• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan

Pola makan sering diartikan sebagai kebiasaan makan seseorang setiap harinya. Menurut Baliwati (2004), pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pembentukan pola makan seseorang didasari oleh faktor-faktor tertentu di lingkungan sekitarnya. Pendapat ahli menyatakan bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986). Pola makan juga merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Ranti dan Soegeng, 2004).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola makan adalah cara atau kebiasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok dalam hal mengonsumsi makanan yang dilakukan secara berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama serta merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial di lingkungan sekitarnya.

(2)

frekuensi makan, asupan makanan, dan jenis makan yang berdasarkan faktor-faktor sosial budaya dimana mereka hidup.

Aktivitas dapat kita laksanakan dengan baik apabila kita menerapkan pola makan yang sehat. Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pola makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh. Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengakap, maka semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal.

(3)

2.1.1 Asupan Makanan

Asupan makanan merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi individu dalam sehari. Penilaian asupan makanan biasanya dilihat melalui jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri dari makronutrient yakni karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrient yang terdiri dari vitamin dan mineral.

Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Makanan yang dikosumsi harus seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan umur dan piramida makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan.

Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 angka kecukupan gizi untuk perempuan umur 16-49 tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, yang Dianjurkan untuk Perempuan 16-29 Tahun di Indonesia (perorang perhari)

(4)

manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup.

Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat, protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis sebaiknya dikurangi yakni 3-5 sendok makan perhari saja.

Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai).

Makanan terbagi atas dua jenis yaitu makanan selingan dan makanan utama. Makanan selingan adalah makanan yang dikonsumsi disela-sela waktu makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur, buah dan minuman. Penjelesan lebih lanjut mengenai dua jenis makanan tersebut dijelaskan dibawah ini :

1) Makanan Utama

(5)

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang. (Soediaoetama, 2004).

2) Makanan Selingan

Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari :

a. Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik singkong, kacang telur, pop corn dan sebagainya. b. Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar,

mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya. c. Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam,

empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.

2.1.3 Frekuensi Makan

Frekuensi adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau kejadian yang berulang. Menurut Okviani (2011), Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Jadi, frekuensi makan adalah sejumlah pengulangan yang dilakukan dalam hal mengonsumsi makanan baik kualitatif maupun kuantitatif yang terjadi secara berkelanjutan. Frekuensi makan juga dapat diartikan sebagai seberapa seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makan utama maupun makan selingan.

(6)

biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang dan makan malam.

Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya kejadian maag adalah frekuensi makan kurang dari frekuensi yang dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan kosongnya lambung.

Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan makan makanan utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein yang berguna sebagai cadangan energi untuk melakuakan aktivitas dalam sehari. Berdasarkan penelitian Pereira dari University of Minnesota School of Public Health menyatakan bahwa orang yang makan pagi dapat mengendalikan nafsu

(7)

2.1.4 Jadwal makan

Dalam pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan tidak makan sehingga membuat perut mengalami kekosongan dalam jangka waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung dan berisiko menyebabkan gastritis.

Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga makan utama yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam. Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan pagi (sebelum pukul 09.00), makan siang (jam 12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-19.00). Jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu ini sehingga lambung tidak dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang lama (Oktavani, 2011).

Lambung yang kosong mengakibatkan kadar asam yang meningkat sehingga dapat mengiritasi lambung dan menimbulkan berbagai keluhan gejala maag. Jenis makanan yang dikonsumsi sebaiknya makanan yang tidak menyebabkan pengeluaran asam lambung secara berlebih serta jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur (Almatsier, 2010).

(8)

2.2 Stres

Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang. Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dengan kemampuan untuk mengatasinya (Looker, 2005).

Menurut Mantellow (2007), stres merupakan kumpulan hasil, respon, jalan dan pengalaman yang berkaitan yang disebabkan oleh berbagai stresor, keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres. Istilah stres digunakan untuk menunjukkan adanya suatu reaksi tubuh yang dipaksa, dimana hal tersebut menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie, 2005).

Menurut Greenberg (2004), stres diungkapkan sebagai reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana, 1994).

2.2.1 Etiologi Stres

Kondisi sehat dapat dipertahankan karena individu mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Stres terjadi karena tidak adekuatnya kebutuhan dasar manusia yang akan bermanifestasi pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku (Gunawan, 2007).

(9)

kehidupan sosial dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996 dalam Nasir & Muhith, 2011). Kondisi tersebut dapat menyebabkan stres yang disebut sebagai stresor.

Stres yang dialami seseorang mengakibatkan munculnya konsep stresor, yaitu stresor internal dan stresor eksternal (Selye, 1976 dalam Potter & Perry, 2005). Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya demam, penyakit infeksi, trauma fisik, malnutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang berkelanjutan.

Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang seperti terjadinya perubahan bermakna dalam sutau lingkungan, perubahan peran dan sosial, proses pembelajaran, pekerjaan, hubungan interpersonal, dan penurunan kondisi keuangan. Berdasarkan penjabaran singkat tentang stresor, setiap individu harus beradaptasi dengan stresor yang terjadi pada dirinya dalam rangka bertahan hidup terhadap stresor yang datang dari internal dan eksternal.

2.2.2 Tingkat Stres

Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu : 1. Stres Ringan

(10)

2. Stres Sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

3. Stres Berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmund, 2004).

2.2.3 Dampak Stres

(11)

mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Dampak negatif stres yang mudah diamati dari gejala interpersonal yaitu sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan mudah menyalahkan orang lain. Selain itu, gejala organisasional berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah, menurunnya produktifitas dan menurunnya dorongan untuk berprestasi.

2.3 Gastritis

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Hadi, 1999). Peradangan pada lambung ini disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih. Menurut Ardiansyah (2012), Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.

Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag” adalah suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti mikroorganisme penyebab penyakit, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Yuliarti, 2009).

(12)

diakibatkan pola diet yang tidak tepat. Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung dan bakteri Helicobacter Pylori (Brunner dan Suddart, 2002).

Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan. Ketidakteraturan dalam pola makan misalnya jadwal makan yang tidak tepat, asupan makanan yang tidak sesuai, dan makan makanan yang memicu peningkatan asam lambung seperti terlalu banyak bumbu, gas, santan dan pedas.

2.3.1 Klasifikasi Gastritis

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histopatologi yang khas, distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik tetapi keduanya tidak saling berhubungan.

(13)

a. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan pendarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Erosi yang terjadi pada gastritis akut tidak sampai mengenai lapisan otot lambung. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat obstruksi pylorus.

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

b. Gastritis Kronik

(14)

dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam dan hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibodi terhadap sel parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat Helicobacter Pylory terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).

Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu:

a) Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual, muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh darah pada lambung dan luka akibat operasi.

(15)

dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang otot.

c) Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual, muntah dan perasaan penuh dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun, adanya tumor pada lambung dan

faktor stres.

2.3.2 Gejala Gastritis

Gastritis atau sering disebut maag cukup umum dikenal oleh masyarakat. Meski demikian banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami gejala-gejala gastritis. Dasar diagnosa umum gastritis adalah riwayat rasa tidak enak berulang di ulu hati ½ hingga 1 jam setelah makan (pencernaan) dan timbul terutama pada dini hari. Rasa nyeri akan menghilang dengan diberi makan atau antasida, sekurang-kurangnya untuk sementara. Rasa mual dan muntah sering sekali menyertai rasa nyeri di ulu hati.

Menurut Mansjoer (2001), Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan saluran cerna.

(16)

kembung dan sering sendawa atau cepat merasa kenyang. Gejala lainnya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbul karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik ke kerongkongan sehingga kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan mulut. Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala-gejala tersebut :

a. Sendawa

Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna (kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-kadang bau.

b. Kembung

Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:

1) Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan dari distention. 2) Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif)

dimana didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih besar dari biasanya.

c. Kentut/Flatus

Flatus merupakan keluarnya gas dalam saluran cerna melalui anus

(17)

gula adalah seperti laktosa (gula susu), sorbitol sebagai pemanis rendah kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen. Menurut Misnadiarly (2009), gejala gastritis atau maag antara lain tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus. Berdasarkan klasifikasi gastritis yakni gastritis akut dan gastritis kronik, tanda dan gejala gastritis dapat dibedakan menjadi :

a. Tanda dan gejala Gastritis Akut

Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung, sering buang angin, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti terbakar dan sering sendawa (Puspadewi, 2012).

b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

Menurut Minggu (2014) tanda dan gejala gastritis kronis adalah gastritis sel plasma, nyeri yang menetap pada daerah epigastrium, mausea sampai muntah, dyspepsia, anoreksia, berat badan menurun, dan keluhan yang berhubungan dengan anemia.

2.3.3 Penyebab Gastritis

(18)

dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebih (Uripi,2002).

Penyebab asam lambung menjadi tinggi antara lain mengonsumsi makanan dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam lambung, seperti makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas, bergas, kecut, berkafein tinggi, bersantan, dan berminyak. Aktivitas padat sehingga telat makan serta stress tinggi juga berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan, dan konsumsi alkohol berlebih.

Menurut Brunner & Suddarth (2001) faktor-faktor resiko yang sering menyebabkan gastritis diantaranya :

1) Pola makan

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. Pola makan terdiri dari frekuensi, jenis dan asupan makanan, adapun faktor resiko yang disebabkan pola mkan yang salah dijelaskan sebagai berikut :

a. Frekuensi Makan

(19)

lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri.

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung mulai terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar episgastrium.

Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.

b. Jenis Makanan

(20)

seimbang. Namun beberapa makanan justru dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti halnya makanan pedas.

Mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.

Gastritis dapat disebabkan pula dari konsumsi makanan yang tidak tepat. Makanan tertentu dapat menyebabkan penyakit gastritis seperti buah yang masih mentah, daging mentah, makanan bersantan, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tersebut dan lambat meneruskannya kebagian usus. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi lambung.

c. Asupan Makanan

(21)

jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung. 2) Rokok

Akibat negatif dari rokok sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang dihisap, terdapat kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya acrolein, nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin dapat menghalang timbulnya rasa lapar. Itu sebabnya seseorang menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis.

3) Kopi

(22)

4) Teh

Hasil penelitian Hiromi Shinya dalam buku “The Miracle of

Enzyme” menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh lebih

dari dua gelas secara teratur sering menderita penyakit gastritis. Pada teh terdapat zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi. Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus. Selain itu apabila tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi mengumpalkan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga kanker lambung.

5) Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif, basil yang

(23)

sering diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan gastritis.

6) AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) atau Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAIDS) dan kortikosteroid dapat menghambat sintesis

prostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung. 7) Alkohol

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang minum alkohol 75 gr (4 gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.

8) Usia

Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan dengan seiring bertambah usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter pylori atau gangguan autoimun dari pada orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.

9) Stress

(24)

bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi baik mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang tidak teratur. Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan (Budiman, 2011). Adapun jenis stres adalah sebagai berikut :

a. Stress Psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik, tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal itu dibiarkan, lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya gastritis.

b. Stress Fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluk empedu, atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus dan pendarahan pada lambung.

2.3.4 Pencegahan Gastritis

(25)

a) Menerapkan pola makan yang baik dengan makan secara teratur seperti makan pada jadwal makan yang tepat dan menerapkan frekuensi makan yang baik yaitu dengan tiga kali makan makanan utama dan tiga kali makan makanan selingan. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang. Makanan yang diolah dengan cara digoreng, pedas, dan asam, sebaiknya dihindari karena dapat mengiritasi lambung. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya adalah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus, disemur atau ditim.

b) Makan dalam jumlah kecil tapi sering serta memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, digoreng, dan berlemak.

c) Tidak mengonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.

(26)

e) Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan hindari pemakaian obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.

f) Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.

g) Olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan dengan lebih cepat.

h) Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke. Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda dan cara menurunkan tingkat stress aalah dengan mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan pikiran. Cara menenangkan pikiran dapat dilakukan dengan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.

2.3.5 Pengaturan Diet dalam Pencegahan Gastritis

(27)

Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna.

Menurut Persagi (2006), sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Selain itu perlu diperhatikan pula teknik mengolah makanan seperti direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan.

Maag dapat disebabkan oleh pola makan yang salah seperti makan tidak teratur serta tidak memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi guna mencegah gastritis adalah sumber karbohidrat yang mudah dicerna (nasi lunak, roti, biskuit, krekers), sumber protein yang diolah dengan cara direbus dan dipanggang dan ditumis, sayuran yang tidak bergas dan tidak banyak serat (bayam, dan wortel), buah-buahan yang tidak bergas (pepaya, pisang, pir), dan minuman (teh, susu).

(28)

(kedondong, jambu biji, durian, nangka dan buah-buahan masam), makanan yang pedas, makanan bergas dan berlemak tinggi (tapai, coklat, gorengan, jeroan) dan minuman bergas.

Menurut Almatsier (2010) terdapat jenis makanan yang dapat dikonsumsi guna mencegah peningkatan asam lambung dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi karena dikhawatirkan dapat memicu timbulnya gastritis. Jenis makanan tersebut antara lain :

Tabel 2.2 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan sebagai pencegahan peningkatan asam lambung

No. Jenis Bahan Makanan

Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan

1. Sumber hidrat arang

4. Lemak. Margarine, minyak

(tidak untuk menggoreng dan

santan encer).

Lemak hewan, santan kental.

(29)

No. Jenis Bahan Makanan

Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan

6. Buah-bauhan. Pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut, sari 7. Bumbu-bumbu. Gula, garam, vitsin,

kunyit, kunci, serasi,

2.4 Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres dengan Timbulnya Keluhan

Gastritis

Terjadinya gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur terdiri dari jadwal, frekuensi, jenis dan asupan makanan yang tidak tepat. Penelitian yang dilakukan Mawaddah Rahmah,dkk (2012) dengan judul faktor risiko kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa pola makan (jenis makanan dan frekuensi makan) merupakan faktor risiko kejadian gastritis. Faktor lain yang juga menjadi risko gastritis adalah kebiasaan meminum kopi, merokok, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, dan riwayat gastritis keluarga. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, dan tidak jarang kondisi seperti ini dapat menimbulkan luka pada lambung.

(30)

timbul rasa nyeri. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 3-4 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.

Jenis makanan yang dikonsumsi turut berperan dalam tejadinya gastritis. Konsumsi makanan pedas, berlemak/minyak, santan, bergas, kopi, teh, alkohol dapat memicu peningkatan asam lambung. Produksi HCL yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan perdarahan pada lambung.

(31)

makanan dan pola makan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sri Hartati, Wasisto Utomo, dan Jumain (2014) yang meniliti hubungan pola makan dengan resiko gastritis pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK. Dari penelitian tersebut ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan pola makan dengan resiko gastritis pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK.

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari pencegahan dan penatalaksanaan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan.

(32)

2.5 Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pola makan, tingkat stres dan keluhan gejala gastritis (maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair. Kerangka yang disusun pada penelitian ini yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2007).

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari

Departemen Store Plaza Medan Fair Pola Makan

1. Jenis Makanan 2. Frekuensi Makan 3. Jadwal Makan

4. Asupan Makanan Gastritis

Gambar

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, yang
Tabel 2.2  Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan sebagai pencegahan
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres dan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis keseimbangan aliran bahan pada kondisi nyata, kinerja sistem antrian menunjukan bahwa pada model 1 tidak terjadinya antrian dengan nilai utilitas

Pasien adalah orang yang berdasarkan indikasi medis dapat mengunakan, mendapat, memiliki, menyimpan dan membawa narkotika golongan II dan golongan III dalam jumlah

Data kemapuan pemahaman matemtis yang diperoleh dari dari kedua hasil harus dianlisis terlebih dahulu, apakah sampel data berasal dari sebaran populasi yang berdistribusi normal

Terima kasih atas dukungan dan doa dari orang-orang yang ada disekitar saya, karena saya dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya4. Banyak cerita suka dan duka

disimpulkan beberapa hal, yaitu (1) Pengetahuan petani tentang pupuk hayati fungi mikoriza sangat rendah begitu juga dengan pemanfaatan dan cara pembuatan pupuk

Intermediate EFL Learners‟ in Reading Comprehension. This research was conducted at MAN 2 Semarang in the Academic Year 2017/2018 especially in twelfth grades students of

According to Lado (1972: 1) as cited in Mardianawati (2012: 11), there are several aspects that students should need to know and learn, they are: meaning, spealling,

juga dengan rasio perputaran atau turnover yang merupakan unsur aktiva dan. sering dihubungkan