PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan suatu isu lingkungan yang dihadapi oleh
penduduk Indonesia. Kegiatan manusia yang merusak hutan, seperti degradasi dan
deforestasi dapat meningkatkan pelepasan karbon di atmosfer. Unsur karbon (C)
yang berikatan dengan oksigen (O2) di atmosfer akan membentuk gas
karbondioksida (CO2). Karbondioksida merupakan salah satu komponen gas
rumah kaca (GRK) yang menyebabkan perubahan iklim (Azham, 2015). Untuk
dapat menekan terjadinya perubahan iklim, keberadaan hutan sebagai penyerap
karbon harus dipertahankan. Selain hutan, sistem agroforestri juga berperan dalam
penyerapan karbon.
Sistem agroforestri telah diterapkan oleh beberapa wilayah di Indonesia.
Penerapan sistem agroforestri berguna sebagai sumber mata pencaharian dan
pengendalian perubahan iklim. Agroforestri merupakan teknik yang ditawarkan
untuk adaptasi terhadap pemanasan global melalui perannya dalam mengurangi
longsor, mengurangi limpasan permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan hara
lewat pencucian dan mempertahankan biodiversitas flora dan fauna tanah
(Hairiah et al., 2008).
Semua komponen penyusun vegetasi pada sistem agroforestri, baik berupa
tumbuhan berkayu, tanaman pertanian/semusim, maupun tumbuhan bawah
berpotensi dalam penyerapan CO2 melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis
menghasilkan karbohidrat yang disimpan pada bagian-bagian tanaman yang hidup
(biomassa), yaitu akar, batang, cabang, ranting, daun, buah, dan lain-lain (Hairiah
dan Rahayu, 2007). Berbagai tanaman yang tumbuh di lahan agroforestri
menyimpan cadangan karbon sehingga sistem agroforestri merupakan sistem yang
tepat dalam strategi mitigasi peruba han iklim.
Hairiah et al (2011) menyatakan bahwa tumbuhan bawah meliputi semak
belukar yang berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan
atau gulma. Biomassa tumbuhan bawah termasuk dalam komponen karbon di atas
permukaan tanah. Salah satu penelitian mengenai cadangan karbon tumbuhan
bawah yaitu penelitian Rusolono (2006) yang menunjukkan rata-rata karbon
tumbuhan bawah pada agroforestri di Desa Pecekelan sebesar 0,3 ton/ha dan
karbon di Desa Kertayasa sebesar 0,2 ton/ha.
Desa Sijungkang adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Berdasarkan data dari Pimpinan Pertanian Kecamatan (PPK) yang dimuat dalam
BPS Tapteng (2016), Desa Sijungkang memiliki lahan karet terluas di Kecamatan
Andam Dewi. Luas lahan karet di desa ini 265 ha. Selain tanaman karet, tanaman
pertanian lain seperti tanaman palawija, sayur-sayuran, buah-buahan juga terdapat
di desa ini. Kombinasi tanaman karet dan tanaman pertanian yang diterapkan oleh
masyarakat Desa Sijungkang membentuk sistem agroforestri karet. Sistem
monokultur karet juga diterapkan oleh masyarakat di desa ini.
Penelitian cadangan karbon tumbuhan bawah di lahan agroforestri maupun
monokultur masih jarang dilakukan, padahal tumbuhan bawah juga berperan
penting dalam menyerap karbon. Oleh karena itu, penelitian cadangan karbon
tumbuhan bawah di lahan agroforestri karet perlu dilakukan untuk mengetahui
mengetahui nilai kepentingan tumbuhan bawah tersebut dalam menyimpan
karbon.
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan yang nyata pada cadangan karbon tumbuhan bawah di
agroforestri karet dan monokultur karet.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan bawah yang berada pada agroforestri karet
dan monokultur karet di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi,
Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Mengetahui jumlah karbon tumbuhan bawah yang tersimpan pada agroforestri
karet dan monokultur karet di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi,
Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Mengetahui perbedaan cadangan karbon tumbuhan bawah di agroforestri karet
dan monokultur karet.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan khususnya bagi peneliti yang terkait dengan biomassa dan
karbon tumbuhan bawah yang tersimpan pada agroforestri karet dan monokultur
karet.