• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu. terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu. terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google,"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia. Contohnya penggunaan sosial media membuat masyarakat tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga mobilitas mereka menjadi rendah yang awalnya harus berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu memberikan ruang baru untuk bertemu. Masyarakat lebih memilih duduk manis di kursinya dengan smart phone daripada berjalan kaki menemui kerabatnya. Hal tersebut terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google,

“Kali ini, Google menggandeng lembaga riset GfK dalam melakukan surveinya kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya untuk melihat seberapa besar behavior (kebiasaan) pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Henky Prihatna, Country Industry Head Google Indonesia di dalam presentasi riset Google terbaru ini menjelaskan bahwa 61 persen masyarakat perkotaan indonesia rupanya `online` dengan menggunakan smartphone-nya dalam total waktu 5,5 jam per hari.Fakta berikutnya adalah sekiranya terdapat 16 aplikasi/situs berbeda yang digunakan sebanyak 46 kali per hari, dan bahkan mereka juga menggunakan aplikasi yang terinstal di smartphone-nya itu selama 26 hari di setiap bulannya.”

(tekno.liputan6.com, 2015)

Maraknya para konsumen seluler di Indonesia juga dipengaruhi oleh pola perdagangan yang menyasar masyarakat sebagai objek juga berdampak besar pada terjadinya obesitas. Bila sebelumnya restoran cepat saji hanya berada di kota-kota

(2)

2

besar, kini sudah menjangkau kota-kota kecil dan menjual produk dengan harga terjangkau. Apabila dibeli dalam jumlah besar dan terus-menerus, akibatnya dapat diduga yakni obesitas tidak hanya menjadi milik masyarakat pusat kota namun juga pinggiran kota. Lebih lagi, bilamana sebelumnya kita harus datang ke rumah makan untuk membeli makanan, sekarang sudah ada sistem delivery order yang membuat masyarakat semakin berpotensi malas-malasan dan kurang bergerak.

Seiring berjalannya waktu dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan, masyarakat era modern justru semakin sulit untuk melakukan pola hidup sehat, sehingga menyebabkan jumlah penyakit meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data dari UNICEF, setelah pulih dari krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia berhasil menjadi negara berpenghasilan kelas menengah dengan penghasilan per kapita sekitar US$ 4.000. Pengentasan kemiskinan dikalangan 236,7 juta penduduk sangat signifikan. Proporsi penduduk yang hidup kurang dari US$ 1 per hari, turun dari 20,6% di tahun 1990 menjadi 5,9% di tahun 20081. Peningkatan pendapatan tentu menyebabkan daya beli masyarakat semakin tinggi karena harga barang yang terjangkau dan berbagai jenis kebutuhan masyarakat sudah tersedia di pasaran serta mudah didapatkan. Hal tersebut membuat masyarakat semakin “membabi buta” untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat menjadi semakin konsumtif terutama untuk urusan perut.

(3)

3

Peningkatan pendapatan, kemudahan pemenuhan kebutuhan, dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan salah satu akibat yang muncul dari proses modernisasi yang begitu cepat di Indonesia. Modernisasimenurut Michael Watts dalam bukunya Reworking Modernity adalah suatu usaha untuk menghasilkan produk besar-besaran di

era abad 21. Peningkatan pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat menjadi prestasi yang baik bagi pemerintah dan masyarakat itu sendiri dalam bidang ekonomi, namun sayangnya hal tersebut belum disertai oleh peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Akibatnya, masyarakat semakin mampu mengkonsumsi apa saja yang diinginkannya dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut merupakan hal yang baik secara ekonomi, namun belum tentu baik dalam bidang kesehatan.

Pada tahun 1978, PT. Fast Food Indonesia, Tbk berhasil mendirikan restoran makanan cepat saji di Indonesia yakni Kentucky Fried Chicken (KFC), lalu disusul Mc. Donalds (MCD) pada tahun 1991. Pada tahun 1997 KFC berhasil menjual 196.400.311

produknya, hingga tahun 2002 KFC berhasil mencapai angka penjualan produk sebesar 715.185.1072. Menurut Blacker dalam Teori Transisi Demografi, masyarakat yang memasuki era global telah sampai pada tahap kelima transisi demografi yakni tahap declining atau kemunduran. Pola hidup masyarakat tidak sehat, merokok, kurang

berolahraga dan mengkonsumsi junk food atau fast food menyebabkan terjadinya degenerative diseases. Degenerative disease adalah penyakit yang menyebabkan

(4)

4

terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh3. Proses kerusakan ini berjalan seiring dengan usia dan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Masyarakat mulai bersikap masa bodoh terhadap asupan gizi bagi tubuhnya. Menurut Padmiari (2002), makanan yang tergolong fast food yakni donat, ayam goreng, hot dog, hamburger, pizza, dan soft drink (Badjeber, 2012.) Makanan tersebut membuat manusia mengalami kelebihan kalori sehingga menyebabkan obesitas atau kegemukan (kelebihan berat badan). Obesitas dapat terjadi akibat peningkatan nafsu makan dan masukkan makanan. Proporsi karbohidrat pada fast food terkategori baik, proporsi protein terkategori rendah, dan proporsi lemak terkategori tinggi. Proporsi lemak tinggi membuktikan bahwa fast food kaya akan lemak Menurut Maulana (1997) dalam Jurnal Media Gizi Indonesia, penyebab penyakit degenerative adalah lemak3.

Berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, data dari riset dinas kesehatan membuktikan bahwa status gizi pada kelompok dewasa berusia lebih dari 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas. Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa (> 18 tahun), berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Provinsi Tahun 2013, sebesar 14,76% penduduk Indonesia mengalami kegemukan. Presentase obesitas tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 24,07%, sedangkan presentase terendah yakni Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 6,23%. Data riset

(5)

5

dinas kesehatan juga menunjukkan bahwa, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7% lebih tinggi dari tahun 2007. Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa 32,9% naik 18,1% dari tahun 2007 yakni 13.9%. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan terjadi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki terutama pada usia 35-39 tahun. Pada usia tersebut, sepertiganya terjadi pada perempuan dan seperlimanya pada laki-laki. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi status gizi usia dewasa lebih dari 18 tahun di Provinsi DIY. Bahkan, DIY masuk dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi diatas nasional bersama dengan Jawa Barat, Bali, Papua, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Maluku Utara, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase penduduk dewasa obesitas di DIY yakni 15,76% sedangkan presentase penduduk dewasa kurus yakni 15,15%4.

Berdasarkan keprihatinan tersebut, Luigi Cornaro dalam karyanya Discourses on The Temperate Life (1558) menyatakan bahwa usia panjang merupakan hasil dari

kesederhanaan, olahraga, dan diet. (Turner, 2012 : 876). George Cheyne memiliki pandangan serupa tentang hubungan antara diet, kehidupan yang sehat, dan keteraturan tatanan sosial dalam karyanya The Natural Method of Cureing the Disease of the Body (1742) bahwa diet dapat membantu perpanjangan usia (Turner, 2012 : 877). Oleh karena itu, diet menjadi isu yang paling hits di kalangan masyarakat terutama anak

(6)

6

muda (mahasiswa). Informasi tentang diet juga mudah ditemukan, mulai dari buku, koran, koran online, web, hingga media sosial. Saya berfokus pada media online yang seringkali memberikan tips dan info penurunan berat badan hingga menghilangkan perut buncit. Tak jarang, dibalik tips dan info tentang diet diberikan, terdapat tujuan lain yaitu menawarkan produk tertentu yang menjanjikan tubuh langsing bagi konsumen. Selain penawaran produk, tips dan info tentang diet cenderung bersifat instan dan mudah dilakukan. Info dan tips yang ditampilkan cenderung menunjukkan cara-cara yang mudah dan cepat untuk memperoleh tubuh ideal. Selain itu, informasi tentang diet juga dikemas lebih menarik dengan tampilan “role model” yakni pemilik tubuh langsing, menu makanan diet sehat, dan produk atau suplemen diet semakin menarik perhatian para konsumen terutama para kawula muda. Berikut adalah contoh tips dan info tentang diet dari beberapa akun di media sosial, web dan koran online :

(7)

7

Gambar 2-7

Contoh Informasi dan Tips Diet di Media Online

(8)

8

Bagi kawula muda, diet dianggap paling solutif untuk mengatasi masalah kesehatan dan membuat tubuh menjadi langsing. Namun, seringkali mereka melakukan diet tanpa aturan yang jelas atau dalam istilah ilmu gizi dan kesehatan disebut Fad Diet. Fad Diet merupakan salah satu fenomena diet yang mengharuskan pelakunya

menghilangkan satu dari komponen makanan harian, mendapat iming-iming turun berat badan dalam waktu cepat, hanya mengasup 800 kkal per hari5. Astri Kurniati mengungkapkan bahwa banyak orang tergerak melakukan diet karena sejumlah faktor, baik karena khawatir akan obesitas, ingin segera langsing dan seksi agar bisa tampil lebih menarik menggunakan busana favoritnya. Bahkan, ada juga orang yang melakukan diet karena pengaruh lingkungan, dan pengaruh perkembangan teknologi. Namun, banyak orang yang salah kaprah memahami konsep diet. Hal tersebut terbukti dari hasil survey NASH (Non Alchocolic Steato Hepatitis) menemukan bahwa 18% remaja putri (kelas 8-10) melewatkan sarapan pagi, 7% melewatkan makan siang, dan 1% melewatkan makan malam sepanjang minggu (Krummel, 1996). Penelitian Koff dan Rierdan dalam Krowchuck (1998) yang dilakukan terhadap 206 remaja putri di tingkat 6 menyebutkan bahwa 50% yang berdiet melewatkan waktu makan dan 20% berpuasa6.

5 Kurniati.Asri. Manager Nutrition and Health Science dalam Kompas.com html pada tanggal 20 Mei

2015

6 https://us.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/63872_Maguire_CH1.pdf.html pada tanggal

(9)

9

Kemudahan-kemudahan yang dirasakan generasi muda saat ini terutama dalam usahanya mencapai “penampilan” secara fisik yang lebih baik tentu sangat menguntungkan. Menguntungkan, karena media, khususnya media online mampu mempengaruhi cara generasi muda dalam mengkonsumsi gaya hidup, salah satunya yakni diet. Oleh karena itu, saya ingin mengetahui tentang fenomena diet dikalangan mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda. Saya ingin mengetahui apakah mereka benar-benar berperan aktif dalam mengkonsumsi informasi online tentang tips-tips diet atau mereka sebenarnya adalah korban dari jebakan informasi online itu. Selain itu, saya juga ingin mengetahui apakah mereka benar-benar terjebak dalam informasi online atau justru terjebak dalam persepsi orang-orang di sekitarnya bahwa fad diet

adalah hal yang paling solutif dalam mencapai tubuh ideal dan rasa percaya diri sehingga persepsi itulah yang nantinya membawa seseorang pada motivasinya untuk menurunkan berat badan agar tubuh langsing dapat terwujud.

(10)

10 1.2 Masalah Penelitian

1.2.1 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan perilaku diet mahasiswa klaster sosio-humaniora UGM?

1.2.2 Hipotesa

Hipotesa Mayor

Tingginya intensitas responden mengakses informasi secara online diikuti dengan tingginya motivasi untuk menurunkan berat badan, serta tingkat pemahaman responden dalam mengakses informasi secara online akan mempengaruhi perilaku responden dalam melakukan diet.

Hipotesa Minor

 Terdapat hubungan antara pemahaman responden dalam memahami informasi secara online dengan perilaku fad diet.

Terdapat hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan tingkat persepsi melakukan diet.

 Terdapat hubungan antara tingkat pemahaman responen dalam memahami informasi secara online dengan tingkat persepsi melakukan diet.

(11)

11

 Terdapat hubungan antara tingkat motivasi melakukan penurunan berat badan dengan ketat atau tidaknya (tingkat) perilaku fad diet

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian survei ini adalah untuk mengetahui bagaimana new cultural intermediaries mampu mempengaruhi intensitas penerimaan informasi

tentang fad diet mahasiswa S1 kluster sosio-humaniora UGM angkatan 2012 sebagai variabel bebas yang juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman tentang diet dan motivasi seseorang untuk melakukan penurunan berat badan terhadap konsumsi jenis diet yang dilakukan (perilaku diet) oleh mahasiswa S1 kluster sosio-humaniora UGM angkatan 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti: Sebagai media pembelajaran dan pengembangan wawasan dalam penelitian ilmiah

Bagi Instansi Kepemudaan: Sebagai bahan masukan dan gambaran mengenai gaya hidup generasi muda, sehingga dapat memberikan terobosan baru dalam upaya menyeimbangkan gaya hidup generasi muda terutama dalm mengakses informasi secara online dan pola hidup sehat

Bagi Masyarakat: Terutama bagi generasi muda, agar lebih memperhatikan gaya hidup terutama dalam bidang kesehatan. Selain itu, diharapkan generasi

(12)

12

muda lebih bijaksana dalam menggunakan piranti dengan teknologi modern untuk mengakses informasi.

1.5 Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan penelitian tentang konsumsi Fad Diet, yakni penelitian yang dilakukan oleh Andrea Pedtke (2001). The Prevalence of Fad diets on a College merupakan studi tentang fad diets di Ball State University

dengan 289 responden yang terdiri dari 76 responden pria dan 213 responden wanita. Hasilnya, sepertiga subjek (n=93) yang terdiri dari 10 pria dan 83 wanita sudah pernah mencoba fad diet. Selanjutnya, Sundari Hana Respati berjudul “Status Gizi, Harga Diri, dan Citra Tubuh dalam Perliaku Fad Diets pada Remaja Putri SMA Negeri 6 Yogyakarta” Latar belakang penelitiannya yakni masa remaja yang memasuki masa pubertas tentu mulai memperhatikan tubuh mereka dan merasa bahwa daya tarik fisik sangat penting karena akan mempengaruhi dukungan sosial dan popularitas di antara teman-temannya. Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 284 siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta membuktikan bahwa sebanyak 75 siswi (26,4%) sedang melakukan upaya penurunan berat badan dan seluruhnya melakukan fad diets. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan yamg signifikan antara citra tubuh dengan perilaku fad diets (p-value=0,997), namun tidak terdapat hubungan antara harga diri dengan perilaku fad diets (p-value=0,997).

(13)

13

Kesimpulan dari hasil penelitian ini yakni, status gizi dan citra tubuh berhubungan dengan perilaku fad diets, tetapi harga diri tidak berhubungan dengan perilaku fad diets7.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yulianti Kurnianingsih pada tahun 2009 berjudul Pengaruh Faktor Lingkungan dan Faktor Individu terhadap Perilaku Diet Remaja Putri SMA Negeri 4 Depok. Hasil penelitian dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan sebanyak 37.4% responden berdiet untuk menurunkan berat badan. Faktor status gizi, citra tubuh, pengetahuan gizi, pengaruh keluarga, teman sebaya, media massa dan tokoh idola menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan diet penurunan berat badan8. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah fokus penelitian, variabel penelitian, lokasi, dan jumlah populasi.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Informasi adalah iklan

Informasi adalah pesan yang disampaikan dari satu pihak ke pihak lain yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu. Informasi dalam penelitian ini memiliki

7 etd.repository.ugm.ac.id. html pada tanggal 19 September 2015

8 http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125356&lokasi=lokal. html pada tanggal 19

(14)

14

fungsi yang bersifat dualitas seperti sebuah logam yang tidak bisa dipisahkan kedua sisinya. Pada satu sisi, informasi bersifat memberikan pengetahuan baru, di sisi lain, informasi bertujuan untuk mempengaruhi para konsumen informasi. Informasi dalam penelitian ini merupakan sebuah pesan atau anjuran yang berisfat mempengaruhi agar informasi tersebut segara diterima dan dilakukan oleh para penikmat informasi. Informasi tentang diet merupakan sebuah pesan yang bersifat “anjuran” bagi para calon konsumen diet maupun konsumen diet itu sendiri. Iklan berkedok informasi biasanya diawali dengan kata: ‘tips’ dan ‘fakta’. Misalnya: tips penurunan berat badan dengan keju. Intinya, informasi diberikan bukan hanya untuk memberikan pengetahuan baru yang belum tentu terbukti kebenarannya melainkan juga sebuah iklan agar informasi tersebut diterima dan dilakukan oleh para calon konsumen (pelaku fad diet).

1.6.2 Pengaruh informasi sebagai produk dari new cultural intermediaries dalam pembentukkan fantasi tubuh ideal

Menurut Lacan, ego adalah konsep yang rumit dan mencakup gambaran subjek tentang dirinya sendiri terutama tubuhnya (Hill, Philip, 2012:75). Selain ego, Lacan juga berbicara tentang fantasi. Dalam hal ini, peneliti membagi 3 komponen kunci yakni pemuda, media, dan konsumsi, serta satu kunci penghubung yakni khayalan atau fantasi. Fad diet dilakukan agar

(15)

15

mereka lebih dekat dengan fantasi mereka yakni tubuh ideal atau tubuh langsing. Dalam fenomena fad diet, pemuda bisa terjebak pada salah satu atau dua status atau mungkin pada keduanya yaitu status sebagai produsen dan konsumen. Peneliti lebih memilih sisi konsumerisme karena kegiatan konsumsi lebih dominan dilakukan oleh para pelaku fad diet sebagai upaya menjaga fantasi diri ideal. Berkaitan dengan fenomena tersebut, peran media sangatlah kuat, Media membuka jalan bagi kapitalisme hingga mampu menyentuh struktur emosional para pelaku fad diet. Individu seolah-olah menjadi hamba media.

1.6.3 Hasil produksi dari new cultural intermediaries

Penelitian tentang Fad Diet berkaitan dengan apa yang diungkapkan oleh Bordieu tentang new cultural intermediaries. New cultural intermediaries adalah para perantara kebudayaan baru, karena melalui merekalah, batas-batas area kebudayaan yang semula tertutup dapat diakses dan menjadi milik publik. Cultural intermediaries merupakan sekelompok taste makers yang mampu

memproduksi masyarakat konsumer yang bukan hanya mengkonsumsi barang, melainkan juga taste atau “rasa”. Dalam hal tersebut beroperasi prinsip yang disebut Antonio Gramsci sebagai prinsip hegemoni, yaitu penguasaan lewat dominasi kultural secara halus dan tak tampak (Peterson, dalam Piliang, 2011: 430) Dominasi kultural yang dimaksud adalah dominasi terhadap taste pada

(16)

16

konsumer fad diet. Sehingga, konsumer fad diet dapat dikatakan sebagai korban hegemoni new cultural intermediaries.

“At a general level, this entails what Bourdieu calls the ‘ethical retooling’ of consumer culture: the new class fractions pursue – and encourage others to adopt – a ‘hedonistic morality of consumption, credit, spending and enjoyment’ in place of an ‘ascetic ethic of … abstinence, sobriety, saving and calculation.”

(Bordieu dalam Smith Maguire dan Matthew, 2014: 2).

1.6.4 Online Consumption

Komunikasi massa didefiniskan sebagai didefinisikan melalui sistemisasi media teknik dan kode melalui sistemisasi pada tingkat media teknik dan kode, melalu produksi sistematis pesan-pesan, bukan mulai dari orang, tetapi berangkat dari medium itu sendiri. 9 Para perantara kebudayaan baru berhasil menciptakan informasi tentang diet dan menggiringnya dalam dunia realitas virtual. Paul Virilio di dalam Open Sky menggunakan istilah real time untuk menjelaskan migrasi besar-besaran manuisa urban dari lingkungan fisik urban ke dalam lingkungan virtual yaitu cyberspace10. Proses konsumsi dalam dunia online mulai terjadi ketika mereka menyentuh handphone atau

9 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Hlm 157.

(17)

17

laptop nya dan melakukan koneksi dengan dunia maya. Proses konsumsi

selanjutnya bersifat lebih mendalam yaitu berkomunikasi di media sosial, mencari informasi di google, belajar, hingga berbelanja (membeli barang secara online).

Media online yang memiliki informasi yang beragam dan luas membuat konsumen informasi memiliki kecenderungan untuk terlibat aktif dalam penggunaan media dengan memilih dan menentukan sendiri informasi sesuai dengan kebutuhannya. Melihat fenomena tersebut, peneliti menggunakan teori penggunaan dan kepuasan atau uses and gratification theory sebagai salah satu teori yang membicarakan tentang konsumsi informasi di media. Teori penggunaan dan kepuasan menjelaskan bahwa konsumen atau dalam bahasa lain audiens, menentukan sendiri media yang ingin digunakan. Terdapat motif yang melandasi pemilihan media, motif tersebut berusaha dipenuhi untuk mendapatkan kepuasan sesuai dengan harapan pengguna media. Uses menjelaskan mengenai motif yang melandasi pemiihan informasi di media online dan gratification menjelaskan pemenuhan akan motif tersebut. Jadi bila

disatukan diharapkan terdapat kesesuaian antara motif pemilihan informasi dari media online dengan kebutuhan menjalankan fad diet dan keberhasilan menurunkan berat badan.

(18)

18

1.6.5 Masyarakat konsumer adalah para konsumen di era kapitalisme akhir.

Para pelaku Fad Diet adalah para konsumen atau bagian dari masyarakat konsumer. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Baudrillard tentang masyarakat konsumsi. Para konsumen dikatakan bisu karena mereka cenderung bersikap pasif atau diam ketika mereka sedang mengkonsumsi sesuatu. Konsumen sangat menikmati apa yang ia belanjakan, membelanjakan berarti melakukan melakukan Fad Diet. Proses menikmati berarti proses melakukan dengan baik, teratur, dan tidak mengeluh pada apa yang sedang ia nikmati. Hal tersebut terjadi karena seseorang yang melakukan fad diet tidak mendasarkan tindakannya pada pada logika kebutuhan melainkan

pada logika imajinasi dan logika hasrat. Menurut Gilles Deluze dan Felix Guattari, di dalam Anti-Oedipus, hasrat tidak akan pernah terpenuhi, karena ia selalu direproduksi dalam bentuk yang lebih tinggi oleh apa yang disebutnya dengan mesin hasrat- istilah yang mereka gunakan untuk menjelaskan reproduksi perasaan kekurangan di dalam diri secara terus-menerus (Piliang, 2011: 150). Konsumen akan terus menyandang gelar sebagai “masyarakat konsumer” karena mereka terus-menerus melakukan konsumsi berdasarkan pada hasrat yang pada akhirnya, hasrat tidak akan terpenuhi oleh sebuah objek hasrat. Fad Diet yang dilakukan semakin tidak jelas maknanya, semakin tidak mampu memenuhi hasrat sehingga apa yang mereka lakukan atau apa yang

(19)

19

mereka konsumsi adalah sesuatu tanpa makna dan pada akhirnya, mereka tetap menikmati kehampaan makna tersebut. Akibatnya, mereka akan tetap disebut sebagai masyarakat konsumer bisu. Menurut Baudrillad, kita tidak lagi mengontrol objek, akan tetapi dikontrol oleh objek-objek. Ketimbang menguasai simbol, status, prestise lewat objek-objek konsumsi, kita justru terperangkap di dalam sistemnya (Piliang, 2011: 148).

1.6.6 Konsumsi Objek atau Konsumsi Tanda Paling Indah : Tubuh11

Teori Baudrillard tentang konsumsi yang terkenal adalah konsumsi tanda. Kehidupan masyarakat modern tidak akan pernah lepas dari media yang mampu menciptakan ledakan fantasi hingga mengalahkan realitas. Pada titik inilah, kegiatan konsumsi tidak lagi dilihat manfaat atau nilai tukarnya, melainkan makna atau tanda atau simbolnya. Berkaitan dengan keberadaan “tubuh”, media melalui iklan menawarkan produk yang dikemas sebagai “tanda” sehingga masyarakat juga akan menkonsumsi “tanda.” Hal tersebut terbukti dari iklan yang selalu menampilkan: mode, diet, obsesi awet muda, kecantikan, langsing, dan kejantanan/kefeminiman. Penelitian tentang fad diet juga memandang tubuh sebagai objek yang dipaksa untuk mengkonsumsi fantasi. Fantasi akan tubuh ideal dan pujian dari teman sepermainan. Bagi masyarakat khususnya wanita, kecantikan dan tubuh langsing menjadi sesuatu

(20)

20

yang mutlak harus terwujud. Tubuh dipaksa mengkonsumsi objek yakni program diet berjenis fad. Jadi, tubuh berperan sebagai objek yang juga mengkonsumsi objek. Pemilik tubuh dapat menentukan apa yang dikonsumsi oleh tubuhnya sehingga tubuhnya mampu memberikan tanda bagi lingkungan sekitarnya. Secara tidak sadar, pemilik tubuh menjual tubuhnya dengan memberikan tanda bagi orang di sekitarnya. Tubuh dipaksa mengkonsumsi program fad diet agar tanda bahwa ia adalah pribadi yang langsing dan ideal dapat tersampaikan pada orang-orang di sekitarnya.

1.6.7 Konsumen Fad Diet sebagai korban hiperrealitas.

Baudrillad melihat komoditi sebagai fenomena hiperrealitas. Masyarakat kita bergerak menuju kondisi hyper, masyarakat semakin tidak mampu membedakan antara realitas dan halusinasi, antara fakta dan rekayasa. Masyarakat kita disodorkan pada rekayasa dan fantasi tentang tubuh ideal oleh para new cultural intermediaries. Masyarakat akan terus disodorkan pada komoditi mulai dari gosip, skandal, kesehatan, kecantikan, penyakit, hingga kematian. Akibatnya, masyarakat akan tetap berada pada kondisi hiper-modernitas. Hiper-modernitas yaitu kondisi ketika segala sesuatu tumbuh cepat, ketika tempo kehidupan menjadi semakin tinggi, ketika setiap wacana (ekonomi, seni, seksual) bertumbuh ke arah ekstrim (Piliang, 2011:154). Konsumer fad diet menjadi tidak mampu membedakan mana fantasi atau

(21)

21

angan-angan dan mana realitas atau kenyataan. Fantasi tubuh ideal akan tetap menjadi fantasi karena diet yang dilakukannya tidak sesuai dengan realitas atau “real diet”.

(22)

22

Bagan 1

Kerangka Teori

Informasi Fad Diet

Pengetahuan Pengaruh atau pesan yang bersifat memperngaruhi

Iklan sebagai New Culutral Intermediaries

Ditolak Diterima

Calon Konsumen Fantasi yakni pemilik tubuh Produksi Tips Fad Diet

atau Crash Diet atau

Instant Diet Produksi Fantasi

Kecantikan Produksi Fantasi

Tubuh Indeal

Konsumsi Fantasi (Fantasi sebagai objek)

Goal : Pemilik tubuh memberi tanda bagi orang

disekitarnya

(23)

23 1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi kuantitatif.

1.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilaksanakan. Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah Kluster Sosio Humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah Mada. Alasan peneliti memilih penelitian ini adalah keterjangkauan dalam proses penelitian karena peneliti juga berada dalam lingkungan kampus yang berdekatan satu dengan yang lain.

1.7.2 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Soffan Effendi, 2008:152). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa S1 Kluster Sosio Humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah Mada angkatan 2012. Berdasarkan data mahasiswa yang telah melakukan

(24)

24

registrasi yang penulis peroleh dari twitter @info_SNMPTN pada tahun 2012, maka jumlah populasi kira-kira berjumlah 1949 mahasiswa12.

Sampel

Dari 1949 mahasiswa tersebut, akan diambil 100 mahasiswa sebagai responden. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa dari 6 fakultas yang berbeda dengan teknik non probability sampling, dengan rumus sebagai berikut: 𝑛 =𝑧2.𝑃.𝑄 𝑇2 = (1,96)2.50.50 10% =3,84.50.50 10% = 96 Keterangan: n : jumlah sampel Q : jumlah populasi

Z2 : Kepastian benar yang diinginkan

P : Proposisi populasi

T : Persentase toleransi ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir

(25)

25

Saya juga menambahkan kurang lebih 20 responden dengan harapan, penelitan ini lebih representatif sehingga benar-benar mampu menggambarkan intensitas penerimaan informasi di media online dan perilaku diet mahasiswa sosio humaniora 2012. Selain itu, saya juga menggunakan teknik sampling random kedatangan, yaitu menjadikan siapa saja mahasiswa sosio humaniora angkatan 2012 yang secara kebetulan dijumpai di area kampus. Saya menanyakan angkatan berapa mereka dan berasal dari fakultas mana. Apabila mereka masuk dalam kriteria sebagai responden, maka saya memberikan kuesioner saat itu juga. Teknik tersebut penulis pilih karena populasi dalam penelitian bersifat homogen yakni keseluruhan populasi adalah mahasiswa dengan rentang usia yang sama yakni 20-25 tahun. Selain itu, lingkungan kampus yang saling berdekatan membuat saya lebih mudah untuk menjumpai mereka.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Strategi pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan penelitian menggunakan instrumen penelitian kuesioner yang penulis susun sendiri (self-administred questionaires) karena populasi cukup banyak, sehingga sulit bagi

peneliti untuk menggunakan wawancara dan observasi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Berdasarkan dimensi waktu dan ruang

(26)

26

pengumpulannya, data yang penulis kumpulkan termasuk dalam data antar ruang (cross-sectional data). Data penulis kumpulkan dalam periode tertentu yakni satu bulan untuk mengamati perilaku diet mahasiswa di beberapa fakultas.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Soffan Effendi, 2008:263). Analisa data dalam kajian ini menggunnakan analisa deskriptif untuk memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan antara frekuensi penerimaan informasi diet dengan perilaku diet di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan statistik inferesial dengan uji korelasi bivariat dan regresi untuk mengkaji hubungan 2 variabel yakni variabel x yaitu intensitas penerimaan informasi fad diet dengan variabel y yaitu tingkat konsumsi fad diet.

1.7.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Indikator

Penulis memiliki 3 variabel, variabel pertama yakni intensitas penerimaan infomasi fad diet (dari new cultural intermediaries) sebagai variabel bebas, tingkat pemahaman akan diet yang benar (real diet) dan motivasi diet sebagai variabel intervening dan konsumsi fad diet sebagai variabel terikat.

(27)

27

Variabel independen:

a. Intensitas penerimaan informasi tentang fad diet, dapat diperoleh dengan:

Indikator:

1. Frekuensi penerimaan informasi tentang diet

2. Berfokus pada media online, situs atau media sosial apa yang sering diakses

3. Situs atau media sosial yang sering diakses untuk menemukan informasi diet

Skala: Nominal dan Ordinal

Variabel Intervening

b. Pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti pada apa yang akan dilakukannya. Tingkat pemahaman informasi tentang diet berarti seberapa besar kemampuan seseorang untuk mengerti dan mampu mencerna informasi dengan baik sehingga dapat memilih diet seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Program diet yang dipilihnya merupakan hasil dari pemahaman seseorang dari informasi yang dia peroleh. Tingkat pemahaman tentang diet yang benar dapat diperoleh dengan:

Indikator:

(28)

28

2. Strategi atau diet jenis apa yang dilakukan (real diet atau fad diet)

Skala: Nominal

c. Motivasi

Motivasi merupakan sebuah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dorongan tersebut bukan hanya berasal dari diri sendiri melainkan juga dari orang lain, iklan, dan juga lingkungan di sekitarnya. Motivasi merupakan sebuah keinginan yang masih berada “di dalam” diri seseorang dan apabila motivasi itu kuat, nantinya akan diwujudnyatakan dalam perilaku. Motivasi sesorang tentang diet ada beragam, antara lain: ingin segera langsing, segera mendapatkan pasangan, ingin menggunakan busana favorit, ingin lebih percaya diri dll. Tingkat motivasi seseorang melakukan diet dapat diperoleh dengan:

Indikator:

1. Ukuran tubuh yang seberapa yang responden inginkan

2. Alasan mengapa responden ingin melakukan diet

3. Berasal dari mana munculnya keinginan responden melakukan diet (diri sendiri, orang lain, atau media)

Skala: Nominal dan Ordinal

(29)

29

d. Perilaku fad diet

Perilaku merupakan sesuatu yang terwujud secara nyata dan dapat diamati secara empiris. Perilaku diet seseorang merupakan hasil dari perpaduan antara membaca atau mencemati informasi yang diperoleh, lalu informasi tersebut dipahami, dan ditambah dengan motivasi seseorang melakukan diet. Singkatnya, perilaku bersumber dari informasi, pemahaman akan informasi, dan motivasi seseorang untuk berperilaku. Perilaku tentang diet dalam penelitian ini dapat dikaji dengan:

Indikator:

1. Berhasil atau tidaknya program diet yang dilakukan

2. Jangka waktu program diet (instan atau tidak) : apakah berat badan turun secara drastis atau tidak

3. Berapa kali melakukan diet

4. Berapa lama melakukan diet

Skala :

Nominal, yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu : Real Diet dan Fad Diet

(30)

30 1.7.6 Matrik

Dari variabel dalam penelitian yang sudah penulis tentukan di atas dapat dibuat matrik kausal sebagai berikut:

Variabel Independen X1 X2 X3 X4 Variabel Dependen X1 0 1 1 1 X2 0 0 1 1 X3 0 0 0 1 X4 0 0 0 0 ∑ 0 1 2 3

X1 : Intensifitas penerimaan informasi tentang diet

X2 : Tingkat pemahaman informasi tentang diet

X3 : Motivasi melakukan diet

(31)

31

Hubungan dari keempat variabel dapat dinyatakan sebagai berikut :

1.8 Kerangka Pemikiran

Berbagai informasi tentang kesehatan terutama tentang diet dapat dengan mudah diperoleh dari berbagai media, khususnya media online. Banyaknya info tersebut seharusnya mampu membuat masyarakat semakin paham tentang diet. Pemahaman itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan diet sesuai dengan apa yang diinginkan. Perpaduan antara informasi, pemahaman pada informasi, dan motivasi menyebabkan seseorang melakukan diet.

X1

X2

X4 X3

(32)

32

Bagan 2 Kerangka Pemikiran

1.8.1 Konsumsi Informasi di Media Online

Konsumsi adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinganannya, baik berupa barang maupun jasa. Konsumsi menurut Baudrillard bukanlah sesuatu yang dilakukan individu untuk mendapat kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan, melainkan adalah suatu struktur (atau fakta sosial Durkheiman) yang bersifat eksternal dan bersfat memaksa individu. Konsumsi bukan hanya pada barang jasa melainkan semua hal lain. Menurut Baudrillard segala hal bisa menjadi objek konsumen. Walhasil, konsumsi mencengkeram Informasi diet dalam

media online ( tips dan info) Mendorong Pemahaman informasi tentang diet Mendorong Munculnya motivasi menurunkan berat badan Perilaku Diet

(33)

33

kehidupan manusia13. Maka, informasipun dapat menjadi objek konsumsi. Piranti dan jaringan internet yang digunakan untuk mengakses informasi merupakan perantara proses konsumsi informasi. Apa, bagaimana, dan dampak informasi dari dunia virtual bagi masyarakat akan dibahas pada paragraf selanjutnya.

Informasi berasal dari bahasa latin yaitu Informationem yang artinya konsep, ide, atau garis besar. Menurut Raymond Mc.Leod, informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti penting bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan, baik saat itu juga maupun masa mendatang14. Informasi dalam penelitian ini merupakan berbagai tips dan info tentang fad diet. Media online merupakan sekumpulan karya jurnalistik (berita, informasi, artiekl, dsb) yang disajikan secara online. Media online dalam penelitian ini berfokus pada media jejaring sosial. Media jejaring sosial berfungsi memfasilitasi penggunanya untuk melakukan interaksi sosial. Berikut adalah interaksi sosial yang bisa dilakukan di media jejaring sosial: Berkirim pesan, berbagi informasi, berbagi video atau gambar, berdiskusi, dan bertanya jawab.15 Berkaitan dengan intensitas konsumsi

13 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana (hlm:xxxv) 14 seputarpengetahuan.com html pada 19 September 2015

(34)

34

informasi di media online, Asosiasi Penyedia Jasa Internet (APJII) telah melakukan riset bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai angka 88,1 juta jiwa. Lebih rinci lagi dijelaskan bahwa akses internet melalui smartphone mencapai 85%. Berdasarkan wilayah, DKI Jakarta menjadi wilayah dengan persentase penetrasi paling tinggi dengan 65% pengguna internet, disusul oleh Yogyakarta sebesar 63%.16 Berkaitan dengan konsumsi informasi di media online, berikut adalah alasan masyarakat mengakses internet :

Gambar 1

Alasan Mengakses Internet PC

(35)

35

Sumber: Pusat Kajian Komunikasi Informasi Univeritas Indonesia, 14 April

2015

Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa sebesar 71,7% pengguna mengakses internet untuk sarana komunikasi dan 65,3% pengguna mengakses internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut membuktikan media online memberikan pengaruh yang besar dalam proses konsumsi informasi dan sarana bersosialisasi.

1.8.2 Motivasi dan Persepsi Melakukan Diet

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu tersebut berbuat sesuatu. Motivasi secara psikologis adalah suatu kesadaran untuk melakukan sesuatu demi pencapaian tertentu. Motivasi dalam hal ini merupakan sesuatu yang bersifat sangat positif yakni bagaiamana seseorang melakukan perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu.

. Intinya, dalam pengertian psikologi kontemporer postivistik, motivasi selalu bermakna positif yakni bagaimana seseorang secara sadar, hendak berjuang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, saya akan menggunakan kata “motivasi” pada konteks tentang bagaimana konsumen memiliki kesadaran dan keinginan untuk mewujukan tubuh ideal dan menurunkan berat badan sesuai dengan fantasi atau tujuan yang bersifat rasional yang akan dicapai yakni tubuh langsing dsb.

(36)

36

Melihat hal tersebut, yang memandang bahwa motivasi bersifat sangat positif, saya ingin mengkaji motivasi secara sosiologis. Menurut Max Weber, motivasi adalah proses yang berkaitan dengan proses rasionalisasi. Motivasi adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu melalui konstruksi kesadaran secara subjektif untuk mencapai target yang bersifat rasional. Kalimat kunci pengertian motivai terletak pada “mencapai target yang bersifat rasional.” Padahal, rasional terkadang tidak rasional. Rasional menurut kita belum tentu rasional bagi orang lain di sekitar kita. Tujuan yang bersifat rasional sesuai dalam penelitian ini adalah sesuatu yang masih menjadi fantasi yakni tubuh ideal, sehat, langsing, cantik, dan tinggi. Bagi mahasiswa, tubuh ideal, langsing, cantik, dan tinggi adalah seuatu tujuan yang bersifat rasional. Kalimat kunci kedua adalah “konstruksi kesadaran subjektif.” Motivasi merupakan konstruksi kesadaran subjektif berarti konstuksi kesadaran dapat berasal dari dirinya sendiri namun juga dari konstruksi orang lain yang pada akhirnya diterima dan dikonstruksikan dalam dirinya sendiri sehingga membentuk motivasi. Dengan kata lain, persepsi dari orang lain yang dikonstruksikan tersebut, mereka konstruksikan secara subjektif sehingga muncul-lah motivasi.

(37)

37

Motivasi berbeda dengan persepsi. Secara psikologis persepsi adalah serangkaian langkah yang dimulai lewat rangsangan di dalam lingkungan, dan bertujuan agar kita mampu menginterpretasikan rangsangan atau stimulus itu. Itu adalah proses yang berlangsung secara tidak sadar dalam keseharian kita. Dengan kata lain, persepsi adalah keadaan dimana kita memperoleh rangsangan atau stimulus dari lingkungan (environment), mengkonstruksikan rangsangan tersebut, lalu merespon stimulus atau rangsangan tersebut.

Pembedaan antara motivasi dan persepsi tersebut saya tekankan karena dalam pemikiran psikologi postivistik (yang dominan saat ini), motivasi selalu dikonstruksikan sebagai sesuatu yang positif. Padahal, pemahaman hermenutik tentang motivasi yang berasal dari kata “motif” tidak selalu bersifat positif, namun konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang motivasi adalah hal yang positif. Oleh karena itu, saya harus kembali ke pemahaman Weber tentang versetehen, bahwa posisi persepsi lebih netral daripada motivasi karena motivasi adalah hasil dari konstruksi.

Motivasi adalah sebuah konstruksi dan persepsi adalah psikologikal respon. Persepsi adalah unsur subjektivitas kita. Pengertian persepsi secara psikologis maupun sosiologis sama yakni bagaimana kita merespon sesuatu sesuai dengan pendapat kita sendiri tanpa adanya konstruksi dari manapun. Namun, motivasi secara psikogis dan sosiologis berbeda. Motivasi secara

(38)

38

psikologis dipahami sebagai sesuatu yang sangat positif yakni terkait dengan perjuangan untuk mencapai sesuatu yang bertujuan rasional. Padahal rasional atau tidaknya sebuah tujuan bukanlah hal yang pasti. Tujuan yang ingin dicapai seringkali dianggap rasional padahal belum tentu rasional. Motivasi tubuh langsing selama 7 hari bagi orang kegemukan, akan menjadi tujuan yang sangat tidak rasional sehingga motivasinya meurunkan berat badan bukan untuk mencapai tujuan yang rasional.

Selain itu, persepsi lebih bersifat netral karena berasal dari unsur subjektivitas kita dan bersifat “murni” karena berasal dari diri kita sendiri. Sedangkan motivasi merupakan kesadaran subjektif yang sudah “tercemar” oleh persepsi dari orang lain, bukan murni dari diri sendiri. Persepsi orang lain merupakan polutan bagi terbentuknya motivasi seseorang untuk melakukan usaha penurunan berat badan. Motivasi bersifat tidak netral karena sesungguhnya, motivasi merupakan hasil perpaduan antara konstruksi persepsi diri sendiri dengan konstruksi persepsi dari orang lain. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, motivasi menurunkan berat badan yakni mencapai tubuh langsing, ideal, dan cantik. Motivasi tersebut bukan hanya berasal dari dirinya sendiri tetapi merupakan hasil dari persepsi orang lain tentang pencapaian tubuh ideal.

(39)

39

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya akan tetap menggunakan istilah “motivasi” dan “persepsi” dalam tulisan ini, namun membedakan penggunaannya. Persepsi tertuju pada orang yang mengkonsumsi sesuatu yakni mengkonsumsi informasi, tips, program diet, produk diet dsb. Motivasi tertuju pada orang-orang yang hendak mencapai tujuan dan target yang nampaknya rasional yakni menurunkan berat badan agar memiliki tubuh langsing, tubuh sehat dsb.

1.8.3 Pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang apa yang ia terima dari lingkungan di sekitarnya atau dari apapun yang berada di luar dirinya. Pemahaman yang baik tentu akan menghasilkan perilaku yang baik pula. Pemahaman dalam penelitian yaitu pemahaman responden terhadap informasi yang ia peroleh di media sosial tentang diet, real diet, dan gizi. Apabila responden dapat memahami apa itu diet, bagaimana caranya, dan apa saja yang harus dipenuhi agar diet dapat berhasil dan tujuan diet tersebut dapat tercapai.

1.8.3 Perilaku Diet dan Konsumsi Fad Diet

Motivasi merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan penggerak dalam diri individu yang memberikan arah dan tujuan pada perilakunya. Maka, perilaku tidak akan ada apabila individu tidak memiliki kebutuhan dan

(40)

40

motivasi. Perilaku diet seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan individu untuk mencapai keseimbangan karena ia merasa ada yang tak seimbang dalam dirinya. Misalnya, individu tersebut termasuk dalam kategori obesitas, tentu ia merasa ada yang tidak seimbang dengan dirinya, oleh karena itu, diet menjadi kebutuhan. Berkaitan dengan motivasi, apakah ia berdiet karena ingin langsing saja atau ingin langsing dan sehat, atau agar lebih percaya diri, tentu seseorang memiliki banyak motif baik biogenetis mau sosiogenetis dan hal tersebut mempengaruhi diet yang seperti apa yang akan mereka lakukan. Diet yang real diet atau fad diet.

Diet berasal dari bahasa Yunani, yaitu diaita yang berarti cara hidup. Definisi diet menurut tim kedokteran EGC tahun 1994 (Hartiantri, 1998) adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang dimakan oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang untuk mencapai tujuan dan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan tertentu. Diet dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai usaha membatasi atau mengatur jenis asupan makanan untuk: tujuan tertentu yakni penurunan berat badan. Salah satu jenis diet untuk menurunkan berat badan adalah fad diet.

Fad Diet menurut Dokter Spesialis Gizi David Fajar Putra (Areamagz,

2011) adalah diet untuk menurunkan berat badan dan bersifat sementara dan biasanya dalam waktu singkat juga akan ditinggalkan atau dilupakan. Fad diet

(41)

41

seringkali disebut sebagai diet instan, diet palsu, atau diet sembarangan karena dilakukan dengan cara membatasi atau meniadakan asupan makanan tertentu sehingga diet menjadi tidak seimbang dan dalam jangka panjang biasanya akan gagal bahkan berpotensi mengganggu kesehatan. Diet termasuk dalam golongan Fad Diet apabila anjuran diet mengandung unsur:

 Tawaran solusi kilat

 Menarik kesimpulan yang dangkal atau rekomendasi dari suatu penelitian tunggal atau lembaga riset yang kurang jelas atau kurang relevan datanya

 Menakut-nakuti atau menghilangkan bahan makanan tertentu karena dianggap menjadi penyebab penyakit tertentu

 Melebihkan asupan suatu bahan makanan karena dianggap dapat menyembuhkan penyakit atau mencegah munculnya penyakit

 Rekomendasi menjual produk suplemen

Selain itu Mulamawitri (dalam Kurnianingsih, 2009) mengungkapkan tentang ciri-ciri perilaku seseorang melakuka diet yang salah atau sembarangan:

 Membatasi frekuensi dan intake makanan, menghilangkan kebiasaan sarapan atau tidak makan malam dengan tujuan untuk menurunkan berat badan

(42)

42

 Tidak makan nasi dengan asumsi berat badan akan turun, padahal nantinya individu tersebut akan lari ke makanan lain yang kalorinya lebih besar daripada nasi, seperti mie atau kentang

 Menganggap makanan yang bentuknya kecil atau ringan seperti keripik, permen, dan makanan selingan lainnya memiliki kandungan kalori yang sedikit.

(Mulamawitri 2005 dalam Kurnianingsih 2009)

Diet penurunan berat badan yang sehat seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu pada ahli gizi maupun dokter. Terdapat tiga komponen praktik diet yang sehat yang harus dipenuhi yakni mengontrol asupan energi terutama asupan lemak, meningkatkan penggunaan energi dengan aktivitas fisik atau olahraga, dan mempertahankan kebiasaan tersebut agar berat badan tetap stabil. Diet penurunan berat badan yang sehat harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 Asupan makan mengikuti pedoman piramida makanan, pemilihan makanan yang rendah lemak atau non-fat dan kecukupan cairan (6-8 gelas per hari)

 Frekuensi makan tetap 3 kali sehari dan hindari makan dalam jumlah banyak dalam satu waktu (binge eating)

 Penurunan berat badan tidak boleh terlalu cepat atau ekstrem, Penurunan berat badan yang terjadi tidak boleh lebih dari 2 pon/ minggunya, karena akan menimbulkan stress pada tubuh.

(43)

43

 Diet harus sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing, hindari rasa lapar dan lelah, kecukupan energi minimal 1200-1500 kkal/hari supaya tidak terjadi defisiansi vitamin dan mineral.

 Konsumsi makanan sehari-hari, hindari prosuk makanan yang menjanjian dapat menurunkan berat badan dengan cepat

 Melakukan olahraga yang intensif , istirahat yang cukup, dan mengurangi stress

 Setelah penurunan berat badan tercapai, hendaknya tetap memeliharaa pola makan dan latihan fisik supaya dapat meningkatkan kesehatan17

Real Diet merupakan perilaku diet yang masih memenuhi kebutuhan gizi

seseorang perharinya dan penurunan berat badan masih dalam batas normal. Praktik diet yang sehat misalnya perubahan perilaku makanan dengan mengurangi asupan lemak dan membatasi asupan energi, mengurangi makanan cemilan dan meningatkan aktivitas fisik/berolahraga (Respati, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis proses adaptasi retina mata ikan layang ( Decapterus ruselli ) terhadap intensitas cahaya pada bagan rambo untuk

Kepentingan Amerika Serikat atas pemindahan Yerussalem sebagai Ibu Kota adalah untuk Kepentingan Basis Dukungannya dan Merupakan usaha untuk “menghasilkan kr  isis

Sedangkan untuk penggerek polong, tingkat serangan terendah ditemukan pada varietas yang mempunyai ukuran biji kecil seperti Ijen, Wilis, Gepak Ijo, dan Gepak Kuning.. Hasil

Perspektif Pendekatan Penelitian adalah: Perspektif operasional dengan menganalisis pendayagunaan alumni diklatpim aparatur pemerintah Kabupaten Malang, sehingga akan

Al-Qur’an adalah suatu jalan petunjuk bagi manusia yang akan menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang benderang di dalam Al-Qur’an diterangkan

Rata-rata dana PkM (DPkMD)/tahun dalam 3 tahun terakhir dosen di 9 PS, hanya 1 PS saja yang memenuhi IKU, PS S1 Sosiologi sedangkan 8 PS tidak memenuhi IKU yaitu PS S1 Ilmu

 Jika Anda menghubungkan banyak perangkat secara bersamaan, gunakan tombol “Sumber” pada remote control atau panel kontrol untuk mengaktifkannya..

Berikut ini adalah sebagian soal – soal Integral yang saya ambil dari soal Berikut ini adalah sebagian soal – soal Integral yang saya ambil dari soal Ujian Nasional tahun 2000