• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Karya Tulis Ilmiah. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Karya Tulis Ilmiah. docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Pemanfaatan Ekstrak Daun Paitan (Tithonia diversifolia) sebagai

Pembasmi Hama Serangga pada Tanaman Tomat (Solanum

lycopersicum)

Disusun Oleh:

ALMIRA ARIEF RAHMA PUTRI

01

BERISTA SVENTY IMELDA MARGARETHA

04

NAFISATUL LAYLI QODARIYAH

10

XII – AKSELERASI

SMA NEGERI 01 BATU

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tiada terhingga selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan

Yang Maha Pencipta. Hanya atas limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya yang tiada

habisnya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul:

“Pemanfaatan Ekstrak Daun Paitan (Tithonia deversifolia) sebagai Pembasmi Hama Serangga pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).”

Kami telah berusaha menyusun Karya Tulis ini sebaik mungkin. Namun demikian,

kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga Karya Tulis ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menyambut dengan senang hati tegur sapa

dan sumbangsih yang sekiranya dapat kami gunakan sebagai masukan. Untuk itu, kami

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami

hingga selesainya penyusunan Karya Tulis ini.

Sekian yang dapat kami sampaikan, bila mungkin ada kekurangan atau kesalahan yang

kami lakukan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, semoga Karya Tulis ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Batu, 30 Januari 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I. Pendahuluan 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

D. Manfaat 5

Bab II. Kajian Pustaka 6

Bab III. Metode Penelitian 13

A. Jenis Penelitian 13

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 13

C. Subjek Penelitian 13

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 13

E. Prosedur Penelitian 13

Bab IV. Hasil 14

Bab V. Pembahasan 15

Bab VI. Penutup 17

A. Kesimpulan 17

B. Saran 17

Bab VII. Lampiran 18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Potensi pengembangan berbagai jenis sayuran di Kota Batu sangat tinggi. Tumbuhan Tomat (Solanum lycopersicum) termasuk salah satu jenis tumbuhan yang paling banyak terdapat di Kota Batu. Akan tetapi, dalam pengembangannya, tumbuhan Tomat menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama serangga.

Pertanian modern dengan masukan bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus menyebabkan penurunan kualitas tanah. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan organik yang berakibat pada pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya ikat tanah terhadap air, rendahnya populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami kejenuhan dan secara umum pada rendahnya tingkat kesuburan dan produktifitas tanah (Notohardiprawiro, 2006).

(5)

Kelebihan Daun Paitan dibanding bahan insektisida organik lainnya, seperti kotoran ternak adalah nilai keharaan yang lebih tinggi, kecuali kandungan P; menghasilkan asam organik sederhana (sitrat, oksalat, laktat, asetat, butirat) asam humat dan fulvat lebih tinggi, mempunyai daya netralisasi Fe (besi) dan Al (Alumunium) lebih tinggi, dan meningkatkan ketersediaan P lebih tinggi (Suntoro, 2001). Pengolahan Daun Paitan ini dilakukan dengan ditumbuk kemudian dikeringkan dan dicampurkan dengan air. Alasan pembuatan pupuk organik dalam bentuk cair karena lebih cepat menyuplai unsur hara dalam jumlah lebih besar (Marsono dan Sigit, 2001). Pada jaman dahulu, masyarakat Indonesia mengolah Daun Paitan dengan merebusnya. Hal ini dianggap kurang efektif, karena vitamin dan kandungan lainnya dapat berubah struktur kimianya jika terkena panas. Panas dan oksidasi dapat menghancurkan vitamin dan zat lainnya yang terkandung dalam Daun Paitan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengolah Daun Paitan menjadi insektisida?

2. Bagaimana efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga? C. Tujuan

1. Mendeskripsikan cara mengolah Daun Paitan menjadi insektisida.

2. Mendeskripsikan efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga. D. Manfaat

1. Menjadi alternatif pembasmi hama serangga pada tumbuhan Tomat. 2. Menciptakan insektisida yang ramah lingkungan dan ekonomis. 3. Sebagai penambah wawasan bagi siswa dan petani Tomat.

BAB II

(6)

A. Daun Paitan

Tanaman Paitan (Tithonia diversifolia) adalah salah satu jenis tanaman legum yang tumbuh liar di pinggir jalan dan padang rumput. Paitan dianggap gulma oleh masyarakat karena tumbuh di lahan pertanian. Tanaman ini tumbuh hampir di seluruh dunia dan diperkirakan berasal dari Meksiko (Hartatik, 2007). Daun Paitan merupakan jenis tanaman berbunga dengan warna kuning keemasan memesona yang keluar pada akhir musim penghujan dengan penampilan mirip dengan bunga matahari, sebagai anggota suku

asteraceae. Memiliki berbagai julukan lokal semisal Paitan di daerah Jawa (Paitan berasaln dari kata pahit). Spesies ini juga dijuluki The Tree Marigold, Mexican tournesol, Mexsican sunflower, Japanese sunflower ataupun Nitobe chrysanthemum. Tanaman ini dapat bersifat semusim maupun tahunan dengan ketinggian, 2-3 m membentuk semak menahun dengan stolon di dalam tanah. Memiliki daun berseling, berbentuk bulat telur sampai bulat telur-belah ketupat, atau bulat telur-memanjang, tepi daun bergerigi. Perbungaan tumbuh pada bagian aksiler atau terminal dan soliter, bunga berbentuk tabung, mahkota bunga berwarna kuning, kepala sari berwarna hitam dan di bagian atasnya berwarna kuning. Tanaman ini jarang dibudidayakan secara sengaja sehingga sering dikategorikan sebagai gulma Paitan.

(7)

tanah, meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah serta dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas lahan yakni meningkatkan bahan organik tanah. Kandungan nitrogen pada Paitan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen pada lahan yang akan ditanami. Tanaman ini mengandung bahan beracun yang disebut asam palminat. Senyawa asam palminat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Cara masuk pestisida ini kedalam tubuh serangga bisa secara kontak maupun perut (oral) (Nugroho, 2005). Tukimin (2002) menyebutkan bahwa pada konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama. Di samping itu tanaman tersebut mempunyai ciri rasa yang sangat pahit sehingga dapat berperan negatif bagi serangga hama seperti disampaikan oleh Heyne K. (1987) dengan adanya minyak atsiri sebanyak 1,14% menyebabkan tanaman Paitan dapat digunakan sebagai insektisida nabati alternatif. Dengan demikian tanaman ini dapat berfungsi ganda yaitu sebagai tanaman penahan erosi sekaligus bermanfaat sebagai bahan insektisida nabati (Sastroutomo, S 1992).

Namun, selain berpotensi sebagai sumber hara, Paitan mempunyai efek negatif yaitu bersifat alelopati terhadap tanaman. Paitan melepaskan senyawa fitotoksik ke dalam tanah. Ekstrak air dari daun Paitan dengan konsentrasi 10 dan 20 mg DME/ml dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan benih. Tingkat penghambatan terhadap pertumbuhan tanaman bergantung pada jenis tanaman dan asal ekstrak Paitan. Ekstrak daun memberikan aktivitas penghambatan yang lebih tinggi dibanding dengan ekstrak batang atau akar.

B. Hama Serangga

Sudah lama disadari bahwa hama serangga merupakan gangguan pada tanaman. Hama dalam artian luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya dimana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama.

(8)

dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran hama serangga. Terdapat dua konsep berbeda terkait serangga dan hama, yaitu serangga hama dan hama serangga. Serangga hama merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut serangga-serangga yang berpotensi sebagai hama. Serangga-serangga-serangga ini memiliki aktivitas yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian dalam suatu agroekosistem, baik karena aktivitasnya merusak secara langsung misalnya serangga herbivor ataupun secara tidak langsung misalnya serangga vektor penyakit. Sementara hama serangga adalah istilah yang digunakan untuk populasi serangga yang telah menjadi hama dalam suatu agroekosistem. Keberadaan populasi serangga ini dianggap telah menimbulkan kerugian dalam agroekosistem. Jadi dapat dikatakan bahwa hama serangga adalah serangga-serangga hama yang populasinya terlalu besar sehingga menimbulkan kerugian. Dengan demikian dalam proses produksi, masalah hama tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan memengaruhi produksi secara kualitatif maupun kuantitatif dan mampu menurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan menyebabkan gagal panen, secara efektif. Oleh karena itu petani selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut dengan berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida kimia. Demikian juga halnya pada tanaman tomat terdapat berbagai jenis hama serangga dari berbagai ordo dari tingkat gangguannya berbeda pada tiap fase pertumbuhan.

Konsep timbulnya hama dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu:

a) Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahan struktur pada suatu ekoistem. Hal ini akan mengakibatkan ekosistem tersebut menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadi penurunan atau bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi suatu jenis serangga menjadi meningkat drastis dan menimbulkan kerusakan. Pembukaan lahan baru untuk pertanian biasanya akan menyebabkan kondisi menjadi tidak stabil. Penanaman secara monokultur akan berpotensi menyebabkan terjadinya dominasi suatu organisme pada ekosistem tersebut. Penanaman monokultur akan menyediakan sumber makanan yang sangat berlimpah untuk suatu jenis organisme sehingga populasi organisme tersebut akan berkembang dengan sangat pesat sementara faktor pembatas seperti musuh alami mungkin sangat kurang.

(9)

c) Selain itu perubahan persepsi manusia juga dapat menentukan status hama, salah satunya dapat diukur dari ambang ekonomi. Hewan dapat berubah statusnya menjadi hama jika populasinya sudah melebihi atau diatas ambang ekonomi, atau tingkat kerusakan yang ditimbulkannya sudah merugikan secara ekonomi.

Sering dilupakan bahwa dalam upaya pengendalian hama perlu memperhatikan bioteknologi hama serangga tersebut agar dicapai hasil yang maksimal dengan metode pengendalian yang tepat. Perilaku serangga sebagai hama sangat berkaitan dengan kerusakan yang ditimbulkannya. Pada dasarnya jenis kerusakan pada tanaman oleh serangga hama sangat erat kaitannya dengan tipe alat mulut dari serangga hama itu sendiri. Ada beberapa tipe alat mulut serangga yaitu:

a) Tipe alat mulut menggigit-mengunyah. Alat mulut seperti ini digunakan untuk memotong atau menggigit dan mengunyah makanan padat, dicirikan dengan adanya mandibula yang kuat. Serangga yang memiliki tipe alat mulut ini akan menyebabkan gejala kerusakan berupa sobekan pada daun, gigitan, gerekan pada buah, batang dan akar.

b) Tipe alat mulut menusuk menghisap. Pada tipe alat mulut ini, alat mulut berupa stilet atau jarum. Serangga menghisap cairan tanaman sehingga dapat menyebabkan gejala kerusakan akibat kehilangan cairan tanaman. Kadangkala ada beberapa serangga yang pada saat sebelum menghisap cairan tanaman, serangga tersebut mengeluarkan cairan toksik sehingga mematikan sel-sel tanaman (nekrosis) tersebut terlebih dahulu. Beberapa gejala akibat serangan serangga dengan alat mulut menusuk-menghisap yaitu nekrosis (matinya jaringan tanaman), daun menjadi keriting, bercak-bercak/ spot-spot pada daun datau buah, daun menggulung/klorosis, tanaman menjadi kerdil, dll.

c) Tipe alat mulut meraut menghisap. Serangga dengan tipe alat mulut ini akan merusak bagian tanaman terutama daun, kemudian cairan tanaman akan dihisap. Pada tipe alat mulut ini gejala yang ditimbulkan berupa goresan putih keperakan pada bunga dan daun.

d) Tipe alat mulut mengait-mengisap. Serangga hama dengan tipe alat mulut ini bisaanya menyerang buah. Gejala yang ditimbulkan biasanya bagian dalam buah hancur dan membusuk. Serangga dengan tipe alat mulut seperti ini bisaanya dari kelompok larva diptera atau lalat.

e) Tipe alat mulut lainnya adalah menjilat menghisap contohnya lalat rumah, dan tipe alat mulut menghisap contohnya golongan nyamuk dan kupu-kupu.

Serangga-serangga hama dengan jenis alat mulut demikian memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam aktivitasnya merusak tanaman. Perilaku serangga dalam merusak tanaman dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(10)

atau sulur tanaman lada; Xyloborus coffee menggerek cabang atau ranting tanaman kopi; ulat tanah Agrotis ipsilon memotong bagian pankal batang tanaman pada malam hari.

b) Serangga yang merusak daun atau kuncup daun tanaman dengan cara memakannya atau menghisap cairannya. Contoh: Kumbang Oryctes rhinoceros, menyerang pohon dan daun muda kelapa; Lasioderma serricorni, kumbang tembakau, menyerang daun tembakau yang kering yang tersimpan di dalam gudang.

c) Serangga yang merusak buah atau bunga dengan cara memakan, mengisap atau menggereknya. Contoh: ulat Helicoverpa armigera, hama penggerek bonggol jagung; Etiella zinckenella, ulatnya menggerek bunga, buah, dan batang tanaman kapas; Acrocero cramerella, menyerang buah coklat yang masih muda.

d) Serangga yang menyerang akar tanaman. Contoh: Gryllus bimaculatus dan Teleogryllus testaceus menyerang bermacam-macam akar tanaman.

e) Serangga yang menyerang titik tumbuh tanaman. Contoh: Atherigona exigua, lalat pada persemaian padi; Orseolea oryzae, hama ganjur, larvanya menyerang titik tumbuh padi; Agromyza phaseoli, lalat bibit yang merusak dan menyerang bibit kacang tanah, dan kacang kedelai.

f) Serangga sebagai vektor penyakit tanaman, seperti bakteri, jamur dan virus. Contohnya: kumbang Cerotoma variegate dan Epilachna varivestis, merupakan virus mosaik kacang kapri; Nilavarpata lugens, wereng coklat dan Nephotettix verescen, wereng hijau menularkan virus kerdil rumput dan virus tongro.

g) Serangga perusak atau pemakan hasil pertanian atau biji-bijian di tempat penyimpanan (hama gudang). Contohnya: ngengat Ephestia cautella dan Sitotroga cerealella, meyerang padi, gabah, dan kacang tanah; kumbang Sitophillus oryzae.

C. Tomat (Solanum lycopersicum)

(11)

pipih, warnanya agak kuning kecokelatan. Tomat merupakan keluarga dekat kentang. Terdapat ratusan kultivar tomat yang dibudayakan dan diperdagangkan. Pengelompokan hampir selalu didasarkan pada penampilan atau kegunaan buahnya.

1. Berdasarkan penampilan

Terdapat buah tomat dengan kisaran warna dar hijau ketika masak, kuning, jingga, merah, ungu (hitam), serta belang – belang. Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal kelompok tomat :

Granola yang berbentuk bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung).

Gondol yang bisa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di Indonesia adalah kultivar “Gondol Hijau” dan “Gondol Putih”, dan keturunan dari kultivar impor “Roma”) dan termasuk pula tomat buah.

Sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam masakan.

Ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah yang panjang.

2. Berdasarkan kegunaan

Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkan hal ini, fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah.

Perkembangan pengetahuan, sekarang tomat tidak hanya sebagai pelengkap untuk makanan melainkan juga sudah dikenal luas untuk kecantikan. Manfaat tomat untuk kecantikan antara lain adalah untuk mengecilkan pori – pori dan mencerahkan kulit karena tomat kaya dengan kandungan vitamin C.

(12)

jamur pada tubuh manusia. Penelitian di amerika, lelaki yang konsumsi sekurang-kurangnya sepuluh porsi buah tomat yang dimasak didalam 1 minggu dapat turunkan risiko terkena kanker prostat hingga 45%. Perihal ini dimungkinkan dikarenakan ada likopen, karoten pada tomat yang diakui bisa menghindar munculnya tumor serta kurangi efek terkena penyakit jantung.

Buah Tomat memiliki Kandungan Alkaloid Solanin (0, 007%), Saponin, Asam Folat, Asam Malat, Asam Sitrat, Bioflavonoid (Terhitung Teratur), Protein, Lemak, Gula (Glukosa, Fruktosa), Adenin, Trigonelin, Kholin, Tomatin, Mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, Sulfur, Chlorine), Vit. (B1, B2, B6, C, E, Likopen, Niasin), Serta Histamin. Konsumsi secara teratur bisa memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Klorin serta sulfur yaitu trace element yang bermanfaat detoksikan. Klorin alamiah menstimulir kerja hati untuk buang racun tubuh serta sulfur membuat perlindungan hati dari berlangsungnya sirosis hati serta penyakit hati yang lain. Likopen yaitu pigmen kuning beta karoten pada tomat. Tomatin bermanfaat sebagai antibiotik. Daun memiliki kandungan pektin, arbutin, amigdalin, serta alkaloid. Kandungan vitamin buah tomat sangat banyak, seperti vitamin A dan vitamin B yang mencapai 1600 IU sehingga dapat mencegah penyakit mata. Ada pula vitamin C dengan kadar 35 mg sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan gizi dan vitamin buah tomat sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tomat terdiri atas lima sampai sepuluh persen berat kering tanpa air serta satu persen kulit dan biji.

Tomat memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan jeruk. Berdasarkan pada penelitian diketahui bahwa tanaman tomat yang berwarna merah sarat akan kandungan vitamin C dan vitamin A. Semakin matang buah tomat, semakin banyak kandungan vitaminnya. Tomat tidak hanya kaya akan vitamin C dan vitamin A saja, ternyata juga mengandung Lycopene, yaitu semacam antioksidan yang berguna untuk menghancurkan radikal bebas akibat polusi kendaraan, asap rokok, dan zat berbahaya lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Lycopene juga diketahui berperan aktif dalam mencegah rusaknya sel yang bisa mengakibatkan kanker, seperti kanker prostat, kanker mulut rahim, dan sebagainya. Gel yang terdapat di luar biji tomat juga berguna untuk mencegah pembekuan darah yang bisa menyebabkan sakit jantung dan stroke.

BAB III

METODE PENELITIAN

(13)

Penelitian ini berjenis kualitatif ekperimental atau uji coba. Termasuk ke dalam kualitatif karena menitikberatkan pada kualitas hasil penelitian. Eksperimen dilakukan secara bertahap pada objek yang sama dengan cara yang berbeda.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium terbuka, yaitu taman rumah. Penyemprotan ekstrak daun paitan dilakukan dalam waktu delapan hari, dimulai tanggal 22 Agustus 2014 sampai tanggal 30 Agustus 2014. Sedangkan penelitian tanaman Tomat dilakukan hingga tanaman Tomat berbuah.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah hasil perkembangan tanaman Tomat berhama serangga yang disemprot ekstrak daun Paitan secara berkala, yaitu dua hari sekali, tiga semprot.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau uji coba terhadap dua buah tanaman berhama. Tanaman pertama disemprot dengan campuran dua sendok makan bubuk ekstrak daun paitan dan tiga sendok makan bubuk ekstrak daun paitan. Instrumen yang digunakan adalah tabel hasil pengamatan terhadap objek eksperimen.

E. Prosedur Penelitian

1. Menyiapkan dua buah tanaman Tomat berhama.

2. Mengeringkan daun paitan.

3. Menumbuk daun paitan yang sudah kering.

4. Mencampur dua sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air.

5. Mencampur tiga sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air

6. Menyemprotkan larutan pertama (dua sendok) ke tanaman I dan larutan kedua (tiga sendok) ke tanaman II

7. Penyemprotan dilakukan setiap tiga hari sekali selama delapan hari.

8. Melakukan pengamatan terhadap dua buah tanaman tersebut dan menuliskan hasilnya dalam tabel hasil pengamatan

(14)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa Ekstrak Daun Paitan (Tithonia diversifolia) dan variabel terikat berupa tanaman Tomat (Solanum lycopersicum). Selama 6 hari penyemprotan, hasil yang nampak pada tanaman Tomat disimpulkan dalam tabel berikut:

2 Sendok Bubuk Daun Paitan 3 Sendok Bubuk Daun Paitan

Hari ke- Hasil Hari ke- Hasil

1 Belum terjadi perubahan. 1 Belum terjadi perubahan. 2 Hama mulai berkurang 2 Belum terjadi perubahan 3 Hama lebih berkurang dan

mulai tumbuh bunga 3 Tanaman sedikit layu 4 Hama tidak ada dan bunga

semakin banyak 4

Tanaman sedikit layu dan bunga tumbuh 5 Tetap seperti hari keempat 5 Jumlah bunga lebih banyak 6 Bunga semakin berkembang 6 Tanaman tidak layu dan bunga

(15)

BAB V

PEMBAHASAN

Tumbuhan Paitan sangat mudah ditemukan di pekarangan atau di pinggir jalan, karena jumlahnya yang sangat banyak, bahkan berlebih, sehingga tumbuhan Paitan dianggap sebagai gulma di beberapa tempat. Setelah diteliti oleh beberapa peneliti professional, ternyata Daun Paitan memiliki beberapa kandungan yang sama dengan kandungan obat pembsami hama serangga. Oleh sebab itu, pada percobaan ini, daun paitan digunakan sebagai pembasmi hama serangga pada tanaman Tomat. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pengurangan penggunaan insektisida kimia, dengan jalan menggunakan insektisida alami, karena ekstrak Daun Paitan sebagai insektisida alami lebih bersifat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan pencemaran pada tanah maupun udara. Cara mendapatkan dan cara mengolahnya yang mudah menjadi salah satu alasan bahwa insektisida alami lebih baik dibanding insektisida kimia.

Pembuatan ekstrak daun paitan dimulai dengan mengeringkan daun paitan lalu menumbuknya. Agar mendapat ekstrak daun paitan yang lebih halus, saring dahulu hasil tumbukan untuk memisahkan bubuk daun paitan dengan sisa tumbukan. Untuk mengetahui efektifitas takaran bubuk daun paitan, siapkan dua botol yang berisi 350 ml air dan isi dengan dua sendok makan bubuk daun paitan serta pada botol kedua diisi dengan 3 sendok makan bubuk daun paitan. Penyemprotan dilakukan dua hari sekali dan disemprotkan pada dua tanaman yang berbeda serta jumlah kadar insektisida yang berbeda. Dalam hal ini, tanaman Tomat yang digunakan dalam kondisi kesehatan yang sama, media yang sama, serta intensitas hama serangga awal yang sama.

(16)

Pada awal penyemprotan, hewan yang biasanya hinggap diatas tanaman tomat tidak terlihat, hal ini disebabkan oleh bau yang tidak sedap yang dikeluarkan larutan daun paitan dan apabila daun tomat dipegang, akan terasa keset, kondisi ini membuat hewan tidak mau hinggap di tanaman tomat. Hal ini menyebabkan tanaman Tomat menjadi segar dan tidak dimakan oleh hewan-hewan yang biasanya hinggap di tanaman Tomat tersebut.

Hasil yang didapat adalah buah tomat yang lebih besar dibanding buah tomat yang tidak disemprot larutan daun paitan, jumlah buah lebih banyak, buah tomat tidak cepat busuk, dan pada akhir tanam tomat masih ada yang tumbuh meskipun ukurannya lebih kecil. Hal ini bisa dimanfaatkan para petani untuk menyiasati kelangkaan buah Tomat pada musim kemarau, karena pada waktu tanaman Tomat yang lain berhenti berbuah, sementara tanaman Tomat yang disemprot ekstrak Daun Paitan masih bisa berbuah meskipun ukurannya lebih kecil.

Keuntungan yang didapat dari kegiatan pembuatan ekstrak daun paitan adalah jumlah tanaman paitan yang dibutuhkan lebih dari cukup dan mudah didapat, hal ini menyebabkan modal yang dikeluarkan tidak banyak dan bisa dianggap gratis. Disamping itu, tanaman Paitan bisa tumbuh dengan cukup baik, meskipun dalam keadaan tanah yang kurang subur dan miskin hara. Macam-macam peralatan dan bahan yang lain mudah didapat, seperti alat ulek dan air. Botol yang digunakan untuk larutan insektisida bisa menggunakan botol bekas yang disambungkan dengan alat peyemprot, atau botol semprot bekas penghalus pakaian. Hasil yang didapat juga lebih memuaskan dibanding penggunaan insektisida kimia, serta tidak ada resiko pencemaran tanah.

(17)

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan selama lebih kurang 12 hari, disimpulkan bahwa ekstrak daun paitan yang dilarutkan dalam air sebanyak 350 ml dengan kadar dua sendok makan, lebih efektif daripada kadar ekstrak tiga sendok makan. Dengan penyemprotan yang rutin dan kepekatan yang tepat, hama tanaman semakin berkurang dan hasil panen buah tomat yang lebih banyak dibanding tanpa penyemprotan larutan daun paitan.

B. SARAN

1. Bagi para petani sebaiknya beralih ke insektisida alami seperti ekstrak daun paitan, karena memiliki hasil yang baik dan tidak beresiko pencemaran pada tanah.

2. Bagi pemerintah sebaiknya menyosialisasikan penggunaan ekstrak daun Paitan sebagai insektisida alami untuk tanaman agar bisa mendapatkan tanaman yang bersifat organik.

(18)

Bab VII

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait