• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penetapan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, defenisi dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

hubungan antar konsep.9 Dengan adanya teori, peneliti dapat memahami secara

jelas masalah yang akan diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitan ini adalah

sebagai berikut:

2.1.1 Kebijakan Publik

2.1.1.1Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan berasal dari kata policy dari bahasa Inggris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan

sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan

cara bertindak. Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum,

masyarakat, ataupun Negara.Thomas R. Dye (1981) memberikan

pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak

dilakukan maupun dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan menurut

Easton (1969), kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai

kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya

mengikat.Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu

9

(2)

tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan

bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan

bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.10

Anderson (1975) memberikan defenisi kebijakan publik Sebagai

kebijakan–kebijakan yang dibangun oleh badan – badan dan pejabat

– pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu adalah: 1)

Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu; 2) Kebijakan

publik berisi tindakan – tindakan pemerintah; 3) Kebijakan publik

merupakan apa yang benar – benar dilakukan oleh Pemerintah, jadi

bukan merupakan apa yang dimaksdukan untuk dilakukan; 4)

Kebijkan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti

merupakan tindakan pemerintah mengenai segala ses uatu masalah

tertentu; 5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang

positif yang didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat

mengikat dan memaksa. Sedangkan menurut Woll (1966) Kebijakan

publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan

masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui

berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.11

Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah segala sesuatu

10

Hessel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi (Yogyakarta :YPAPI &Lukman Offset, 2003) hal. 1-2.

11

(3)

yang dilakukan oleh pemerintah baik secara langsung maupun

melalui lembaga lain yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah

yang ada di masyarakat yang bersifat mengikat.

2.1.1.2Tahapan Kebijakan Publik

Menurut William Dunn , tahap-tahap kebijakan publik adalah

sebagai berikut:12

a. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih

dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya,

beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan.

Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali,

sementara masalah lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan , atau

ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu

yang lama.

Penyusunan kebijakan

Formulasi kebijakan

Adopsi kebijakan

Implemantasi kebijakan

Evaluasi kebijakan

12

(4)

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefenisikan

untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan

masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif kebijakan. Sama

halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam

agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing

alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil

untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan

‘bermain’ untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para

perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan

tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus

antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit,

jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu,

program kebijakan yang diambil sebagai alternatif pemecahan masalah

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan

administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat

bawah.Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

(5)

Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana,

namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para

pelaksana.

e. Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu

memecahkan masalah. Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki

masalah yang dihdapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah

ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai

apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

2.1.2 Implentasi Kebijakan

Ripley and Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang

terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,

kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah implementasi

menunjuk tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh

para pejabat pemerintah.Implementasi mencakup tindakan-tindakan oleh berbagai

aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program

berjalan.13

Menurut Dunn, implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian

aksiaksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan Van Meter dan

13

(6)

Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara

kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.14

Jadi, implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu

kebijakan dirumuskan.Implementasi kebijakan adalah salah satu variabel yang

penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan. Tanpa

implementasi maka suatu kebijakan yang sudah dirumuskan akan sia-sia. Oleh

karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting dalam

kebijakan publik.

2.1.2.1Model Implementasi Kebijakan

Dalam implementasi kebijakan, terdapat beberapa model kebijakan,

sebagai berikut :15

a. Model Implementasi George C. Edwards III

Menurut George C. Edwards III implementasi kebijakan dipengaruhi

oleh empat variabel, yakni :

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi

14

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ed. 2 (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press) hal. 132.

15

(7)

tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok

sasaran sehingga akan mengurangi distorsi impelementasi. Apabila

tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak

diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan

terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah di komunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implemenytasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya

tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetisi

implementor, dan sumber daya financial.Sumber daya adalah faktor

penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.Tanpa sumber daya,

kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif

yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi

kebijakan juga menjadi tidak efektif.

(8)

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap

organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang

akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya

menyebabkan aktifitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.2

Model Implementasi menurut George Edwards III

Sumber : Subarsono, 2005

(9)

Variabel isi kebijakan ini mencangkup : 1) sejauh mana

kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan; 2) jenis

manfaat yang diterima oleh target group, sebagai contoh, masyarakat di wilayah slumareas lebih suka menerima program air bersih atau perlistrikan daripada menerima program kredit sepeda motor; 3)

sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan; 4)

apakah letak sebuah program sudah tepat. 5) Apakah sebuah kebijakan

telah menyebutkan implementornya dengan rinci; 6) apakah sebuah

program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan

Variabel lingkungan kebijakan mencakup : 1) seberapa besar

kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor

yang terlibat dalam implementasi kebijakan; 2) karakteristik institusi

dan rejim yang sedang berkuasa; 3) tingkat kepatuhan dan

(10)

Gambar 1.3

Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle

Sumber : Subarsono, 2005

c. Model Implementasi Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok

variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : (1)

karakteristik dari masalah (tracbility of the problem); (2)

karakteristik kebijakan/ undang-undang ; (3) variabel lingkungan,

(11)

Gambar 1.4

Model Implementasi Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Sumber : Subarsono, 2005

d. Model Implementasi S. Van Meter dan carl E. Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn, ada lima variabel yang memengaruhi

kinerja implementasi, yakni : (1) Standar dan sasaran kebijakan ; (2)

sumberdaya; (3) komunikasi; (4) karakteristik agen pelaksana; (5)

kondisi sosial, ekonomi dan politik.

1. Standar kebijakan dan sasaran. Standar dan sasaran kebijakan harus

jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan

sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan

(12)

2. Sumber Daya. Implementasi kebijakan memerlukan sumber daya

baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3. Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi

sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen

pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan

pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya

itu akan memengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup

sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan; Sejauh mana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi

kebijakan; karakteriristik para partisipan, yakni mendukung atau

menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan

apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga

hal yang penting, yakni: (a) respons implementor terhadap

kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untuk

melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya

terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni

prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

(13)

Model Implementasi Van Meter dan Van Horn

2.1.2.2Model Implementasi yang Digunakan

Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang sedang berjalan

(implementasi) dapat dilakukan dengan berbagai model pendekatan

seperti yang telah disebutkan di atas. Oleh karenanya, model yang

dipakai dalam penelitian implementasi Peraturan Daerah Nomor 13

tahun 2011 Tentang Tata Ruang Dalam Penetapan Kawasan Ruang

Terbuka Hijau Di Kota Medan adalah dengan melihat variabel:16

1. Komunikasi

Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah

bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengethaui apa

yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan

perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum

16

(14)

keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti. Tentu saja,

komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat. Secara

umum Edwards membahas tida indikator penting dalam proses

komunikasi kebijakan, yakni:

a. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi

masalah dalam penyaluran komunikasi, yaitu adanya salah

pengertian yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang

harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang

diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

b. Kejelasan, yakni komunikasi yang diterima oleh pelaksana

kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak

ambigu/mendua.

c. Konsistensi, yakni perintah yang diberikan dalam pelaksanaan

suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau

dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka

dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber-Sumber

Sumber-sumber adalah faktor yang paling penting dalam

implementasi kebijakan agar efektif. Sumber –sumber tersebut dapat

berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan

sumber daya finansial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya

(15)

Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana

sumber-sumber mempengaruhi implementasi kebijakan adalah:

a. Staf

Sumber daya utama implementasi kenijakan adalah staf atau

pegawai. Kegagalan sering terjadi dalam implementasi kebijakan,

salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup

memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.

b. Sumber Daya Fasilitas

Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk,

yakni pertama, informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan

dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang

telah ditetapkan.

c. Fasilitas.

Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi,

kapabel, dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung

(sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak

akan berhasil.

d. Wewenang

Sumber lain yang penting dalam Implementasi adalah wewenang.

Wewenang ini akan berbeda dari suatu program ke program yang

lainnya. Dalam beberapa hal suatu badan mempunyai wewenang

(16)

suatu kebijakan dengan tepat. Kekurangan wewenang yang efektif

menuntut adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar

pelaksana terkait agar implementasi suatu pogram berhasil.

3. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling

penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan

prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian

tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor

dalam bertindak. Selain itu struktur orgnisasi yang terlalu panjang

akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni

prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures(SOP) dan fragmentasi.

a. Standard Operating Procedures(SOP)

Salah satu dari aspek-aspek struktural paling dasar dari suatu

birokrasi adalah prosedur kerja ukuran dasar atau Standard Operating Procedures(SOP).

b. Fragmentasi

Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam

(17)

jawab bagi suatu bidang kebijakan sering tersebar diantara

beberapa organisasi. Sehingga konsekuensi yang paling buruk dari

fragmentasi birokrasi yakni usaha untuk menghambat koordinasi.

4. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis.

Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, makan dia

akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik pula seperti yang

diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki

sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan,

maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III mengenai

disposisi dlam implementasi kebijakan terdiri atas:

a. Sikap

Menurut Edwards kecenderungan-kecenderungan atau disposisi

merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting

bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Jika para pelaksana

mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya

dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat

kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana

sesuai dengan keputusan awal. Demikian sebaliknya, jika para

pelaksana bersikap negatif atau menolak terhadap implementasi

kebijakan karena konflik kepentingan maka implementasi

(18)

b. Komitmen

Komitmen adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan setia

dalam mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini komitmen yang

dimaksud adalah komitmen implementor dalam

mengimplementasikan Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011

terutama dalam penetapan kawasan ruang terbuka hijau dengan

adanya melakukan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku

tanpa dipengaruhi oleh kepentingan yang lain dan bertanggung

jawab untuk mencapai tujuan dari perda tersebut terutama dalam

mencapai kawasan Ruang terbuka hijau sebesar 30%.

Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melihat disposisi

pelaksana kebijakan, yaitu pengangkatan pegawai dan pemberian

insentif. Sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan

yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada

tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh

pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan dan pemilihan

personel pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki

dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi

pada kepentingan warga masyarakat.

Insentif merupakan salah satu teknik yang disarankan untuk

mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan

memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan

kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para

(19)

kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat pelaksana

menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya

memenuhi kepentingan pribadi atau orgaisasi.

2.1.3 Ruang Terbuka Hijau

2.1.3.1Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Menurut Undang – Undang Nomor 26 tahun 2007, Ruang terbuka

hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik

yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang

terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan

tempat-tempat pertemuan danaktivitas bersama di udara terbuka.

Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design,

ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan

alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman,

areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van

FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah

Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan

kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang

sangat penting dalam kegiatan rekreasi.17

17

Ahsinufadli, Ruang Terbuka Hijau Kota. Diakses dari

(20)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun

2011-2031, pasal 38 disebutkan bahwa Kawasan RTH bertujuan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Medan. Kawasan

RTH kota ditetapkan seluas minimum 30,58 % dari luas kawasan

kota.Pada ayat ke 3 pasal 38 Kawasan RTH kota meliputi:

a. RTH kawasan wisata;

b. RTH hutan kota;

c. RTH Taman Kota;

d. RTH Tempat Pemakaman Umum;

e. RTH Jalur Hijau Jalan;

f. RTH Jalur Pejalan Kaki;

g. RTH Atap Bangunan; dan

h. lapangan olah raga

2.1.3.2Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH memiliki fungsi utama

(intrinsik/fungsi ekologis) dan fungsi tambahan (ekstrinsik) sebagai berikut :

1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis

a. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem

(21)

b. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara

alami dapat berlangsung lancar.

c. Sebagai peneduh.

d. Produsen oksigen.

e. Penyerap air hujan.

f. Penyedia habitat satwa.

g. Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta.

h. Penahan angin.

2. Adapun fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi sosial dan budaya, yaitu menggambarkan ekspresi budaya lokal, merupakan media komunikasi bagi warga kota,

tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian dan

pelatihan dalam mempelajari alam

b. Fungsi ekonomi, yaitu sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur, bisa menjadi bagian

dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain

c. Fungsi estetika, yaitu meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro (halaman rumah,

lingkungan permukiman) maupun makro (landscape kota secara keseluruhan); menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga

kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural; menciptakan

suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak

(22)

dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan

keberlanjutan kota seperti perlindungan tataair, keseimbangan

ekologi dan konservasi hayati.

2.1.3.3Manfaat Ruang Terbuka Hijau

1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk)

dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga,

buah)

2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan

kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan

beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau

keanekaragaman hayati).

2.1.3.4Tipologi Ruang Terbuka Hijau Gambar 1.5

(23)

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa

habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH

non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau

jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis,

sosial budaya, estetika, dan ekonomi.Secara struktur ruang, RTH dapat

mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun

pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari

segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.

2.2Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. 18 Defenisi konsep memberikan batasan terhadap

pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun defenisi

konsep dari penelitian ini adalah :

1. Menurut Anderson, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang

mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah

aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Kebijakan

publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Medan Tahun 2011-2031.

2. Implementasi kebijakan menurut George C. Edwards III adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang

18

(24)

telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Implementasi

kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Implementasi

Peraturan Daerah Kota Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Medan Tahun 2011-2031 dengan melihat variabel berikut:

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

4. Struktur birokrasi.

3. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam.

Kawasan RTH kota meliputi:

a. RTH kawasan wisata;

b. RTH hutan kota;

c. RTH Taman Kota;

d. RTH Tempat Pemakaman Umum;

e. RTH Jalur Hijau Jalan;

f. RTH Jalur Pejalan Kaki;

g. RTH Atap Bangunan; dan

h. Lapangan olah raga

(25)

Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal. Oleh

karena itu, berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, penulis

merumuskan hipotesis kerja untuk menganalisis sejauh mana tingkat

implementasi Peratuan Daerah nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata

ruang wilayah dalam penetapan ruang terbuka hijau di Kota Medan, sesuai

dengan teori C.George Edward III, yang telah diuraikan sebelumnya maka

penulis merumuskan hipotesis kerja yaitu “implementasi Peratuan Daerah

nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah dalam penetapan

ruang terbuka hijau di Kota Medan meliputi komunikasi, sumber-sumber

Gambar

Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5 Tipologi Ruang Terbuka Hijau

Referensi

Dokumen terkait

Selain memastikan diagnosis dan membina komunikasi dengan para ahli, orangtua anak autis hendaknya juga memperkaya pengetahuan tentang autisme, terutama pengetahuan mengenai terapi

Apabila ada sanggahan, maka dapat disampaikan secara tertulis kepada Pokja Pengadaan Konstruksi Pokja Pengadaan Konstruksi ULP MIN Mila / Ilot Kantor

Jika pada pemikiran Kant dalam Kritik atas rasio murni ditegaskan bahwa kita hanya dapat mengetahui objek sejauh dalam fenomen melalui persepsi inderawi, maka

Respon Kalus Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) secara In Vitro. Institut Teknologi

Untuk mengantisipasi pencurian data seperti itu diperlukan enkripsi, gunakan certificate key yang telah ada untuk mengenkripsi semua data yang melintas melewati port

Pembuatan Larutan Hara pada Larutan Ohki (1987) Ditimbang semua bahan yang digunakan sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.. Ditambahkan 1000 mL akuades steril ke

38 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Cahaya Dan Sifat – Sifatnya Melalui Penggunaan Metode Inquiri Pada Siswa Kelas VI SDN Balagedog I Kecamatan Sindangwangi -

Pada kolom ini dapat dipilih salah satu metode yang akan digunakan untuk.. estimasi yaitu LS (Least Square), TSLS (Two Stage Least Square),