatan Produk Domestik regional Bruto.

Produk domestik regional Bruto (PDRB) dapat dikatagorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu :

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Panggalian 3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdaganga, Hotel, dan restoran 7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-jasa

Pertumbuhan PDRB tidak terlepas dari peran setiap sektor-sektor ekonomi tersebut di atas, besar kecilnya kontribusi pendapatan setiap sektor ekonomi merupakan hasil perencanaan secara sektoral yang dilaksanakan didaerah.

Berikut ini perkembangan Produk Domesti Regiona l Bruto di Kabupaten Aceh Barat (BPS) diakses 3 Januari 2013

(6)

Tabel 1

Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2011

No. Sektor Ekonomi Total PDRB Aceh Barat

Tahun 2011 (Juta Rupiah) %

1 Pertanian 358.855,54 27,0

2 Perta mbangan dan pengalian 5.889,22 0,44

3 Industri pengolahan 23.593,52 1,78

4 Listrik, gas, dan air bersih 4.651,26 0,35

5 Bangunan/konstruksi 143.908,36 10,8

6 Perdagangan, hotel dan restoran 352.061,94 26,5

7 Pengangkutan dan komunikasi 90.208,01 6,80

8 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 22.357,79 1,68

9 Jasa-jasa 323.368,90 24,4

Jumlah 1.324.894,54 100

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah Januari 2013)

PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar 2000, pada tahun 2011 sektor pertanian mencapai angka 358.855,54 Juta Rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 27 persen. Angka 27 persen menunjukan adanya peningkatan produksi barang dan jasa selama setahun sebesar angka tersebut secara riil tanpa dipengaruhi oleh peningkatan harga. Peningkatan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif. Sedangkan pada tahun 2011 sektor angkutan dan komunikas i mengalami penurunan sebesar 6,80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor angkutan dan komunikasi tidak memberikan perkembangan yang signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.

(7)

5

Tabel 2

Penerimaan Sektor Angkutan dan Komunikasi Di Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2011

No. Sektor Angkutan dan komunikasi

Total Sektor angkutan dan

Komunikasi (Jutaan R upiah) %

A Pengangkutan 73.201,37 81,1

1 Angkutan Jalan Rel - -

2 Angkutan jalan raya 72.520,39 -

3 Angkutan Laut - -

4 Angkutan Sungai, danau dan

Penyebrangan 241,37 -

5 Angkutan udara - -

6 Jasa Penunjang angkutan 439,37 -

B Ko munikasi 17.006,64 18,8

1 Pos dan Komunikasi 17.006,64 -

2 Jasa Penunjang Teleko munikasi - -

Jumlah 90.208,01 100

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah Januari 2013)

Sektor Angkutan dan Telekomunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Era globalisasi, peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi menjadikan dunia tanpa batas, sub sektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas ekonomi. Tahun 2011 sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan, dimana pada tahun 2011 persentase penerimaan sektor ini sebesar 81,1 persen.

Sektor Angkutan dan Telekomunikasi merupakan sub sektor dalam Produk domestik Regional Bruto (PDRB) diman kontribusi yang diberikan dalam PDRB cukup signifikan dan diharapkan sektor ini juga mampu mendorong peningkatan pendapatan daerah (BPS 2011, h.20)

(8)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah ini dengan judul “Analisis Kontribusi Sektor

Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Barat.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berusaha mengemukakan permasalahan secara tegas dan jelas agar keseluruhan proses penelitian dapat terarah dan terfokus pada pokok permasalahan ya ng sebenarnya, adapun permasalahan yang penulis ajukan adalah seberapa besar kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dida lam penelitian ini yakni untuk mengetahui kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

(9)

7

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penulis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan.

2. Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan bagi yang ingin mendalami kegiatan kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dan peneliti yang ingin mendalami lebih lanjut tentang kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Pemerintah daerah / Pihak-pihak Terkait

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perkembangan dan peningkatan kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.

1.5 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bagian yaitu :

Bagian pertama terdiri dari, Pendahuluan tentang Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitiaan, dan Sistematika Pembahasan.

Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustakaan yang digunakan sebagai dasar dalam penulisan skripsi.

(10)

Bagian ketiga berisi tentang Metode Penelitian, Populasi, Data Penelitian, Jenis dan Sumber data, Teknik Pengumpulan Data, Metode analisis Data dan Definisi Operasional Variabel.

Bagian keempat terdiri dari hasil tentang, statistik Deskripsif Variabel Penelitian, Administrasi Wilayah, Struktur Perekonomian, Hasil Analisis Kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi dan Perkembangan Produk Domestik regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.

Bagian akhir bab lima terdiri dari Simpulan dan Saran yang dialamnya membahas tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian serta saran-saran yang penulis ajukan untuk beberapa pihak, serta dalam skripsi ini dilengkapi dengan dengan Daftar Pustaka yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Trans portasi

Pengertian Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana

trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau

membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) kesebelah lain atau dari satu tempat ke te mpat lainnya. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya (Kamaluddin 2003, h.13)

2.1.1 Pengangkutan Darat

Pengertian pengangkutan darat seringkali dirancukan dengan angkutan melalui jalan saja. Sebenarnya angkutan darat mencakup sistem pengangkutan yang lebih luas, yakni angkutan melalui pipa dapat dilakukan di air (dengan pengertian pipa tersebut ditempatkan di sungai atau laut), dalam penelaan ini angkutan melalui pipa digolongkan dalam perangkutan darat. Untuk selanjutnya, dalam katagori pengangkutan darat akan digunakan istilah pengangkutan jalan

raya, yaitu Angkutan Melalui jalan; pengangkutan kereta api, yaitu angkutan

melalui Reel; pengangkutan gantung, yaitu angkutan kereta gantung melalui kabel (Warpani 2000, h. 31 )

(12)

2.1.2 Pengangkutan Jalan Raya

Ada dua unsur pokok pengangkutan adalah prasarana dan sarana. Dalam pengangkutan jalan raya, unsurnya adalah jalan raya dan kendaraan. Jenis pengangkutan ini menjadi semakin penting setelah revolusi industri. Kendaraan yang ditarik binatang pada umum nya telah berganti dengan kendaraan motor yang daya angkut dan daya jalannya berlipat ganda. Peningkatan kedua daya ini pada kendaraan motor mengakibatkan bertambah luas nya jaringan jalan raya serta meningkatannya mutu jalan raya sesuai dengan tuntutan teknis kendaraan bermotor (Warpani 2000, h. 32 )

2.1.3 Angkutan Laut

Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayan ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan.

2.1.4 Angkutan Udara

Kegiatan ini meluputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di indonesia (BPS 2011, h.43)

2.2 Telekomunikasi

Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh

(13)

11

perum Pos dan Giro. Kegiatan Telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada piahak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan teleks yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT Telkom dan PT Indosat dan lainnya. Jasa penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel) radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel) (BPS 2011,h.43)

2.3 Pendapatan Regional

Pendapatan Regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkatan pendapatan dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Menganalisis suatu region atau membicarakan pembangunan Regional tidak mungkin terlepas dari membahas tingkat pendapantan masyarakat wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan utuk mengukur pembangunan wilayah. Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat (Tarigan 2005, h. 13)

2.3.1 Konsep dan Pengertian Nilai Tambah

Salah satu pengertian yang biasa terjadi adalah apabila orang menganggap bahwa pendapatan regional adalah identik dengan nilai produksi yang dihasilkan di wilayah tersebut. N ilai produksi tidak sama dengan nilai tambah karena di dalam nilai produksi telah terdapat biaya antara (intermediate cost), yaitu biaya pembelian/biaya perolehan dari sektor lain yang telah dihitung sebagai produksi di sektor lain atau berasal dari impor (dihitung sebagai nilai produksi di negara pengekspor). Menghitung nilai produksi sebagai pendapatan regional bisa

(14)

mengakibatkan perhitungan ganda (double counting). N ilai tambah dalam suatu kegiatan produksi/jasa adalah berupa gaji/upah, laba, sewa tanah, dan bunga uang yang dibayarkan (berupa bagian dari biaya) penyusutan dan pajak tidak langsung (neto) (Tarigan 2005, h. 14 )

2.3.2 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional/nilai tambah

Berikut beberapa konsep dan definisi ketika kita berbicara tentang Pendapatan Regional (Tarigan 2005, h.18 )

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar.

Produk domestik regional bruto atas harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian diwilayah itu.

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar

Produk domestik regional neto atas dasar harga pasar adalah produk domestik regional bruto atas harga pasar di kurangi penyusutan. Penyusutan yang di maksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin- mesin, peralatan, kendaraan, dan lainnya) karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu.

3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor.

PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas harga pasar dikurangi pajak tak langsung. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain- lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan.

2.4 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat pembangunan regional adalah Produk Domestik Regional Bruto, dalam hal ini bertambahnya produksi barang

(15)

13

dan jasa dalam Produk Domestik Regional Bruto. N ilai yang tercantum dalam Produk Domestik Regional Bruto tersebut mencerminkan taraf hidup dan tingkat perkembangan ekonomi masyarakat.

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto diperlukan suatu pendekatan yang lebih realistik. Akan tetapi selama ini tetap mengacu pada model perhitungan secara nasional, yakni Produk Domestik Bruto (PDB) yang mana dalam perhitungan riilnya didefinisi oleh Boediono dalam Tarigan (2005, h. 19) yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Di sini jelas ada sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Jadi proses kenaikan output total dibagi dengan jumlah penduduknya. O utput perkapita adalah total dibagi dengan jumlah penduduknya. Jadi prosesnya kenaikan output perkapita tidak harus dianalisa dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di lain pihak. Suatu teori ekonomi yang lengkap haruslah bias menjelaskan apa yang terjadi dengan jumlah penduduk.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun atas harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekono mi. PDRB atas harga berlaku mengambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukan

(16)

nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar (Tarigan 2005, h. 23)

2.4.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai PDRB dimana penghitungan nilai seluruh unit berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu. Dalam hal ini perubahan harga terakomudasi. PDRB atas harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

1. Metode Langsung

Metode langsung adalah metode perhitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan tiga macam cara yaitu, pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekata n pengeluaran.

a. Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha (sektor) yaitu :

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri Pengolahan

(17)

15

5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Sektor Angkutan Dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-Jasa

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah barang dan jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainya. Dalam definisi ini, PDRB juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, 2. Konsumsi pemerintah,

3. Pembentukan modal domestik bruto, 4. Perubahan Stok dan,

5. Ekspor Neto (ekspor neto mrupakan ekpor dikurangi impor)

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama, jadi jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa ak hir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor- faktor produksi ( BPS 2011, h. 10 )

(18)

2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing- masing wilayah, misalnya mengalokasikan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kesetiap provinsi dengan menggunakan alakator tertentu, alakator yang digunakan yaitu :

1. Nilai produksi bruto atau setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang dialokasikan.

2. Jumlah produksi fisik. 3. Tenaga kerja.

4. Penduduk.

5. Alokator tidak langsung lainnya.

Dengan menggunakan salah satu kombinasi dari beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing- masing provinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Metode ini terkadang terpaksa digunakan karena adanya kegiatan usaha yang alokasinya ada dibeberapa wilayah, sedangkan pencatatan yang lengkap hanya dilakukan dikantor pusat. Misalnya, laba perusahaan tidak tercatat pada masing- masing wilayah melainkan hanya tercatat dikantor pusat (Tarigan 2007, h. 25).

2.4.2 PDRB atas Harga Konstan

PDRB atas harga konstan menunjukkkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya dan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

(19)

17

dari tahun ke tahun. Perhitungan PDRB atas harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada perhitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikatornya saja. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannnya. Badan Pusat Statistik (BPS) telah menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya (Sukirno 2008, h. 270)

2.5 Perubahan Tahun Dasar

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di sajikan dalam versi atas dasar harga berlaku, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar tahun yang bersangkutan, dan PDRB atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar.

Prakteknya penggunaan tahun dasar sebagai dasar perhitungan PDRB atas harga konstan selalu mengalami pemuktahiran. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga agar nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan dapat tetap menggambarkan kondisi perekonomian suatu daerah secara realistis.

Penggunaan tahun dasar dalam perhitungan PDRB secara Nasional telah mengalami perubahan empat kali, yaitu tahun 1960.1973,1983, dan tahun 1993. Selama waktu dua belas tahun terakhir harga yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan adalah harga pada tahun 1993. Namun demikian, perubahan struktur ekonomi akibat perkembangan global yang demikian pesat selama satu dasawarsa terakhir telah membuat pertumbuhan ekonomi yang dihitung dengan harga tahun 1993 menjadi lebih rendah, sehingga tidak lagi dapat

(20)

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. O leh karena itu, BPS terdorong untuk mengganti tahun 1993 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar perhitungan karena situasi perekonomian dan alasan teknis. berikut ;

a. Perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat serta perubahan komposisi harga antara sektor primer, sekunder dan tersier mengakibatkan pengukuran pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi terlalu rendah.

b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan debirokratisasi. Sektor pertanian dan pertambangan sangat dominan, sementara sektor industri relatif masih kecil peranannya. Sejak tahun 1991 peranan sektor industri sudah melampaui peranan sektor pertanian.

c. Saat ini tantangan waktu dari tahun 1993 sudah terlalu jauh sehingga apabila mengukur pertumbuhan berdasar pada tahun 1993 menjadi tidak Realistis. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu 1993-2000 yang diwarnai oleh globalisasi telah mempengaruhi perekonomian domestik.

d. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi juga merubah struktur perekonomian Nasional.

e. Perekonomian indonesia selama tahun 2000 relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB sebesar 4,92 persen inflasi pada posisi 9,35 per sen. Sejak tahun 2000 hinggga 2003 pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu bisa bermakna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah krisis yang membuat PDB merosot sampai minus 13,13 persen di tahun 1998 dengan inflasi hingga mencapai 77,63.

(21)

19

f. BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia 2000. Tabel 1-0 tersebut secara penggunaan. Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel I- 0 telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektor dengan mempertimbangka n kelayakan struktur permintaan dan penawaran (BPS 2012, h. 7 )

2.6 Tujuan dan Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto

Data produk Domestik regional bruto adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini adalah ;

1. PDRB harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. N ilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDRB harga berlaku juga menunjukan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseleruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas harga konstan dengan angka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral. Apabila angka diba ndingkan angka –angka nilai tambah bruto atas harga konstan dengan aangka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral (BPS 2012, h. 6 )

(22)

2.7 Mengukur Nilai Aktifitas Ekonomi : Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Statistik ini dihitung setiap tiga bulan oleh Biro Analis Ekonomi (bagian dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat dari sejumlah besar sumber data primer Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu.

Ada dua cara untuk melihat statistik ini. Salah satunya adalah dengan melihat GDP sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam

perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah

mengapa GDP merupakan cerminan dari kinerja ekonomi. GDP mengukur sesuatu yang dipedulikan banyak orang – pendapatan mereka. Demikian pula, perekonomian dengan output barang dan jasa yang besar bisa secara lebih baik memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.

Untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapatan har us sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu sebaliknya berasal dari fakta yang lebih mendasar; karena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, setiap dolar yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapata n bagi seorang penjual (Mankiw 2000, h.16)

2.8 Pertumbuhan Ekonomi Regional

Perbedaan pokok antara analisa pertumbuhan ekonomi nasional dan analisa pertumbuhan regional adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisa tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factor movements).Sering kali

(23)

21

kita dapat walaupun tidak seluruhnya mengasumsikan suatu bangsa sebagai suatu perekonomian tertutup.Asumsi ini tidak dapat diterapkan pada tingkatan perekonomian regional.Adanya kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal sengat memperbesar peluang bagi berbeda-bedanya tingkat pertumbuhan regional, bahkan kendati pun stok sumber-sumber nasional sudah tentu. Karena dalam analisa dinamika sebenarnya, stok ini akan semakin bertambah besar, maka tingkat pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi dari pada tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional atau dalam keadaan ekstrim lainya menjadi negatif. Tingkat pertumbuhan output total yang negatif adalah suatu hal yang sangat jarang terjadi dalam perekonomian nasional yang sudah maju. Akan tetapi menurut Richardson dalam N urlia (2011, h. 22), hal tersebut disebabkan arus sumber - sumber dapat menyeimbangkan, maka hal itu tidak berarti bahwa perbedaan - perbedaan pertumbuhan regional pasti menjadi lebih besar dari pada tingkat pertumbuhan nasional.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut. Yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi. Perhitungan pendapatan wila yah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku.Namun agar dapat melihat pertambahan dari suatu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.Harus dinyatakan dalam nilai riil artinya dinyatakan dengan harga konstan (Tarigan 2005, h. 46)

(24)

III. METODE PEN ELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi Sektor Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2002 - 2011.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumbe r Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari sejumlah keterangan atau fakta- fakta yang secara langsung diperoleh dari penelitian. Pada penelitian ini diperoleh dari Badan Kantor Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Aceh Barat.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Studi Pustaka ( Library Research )

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang di perlukan dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya baik yang di wajibkan maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini.

(25)

23

2. Penelitian lapangan ( Field Research )

Metode Ilmiah ini dilakukan dengan cara melihat dokumentasi dan pengumpulan hasil dari semua data yang didapatkan secara langsung dari kantor yang ada di Kabupaten Aceh Barat kemudian data tersebut dijadikan sebagai input dalam penelitian.

3.3 Model Analisa Data

Metode yang di gunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Analisis Kontribusi, yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Aceh Barat, dengan menggunakan rumus (Widodo 2002, h.160) sebagai berikut :

...(1)

Keterangan :

Pn = Kontribusi penerimaan Sektor Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)

QY = Jumlah Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) QX = Jumlah Penerimaan Sektor Angkutan dan Komunikasi (Juta Rupiah) n = Tahun (periode) tertentu

Analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Aceh Barat. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari

(26)

tahun ke tahun selama (10) sepuluh tahun kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran Sektor Angkutan dan Komunikasi dalam menyumbangkan kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Barat.

3.4 Definisi Operasional Variabel

1. Sektor angkutan dan komunikasi (X) adalah sektor dalam PDRB di Kabupaten Aceh Barat periode 2002 - 2011yang di ukur dalam Jutaan Rupiah

2. Produk Domestik Regional Bruto (Y) adalah produk domestik regional bruto di Kabupaten Aceh Barat periode 2002 – 2011 yang di ukur dalam Jutaan rupiah.

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Bagian ini penelitian akan menjelaskan tenta ng kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dan perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) yang menjadi variabel penelitian didalam skripsi ini di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2002-2011.

4.2 Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Barat

Tahun 1996 terjadi perubahan status administrasi Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 1996 tentang pembentukan Kabupaten Simeulu di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Akibat dari pembentukan tersebut wilayah Kabupaten Aceh Barat hanya meliputi Kecamatan Kaway XVI, Johan Pahlawan, Seunagan, Kuala, Beutong, Darul Makmur, Samatiga, Woyla, Sungai Mas, Teunom, Krueng Sabee, Setia bakti, Sampoi N iet, dan Jaya.

Berlakunya otonomi daerah Kabupaten Aceh Barat d imekarkan menjadi Kabupaten Aceh Jaya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Tamiang diprovinsi Aceh. Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya, sehinggah

(28)

wilayah administrasi Pemerintahan kabupaten Aceh Barat terdiri dari 12 Kecamatan dan 340 desa/kelurahan.

Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04º06’ - 04º47’ Lintang Utara dan 95º52’ - 96º30’ Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie - Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan

Raya.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Nagan Raya.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Secara topografis, sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat merupakan wilayah daratan yaitu 233 desa (72,59%). Sisanya merupakan wilayah pantai, lembah dan lereng.

4.3 Struktur Perekonomian Kabupaten Aceh Barat

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor perekonomian terhadap nilai tambah pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) yang dilihat atas dasar harga konstan (ADHK) periode 2002 hingga 2011. Struktur perekonomian di Kabupaten Aceh Barat relatif tidak mengalami perubahan, kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas eko nomi Aceh Barat tidak mengalami penurunan akan tetapi terus mengalami peningkatan, hal ini tidak terlepas dari peran dari sektor-sektor perekonomian yang memberikan nilai

(29)

27

tambah terhadap pembentukan produk domesti regional bruto (PDRB) tiap tahunnya.

Dilihat dari aktivitas produksi suatu daerah maka sektor-sektor perekonomian menurut lapangan usaha dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok kegiatan yaitu primer, sekunder, tersier. Kegiatan primer berkaitan dengan pengeksplotasian sumber daya alam yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor perdagangan. Kegiatan sektor sekunder memamfaatkan hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut yakni terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor kontruksi dan sektor energi (Listrik dan Air). Sedangkan kegiatan tersier adalah memfasilitasi pengerakan sektor primer dan sekunder, yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor perekonomian inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan nilai tambah produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat.

4.4 Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat

Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002 relatif tidak mengalami perubahan. Sektor pertanian tetap menjadi sektor utama yang mendorong perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat. Disamping sektor pertanian, sektor lain yang memberikan sumbangan terbesar bagi perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan jasa-jasa lainya. Kondisi ini dapat dilihat pada lampiran 1 :

(30)

Berdasarkan lampiran 1, terlihat bahwa sektor pertanian terus mengalami penurunan dari tahun 2002-2007. Pada tahun 2002 sektor pertanian mencapai angka sebesar 302.790,75 dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2007 menjadi 267.896,62. Penurunan ini terjadi dikarenakan sebagian besar dari hasil perkebunan dan pertanian di Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran wilayah mengalami penurunan karena daerah yang memproduksi tanaman tersebut telah terpecah menjadi wilayah Kabupaten baru, sehingga hasil dari sektor pertanian di Kabupaten Aceh Barat terpecah kedalam skala yang kecil.

Tahun 2008-2011, sektor pertanian mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2007. Tahun 2008 sektor pertanian sebesar 282.966,56 dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2011 mencapai angka 358.855,54. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah di Kabupaten Aceh Barat terus berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah dengan mengembangkan sektor pertanian.

Sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2002-2011 perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat masih sangat kecil, angka terendah terjadi pada tahun 2005 hanya sebesar 3.463,96. Hal ini disebabkan karena banyak bangunan yang hancur akibat gempa dan tsunami. Pada tahun 2007-2011 sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan mencapai 5.371,43 - 5.889,22. Hal ini terjadi karena dilakukan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi di Kabupaten Aceh Barat.

Sektor industri pengolahan, pada tahun 2002-2007 memperlihatkan kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2002 sektor ini hanya sebesar 17.893,00 menurun menjadi 16.808,50 pada tahun 2007. Hal ini

(31)

29

dikarenakan pemekaran wilayah dan pembentukan Kabupaten baru menyebabkan pengolahan sektor industri pengolahan terpecah kedalam skala yang kecil, sehingga sektor ini mengalami penurunan. Namun pada tahun 2009-2011, sektor industri pengolahan mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sektor ini mencapai angka sebesar 19.601,04 dan meningkat menjadi 23.593,52 pada tahun 2011. Peningkatan ini terjadi karena semakin membaiknya pengolahan sektor industri pengolahan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sektor listrik, gas dan air bersih perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002- 2011 semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyak pemasangan listrik baru untuk rumah bantuan bagi para korban gempa dan tsunami, dan juga penambahan daya yang dilakukan oleh masyarakat.

Dilihat dari sektor bangunan/konstruksi, terlihat bahwa sektor ini memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 2009 sektor ini hanya sebesar 128.918,12 menurun menjadi 143.908,36 pada tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena berakhirnya masa rehabilitasi dan rekontruksi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009 yang lalu.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran, pada tahun 2002-2006, sektor ini memperlihatkan kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena penurunan pada subsektor perdagangan dan hotel. Tahun 2008-2011 sektor ini mengalami peningkatan. Tahun 2008 sektor ini meningkat menjadi 322.512,64 dan terus mengalami peningkatan menjadi 352.061,94 pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena samakin banyaknya jumlah tamu yang menginap di hotel.

(32)

Dilihat dari sektor angkutan dan komunikasi, Pada tahun 2002-2007 sektor ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 sektor angkutan dan komunikasi hanya sebesar 69.767,67 meningkat menjadi 79.165,69 pada tahun 2007. Dilihat sampai tahun 2011 sektor ini semakin meningkat menjadi 90.208,01. Hal ini disebabkan karena semakin membaiknya kondisi jalan.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, memperlihatkan bahwa sektor ini mengalami penurunan. Pada tahun 2002 sektor ini mencapai angka 13.999,20 semakin menurun menjadi 12.896,89 pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya subsektor persewaan dan jasa perusahaan. Namun pada tahun 2007 – 2011, sektor ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sektor ini mengalami peningkatan sebesar 18.261,47 dan semakin mangalami peningkatan menjadi 22.357,79 pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan mulai membaiknya subsektor persewaan dan jasa perusahaan di Kabupaten Aceh Barat.

Sektor jasa-jasa, sektor ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnnya. Pada tahun 2009 Sektor ini mencapai angka sebesar 302.005,87 meningkat menjadi 323.368,90 pada thun 2011. Hal ini terjadi dikarenakan subsektor jasa-jasa semakin meningkatnya pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat dari seluruh sektor ekonomi, Pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 15,14% jika dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar 8,35%. Hal ini disebabkan karena pacsa gempa dan tsunami. Pada tahun 2007 perkembangan PDRB mengalami peningkatan sebesar 11,72% ini dikarenakan kondisi ekonomi Kabupaten Aceh Barat mulai membaik. Namun 2008-2011

(33)

31

perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pembentukan daerah baru yang kurang terkendali sehingga berdampak pada penurunan perkembangan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat.

Rata-rata perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat dari 9 sektor ekonomi hanya mencapai 3,62%. Hal ini berarti perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat tidak signifikan.

4.5 Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat Sektor Angkutan dan Komunikasi

Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat dari Sektor Angkutan dan Komunikasi adalah sebagai berikut :

Grafik

Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat Sektor Angkutan dan Komunikasi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

(34)

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa perkembangan sektor angkutan dan komunikasi Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan. Pada tahun 2003 perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat masih terlalu rendah hanya sebesar 1,67 %. Hal ini disebabkan karena pasca pemekaran wilayah Kabupaten Aceh Barat yang menyebabkan aktivitas ekonomi terbagi dalam skala yang kecil. Pada tahun 2006 perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan mencapai 4,19%. Hal ini disebabkan karena aktivitas perekonomian di Kabupaten Aceh Barat meningkat pasca musibah gempa dan tsunami.

Tahun 2008, perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan sebesar 3,11% jika di bandingkan dengan tahun 2007 sebesar 3,40%. Hal ini disebabkan karena pembentukan daerah yang kurang terkendali. Pada tahun 2011 perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat Dari sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 2,20% jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 4,31%. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya masyarakat yang menggunakan sarana perangkutan karena semakin membaiknya kondisi jalan sehingga masyarakatlebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.

4.6 Hasil Analisi Kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Analisi kontribusi maka dapat dihitung besarnya kontribusi yang diberikan dari sektor angkutan dan komunikasi terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat. Adapun hasil perhitungan kontribusi dari sektor tersebut adalah sebagai berikut :

(35)

33

Pn = 𝑄𝑋𝑛

𝑄𝑌𝑛 𝑥 100 %

Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat jumlah kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2002-2011 seperti yang diperlihatkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2

Kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi Terhadap PDRB Di Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2002 – 2011

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah Januari 2013)

Berdasarkan tabel 2 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor angkutan dan komunikasi terhadap PDRB memperlihatkan peningkatan pada tahun 2005 sebesar 8,33% dan pada tahun 2006 sebesar 8,00%. Hal ini dikarenakan pasca pemulihan gempa dan tsunami, sehingga banyak masyarakat yang menggunakan jasa angkutan umum. Tahun 2010 kontribusi sektor ini sebesar 6,97% dan pada

Tahun Sektor Perhubung an /QXn PDRB total /Qyn QXn : Qyn Kontri busi

(Rp. 000) (Rp. 000) (% ) 1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) X 100% 2002 68.585,60 894.995,22 0,076 7,67 2003 69.767,67 927.463,73 0,075 7,53 2004 71.200,56 1.011.980,61 0,070 7,03 2005 73.276,25 878.891,70 0,083 8,33 2006 76.477,94 954.906,27 0,080 8,00 2007 79.165,69 1.081.722,63 0,073 7,31 2008 81.709,17 1.140.817,36 0,071 7,16 2009 84.423,15 1.202.769,24 0,070 7,01 2010 88.221,82 1.265.376,75 0,069 6,97 2011 90.208,01 1.324.894,54 0,068 6,80 Rata-rata 7,38

(36)

tahun 2011 sebesar 6,80%, ini menunjukkan terjadi penurunan karena semakin berkurangnya masyarakat yang menggunakan sarana transportasi seperti mobil pengangkutan dikarenakan semakin membaiknya kondisi jalan sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.

Dilihat dari uraian diatas, rata-rata dari sektor angkutan dan komunikasi sebesar 7,38%. Hal ini menunjukkan kontribusi sektor angkutan dan komunikasi memberi peningkatan yang tidak signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.

(37)

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitiana ini adalah sebagai berikut :

1. Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2002-2011 rata-rata sebesar 7,38%.

2. Hasil analisis kontribusi terlihat bahwa sektor angkutan dan komunikasi yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 8.33%. Hal ini diakibatkan karena pasca pemulihan dari gempa dan tsunami. Sedangkan pada tahun 2009 – 2011 kontribusi sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan pada setiap tahunnya.

3. Perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat selama kurun waktu 2002 – 2011 juga sangat berfluktuasi. Pada tahun 2004 kontribusi perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) mengalami peningkatan mencapai 8,35%. Sedangkan pada tahun 2005 perkembangan PDRB mengalami penurunan sebesar -15,14%. perkembangan PDRB memberikan peningkatan Pada tahun 2007 mencapai 11.72%. Sedangkan pada tahun 2008 – 2011 mengalami penurunan setiap tahunnya.

(38)

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-saran sabagai berikut :

1. Kepada pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebaiknya perlu melakukan pengembangan sektor angkutan dan komunikasi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan peranan investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Aceh Barat, misalnya pembangunan bandara, pelabuhan, jaringan telekomunikasi dan sebagainya.

2. Kepada pemerintah Aceh Barat untuk lebih memperhatikan sektor pariwisata sebab dapat mengundang wisatawan-wisatawan dengan adanya keindahan tempat wisata, sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah kedepannya, sehingga akan menciptakan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Barat

3. Pemerintah Aceh Barat harus mampu menciptakan keamanan yang stabil, karena apabila keamanan di Kabupaten Aceh Barat stabil, maka akan banyak investor asing yang berani menanamkan modalnya di Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dapat menunjang peningkatan sektor-sektor perekonomian yang memberi kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.

(39)

37

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. PT Graha ilmu Jakarta

BPS. 2002-2006. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat

Menurut Lapangan Usaha. Kabupaten Aceh Barat

______. 2007-2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat

Menurut Lapangan Usaha. Kabupaten Aceh Barat

______. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat Menurut

Lapangan Usaha. Kabupaten Aceh Barat

______. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Aceh Barat.

Kamaluddin Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. PT Ghalia indonesia, Jakarta. Mankiw Gregory. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat PT Erlangga,

Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi PT Bumi Aksara, Jakarta

______. 2007. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara. Jakarta Utomo, Budi, P. 2006. Peranan Pajak Dalam Menunjang Otonomi Daerah.

Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Warpani, Suwardjoko. 2000. Merencanakan Sistem Perangkutan. PT ITB Bandung.

Widodo, Triyanto. Suseno. 2002. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. PT Kanisius. Jakarta

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Tentang Pemerintahan Aceh

Referensi

Dokumen terkait

Dari data nilai angket yang diperoleh dari kelas eksperimen dapat diketahui hasil persentase respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran discovery learning

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pe- mahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning tidak lebih

Dari data pengukuran C-organik tanah dan dari hasil sidik ragam C-organik tanah diperoleh bahwa perlakuan kompos jerami berpengaruh nyata terhadap peningkatkan C- organik

pada projek ini memfokuskan pada bagian interior yang bertujuan untuk menunjang kegiatan terapi yang berlangsung baik anak-anak maupun orang dewasa. Tinjauan

Apabila pemimpin komunitas saya menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam atas mundurnya salah satu anggota komunitas, rasanya saya akan mengalami perasaan yang sama. Bila

Secara umum, parameter subsidensi gambut, kedalaman lapisan berpirit, kedalaman air tanah dangkal, redoks, pH, DHL, berat isi dan berat jenis produksi biomassa

Motorik adalah gerakan yang mennggunakan otot-otot halus atau sebagain anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.Misalnya

Tidak adanya ketentuan dan tidak diberikannya bantuan hukum kepada tersangka dan terdakwa yang melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana di bawah 5 (lima)