• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA KELAS IV SDN 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA KELAS IV SDN 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA GAMBAR SERI PADA KELAS IV SDN 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN

PELAJARAN 2011-2012

ADEN KAMALUDIN

1021.0580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

SILIWANGI BANDUNG 2012

ABSTRAK

Mengingat sangat kompleks dan rumitnya keterampilan dalam menulis tersebut, maka pembelajaran keterampilan menulis perlu diselenggarakan di sekolah-sekolah dengan sebaik-baiknya. Para guru bahasa Indonesia perlu mencari berbagai formula pembelajaran yang paling mudah sekaligus paling efektif dan efisien dalam menggelar pembelajaran menulis kepada para siswanya. Dalam memilih dan menentukan bahan, metode, teknik serta evaluasi pembelajaran misalnya, haruslah disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat kemampuan dan kompetensi kebahasaan yang mereka miliki. Selain itu, ruang lingkup menulis berada pada keterampilan (skill) dan bukan hanya semata-mata pengetahuan (knowledge) maka pembekalan antara teori dan praktek secara berimbang dan terencana merupakan salah satu faktor yang akan ikut serta menunjang keberhasilannya. Perihal perlunya pelatihan ini Badudu (1985:103) antara lain mengatakan keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan hanya dapat dicapai apabila siswa diberi kesempatan yang cukup untuk berlatih dan sekali lagi latihan. Menulis tidak lain dari memindahkan bahasa ke dalam wujud tulisan, dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Namun seringkali pula menulis itu dianggap sebagai suatu keterampilan berbahasa yang sulit, karena menulis dikaitkan dengan seni atau kiat, sehingga tulisan tersebut dirasakan enak dibaca, akurat, jelas dan singkat. Untuk mencapai ini memang memerlukan latihan dan pengalaman. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan peresapan, pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.

KATA KUNCI : MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

PENDAHULUAN

Muara akhir dari tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang digelar di persekolahan kita, dari mulai tingkat sekolah dasar hingga menengah, yakni agar para siswa terampil berbahasa Indonesia, yakni terampil menyimak, berbicara, membaca serta terampil menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut walaupun dapat dipilih secara sendiri-sendiri namun sejatinya merupakan sesuatu yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan hal itu Sutari, KY, dkk (1987:8) menyebut "hubungan antara keempat aspek berbahasa, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagai sesuatu yang Catur Tunggal."

Sesuai dengan urutan proses pemerolehannya, antara keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh para pembelajar bahasa. Di samping itu, keterampilan menulis juga

dianggap jauh lebih kompleks dan lebih sukar dikuasai oleh seorang pembelajar bahasa dibandingkan dengan ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal itu kiranya dapat dipahami karena keterampilan menulis merupakan kegiatan aktif produktif berbahasa yang di dalamnya mensyaratkan penguasaan aneka sandi serta kaidah-kaidah lambang bahasa tulis atau linguistik.

Sebagaimana dikemukakan oleh Burhan Nurgiantoro (1988:308):

Dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan aktivitas kognitif yang terlibat sewaktu menulis sangat kompleks, antara tingkatan kognitif yang satu dengan yang lainnya sangat erat dan tidak mudah dipisahkan. Selain itu dengan menulis siswa

(2)

dapat mengungkapkan kompetensi linguistik, personal,dan sosial sehingga dapat meningkatkan derajatnya dalam berkomunikasi.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tarigan (1990:186) bahwa:

Salah satu faktor kurang bergairahnya pembelajaran mengarang di sekolah antara lain disebabkan oleh cara mengajar para guru yang pada umumnya kurang bervariasi, tidak merangsang, dan kurang mampu meracik aneka metode dari sumber belajar sesuai dengan karakteristik para siswanya.

KAJIAN TEORI DAN METODE

A. Model pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, harus disadari agar siswa memiliki kemampuan berbahasa dan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia secara komunikatif, baik dalam menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Menurut Suriamiaharja (dalam Tarigan, 1996 :1), menyatakan bahwa: Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang -lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang - lambanga grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut Sedangkan Robert Lado (dalam Tarigan, 1996 : 1), mengatakan bahwa: Menulis adalah menempatkan simbol - simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol -simbol grafiknya.

Pengertian Karangan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan selalu berhubungan dengan bahasa. Hanya bahasa satu-satunya rumusan untuk mengarang. Itu sebabnya kacakapan menggunakan bahasa merupakan bekal utama dalam kegiatan mengarang. Dalam komunikasi sehari-hari kita memerlukan medium, karena dapat memberikan kemungkinan arti yang sangat luas, apabila dibandingkan dengan cara-cara lain. Di sekolah diberikan modal pengetahuan bahasa, bahkan dilatih pula untuk menggunakannya

dalam kegiatan menulis. Semua itu merupakan modal yang sangat berharga, dan modal itu harus dikembangkan lebih lanjut dalam kehidupan berbahasa yang sesungguhnya.

Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi bisa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. Jika hendak menulis bagaimana peraturan bermain sepak bola, cara kerja pesawat, bagaimana membuat tempe, misalnya, maka jenis tulisan eksposisi sangat tepat untuk digunakan. Ekposisi berusaha menjelaskan atau menerangkan. Parera (1993 : 5) mengemukakan bahwa "Seorang pengarang eksposisi akan mengatakan, Saya akan menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar Anda dapat memahaminya."

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk menulis karangan eksposisi maka, penulis harus memiliki pengetahuan memadai tentang objek yang akan digarapnya. Untuk itu, maka seorang penulis harus memperluas pengetahuan dengan berbagai cara seperti membaca referensi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji melakukan penelitian, misalnya wawancara, merekam pembicaraan orang, mengedarkan angket, melakukan pengamatan terhadap objek dan sebagainya.

Pengertian Karangan Narasi

Karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkerabangan dari waktu ke waktu (Semi, 2003:29). Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2000:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Karangan narasi adalah suatu karangan yang biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf

(3)

narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2). Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1) berbentuk cerita atau kisahan, 2) menonjolkan pelaku, 3) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4) disusun secara sistematis

peristiwa.

Media Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan dan di mana saja. Ini bisa dibuktikan dengan berubahnya tingkah laku seseorang yang bisa terjadi pada tingkatan pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Apabila proses tersebut dilaksanakan di sekolah (formal) maka perubahan yang terjadi pada siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. maka proses interaksinya adalah di kelas, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. sehingga media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Pengertian Media Pembelajaran

Kata "Media" secara harpiah adalah "perantara atau pengantar". Pengertian media sebagai sumber belajar adalah "Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan" (Djamarah dan Zein, 1996 : 136). Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidakjelasan guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran dapat terwakili dengan kehadiran media. Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pembelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pembelajaran haruslah jelas dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, apabila diabadikan media pembelajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.

Pengertian Cerita Gambar Seri

Gambar seri adalah sebagai perpaduan karya seni rupa atau seni gambar atau seni sastra yang berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan suatu cerita. Gambar-gambar itu biasanya dilengkapi kolom-kolom ucapan, adakalanya disertai narasi sebagai penjelasan (Enseklopedia Nasional, 1990:54, dalam Meita, 2000:16).

Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997:63), mengemukakan bahwa: Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan -karangan", juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa "Mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa".

Metode Penelitian

Setiap penelitian tertentu saja harus mempergunakan metode untuk pencapaian hasil memuaskan. Dalam metode penelitian ini, penulis sengaja mengambil metode eksperimen. Menurut Surakhmad (19:149) mengemukakan bahwa:

"Dalam arti kata yang luas, bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu akan menjelaskan bagaimana kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang perlu diselidiki."

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, rata-rata pembelajaran menulis dalam pretes yang tidak menggunakan media gambar seri diperoleh berdasarkan rumus.

 25 1749 M

Berdasarkan tabel di atas, diketahui ∑FX = 1749, sedangkan N 25. Dengan demikian, rata-rata nilai dapat dihitung sebagai berikut.

96 , 69 25 1749 Mpre

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui nilai rata-rata pembelajaran menulis pretes adalah 69,96. Berdasarkan data kemampuan menulis dalam pretes juga diketahui bahwa nilai tertinggi dan pelaksanaan tes awal tersebut adalah 78, nilai sedang adalah 69,

(4)

dan nilai terendahnya adalah 66, penulis ambil berdasarkan nilai dengan data yang telah disusun dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, akan penulis paparkan beberapa contoh kemampuan awal dan akhir menulis narasi.

Setelah diperoleh data hasil prates dan pascates, maka selanjutnya penulis akan mengambil nilai selisih hasil dari prates dan pascates seperti tertera pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan tabel di atas, maka sangat jelas bahwa telah terjadi perubahan antara pembelajaran Bahasa Indonesia sebelum dengan sesudah menggunakan media gambar seri. Secara umum selisih perbedaan antara keduanya adalah 2,8. Kemampuan nilai rata-rata siswa dalam penggunaan bahasa menunjukkan perubahan yakni dari 66 menjadi 71 selisih antara keduanya adalah 5 atau paling besar diantara tiga aspek tersebut. Sedang untuk aspek penggunaan narasi menunjukan perubahan dari 70 menjadi 72 dan selisih keduanya adalah 2. Serta untuk aspek paragraf dari 74 menjadi 74,8 atau paling kecil peningkatannya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai uji coba penggunaan media gambar seri dalam mengajarkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas IV Wangunjaya 4 Banjarwangi

Nilai rata-rata persiapan pengajaran yang dinilai oleh guru pengamat yaitu guru Banasa Indonesia yang mengajar di menunjukkan tingkat kebernasilan dengan perolehan rata-rata 72,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri berhasil dengan baik.

Nilai rata-rata pembelajaran menulis dengan menggunakan media gambar seri juga terbukti mengalami kenaikan. Kemudian, dalam pelaksanaan prates diperoleh nilai rata-rata sebesar 69,96 kemudian pada pembelajaran pascates diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,76

Keefektifan pembelajaran menggunakan model gambar seri dalam menulis karangan narasi yang diujicobakan pada siswa kelas IV 4 cilawu

Garut Kota terbukti. Hal tersebut ditandai dengan adanya selisih antara prates dengan pascates sebesar 2,8 selanjutnya dikuatkan dengan hasil uji Wilcoxon, karena Zhhung (-4,34)) berada diluar daerah penerimaan hipotesis nol (-1,96 sampai+1,96). DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta : Erlangga. AH, M. (1986). Sastra Apresiasi Manusia. Surabaya : PT. Bina Indra Karya.

Aininuddin (1995). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Bari Algesindo

Aprilia, E. (1998). Gambar Seri \SebagaiSalah Satu Alternatif Pilihan Media Pengajaran Manulis Kreatif Kelas II SMUN VII Bandung Tahun Ajaran 1996-1997 rSkripsi.

Arikunto, S. (1992). Produser Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmowiloto, A. (1995). Mengarang itu Gampang. Jakarta: Subentra Citra Pustaka.

Badudu, J.S. (1985). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Boneff, M. (1998). Gambar Seri Indonesia Jakarta: Gramedia.

Depdikbud (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.

Diponegoro, M. (1994). Yu nUlis Cerpen Yu. Yogyakarta: Salahudin Pres.

Fakhruddin A. (1998). Dasar-dasar Keterampilan Manulis. Jakarta : Depdikbud.

Hadi, S. (1983). Metodelogi Research, Yogyakarta: Andi.

Hamalik, O. (1989). Media Pendidikan. Bandung: C'tra Aditya Bakti.

Harres, K. ( 2001). Bacaan Gambar seri " Antara Manfaai dan Madarat". PR. Minggu, 9 Desember 2001.

Hasiuti, P.H. (1991). Pengajaran Bahasa dan Sastra dalam Makalah Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Keraf, G. (1991). Argumentasui dan Narasi.

Jakarta : Nusa Indah. (1997).

(5)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA GAMBAR SERI PADA KELAS IV SDN 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN

PELAJARAN 2011-2012

MAKALAH

ADEN KAMALUDIN 1021.0580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

SILIWANGI BANDUNG

2012

(6)

Referensi

Dokumen terkait

bahasa Jepang, Anda bisa mengemudi kendaraan dengan jangka waktunya selama 1 tahun dari hari. kedatangan ke Jepang atau sampai masa berlakunya SIM internasional,

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan desain cross sectional dan pengukuran variabel juga dilakukan pada saat yang sama (Sastroasmoro

Berdasarkan dari latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana besamya pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal di

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al- Qur‟an adalah keadaan tingk atan atau ukuran intensnya dalam kegiatan

Inflasi year-on-year bulan Juli 2015, dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 9,09 persen, diikuti oleh Kota Bandung sebesar

Untuk mengatasi hal tersebut, maka penulis membuat Penulisan Ilmiah ini yang berisikan sebuah program sederhana mengenai otomatisasi monitoring server, yaitu sebuah program yang

Untuk memperjelas penulisan ilmiah ini, penulis sertakan landasan teori perancangan sistem dan beberapa teori yang digunakan sebagai alat Bantu untuk merancang sistem sehingga

1) Siswa dikelompokan 5 atau 6 orang secara heterogen. Pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan