• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Chapter III VI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Desa Marjanji Asih Tanah Jawa,

Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor (IPB). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli

sampai Oktober 2016.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, haga hypsometer, pita

diameter, tali berskala, aluminium foil, timbangan (neraca Ohaus), parang, kamera

digital, alat tulis, tally sheet, tali rafia, kantong plastik, label nama, kalkulator,

Software SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan karet (Hevea brasiliensis).

Metode Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling

with random start artinya penentuan daerah dilakukan secara sengaja dan acak. Daerah penelitian ini dilaksanakan pada Hutan Desa Marjanji Asih Tanah Jawa,

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Desain plot penelitian

Penelitian dilakukan pada lahan agroforestri dan monokultur berbasis

tanaman karet. Luas plot contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7200

(2)

sebesar 48 %. Pada kedua lahan tersebut dibuat 6 plot penelitian, yaitu 3 plot pada

lahan agroforestri dan 3 plot pada monokultur. Plot yang digunakan berukuran 40

m × 60 m dengan jarak antar plot 1 m. Pada setiap plot dibuat 3 petak contoh

dengan ukuran 20×20 m2 untuk inventarisasi pohon (diameter ≥ 20 cm), 10×10 m2 untuk inventarisasi tiang (diameter 10 sampai < 20 cm), 5×5 m2 untuk inventarisasi pancang (diameter < 10 cm dan tinggi ≥ 1,5 m, 2×2 m 2 untuk inventarisasi semai (tinggi ≤ 1,5 m). Petak contoh pengamatan diletakkan secara

sistematis (systematic sampling). Desain plotdapat dilihat pada Gambar 1.

60 m

40 m

Gambar 1. Desain Plot Penelitian

Struktur dan Komposisi Tegakan

Dalam kegiatan analisis vegetasi dilakukan pengukuran secara

keseluruhan terhadap pohon per plot. Adapun parameter yang diukur adalah

sebagai berikut :

1. Diameter merupakan garis lurus yang menghubungkan dua titik di tepi batang dan melalui sumbu batang, Diameter yang diukur adalah Dbh (Diameter

Setinggi Dada) atau diukur 1,3 m dari permukaan tanah.

2. Tinggi total, yaitu jarak terpendek dari titik puncak tegakan dengan titik proyeksinya pada bidang datar.

(3)

3. Tinggi bebas cabang, yaitu jarak terpendek dari titik sebelum cabang pertama dengan titik proyeksinya pada bidang datar.

4. Berat basah tegakan, yaitu hasil penjumlahan semua berat basah dari tegakan.

Pemilihan dan Pengambilan Pohon Sampel

Setelah dilakukan kegiatan analisis vegetasi pada setiap plot, tahap

selanjutnya adalah pemilihan dan pengambilan pohon sampel yang dilakukan

dilakukan dengan cara menebang (destructive), dengan cara sebagai berikut :

1. Pemilihan pohon sampel pada plot penelitian dengan kriteria sehat dilakukan

dengan penebangan tiga buah tanaman karet pada tiap-tiap plot yang berukuran

20x20 m2 dan letaknya berselang-seling (random) dengan jalur utama berada tepat di tengah.

2. Penimbangan Biomassa, penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat basah

total (BBT). Penimbangan dilakukan setelah setiap fraksi dipisahkan, jika tidak

memungkinkan penimbangan 1 kali, maka lakukan penimbangan secara

bertahap, khususnya untuk fraksi yang memiliki volume yang besar.

Penimbangan dimulai dari fraksi batang, cabang dan daun.

3. Pengambilan Sampel, sampel diperlukan untuk mengetahui kadar air dan kadar

karbon melalui pengujian laboratorium.

Pada setiap potongan batang yang telah dibagi-bagi di atas, ambil sampel

pada bagian atas batang dan bawah batang yang dimulai dari empulur sampai kulit

luarnya atau berkisar antara 300-700 gram. Timbang dengan timbangan, lalu

(4)

dalam plastik ukuran 1/2 kg. Dan pada sampel daun diambil sampel pada daun sebanyak 300 gram. Ditimbang, lalu masukkan ke dalam plastik 1/2 kg.

Prosedur Penelitian di Laboratorium

1. Berat Jenis Kayu

Contoh uji berat jenis kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengukuran

berat jenis kayu dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut :

a. Menimbang contoh uji dalam keadaan basah untuk mendapatkan berat awal.

b. Mengukur volume contoh uji: contoh uji dicelupkan dalam parafin, lalu

dimasukkan kedalam tabung erlenmayer yang berisi air sampai contoh uji

berada di bawah permukaan air. Berdasarkan hukum Archimedes volume

sampel adalah besarnya volume air yang dipindahkan oleh contoh uji.

c. Kemudian contoh uji dikeringkan dalam tanur selama 24 jam dengan suhu 103

± 2 °C dan ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya.

2. Kadar Air Kayu

Contoh uji kadar air dari batang utama dan cabang yang berdiameter > 5

cm dibuat dengan ukuran 2cm x 2cm x 2cm. Sedangkan contoh uji dari bagian

daun seberat ± 300 g. Pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :

a. Contoh uji ditimbang berat basahnya.

b. Contoh uji dikeringkan dalam tanur 103 ± 2 °C sampai tercapai berat konstan,

kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang berat keringnya.

c. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering

tanur ialah kadar air contoh uji.

(5)

Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for

Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Sampel dari tiap bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil

sebesar batang korek api, sedangkan sampel bagian daun dicincang.

b. Sampel kemudian dioven pada suhu 80 °C selama 48 jam.

c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill).

d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran

40-60 mesh.

e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 gr, dimasukkan

kedalam cawan porselen, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya

dan ditimbang dengan alat timbang.

f. Contoh uji dimasukkan kedalam tanur listrik bersuhu 950 °C selama 2 menit.

Kemudian didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang.

g. Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering contoh uji merupakan kadar zat terbang.

4. Kadar Abu

Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing

Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur

listrik bersuhu 900 °C selama 6 jam.

b. Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian ditimbang untuk

mencari berat akhirnya.

c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur

(6)

5. Kadar Karbon

Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar

karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang

dan kadar abu.

Pengolahan Data

Kadar air

Nilai kadar air dari contoh uji didapat dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

(Haygreen & Bowyer, 1982 dalam Purwitasari 2011)

Dimana :

% KA = Persen Kadar Air

BBc = Berat Basah Contoh (gr)

BKc = Berat Kering Contoh (gr)

Kadar zat terbang

Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen berat dengan rumus:

%

(ASTM, 1990a dalam Purwitasari 2011)

Dimana :

A = Berat kering tanur pada suhu 105 oC

B = Berat contoh uji dikurangi berat berat cawan dan sisa contoh uji berat

(7)

Kadar abu

Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut :

%

(ASTM, 1990b dalam Purwitasari, 2011)

Kadar karbon

Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

06-3730-1995 sebagai berikut:

Kadar karbon terikat arang = 100% - kadar zat terbang arang - kadar abu

Berat kering/ Biomassa

Berat kering total bagian-bagian pohon dihitung dengan rumus :



(Haygreen & Bowyer, 1996 dalam Purwitasari 2011)

Dimana :

BK = Berat kering/biomassa (Kg)

BB = Berat basah (Kg)

KA = Kadar air (%)

Model allometrik biomassa dan massa karbon Hevea brasiliensis

Model hubungan antara massa karbon dan diameter pohon. Fungsi

hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Model persamaan

yang digunakan adalah :

- Model penduga biomassa yang hanya terdiri dari satu peubah saja :

(8)

- Model penduga biomassa yang terdiri dari dua peubah bebas :

W = aDb1Hb2 dan W = a + b1D + b2H - Model penduga massa karbonnya :

C = aDb dan C = a + bD

- Model penduga massa karbon dari dua peubah bebas :

C = aDb1Hb2 dan C = a +b1D + b2H Dimana : W = Biomassa (kg/pohon)

C = Massa Karbon (kg/pohon)

D = Diameter Pohon (cm)

H = Tinggi Pohon (m)

a,b = Konstanta

(9)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, Kab.

Simalungun, Kec. Hotunduhan, Kampung Saribu Asih desa Marjanji Asih.

Kabupaten Simalungun ini memiliki luas 1450 Ha dengan batas wilayah sebelah

utara dengan desa Maligas Tonga, batas sebelah selatan dengan desa Bt. Turunan,

sebelah Barat dengan desa Tangga Batu dan sebelah timur dengan desa Jawa

Tengah, jarak dari kota Medan sekitar 152 km, terletak antara 2,36° – 3,18° LU

dan 98,32° – 99,35° BT, berada pada ketinggian 20 – 1.400 m diatas permukaan

laut. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan

Kabupaten Asahan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

dan sebelah selatan dengan Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Tanah Jawa

yang terdiri dari 20 desa/kelurahan ini berjarak ± 50 Km dari kantor Bupati

Simalungun dengan waktu tempuh ± 1 jam, sedangkan dengan kotamadya

Pematang Siantar hanya berjarak ± 21 km dengan waktu tempuh ± 30 menit.

Untuk menuju ibukota kabupaten sendiri dan beberapa kabupaten lainnya

masyarakat Kecamatan Tanah Jawa haruslah melalui kota Pematang Siantar.

Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang, suhu

tertinggi terdapat pada bulan Juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata – rata suhu udara

tertinggi pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara

rata-rata perbulan 84,2 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Desember

yaitu 87,42% dengan penguapan rata-rata 3,35mm/hari. Kabupaten Simalungun

memiliki topografi yang bervariasi, dimana dataran tinggi terletak di bagian Barat

(10)

Timur dan Tenggara. Kabupaten Simalungun memiliki kemiringan lereng antara

0-40% dengan ketinggian antara 20-1400 mdpl.

Desa Marjanji Asih sendiri terdiri dari 124 kepala keluarga, dengan jumlah

laki-laki 375 orang dan perempuan 355 orang. Berbagai macam vegetasi yang

dapat dijumpai antara lain karet, durian, jengkol, petai, kakao, pisang, pinang,

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Komposisi Tegakan Karet (Hevea brasiliensis)

Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan pada lahan monokultur dan

agroforestri ini juga menunjukkan bahwa tegakan yang memiliki diameter

terbesar pada lahan monokultur yaitu 23,56 cm dengan tinggi total sebesar 11,80

m dan tegakan yang memiliki diameter terkecil yaitu 21,01 cm dengan tinggi total

sebesar 9,80 m. Sedangkan tegakan yang memiliki diameter terbesar pada lahan

agroforestri yaitu 28,98 cm dengan tinggi total sebesar 18,2 m dan tegakan yang

memiliki diameter terkecil yaitu 11,46 cm dengan tinggi total sebesar 9,62 m.

Rata-rata diameter tegakan karet yang ditebang sebagai tanaman contoh terpilih

yaitu sebesar 17,28 cm, dan rata-rata tinggi total tanaman contoh adalah sebesar

13,31 m.

Tabel 1. Hasil perhitungan tegakan tingkat pohon tegakan karet pada lahan monokultur

No. Plot Total (Pohon/Plot)

1 41

2 41

3 32

Total 114

Rata-rata 38

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah tegakan karet pada lahan

monokultur pada plot 1 sebanyak 41 pohon, pada plot 2 sebanyak 41 pohon dan

32 pohon pada plot 3. Total pohon yang terdapat pada lahan monokultur adalah

sebanyak 114 pohon dengan rata-rata 38 pohon per plot. Sebaran pohon di lahan

monokultur ini cenderung seragam, hal ini dikarenakan tegakan tersebut yang

menempati lahan monokultur dimana usia tanaman yang seragam dan diameter

(12)

lahan monokultur termasuk sedikit karena tegakan lain memiliki diameter yang

dapat dikategorikan sebagai tiang atau belum dapat dikatakan pohon.

Tabel 2. Hasil perhitungan tegakan tingkat pohon tegakan karet pada lahan agroforestri

No. Plot Total (Pohon/Plot)

1 16

2 23

3 27

Total 66

Rata-rata 22

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat terdapat 16 pohon pada plot 1, 23

pohon pada plot 2, dan 27 pohon pada plot 3. Total pohon yang terdapat pada

lahan agroforestri adalah sebanyak 66 pohon dengan rata-rata 22 pohon per plot.

Pada lahan agroforestri ini juga tedapat jenis pohon lain yaitu durian, jengkol, dan

petai. Diameter dan tinggi pohon yang terdapat pada lahan agroforestri cenderung

seragam karena terdapat perbedaan usia, jarak tanam, dan kondisi topografi serta

keadaan sekitarnya.

Tabel 3. Jenis Vegetasi lain yang dijumpai pada Lahan Agroforestri.

No Nama Lokal Jumlah

1 Kakao 44

2 Pinang 23

3 Bambu 1

4 Pisang 11

5 Singkong 38

6 Sawit 8

7 Petai 1

8 Durian 17

9 Nangka 1

10 Aren 1

11 Jengkol 1

Diperoleh jenis-jenis tanaman lain yang terdapat pada lahan agroforestri

yaitu Durian, Jengkol, Petai, Kakao, Pisang, Pinang, Singkong, Aren, Sawit, dan

(13)

Tabel 4. Indeks Nilai Penting tingkat semai pada Monokultur Karet

Hasil pada Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap lahan baik

agroforestri ataupun monokultur memiliki jenis semai yang sama yaitu semai

karet yaitu dengan jumlah 12 pada lahan agroforestri dan 24 pada lahan

monokultur. Hal ini juga terkait dengan jumlah karet yang lebih dominan tumbuh

dari jenis lainnya.

Tabel 5. Indeks Nilai Penting tingkat semai pada Agroforestri Karet

No. Nama

Jumlah semai yang ditemukan pada lahan agroforestri adalah sebanyak 12.

Dengan nilai INP tingkat semai pada lahan agroforestri karet adalah sebesar 200.

Tabel 6. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang pada Monokultur Karet

No. Nama

Diperoleh bahwa INP tingkat tiang pada lahan monokultur karet sebesar

300. Hal ini disebabkan karena lahan monokultur karet tujuan utamanya untuk

memproduksi getah karet secara penuh, tanpa adanya produksi yang lainya.

Tabel 7. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang pada Agroforestri Karet

(14)

INP karet tingkat tiang pada lahan agroforestri sebesar 247,33 atau lebih rendah

dari sistem monokultur. Hal ini disebabkan karena adanya tanaman lain yang

ditanam pada areal tersebut, hal ini juga disebabkan karena kerapatan yang

disebabkan adanya tanaman lain tersebut.

Tabel 8. Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon pada Monokultur Karet

No. Nama

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa INP karet pada lahan monokultur

mencapai 300. Hal ini disebabkan karena hanya terdapat pohon karet yang

dijumpai pada lahan monokultur.

Tabel 9. Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon pada Agroforestri Karet

No. Nama

zibethinus 18,1818 38,8869 18,49 75,56

2 Jengkol Archidendron

pauciflorum 1,5151 5,5552 1,19 8,27

3 Karet Hevea

brasiliensis 78,7878 50,0025 79,26 208,05

4 Petai Parkia

speciosa 1,5151 5,5552 1,06 8,12

Total 100 100 100 300

INP karet pada lahan agroforestri lebih rendah yaitu sebesar 208,05

dibandingkan lahan monokultur karet karena terdapat tanaman lain. Pada lahan

agroforestri, tanaman karet memiliki INP yang lebih tinggi dari jenis lainnya yaitu

jengkol, petai dan durian. Dan INP paling rendah terdapat pada petai 8,12.

Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman

(15)

pada Karet monokultur sebesar 0. Hal ini menunjukkan jumlah jenis diantara

jumlah total individu seluruh jenis yang ada termasuk dalam kategori rendah.

Menurut Mason (1980), jika nilai Indeks Keanekaragaman lebih kecil dari 1

berarti keanekaragaman jenis rendah, jika diantara 1-3 berarti keanekaragaman

jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenistinggi.

Indeks Keseragaman (E) pada Agroforestri karet sebesar 0,149 dan pada

Karet monokultur sebesar 0. Nilai tersebut menunjukkan nilai keseragaman

tegakan termasuk dalam kategori rendah. Krebs (1985) menyatakan bahwa Indeks

Keseragaman rendah 0<E<0,5 dan keseragaman tinggi apabila 0,5<E<1.

Berat Basah Tanaman Contoh

Berat basah komponen penyusun pohon karet yang meliputi batang,

ranting dan daun diperoleh rata-rata berat keseluruhan 162,68 kg per tegakan karet

(Tabel 10).

Tabel 10. Berat Basah Tanaman Contoh Karet (Hevea brasiliensis)

No.

Tabel 10 menunjukkan berat basah tertinggi adalah pada pohon 9

(sembilan) yaitu sebesar 263,3 kg atau 17,98% dari total berat keseluruhan,

dengan diameter sebesar 23,56 cm dan tinggi total tegakan adalah 18,64 m.

(16)

atau 6,18% dari total berat keseluruhan, dengan diameter 14,96 cm dan tinggi

total berkisar 10,05 m. Pada plot satu total berat basah adalah sebesar 537 kg atau

sekitar 36,67% dari total. Sedangkan pada plot dua total berat basah sebesar 320,2

kg atau sekitar 21,86%. Dan total berat basah pada plot tiga yaitu sebesar 607 kg

atau sebesar 41,45% dari total keseluruhan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

komposisi penyusun tiap bagian tanaman tersebut.

Berat basah tertinggi pada setiap komposisi penyusun tiap bagian tanaman

terdapat pada batang dengan 1146,1 kg atau sebesar 78,27%, kemudian ranting

dengan 162,5 kg atau 11,09%, serta daun dengan 155,6 kg atau 10,62%. Berat

basah rata-rata pada bagian daun adalah sebesar 17,28 kg, sedangkan berat basah

rata-rata bagian ranting adalah 18,05 kg, dan berat basah rata-rata pada bagian

yang terbesar yaitu batang adalah sebesar 127,34 kg.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh tinggi total rata-rata

tanaman contoh adalah sebesar 13,31 m, dengan tinggi pohon terbesar terdapat

pada pohon sembilan yaitu 18,4 m. Sedangkan diameter rata-rata dari setiap

pohon adalah 17,28 cm, dengan diameter terbesar terdapat pada pohon dua yaitu

24,20 cm.

Perbedaan yang terjadi pada setiap komposisi penyusun bagian tanaman

tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, seperti lokasi pengamatan dan

pengambilan tanaman contoh yang dilakukan di kawasan agroforestri yang

beragam Kemudian persaingan dalam mendapatkan cahaya. Selanjutnya jarak

tanam, dimana jarak tanaman yang tidak berpola dan cenderung memiliki

kerapatan yang tinggi akan menyebabkan persaingan dalam memperebutkan air

(17)

Kadar Air Tanaman Contoh

Dalam proses pertumbuhannya tanaman memerlukan air yang berfungsi

sebagai proses pengangkutan hara dan mineral ke seluruh bagian tubuh tanaman.

Kadar air merupakan persentase jumlah air yang terkandung dalam suatu tanaman.

Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat

kering tanur (BKT). Contoh uji yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

contoh uji yang berada dalam keadaan basah. Hal ini dikarenakan pada saat

contoh uji dalam keadaan basah, maka dapat terlihat kadar air yang terkandung di

dalam contoh uji yang akan diteliti tersebut. Hasil pengujian kadar air pada

tegakan karet disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Kadar air (%) pada setiap bagian tanaman pada tegakan karet.

No. Plot Sampel Tebang

Kadar Air (%)

Batang Ranting Daun

1 105,64 71,88 77,57

1 2 117,44 61,35 51,09

3 160,03 59,64 96,78

4 145,73 94,21 84,88

2 5 135,06 108,00 77,95

6 116,64 108,15 85,31

7 124,42 75,05 75,96

3 8 133,02 93,97 75,53

9 77,21 78,33 69,18

Total 1115,19 750,58 694,25

Rata-Rata 123,91 83,39 77,13

Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat variasi kadar air berdasarkan tiap

bagian tegakan. Dimana total kadar air terbesar terdapat pada bagian batang dan

yang terkecil terdapat pada bagian daun. Dimana rata-rata total kadar air yang

terdapat pada bagian batang adalah sebesar 123,91%. Rata-rata total kadar air

yang terdapat pada ranting sebesar 83,39%. Sedangkan rata-rata total kadar air

(18)

Biomassa

Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup di atas permukaan

tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit luas jumlah

karbon yang disimpan di dalam pohon atau hutan dapat dihitung jika diketahui

jumlah biomassa atau jaringan hidup tumbuhan di hutan tersebut dan

memberlakukan suatu faktor konversi (Brown, 1997).

Menurut Jenkins(2003), biomassa dapat digunakan sebagai dasar dalam

perhitungan kegiatan pengelolaan hutan, karena hutan dianggap sebagai sumber

dan sink karbon. Jumlah biomassa setiap bagian tanaman pada tegakan karet disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Biomassa pada setiap bagian tanaman pada tegakan karet

No.

Rata-rata total biomassa tegakan karet pada Tabel 12 adalah sebesar 79,29

kg. Bagian tegakan karet yang memiliki komponen terbesar penyusun biomassa

yaitu terdapat pada batang sebesar 59,38 kg dan komponen penyusun biomassa

terkecil terdapat pada bagian ranting yaitu sebesar 9,87 kg. Kandungan biomassa

batang berkaitan erat dengan hasil produksi tanaman yang didapat melalui proses

fotosintesis yang umumnya disimpan pada batang, karena batang pada umumnya

memiliki zat penyusun yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian tanaman

(19)

Kadar Zat Terbang Tanaman Contoh

Kadar zat terbang menunjukkan kandungan zat-zat yang mudah menguap

dan hilang pada pemanasan 9500C yang tersusun dari senyawa alifatik, terpena dan fenolik. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium yang disajikan pada Tabel

13, kadar zat terbang terbesar terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 74,99%

sedangkan kadar zat terbang terkecil terdapat pada bagian batang yaitu sebesar

61,70%. Hal ini sesuai dengan pendapat Hilmi (2003) yang menyatakan bahwa

kadar zat terbang tertinggi yang ditemukan terdapat pada bagian daun diakibatkan

karena daun tersusun atas klorofil a dan klorofil b dengan bobot molekul tinggi

sehingga meningkatkan kadar abu pada proses karbonisasi. Rata-rata kadar zat

terbang tegakan karet disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kadar zat terbang bagian tanaman pada tegakan karet

No. Plot Sampel Tebang

Kadar Zat Terbang (%)

Batang Ranting Daun

1 61,10 68,67 75,23

1 2 60,30 69,34 74,36

3 62,49 74,58 74,22

4 59,42 70,62 76,28

2 5 62,79 65,21 75,31

6 61,19 66,17 75,21

7 61,70 64,11 74,30

3 8 63,31 66,57 74,91

9 63,01 67,82 75,13

Total 555,31 613,09 674,95

Rata-Rata 61,70 68,12 74,99

Kadar Abu Tanaman Contoh

Abu merupakan zat-zat anorganik yang tersisa setelah air dan materi

organik telah habis pada pemanasan suhu tinggi. Kadar abu merupakan jumlah

oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi, yang terdiri dari

mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium.

(20)

Tabel 14. Kadar abu setiap bagian tanaman pada tegakan karet

Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar abu terbesar terdapat

pada daun sebesar 4,77% sedangkan nilai rata-rata kadar abu terkecil terdapat

pada batang yakni sebesar 1,61%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Suprihatno, dkk(2012) yang memperoleh kadar abu terendah pada batang yakni

sebesar 2,9%. Persentase nilai kadar abu tertinggi terdapat pada daun dikarenakan

daun mengandung lebih banyak bahan anorganik dibandingkan dengan bagian

tanaman yang lain dan daun sebagai bagian yang melakukan fotosintesis.

Kadar Karbon Tanaman Contoh

Hasil pengukuran kadar karbon contoh uji disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Kadar karbon setiap bagian tanaman pada tegakan karet

(21)

Karbon merupakan salah satu bahan organik penyusun zat suatu tanaman.

Pengukuran kadar karbon contoh uji tanaman karet yang di dapat dari analisis

laboratorium merupakan pengurangan dari 100% terhadap kadar zat terbang dan

kadar abu. Dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa kadar karbon rata-rata pada bagian

tanaman dari tegakan karet tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar

36,68%, sedangkan kadar karbon rata-rata terendah terdapat pada bagian daun

yaitu sebesar 20,23%. Besarnya kadar karbon tergantung pada kadar abu dan

kadar zat terbang dimana semakin tinggi kadar zat terbang dan kadar abu maka

kadar karbon juga semakin rendah sedangkan apabila semakin rendah kadar zat

terbang dan kadar abu maka kadar karbon semakin tinggi.

Hasil penelitian Muhdi (2012) di hutan alam tropika, Kalimantan Timur

menyatakan bahwa rata-rata kadar karbon berdasarkan kelas diameter memiliki

kadar karbon yang bervariasi, yakni kadar karbon terbesar terdapat pada bagian

batang sebesar 45,75% dengan kisaran kadar karbon antara 40,29-53,12%.

Rata-rata kadar karbon terkecil yakni pada daun sebesar 19,61%, dengan kisaran kadar

karbon rata-rata 15,31-22,58% dikarenakan daun memiliki kadar zat terbang dan

kadar abu yang tinggi. Selain itu, daun hanya mengandung sedikit bahan

penyusun kayu sehingga kadar karbon tersimpan sedikit. Besarnya kadar karbon

tergantung pada kadar abu dan zat terbang dimana semakin tinggi kadar zat

terbang dan kadar abu maka kadar karbon juga semakin rendah.

Massa Karbon

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan massa karbon

pada setiap bagian tegakan. Berikut kandungan massa karbon yang terdapat pada

(22)

Tabel 16. Kandungan massa karbon pada setiap bagian tanaman pada tegakan karet berdasarkan petak contoh penelitian

No. Plot Sampel Tebang

Massa Karbon (kg) Total

Massa

Tabel 16 menunjukkan rata-rata total massa karbon pada bagian batang

adalah sebesar 21,65 kg yang merupakan rata-rata total massa karbon terbesar.

Sedangkan rata-rata total massa karbon pada bagian ranting adalah sebesar 2,95

kg. Dan rata-rata total massa karbon terkecil terdapat pada bagian daun adalah

sebesar 2,01 kg. Sedangkan total massa karbon tertinggi terdapat pada plot 3

yaitu sebesar 102,23 kg dan yang terendah terdapat pada plot 2 yaitu sebesar

49,33 kg.

Model Allometrik Biomassa

Biomassa adalah bahan organik dari berat organisme per satuan luas dalam

satu waktu. Pohon adalah komponen terbesar biomassa di atas tanah. Biomassa

seluruh tegakan pohon tersebut diduga menggunakan persamaan algometrik.

Persamaan ini didasarkan pada pohon contoh yaitu batang pohon, cabang, daun,

dan akar dan bagian pohon berdasarkan hubungan antara biomassa

masing-masing bagian dengan parameter (diameter pohon, tinggi dan kepadatan pohon).

Contoh pohon ditebang secara destruktif untuk mengembangkan persamaan

(23)

Model allometrik merupakan model yang menghubungkan

dimensi-dimensi dari tanaman dengan nilai biomassa tanaman. Setiap tanaman yang

berbeda akan memiliki pola yang juga berbeda untuk membentuk model

allometrik ini.

Tabel 17. Model allometrik untuk menduga biomassa setiap bagian tanaman dan total biomassa dari setiap bagian tegakan karet

Persamaan terpilih tersebut selanjutnya dibandingkan dengan persamaan

-persamaan lain yang menggunakan beberapa variabel bebas yang berbeda. Model

(24)

akan dipilih untuk menduga biomassa dan massa karbon karet. Model allometrik

kandungan karbon dibangun untuk melakukan penaksiran besar kandungan

karbon setiap bagian tanaman dan total kandungan karbon dari setiap bagian

karet. Model ini menghubungkan antara kandungan karbon batang, ranting dan

daun dengan diameter setinggi dada, tinggi total, dan tinggi bebas cabang.

Persamaan allometrik yang telah dibuat Tabel 17, diketahui bahwa

hubungan antara W (biomassa) dan D (diameter) memiliki tingkat yang lebih baik

dibandingkan dengan hubungan allometrik antara W dengan D dan H. Pemilihan

model allometrik terbaik dilakukan dengan menguji beberapa model. Dapat dilihat

pada Tabel 17 bahwa W = 69,262-6,977D+0,407D2memiliki performansi paling baik yang menghasilkan standard error (s) yaitu 17,83791, signifikansi 0,002 dan

R-Square 86,6%.

Model Allometrik Massa Karbon

Sedangkan dari persamaan allometrik yang telah dibuat pada Tabel 17,

diketahui bahwa hubungan antara W (biomassa) dan D(diameter) memiliki tingkat

yang lebih baik dibandingkan dengan hubungan allometrik antara W dengan D

dan H. Pendugaan massa karbon dibentuk melalui persamaan massa karbon

batang, ranting, daun, dan total massa karbon. Pemilihan model allometrik terbaik

dilakukan dengan menguji beberapa model. Dapat dilihat bahwa C =

22,510-2,225D+0,133D2memiliki performansi paling baik yang menghasilkan standard error (s) yaitu 5,89464signifikansi 0,002 dan R-Square yaitu 86,7%. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhdi (2012) yang menyatakan bahwa bahwa persamaan

pendugaan cadangan massa karbon yang dibentuk adalah persamaan pendugaan

(25)

Model terbaik berdasarkan besarnya standar deviasi model yang terkecil dan nilai

koefisien determinasi yang terbesar. Model allometrik untuk meduga massa

karbon tersaji pada Tabel 18.

(26)

W = 69,262-6,977D+0,407D2

Gambar 2. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan model allometrik terpilih biomassa karet

C = 22,510-2,225D+0,133D2

Gambar 3. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan model allometrik terpilih massa karbon karet

Dependent Variable: Massa Karbon Batang

Dependent Variable: Total Biomassa

Observed Cum Prob

Observed Cum Prob

(27)

Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon Tegakan Agroforestri Karet (Hevea

brasiliensis) (ton/ha)

Berdasarkan model allometrik yang terpilih didapat data potensi biomassa

dan cadangan karbon pada tegakan karet (Hevea brasiliensis) di Desa Marjanji

Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun (Tabel 19).

Tabel 19. Potensi biomassa dan cadangan karbon tegakan agroforestri karet (Hevea

brasiliensis) di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun.

Plot

Total biomassa Total biomassa Total massa karbon

Total massa karbon

(kg) (ton/ha) (kg) (ton/ha)

1 1821,78 15,18 610,780 5,09

2 1949,68 16,24 655,481 5,46

3 2575,79 21,46 865,724 7,21

Total 6347,25 52,88 2131,98 17,76

Rata-rata 2115,75 17,62 710,66 5,92

Berdasarkan Tabel 19, maka total biomassa tegakan agroforestri karet

(Hevea brasiliensis) di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten

Simalungun adalah sebesar 52,88 ton/ha atau dengan rata-rata 17,62 ton/ha.

Sedangkan total massa karbon yang didapat pada penelitian ini adalah sebesar

17,76 ton/ha dengan rata-rata 5,92 ton/ha. Total biomassa tanaman karet pada

Tabel 19 lebih rendah dibandingkan tanaman lain seperti kelapa sawit pada

penetilitan Muhdi et al (2015) dimana total biomassa pada berbagai kelas umur

adalah rata-rata potensi biomassa pada tegakan umur 5 tahun masing-masing

sebesar 28,53 ton/ha. Rata-rata biomassa pada umur 10 tahun masing-masing

sebesar 187,25 ton/ha. Adapun pada tegakan kelapa sawit umur 15 tahun, rata-rata

(28)

Potensi cadangan karbon pada jenis tanaman lain juga berbeda-beda

seperti yang disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Potensi cadangan karbon pada beberapa jenis tanaman lain Tanaman Cadangan Karbon (ton C/

ha) Sumber

Hevea brasiliensis Muell.Arg

umur 5 tahun 0,39 Sipayung (2016)

Hevea brasiliensis Muell.Arg

umur 10 tahun 6,86 Saragih(2016 )

Acacia mangium 16,25 Purwitasari (2011)

Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) Umur 15

tahun

71,58 Sitanggang (2015) Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) Umur 5

tahun

7,17 Silaban (2014)

Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cadangan karbon pada

setiap jenis tanaman lain. Hal ini dapat disebabkan perbedaan tempat, keadaan

tanah, suhu dan iklim, dan kerapatan tanaman. Hutasoit (2014) menyatakan

bahwa perbedaan cadangan karbon pada setiap jenis tanaman disebabkan oleh

besarnya cadangan karbon diatas permukaan (above ground C-Stock) sangat

ditentukan oleh jenis dan umur tanaman, keragaman dan kerapatan tanaman,

kesuburan tanah, kondisi iklim, ketinggian tempat dari permukaan laut, lamanya

lahan dimanfaatkan untuk penggunaan tertentu serta pengolahannya.

Potensi biomassa dan cadangan karbon pada penelitian ini tidak jauh

berbeda dari hasil penelitian Saragih (2016) terhadap tanaman karet umur 10

tahun yang memiliki potensi biomassa dan cadangan karbon sebesar 13,54 ton/ha

dan 6,86 ton/ha. Namun cadangan karbon pada penelitian ini lebih tinggi dari

pada penelitian Sipayung (2016) terhadap tanaman karet umur 5 tahun dimana

(29)

Sedangkan pada pendugaan cadangan karbon pada tanaman lain seperti

kelapa sawit adalah berbeda jauh, seperti pada penelitian Sitanggang (2015)

terhadap tanaman kelapa sawit umur 15 tahun dimana cadangan karbonnya

mencapai 71,58 ton/ ha. Dan pada penelitian Silaban (2014) terhadap tanaman

kelapa sawit umur 5 tahun memiliki cadangan karbon sebesar 7,17 ton/ha.

Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan komponen penyusun bagian dari

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persamaan allometrik terbaik untuk biomassa tanaman karet (Hevea

brasiliensis) yaitu W = 69,262-6,977D+0,407D2sedangkan persamaan allometrik terbaik untuk massa karbon pada tanaman karet (Hevea brasiliensis)

yaitu C = 22,510-2,225D+0,133D2.

2. Potensi biomassa dan cadangan karbon pada agroforestri tanaman karet (Hevea

brasiliensis) di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara adalah sebesar 17,62 ton/ha dan 5,92 ton/ha.

Saran

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan perhitungan potensi biomassa

dan cadangan karbon pada tingkat serasah, tumbuhan bawah, dan akar, agar dapat

Gambar

Gambar 1. Desain Plot Penelitian
Tabel 1. Hasil perhitungan tegakan tingkat pohon tegakan karet pada lahan monokultur
Tabel 2. Hasil perhitungan tegakan tingkat pohon tegakan karet pada lahan agroforestri
Tabel 6. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang  pada Monokultur Karet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rajah 4: Manfaat PS oleh pentadbir, guru, ibu bapa dan murid Pentadbir • mengetahui perkembangan murid secara keseluruhan • mengetahui keberkesanan proses pengajaran dan

Jakarta, 27 May 2010: PT Indosat Tbk (“Indosat” or the “Company”) (Ticker: ISAT: IDX, IIT: NYSE) announced today that it is postponing the release of its Q1 2010

Pola laju pertumbuhan daun lamun secara umum sangat terkait dengan pola dasar perairan yang terpapar pada saat surut rendah.. Pertumbuhan dan Produksi Lamun

Adapun permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini adalah system pengadaan barang, system penyimpanan minuman, pengendalian pengadaan dan penyimpanan minuman,

Perancangan Aktiviti Tahunan 2013 Panitia Bahasa

Metode pembelajaran partisipatif atau dikenal dengan nama students centered learning akan lebih efektif jika didukung dengan sistem digital learning terintegrasi.. Sistem

Penghasilan Panduan Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) ini ialah usaha Lembaga Peperiksaan untuk memastikan pelaksanaan Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) yang

2.1 Semua murid terlibat dan mengambil bahagian dalam pertandingan membuat kad ucapan Hari Raya Aidilfitri yang mengandungi nilai-nilai Pendidikan Moral.. Hadiah disediakan untuk