• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang dapat menjaga budaya asli bangsanya. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan kesenian. Kesenian juga dapat digunakan sebagai cerminan atas karakter suatu bangsa dan mempunyai peranan penting, yakni sebagai salah satu sarana untuk mempersatukan berbagai perbedaan dalam satu kesatuan ciri bangsa Indonesia, seperti seni tari khususnya. Hampir setiap provinsi di Indonesia

mempunyai tarian khas daerah, bahkan masing-masing provinsi memiliki lebih dari satu tarian tradisional.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga dan melestarikan budaya asli Indonesia adalah dengan memasukkan seni budaya ke dalam dunia

pendidikan, untuk menjadi mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda Indonesia mengenal dan dapat menjadi penerus bangsa yang menghargai budaya bangsanya sendiri, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

(2)

untuk memiliki kekuatan spritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini jelas, diharapkan melalui pendidikan, seni budaya asli Indonesia dapat terus lestari dan berkembang.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa siswa

dituntut untuk dapat menguasai sebuah tarian tradisional daerah setempat, dalam hal ini Lampung, sehingga dalam pembelajaran seni tari siswa dituntut untuk dapat menguasai satu tarian tradisional daerah Lampung. Seperti yang terdapat dalam silabus kelas XI terdapat standar kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni tari dengan kompetensi dasar (KD) menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan tari kelompok nusantara dalam konteks budaya masyarakat setempat.

Pembagian seni budaya di SMA Negeri 1 Kotagajah meliputi seni musik dan seni tari, dalam pembelajaran seni budaya ini siswa diberikan kesempatan untuk memilih cabang seni yang lebih diminati, sehingga pembelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Kotagajah terbagi dalam dua cabang seni dengan tempat belajar serta guru yang mengajar berbeda. Silabus yang digunakan pada SMA Negeri 1 Kotagajah ialah silabus yang telah disesuaikan dengan karakter siswa-siswi di SMA tersebut, sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu silabus disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar yakni pada satuan pendidikan karena siswa-siswi SMA Negeri 1 Kotagajah pada kelas X telah belajar menari Bedana maka pada kelas XI diberikanlah tarian yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih yakni tari Melinting. Dinilai memiliki

(3)

tingkat kesulitan yang lebih karena teknik gerak pada tari Melinting lebih komplek. Teknik gerak tangan dan kaki harus benar agar gerak tangan dan kaki selaras dan seirama.

Tari Melinting adalah materi dalam pembelajaran seni tari di SMA Negeri 1 Kotagajaha. Tari Melinting merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Desa Wana, Lampung Timur. Dilihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting, yakni Pangeran Panembahan Mas yang dipentaskan pada saat acara

Gawi Adat (Begawi). Gawi adat (Begawi) adalah upacara adat Lampung baik

upacara pernikahan adat Lampung maupun upacara pengambilan gelar adat Lampung.

Tari Melinting termasuk dalam tari klasik karena syarat-syarat yang mengikat pada tari Melinting ini, yaitu tidak boleh sembarang orang yang menarikan, tidak boleh di tempat selain sesat dan tidak boleh di luar Keratuan Melinting serta dengan pakaian yang hanya dimiliki oleh Keratuan Meliting saja. (Novrida, Nurhayati Taman Budaya, 2004:8). Sebagai contoh Tapis Melinting yang belum dikembangkan dan belum dikenal oleh masyarakat Lampung secara luas

sehingga yang digunakan saat ini dan berkembang di masyarakat yakni tapis Abung.

Dengan syarat-syarat di atas tentu saja sangat sulit untuk melestarikan dan mengembangkan tari Melinting ini sehingga tari Melinting tidak lagi mutlak

(4)

sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi sebagai tarian upacara, tetapi bergeser menjadi tari pertunjukan atau tari yang berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu-tamu agung bahkan dengan dimasukkannya seni budaya dalam dunia pendidikan, tari Melinting ini menjadi materi pada siswa-siswi di sekolah salah satunya di SMA negeri 1 Kotagajah. Hal ini dimaksudkan agar tari Melinting dapat terus lestari dan berkembang ditangan pemuda-pemuda penerus bangsa.

Dalam seni tari dikenal adanya tiga tingkatan, yaitu pemula/wiraga (kinetis, ruang), madya/wirama (irama, time) dan utama/wirasa (perasaan, feeling,

energy). Ketiga istilah umum tersebut bukan merupakan urutan hierarki yang

terkotak-kotak, melainkan merupakan kesatuan. Wiraga (raga atau tubuh) adalah gerak kaki sampai kepala dan merupakan media pokok gerak tari, wirama adalah keselarasannya dengan musik (rasa-irama dari gerak) dan wirasa (sering disebut juga penjiwaan), merupakan tingkat yang paling tinggi (Nursantara, 2007:44). Ketiga indikator tersebut pada praktiknya telah ditumbuhkan sejak awal belajar menari. Penari tingkat pemula tidak berarti sama sekali tidak memakai perasaan, tapi perasaan tidak menjadi tekanan atau tuntutan pada penari pemula. Demikian juga sebaliknya, indikator wiraga bukan berarti tidak penting untuk penari tingkat tinggi karena pada dasarnya ungkapan rasa dan jiwa itu terpancar melalui

indikator kesempurnaan wiraga, sehingga penari yang baik adalah penari yang mempunyai ketiga indikator di atas.

(5)

Setiap siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain dalam mempelajari tari Melinting. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa sendiri seperti kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal,bakat dan motivasi, sedangkan faktor eksteren seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran seni budaya khususnya tari Melinting, pengajar tari dalam hal ini guru seni tari sendiri dan lingkungan belajar (Howard Gardner, 1993:15).

Dengan demikian penelitian ini bermaksud mengkaji kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah sebagai hasil pembelajaran. Penelitian ini penting dilakukan karena (1) kompetensi dasar dapat menarikan salah satu tarian tradisional daerah setempat ada dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran seni budaya

khususnya siswa kelas XI yakni standar kompetensi mengapresiasi karya seni tari dan (2) berdasarkan pengamatan, sejauh ini belum ada judul yang mengkaji tentang kemampuan menari Melinting.

Alasan memilih SMA Negeri 1 Kotagajah sebagai subjek penelitian karena sekolah tersebut merupakan salah satu rintisan sekolah bertarap internasional (RSBI) di Lampung dan siswanya memiliki banyak prestasi, baik bidang

akademik maupun nonakademik. Selain itu, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah cukup memadai sehingga memudahkan dalam mengakses data pada penelitian ini.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kajian tentang tarian tradisioanal daerah Lampung, yakni tari Melinting.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada siswa, guru dan calon guru, serta sekolah. Adapun pemaparan manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut.

(7)

Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam menguasai tari Melinting.

b) Guru dan Calon guru

Bagi guru dan calon guru seni tari, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2011/2012. c) Sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran seni tari di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sasaran (subjek) dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah

b. Masalah (objek) penelitian ini adalah kemampuan siswa menari Melinting. Indikator yang dinilai meliputi indikator wiraga, wirama, dan wirasa dalam menari Melinting

Referensi

Dokumen terkait

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di

Tinjauan perencanaan Bekasi Hybrid Green Galeri Seni Kontemporer ExhibitionError!. Bookmark

Dalam rangka mendukung hal tersebut, maka salah satu instrumen kebijakan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi di industri adalah

Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Lahan

Kaidah di atas menyatakan bahwa nasal (N) yang mempunyai fitur [+nas] berubah menjadi nasal /n/ dengan fitur [+kons, +nas, +kor, +ant] setelah mengikuti obstruen /t/ dengan

Memperhatikan indikator kinerja dari setiap jenis model yang dihasilkan dengan masukan set data testing, tampak nyata bahwa model tangki susunan gabungan berbasis AG cenderung

Hutan mangrove di Indonesia barat yang relatif lebih sempit tidak memberikan peluang bagi banyak spesies untuk hidup di lingkungan yang seperti itu karena keadaannya

Partisipan mahasiswa perokok aktif dalam penelitian ini yang mendukung dan patuh terhadap KBBR memiliki sikap setuju pada semua isi SK Rektor UMY tentang implementasi kampus bebas