• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan No"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data

Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data No Kebutuhan

Data/Informasi Sumber Data/Informasi

Teknik Pengumpulan Data 1. Lingkup batas

wilayah kelola

Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara mendalam  Pengamatan berperanserta 2. Pengakuan peran-peran pemangku kepentingan Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara mendalam  Pengamatan berperanserta 3. Pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara mendalam  Pengamatan berperanserta 4. Tindakan kolektif Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara mendalam  Pengamatan berperanserta 5. Penyelesaian sengketa antar pemangku kepentingan Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara mendalam  Pengamatan berperanserta 6. Pembelajaran bersama Data primer:

Pemerintah daerah, Dinas Kehutanan Daerah, Aparat Desa, Tokoh dan anggota masyarakat Data Sekunder:

UU dan Perda Pengelolaan Hutan

 Studi literatur  Wawancara

mendalam  Pengamatan

(3)

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan

Pedoman Wawancara Mendalam

A. Petunjuk

Wawancara mendalam (indeph interview) dilakukan oleh peneliti untuk menggali secara langsung gambaran secara komprehensif berkaitan dengan aspek-aspek kajian. Catatan singkat ditulis dalam ruangan yang kosong di bawah kotak aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara mendalam untuk dikembangkan menjadi laporan.

B. Wawancara Mendalam

Hari, tanggal : . . . Lokasi Wawancara : . . . Nama & Umur Informan : . . .

1. Lingkup Batas Wilayah Kelola

Konsep diperkenalkan oleh Cifor (Perpaduan untuk Pengembangan, Pengujian dan Pemilihan Kriteria dan Indikator untuk Pengelolaan Hutan Lestari, 1999, hal:141-142) dan Latin (Hutan Kemasyarakatan: Prinsip, Kriteria dan Indikator, 2001, hal:27) .

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya pengelolaan hutan atau meningkatkan akses antar generasi terhadap sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil (Cifor,1999) dan adanya areal hutan kemasyarakatan yang ditetapkan secara definitif (Latin, 2001).

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat:

a. Bagaimanakah pola akses yang diterapkan komunitas tersebut? b. Untuk apakah akses tersebut digunakan?

c. Bagaimanakah bentuk fisik tata batas wilayah kelola menurut komunitas? d. Bagaimanakah terbentuknya tata batas tersebut dan siapa yang menetapkan ? e. Siapa sajakah yang boleh dan tidak boleh mengakses hutan ?

(4)

g. Apa dan sejauhmana aturan dan norma dalam penggunaan sumber daya dipantau dan ditegakkan pelaksanaannya?

Pemerintah

a. Termasuk dalam kawasan apakah hutan yang di kelola komunitas? b. Bagaimanakah tata batas wilayah hutan menurut pemerintah (peta) ? c. Bagaimana upaya pemerintah untuk mewujudkan fungsi hutan tersebut? d. Apakah Unit kelola hutan kemasyarakatan ditetapkan oleh pemerintah daerah

dengan mempertimbangkan pendapat instansi teknis kehutanan? 2. Pengakuan Peran-Peran Pemangku kepentingan Lain

Konsep ini diperkenalkan oleh Latin (Hutan Kemasyarakatan: Prinsip, Kriteria dan Indikator, 2001, hal:22-23)

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya kerangka hukum dan kebijaksanaan negara melindungi hak-hak dan otoritas masyarakat dan kelembagaan pengelolaan hutan kemasyarakatan diakui dan diberdayakan.

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat

a. Apakah akses sumber daya pada butir 1A dan 1B diakui oleh pemerintah dan diperbolehkan pelaksanaannya ?

b. Apakah kepemilikan akses pada butir 1A telah aman dari adanya gangguan perubahan-perubahan kebijakan pemerintah?

c. Jika pola akses masyarakat tidak akui oleh pemerintah, apakah tindakan masyarakat?

Pemerintah

a. Apakah fungsi hutan yang ditetapkan pemerintah saat ini didukung oleh masyarakat ?

b. Apa pemerintah dapat memahami dan mengakui kemajemukan bentuk-bentuk kelembagaan masyarakat setempat?

c. Jika terdapat perbedaan kelembagaan antara pemerintah dan masyarakat bagaimanakah tindakan pemerintah?

d. Apakah pemerintah bekerjasama dengan organisasi-organisasi non pemerintah aktif memfasilitasi penguatan kelembagaan masyarakat setempat?

(5)

e. Apakah Pemerintah mendorong terbentuknya pengelolaan hutan bersama antara para pemegang ijin dan kontrak hutan kemasyarakatan dan pihak-pihak lain yang memperoleh hak-hak eksklusif dalam pengelolaan suatu kawasan hutan negara?

3. Pemenuhan Kepentingan Para Pemangku kepentingan

Konsep ini diperkenalkan oleh Latin (Hutan Kemasyarakatan: Prinsip, Kriteria dan Indikator, 2001, hal:24,28-29)

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya kebijaksanaan perlindungan ekonomi bagi masyarakat dan di sekitar hutan, adanya jaminan keamanan dan ketahanan pangan, tumbuh dan berkembangnya kualitas kehidupan sosial ekonomi (Latin, 2001)

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat

a. Apakah Produk-produk hutan yang dimanfaatkan oleh komunitas dari wilayah hutan?

b. Siapa dan bagaimana produk-produk itu didapat?

c. Apakah masyarakat memiliki akses pada informasi pasar produk hutan kayu dan non kayu meliputi harga, jumlah dan kualitas produk?

d. Apakah masyarakat dijamin untuk menikmati, mengembangkan dan menyempurnakan kebudayaan lokal dan kehidupan rohani?

Pemerintah

a. Pihak mana saja yang boleh mengakses sumberdaya hutan? b. Untuk apakah pihak tersebut memanfaatkan hak aksesnya?

c. Apakah pemerintah mencegah dan membatasi praktek-praktek monopoli dan oligopoli dalam perdagangan produk-produk hutan kemasyarakatan?

4. Tindakan kolektif

Konsep ini diperkenalkan oleh Cifor (Belajar sambil Mengajar: Menghadapi Perubahan Sosial untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam, 2008)

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya proses pengamatan, perencanaan, aksi, pemantauan dan refleksi yang dilakukan bersama-sama dengan pemangku kepentingan yang terlibat (Cifor, 2008)

(6)

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat dan Pemerintah

a. Apakah komunitas ikut melakukan pengamatan terhadap isu program/kebijakan baru dalam pengelolaan hutan?

b. Apakah komunitas memiliki hak untuk mengusulkan pendapat terhadap suatu perencanaan program/kebijakan tersebut?

c. Apakah komunitas ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap program itu?

d. Apakah masyarakat ikut memantau segala bentuk kegiatan program yang berlangsung?

e. Apakah masyarakat ikut melakukan evaluasi terhadap program tersebut?

5. Penyelesaian Sengketa Antar Pemangku kepentingan

Konsep ini diperkenalkan oleh Latin (Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan, 2000)

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah penyelesaian sengketa antar pemangku kepentingan meliputi adanya pendekatan alternatif dalam menghadapi konflik dimana penentu kebijakan adalah fasilitator, fokus pada penyelesaian masalah, para pihak bertemu langsung untuk memecahkan perbedaan, para pihak mempertajam proses, dan keputusan dibuat melalui konsensus (Latin, 2000)

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat dan Pemerintah

a. Apakah ada lembaga penyelesaian konflik yang efektif untuk mengurus sengketa yang terjadi antar anggota komunitas, intra komunitas, dan komunitas dengan pemerintah?

b. Bagaimana peran lembaga tersebut dalam mengatasi konflik antar pemangku kepentingan?

c. Apakah terdapat upaya-upaya konsensus/musyawarah terhadap penyelesaian masalah?

d. Apakah sanksi yang dibentuk dapat diakui dan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan

(7)

6. Pembelajaran Bersama

Konsep ini diperkenalkan oleh Cifor (Belajar sambil Mengajar: Menghadapi Perubahan Sosial untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam, 2008)

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah Pembelajaran bersama merupakan pembelajaran yang berlangsung melalui interaksi sosial di antara beberapa individu atau kelompok berlainan yang memungkinkan pencapaian pengetahuan baru. Pembelajaran bersama sebagai proses yang mendorong pengembangan, pemanfaatan, berbagi informasi dan pengetahuan; juga, memperkuat pengetahuan para pihak melalui refleksi Terarah (CIFOR, 2008).

Sehubungan dengan konsep di atas maka yang perlu diamati di lapangan: Masyarakat dan Pemerintah

a. Apakah ada forum pertukaran dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dalam pengelolaan hutan yang baik dan tepat?

b. Apakah masyarakat dilibatkan dalam evaluasi mengenai suatu program atau pola pengelolaan hutan?

c. Seberapa rutinkan evaluasi partisipasi terhadap program tersebut?

d. Apakah ada tindakan bersama yang menghasilkan perubahan atau penyesuaian terhadap pengelolaan hutan?

(8)

Lampiran 3. Panduan Pengamatan Berperanserta

PEDOMAN PENGAMATAN BERPERANSERTA

A. Petunjuk

Pengamatan berperanserta dilakukan oleh peneliti secara langsung di lokasi kajian, selanjutnya peneliti diharuskan melakukan pencatatan hasil pengamatannya dengan alat pencatatan manual maupun alat bantu yang dapat merekam serta memotret kejadian yang berkaitan dengan substansi penelitian yang dilakukan. Catatan singkat ditulis dalam ruangan kosong di bawah kotak aspek-aspek yang diamati, untuk dikembangkan kemudian menjadi laporan. B. Pengamatan Berperanserta

Hari, tanggal : Lokasi : Pengamatan :

a. Penentuan batas wilayah kelola: bersama masyarakat menelusuri batas-batas wilayah yang selama ini mereka kelola dan manfaatkan.

b. Peran-peran masyarakat dalam mengelola hutan: bersama masyarakat mengikuti kegiatan kelembagaan yang diterapkan masyarakat baik budaya dan religi.

c. Pemenuhan kepentingan masyarakat dari sumberdaya hutan: bersama masyarakat melakukan kegiatan produksi kehutanan sebagai mata pencaharian masyarakat.

d. proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya hutan: ikut dalam kegiatan musyawarah desa.

e. proses penyelesaian sengketa dalam pengelolaan sumberdaya hutan: ikut dalam kegiatan penyelesaian sengketa.

f. proses pembelajaran bersama dalam pengelolaan hutan: ikut dalam kegiatan refleksi dan evaluasi bersama.

(9)

80 Lampiran 4. Data Narasumber Saat Penelitian

Tabel 11. Narasumber Penelitian

No. Nama Jenis kelamin Umur

(Tahun) Ket Alamat

1. DJD Laki-laki 40 Pegawai Dinas Kehutanan Takengon

2. PNI Laki-laki 34 Polisi Hutan Kebayakan

3. BSI Laki-laki 46 Resort BKSDA Takengon Isaq

4. SDK Laki-laki 37 Petani Kopi Dedamar

5. AMH Perempuan 80 Petua yang telah lama bermukim Desa Jamur Konyel

6. AMS Laki-laki 49 Kepala Desa Desa Jamur Konyel

7. MAN Laki-laki 60 Tokoh Masyarakat Desa Jamur Konyel

8. DLA Perempuan 43 Ibu rumah tangga Desa Jamur Konyel

9. SFN Laki-laki 71 Warga Desa Desa Jamur Konyel

10. TNW Laki-laki 32 Tokoh Masyarakat Desa Jamur Konyel

11. IDK Laki-laki 33 Imam Masjid Desa Jamur Konyel

12. THD Laki-laki 32 Tokoh Masyarakat Desa Jamur Konyel

13. KRM Laki-laki 46 Pegawai Pemerintah Kab. Aceh Tengah Takengon

(10)

81 Gambar 15. Peta Asli Desa Jamur Konyel

(11)

82 Lampiran 6. Dokumentasi Foto

(12)

83 Lampiran 7. Rencana Kegiatan Penelitian

Tabel 12. Rencana Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I. Proposal dan Kolokium 1. Penyusunan Draft dan

Revisi

2. konsultasi Proposal 3. Kolokium

II. Studi Lapangan 1. Pengumpulan Data 2. Analisis Data III. Penulisan Laporan

1. Analisis Lanjutan 2. Penyusunan Draft dan

Revisi

3. Konsultasi Laporan IV. Ujian Skripsi

1. Ujian

Gambar

Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 11. Narasumber Penelitian
Gambar 16. Kondisi Lapang Desa Jamur Konyel
Tabel 12. Rencana Kegiatan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Apakah menurut Bapak/Ibu, sistem informasi berbasis teknologi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang memberikan banyak manfaat dalam pekerjaan dan berbagai kemudahan

Berhadapan dengan berbagai persoalan berkaitan dengan akses dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air di NTT maka timbul pertanyaan penting: “Apakah tidak ada model

3 Profil rumahtangga petani (Sosio- Ekonomi dan Sosio-Budaya): Termasuk kondisi kemiskinan rumahtangga Kuesioner, indepth interview, observsi lapang, FGD Primer, Sekunder

Dalam penelusuran sejarah yang lain, ditemukan rekaman upaya untuk mengelola sumber daya hutan pada masa pemerintahan kolonial Belanda dimulai dari pengelolaan hutan jati

Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf (d), Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau

• Mencermati pengertian, metode penyelesaian, kurva persamaan dalam sistem pertidaksamaan kuadrat dua variabel, dan penerapannya pada masalah nyata dari berbagai sumber belajar.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih

(6) Materi tentang ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya hutan yang meliputi antara lain, modal, sarana produksi, akses