BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak telepas dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu ini digunakan sebagai bahan perbandingan dan kajian yang tidak terlepas dari topik pembicaraan yakni tentang Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis. Namun yang menjadi pembeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan pada Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis priode 2018-2020 studi pada Rumah Terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah :
1. Anggun Oktavia K, Muh. Munif Syamsuddin, Idam Ragil Widianto Atmojo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul ”Efek Terapi Perilaku dengan Metode Applied Behavior Analysis Terhadap Kemandirian Anak Autis”. Penelitian ini dilakukan di TK Cemara Dua yang beralamat di Jalan Yosodipuro 107 Ketelan Banjarsari, Surakarta salah satu penyelenggara Sekolah Inklusi yang secara umum melayani anak dengan berkebutuhan khusus. Peranan guru PAUD sangat penting untuk emmahami dan mengerti mengenai pendidikan inklusi agar anak autis dapat memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya dalam hal mendapatkan
pendidikan yang layak. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua anak berkebutuhan khusus terutama autis disekolahkan di lembaga yang menyelenggarakan program inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan terapi perilaku dengan metode Applied Behavior Analysis terhadap kemandirian anak autis. Kemandirian anak meningkat mulai dari anak datang disekolah sampai anak siap menerima pembelajaran dikelas.
2. Husein Martadi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Bina Diri Anak Autistik Melalui Teknik Discrete Trial Training Dalam Metode ABA (Applied Behavior Analysis)”. Penlitian ini dilakukan pada salah satu anak autis di daerah Gondokusuman Yogyakarta. Perkembangan anak autis memang lebih lambat dari perkembangan anak normal seusia mereka. Salah satunya ialah dalam hal bina diri mandi Yng terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengenali setiap gerakan mandi. Penggunaan metode ABA khususnya teknik DTT yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bina diri mandi pada anak autistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang bertahap dan dipecah menjadi bagian terkecil yang dilakukan dengan menggunakan teknik DTT (Discrete Trial Training) dalam metode ABA mampu meningkatkan kemampuan bina diri subyek. Kemampuan tersebut adalah kemampuan menirukan gerakan-gerakan yang membentuk kegiatan mandi dan kemampuan tentang melakukan gerakan-gerakan mandi secara mandiri.
3. Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes. , Iwanina Syadzwina (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Terapi ABA (Applied Behavior Analysis) Terhadap Peningkatan Interaksi Sosial Pada Anak Autis Usia 6-12 Tahun di SLB PKK Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro”. Salah satu gangguan pada anak autis ialah kesulitan dalam berinteraksi sosial. Siswa autis lebih suka hidup dengan dunianya sendiri, kurangnya kontak mata bahkan menghindarinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi ABA terhadap peningkatan interaksi sosial anak autis di SLB PKK Sumberrejo yang diharapkan dengan adanya terapi ABA mampu menjadi solusi bagi anak autis dalam hal peningkatan interaksi sosial.
4. Irma Suryani, Nurul Fitria Kumala Dewi (2017) dalam penelitianya yang berjudul “Aplikasi Terapi Untuk Anak Autisme Dengan Metode ABA (Applied Behavior Analysis)” Berbasis Media Kartu Bergambar dan Benda Tiruan. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Putra Mufti Tangerang. Anak autis belum mampu bekembang sesuai dengan yang seharusnya. Penggunaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) yang efektif memiliki pengauh yang baik dalam membangun pemahaman anak autisme melalui visual media gambar dan benda tiruan. Hal in diyakini dapat membentuk pemahaman anak mengenai cara berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan teman sepermainannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui terapi metode ABA anak autisme dapat belajar dan mampu mengarahkan adanya perubahan perilaku yang lebih terkondisi
atau terararah, namun dalam penelitian ini penerimaan yang diterima oleh 2 anak autisme mengalami perbedaan yang signifikan seperti tidak ada review program terapi di rumah, syarat-syarat diet yang mengalami kebocoran ataupun tidak teratur, karakter anak autis yang hiperaktif pasif dan aktif, kerja sama orang tua, durasi waktu belajar kurang, adaptasi dengan kondisi lingkungan sekitarnya, dukungan antara sekolah terapi dan rumah.
5. Ahmad Ma’ruf, Lailatul Maghfiroh (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk Meningkatkan Pemahaman Anak Autis Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SLB Negeri Pandaan”. Pada dasarnya anak autis sama dengan anak normal lainnya dalam kebutuhan akan pendidikan. Selain ilmu pengetahuan umum, anak autis juga perlu dibekali akan ilmu agama yakni Pendidikan Agama Islam untuk bekal spiritual dan akhlak yang baik agar bisa memiliki hungan baik dengan sesama manusia dan Tuhannya. Hasil dari penelitian ini bahwa penggunaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) terhadap siswa yang mengalami autis dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ialah dapat memberikan dampak atau pengaruh pada tingkah laku dan respon siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam di kelas. Siswa juga mulai bisa lebih fokus dan cepat tanggap dengan arahan yang diberikan pendidik pada saat belajar Pendidikan Agama Islam.
Penelitian yang dilakukan peneliti membahas mengenai Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis Periode 2018-2020 (studi pada Rumah Terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu). Peneliti mengajukan permasalahan yakni bagaimana penerapan metode ABA (Appliedd Behavior Analysis) untuk penanganan anak autis di Rumah Terapi “Cinta Kasih” Kota Batu periode 2018- 2020.
1.1 Implementasi
Implementasi adalah suatu pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah di susun secara terperinci. Menurut Nurdin Usman, implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi implementasi adalah pelaksanaan atau terapan2.
Menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi anatara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang efektif3. Dari beberapa pengetian implementasi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai suatu tujuan kegiatan tertentu.
3 Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo. 4 https://kbbi.web.id/implementasi. Online 28 September 2019.
2.2 Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
1. Pengertian Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
ABA (Applied Behavior Analysis) berasal dari 3 kata yakni Applied berarti terapan, Behavior berarti perilaku, dan Analysis yang memiliki arti memecah menjadi bagian-bagian kecil, mempelajarin serta memodifikasi perilaku. Tiga kata tersebut ABA (Applied Behavior Analysis) jika digabungkan berarti ilmu terapan yang yang memodifikasi perilaku. Study pengertian dari ABA (Applied Behavior Analysis) itu sendiri adalah ilmu yang menggunakan prosedur perubahan perilaku, untuk membantu individu membangun kemampuan dengan ukuran nilai-nilai yang ada di masyarakat4. Menurut Handojo metode ABA adalah suatu cara pendekatan dan penyampaian materi kepada anak autis yang dilakukan dengan tegas, tanpa kekerasan, adanya prompt dan apresiasi anak dengan imbalan yang efektif5.
Menurut Danuatmaja terapi ABA (Applied Behavior Analysis) adalah metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial bermanfaat dan mengurangi atau menghilangkan hal-hal kebalikannya yang merupakan masalah6. Terapi ABA (Applied Behavior Analysis ialah bentuk modifikasi perilaku yang fokus pada perubahan secara spesifik berupa interaksi sosial, perawatan diri sendiri serta bahasa.
6 Widodo, Judarwanto. 2004. Penata laksanaan Attention Deficit Hyperactive. Malang: UMM Press.
7 Handojo. 2004. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwasannya pengertian metode ABA (Applied Behavior Analysis) ialah suatu metode atau teknik yang mengajarkan bagaimana cara disiplin guna meningkatkan perilaku. 2. Tujuan Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
Menurut Handojo metode ABA (Applied Behavior Analysis) memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
a. Komunikasi dua arah yang aktif
Anak-anak autis dapat berkomunikasi dengan orang sekitarnya dengan kemampuan seperti orang normal atau minimal mendekati.
b. Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum
Setelah anak mampu berkomunikasi dengan baik, bersosialisasi dan mengenal sekitar diantaranya teman-teman, terapis, benda- benda disekitar.
c. Menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar Pada usia balita atau golden age dipercaya ialah masa dimana tpesatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya ialah perilaku anak, perilaku-perilaku yang kurang baik harus dihilangkan agar tidak mengganggu proses sosial anak. d. Mengajarkan materi akademik
Kemampuan akademik sangat berkaitan dengan IQ anak. Untuk anak autis IQnya kebanyakan dibawah normal. Maka dari itu kemampuan akademiknya juga sulit untuk dikembangkan.
e. Kemampuan Bantu Diri atau Bina Diri dan Keterampilan lain Kemampuan diri ini sangat penting bagi setiap individu karena meliputi Activity Daily Living (kegiatan sehari-hari) yakni makan, minum, mandi dan sebagainya yang tentunya setiap individu harus bisa melaksanakannya sendiri. Kemampuan ini juga yang diperlukan bagi setiap individu, agar dalam hal-hal yang pribadi, mampu dikerjakan sendiri tanpa dibantu orang lain. Makan, minum, memasang dan melepas pakaian dan sebagainya. Selanjutnya anak juga bisa diajarkan kemampuan atau keterampilan lain diantaranya memasak, melukis, mewarna, dan sebagainya guna melatih motorik mereka serta untuk melatih bakat-bakat yang ada dalam diri anak-anak tersebut.
3. Metode Terapi ABA (Applied Behavior Analysis)
Pada penerapan metode ABA (Applied Behavior Analysis) ada beberapa harus diperhatikan, yakni :
1) Kaidah-kaidah yang mendasari
Perilaku atau behavior adalah semua tingkah laku tindakan atau kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan oleh orang lain ataupun dirinya sendiri. Rumusannya ialah A→B→C yang disebut operant conditioning. Operant Conditioning ialah pembelajaran melalui kekuatan dari behavior
Tabel 2.1
Operant Conditioning
Dari tabel diatas saat kita ingin merubah perilaku yang aneh atau bisa dibilang menyimpang dari anak-anak yakni suatu perilaku dimulai dari suatu sebab yang selanjutnya akan menimbulkan akibat.
Tabel 2.2
Respondent Conditioning
Dari tabel diatas jika suatu perilaku yang menimbulkan akibat yang menggembirakan pasti perilaku tersebut akan diulang terus namun jika perilaku tersebut menimbulkan akibat yang tidak mengenakkan perilaku tersebut tidak akan diulang dan akan dihentikan. Kaidah ini disebut respondent conditioning7.
PERILAKU + IMBALAN → TERUS DILAKUKAN PERILAKU + IMBALAN → AKAN TERHENTI ANTECEDENT
→
BEHAVIOR→
CONCEQUENCE(Perilaku) yang diubah emlalui penguatan atau juga bisa dengan hukuman.
2) Istilah-istilah yang dipakai
Adapun istilah-istilah yang dipakai ialah :8 a. Instruksi
Instruksi atau perintah diberikan saat anak melakukan terapi. Instruksi ini harus Singkat-Jelas-Tegas-Tuntas-Sama (S-J- T-T-S).
b. Prompt
Prompt ialah arahan atau bantuan yang diberikan kepada anak jika anak tersebut tidak merespon waktu diberikan instruksi.
c. Reinforcement atau imbalan
Reinforcement atau imbalan ialah hadiah jika anak sudah mengerti konsep apa yang sudah diajarkan dan dapat melakukannya terus. Hadiah yang dimaksud disini bukanlah sogokan namun lebih kepada upah karena telah berhasil melakukan instruksi dengan baik. Jenis-jenis imbalan yang diberikan sangat beragam diantaranya komentar yang positif (“Bagus”, “Pandai”, “Pintar”), pelukan, ciuman, tepukan, dan masih banyak lagi.
d. Aktivitas terkecil dari perilaku
Dalam terapi setiap perilaku atau kegiatan harus diajarkan satu demi satu (bertahap). Suatu perilaku dipecah menjadi
10 Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar Autism.
beberapa perilaku agar anak cepat emmahami apa yang sudah diajarkan.
e. Achieved atau disingkat A
Achieved adalah saat anak tersebut bisa benar dalam merespon instruksi.
f. Mastered
Mastered ialah suatu kondisi anak dimana ia mampu merespon terapis 3 kali berturut-turut secara mandiri. diberikan apabila anak berhasil merespon dengan benar 3 instruksi secaa berturut-turut.
g. Maintenance atau pemeliharaan
Pada tahap ini harus dilakukan minimal satu kali seminggu dalam 6 minggu terapi. Apabila dalam melakukan instruksi atau respon masih mendapat bantuan maka materi harus diulang kembali.
h. Generalisasi
Generalisasi ialah suatu perluasan kemampuan anak. Anak harus bisa menggeneralisasikan subyek, objek, lingkungan dan sebagainya.
i. ITEMS
Hal-hal yang disukai anak dapat dijadikan imbalan atau hukuman diantaranya benda yang disukai, situasi yang disukai atau lainnya.
j. R+ ITEMS
Hal-hal yang tidak disukai anak dpat dijadikan imbalan atau hukuman diantaranya benda yang tidak disukai, situasi yang tidak disukai atau lainnya.
k. Mild Reseptif Behaviour
Perilaku yang menganggu berlangsungnya terapi yang harus dihilangkan agar tidak menggangu jalannya proses terapi. l. Tantrum
Tantrum atau mengamuk ialah perilaku anak yang bersifta autistik. Tantrum ini ialah upaya anak untuk menolak instruksi yang diberikan oleh terapis.
m. Echolalia
Echolalia atau membeo ialah suatu keadaan dimana anak sudah mampu mengucapkan dan menirukan kata-kata yang diucapkan atau didengar dari orang sekitarnya tetapi ia belum bisa menggunakan kata-kata tersebut untuk berkomunikasi.
4. Teknik Dasar ABA (Applied Behavior Analysis)
Menurut Handojo ada beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik ABA (Applied Behavior Analysis) adalah :9
a. Kepatuhan (compliance) dan kontak mata
Dua hal ini ialah kunci dari seluruh terapi, apabila anak tersebut sudah bisa patuh dan membuat kontak mata maka tidak akan sulit dalam mengajarkan sesuatu hal kepada anak.
b. One on One
One On One atau satu terapis untuk satu anak. Ini dimaksudkan agar anak autis bisa fokus dalam terapi dan fokusnya hanya kepada terapisnya.
c. Siklus atau Discrete Trial Training
Discrete Trial Training ialah terapi yang dikemas dalam uji coba nyata. Pada tahap ini terdiri dari beberapa siklus diantaranya instruksi bantuan serta imbalan.
d. Fading
Fading artinya ialah meluntur. Yang dimaksud meluntur ialah sedikit demi sedikit bantuan dari terapis dikurangi (dilunturkan) hingga anak bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan (prompt).
e. Shaping
Shaping artinya ialah membentuk, poin ini biasanya digunakan untuk mengajarkan berbicara. Ajari anak untuk mengucapkan suatu kata hingga sesempuna mungkin.
f. Chaining
Chaining ialah menguraikan suatu perilaku yang kompleks menjadi beberapa bagian perilaku yang apabila nanti diurutkan akan menjadi suatu kesatuan perilaku yang kompleks.
g. Discrimination training
Discrimination training ini digunakan untuk mengidentifikasi atau melabel sesuatu. Pada tahap ini disediakan item pembanding agar anak benar-benar sudah mampu membedakan mana item atau benda yang harus dilabel atau diidentifikasi sesuai dengan instruksi yang diberikan terapis.
h. Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka, huruf, dan lain-lain
Pada tahap ini setalah anak sudah bisa membedakan sesuatu dengan cara sebelumnya. Terapis mengajarkan konsep-konsep warna, bentuk, angka, dan lain-lain. Pada tahap ini membutuhkan alat peraga guna mendukung keberhasilan dalam pengajaran materi.
Dari beberapa pendapat mengenai teknik atau metode pelaksanaan terapi ABA (Applied Behavior Analysis),dapat disimpulkan bahwa metode ABA (Applied Behavior Analysis) merupakan metode yang terstruktur dan terukur dalam penerapannya.
2.3 Penerapan
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian penerapan adalah proses, cara, dan perbuatan menerapkan10. Menurut beberapa ahli penerapan ialah suatu tindakan atau perbuatan untuk mempraktekkan suatu
teori ataupun metode guna mencapai suatu tujuan tertentu dan telah terencana sebelumnya.
2.4 Autis
1. Pengertian Autis
Menurut istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme yang berarti paham11. Jadi, autisme dapat diartikan ialah suatu keadaan yang menyebabkan anak-anak hanya memiliki perhatian kepada dirinya sendiri.
Menurut Priyatna autism merupakan salah satu gangguan perkembangan pervasive yang ditandai dengan tampilnya abnormalitas pada domain interaksi sosial dan komunikasi12.
Menurut Gayatri Pamoedji, Autisme ialah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Gejala gangguan-gangguan tersebut mulai kelihatan sejak anak masih bayi atau sebelum berusia 3 tahun. Gejala gangguan perkembangannya diantaranya adalah:
Gejala tampak sebelum anak mencapai umur 3 tahun, ganguan perkembangan diantaranya dalam bidang :13
a. Komunikasi
13 A. Suryana. 2004. Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta: Proges Jakarta. 14 Priyatna, Andri. 2010. Amazing Autism : Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis.
Jakarta: Gramedia.
Disini perkembangan anak dalam hal komunikasi lebih lambat dari pada teman-teman yang seusia dengan mereka atau juga hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat sederhana saja disaat sebayanya sudah bisa berkomunikasi lancar.
b. Interaksi sosial
Anak tidak tertarik untuk bercengkrama atau berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.
c. Perilaku
Disini anak lebih senang menyendiri dan bermain sendiri dan tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditaik kesimpulan bahwa autis adalah anak autis ialah anak yang mengalami ketidakmampuan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial dan perilaku emosi serta anak autis lebih asyik dengan dunianya sendiri.
2. Klasifikasi Anak Autis
Menurut Handojo klasifikasi anak dengan kebutuhan khususnya (special needs) adalah :14
a. Autisma Infatil atau autisma masa kanak-kanak
Dalam mengenal anak autis paling bagus ialah diumur sebelum 3 tahum dikarenakan pada usia tersebut sedang pesat-pesatnya perkembangan otak anak. Jika sudah diatas usia 5 tahum
perkembangan otak ank sudah mulai melambat dan perilaku mulai terbentuk.
b. Sindroma Aspeger
Sindroma aspeger hampir sama dengan autisma infatil, yang membedakan ialah dalam hal kemampuan berinteraksi sosial. Mereka tidak tertarik untuk berinteraksi dan bercengkrama dengan teman dan lingkungan sekitar namun mereka masih cukup mampu untuk berkomunikasi hanya saja mereka sering memperlihatkan perilaku aneh.
c. Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak. Anak cenderung berperilaku berlebihan (Hiperaktif). d. Anak “Gifted”
Anak “Gifted” adalah anak dengan intelegensi yang mirip dengan intelegensi yang super (genius), tetapi yang memebedakan ialah perilaku mereka hampir sama dengan anak autis karena intelegensi yang super tesebut kadang kala mereka melakukan hal-hal yang tidak wajar.
3. Penyebab Autis
Menurut Gayatri Pamoedji penyebab autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi
susunan otak15. Namun penyebab utama dari gangguan autis masih belum ditemukan hingga saat ini dan masih dalam proses penelitian oleh para ahli namun ada beberapa hal yang bisa menyebabkan autis diantaranya faktor genetik, keracunan logam, vaksin, dan lain-lain.
Menurut Handojo penyebab autis adalah:16 a. Pada kehamilan trimester pertama
Pada usia kehamilan 0-3 bulan ialah masa dimana rentan- rentannya kandungan seseorang. Penggunaan obat-obatan tanpa resep dari dokter, penggunaan jamu peluntur, infeksi virus bisa menjadi penyabab autis
b. Proses kelahiran
Saat melahirkan secara normal dengan jangka waktu yang lama dikarenakan ada sebab-sebab tertentu salah satunya ialah gangguan nutrisi juga bisa menjadi salah satu penyebab anak autis. c. Sesudah lahir (Post Partum)
Saat bayi baru lahir ialah kondisi dimana ia sangat rentan terkena virus-virus. Keracunan logam beat, vaksin, MSG bisa juga menjadi fktor penyebab anak autis.
4. Ciri-ciri Anak Autis
Menurut Ginanjar ada beberapa ciri khas pada anak autis, yakni :17
17 Pamoedji, Gayatri. 2007. Seputar Autisme. Jakarta: Gramedia. 18 Handojo. 2008. Autisma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
19 Ginanjar S. Andriana. 2008. Panduan Praktis Mendidik Anak Autis : Menjadi Orang Tua Istimewa
a. Kesulitan berinteraksi sosial
Ciri-ciri ini adalah ciri yang paling menonjol yang terjadi pada anak autis, akrena mereka lebih senang menyendiri dan melakukan kegiatan sendiri dan jarang berinteraksi dengan teman sebaya
b. Komunikasi terhambat
Terlambatnya bicara juga merupakan ciri yang menonjol pada anak autis. Banyak diantara mereka yang tidak bisa berbicara atau hanya menguasai sejumlah kata hingga dewasa
c. Tingkah laku yang diulang-ulang dan memiliki minat yang terbatas Perilaku yang diualang-ulang (repetitive) itu contohnya berputar-putra, mengepalkan kedua tangan, dan mengoyangkan badan ke depan dan ke belakang secara berulang-ulang. Yang dimaksud dengan minat yang sempit ialah ketika anak menyukai satu benda maka ia aka terobsesi pada benda tersebut
d. Hiperaktif dan agresif
Tingkah laku hiperaktif ditandai dengan berlarian, memanjat, berputar- putar dan perilaku lain sebagainya sepanjang hari tanpa mengenal lelah. Tetapi ketika mereka dilarang untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai tingkah laku agresif mereka akan keluar. Tingkah laku tantrum atau mengamuk akan bereangsur sangat lama
e. Kedekatan pada suatu benda
Anak-anak autis memiliki kedekatan berlebih dengan suatu benda. Mereka betah belama-lama dengan satu benda tersebut tanpa mau ada
gangguan dari siapapun. Apabila benda itu mengamuk dan saat memainkan benda tersebut cara mereka cenderung berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.
f. Sensorik yang bermasalah
Kemampuan sensoik anak autis sangat terbatas, hal itu yang meneybabkan emreka mengalami berbaga kesulitan diantaranya kesulitan berbicara, kesulitan dalam menjalankan motorik halus dan kasar, kesulitan dibidang akademik.
g. Perkembangan tidak seimbang.
Perkembangan anak autis lebih lambat dari anak normal yang seumuran dengan mereka.