• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Hakim dalam Pembatalan Perjanjian Kontrak Baku antara Pihak Penyedia dan Pengguna Jasa Terkait Asas Keseimbangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Hakim dalam Pembatalan Perjanjian Kontrak Baku antara Pihak Penyedia dan Pengguna Jasa Terkait Asas Keseimbangan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Revolusi Industri di Inggris yang dimulai pada abad ke-18 kiranya dapat

dianggap sebagai awal dari proses perubahan pola kehidupan masyarakat yang

semula merupakan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Berkembang

dan semakin majunya teknologi kemudian mendorong pula peningkatan volume

produksi barang dan jasa.1 Aktivitas ekonomi akan dirasakan hidup jika tercipta

suasana yang mendukung kelancaran arus produksi barang dan jasa dari penyedia

barang dan jasa kepada konsumen.2Perkembangan inilah yang mengubah

hubungan antara penyedia produk dan pemakai produk yang semakin

berjarak.3Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia semakin lama semakin canggih, sehingga timbul kesenjangan

terhadap kebenaran informasi dan daya tanggap konsumen. Kondisi tersebut

menempatkan konsumen dalam posisi yang lemah.4

Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal sendiri maupun

berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen

untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada

beberapa sisi menunjukan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sebagai

1

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hlm. 3.

2

Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2008), hlm. 23.

3Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 3. 4

(2)

pengguna jasa sehingga konsumen sebagai pengguna jasa tidak mempunyai

kedudukan yang “aman.5Oleh karena itu, mengingat lemahnya kedudukan

konsumen sebagai pengguna jasa pada umumnya dibandingkan dengan

kedudukan produsen sebagai penyedia jasa yang relatif lebih kuat dalam banyak

hal6 maka secara mendasar konsumen sebagai pengguna jasa juga membutuhkan

perlindungan hukum demi menjamin hak-hak yang dimiliki nya.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 16

APRIL 1985 telah mengeluarkan resolusi nomor A/RES/39/248 tentang pedoman

perlindungan konsumen (Guidelines for Customer Protection). Butir ke-19

resolusi tersebut menyatakan: “Konsumen hendaknya dilindungi dari

kontrak-kontrak yang merugikan, seperti kontrak-kontrak baku sepihak, tidak dicantumkannya

hak-hak essensial dalam kontrak dan persyaratan kredit yang tidak adil”.7

Perlindungan terhadap hak konsumen dari pemberlakuan kontrak-kontrak yang

merugikan dipandang secara material maupun formal makin terasa sangat penting,

mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor

penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang

dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha.8 Dalam rangka mengejar

dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung ataupun tidak langsung,

konsumen sebagai pengguna jasa lah yang akan merasakan dampaknya.

Peran sentral aspek hukum kontrak dalam membingkai pola hubungan

hukum para pihak pada dunia bisnis semakin dirasakan urgensinya. Kontrak

(3)

merupakan instrumen penting yang senantiasa membingkai hubungan hukum dan

mengamankan transaksi mereka. Hampir tiada satu pun aktifitas bisnis yang

mempertemukan para pelaku bisnis dalam pertukaran kepentingan mereka tanpa

kontrak. Kontrak menjangkau begitu luas aspek hubungan masyarakat,

sebagaimana diungkapkan oleh D.G Cracknell,“contract is one of the few areas of

law with which almost everyone comes into day-to-day contract. Disadari atau

tidak, maka setiap langkah bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis, pada

dasarnya adalah merupakan langkah hukum, yang notabene berada pada ranah

hukum kontrak.9

Pertukaran kepentingan antar pelaku dalam dunia bisnis barang dan jasa

merupakan hal yang lazim terjadi. Permasalahan timbul ketika pertukaran

kepentingan ini harus berlangsung secara proporsional, saling menguntungkan,

dan tidak berat sebelah atau tidak seimbang. Dari sudut pandang tersebut, hukum

kontrak memainkan peran krusial sebagai penjamin berlakunya asas

keseimbangan di seluruh proses kontrak, mulai dari perundingan, pembentukan,

dan pelaksanaan perjanjian atau kontrak tersebut. Hakikat hukum kontrak pada

dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hukum pelaku bisnis, dalam arti tidak

sekadar mengatur namun lebih dari itu memberi keleluasaan dan kebebasan

sepenuhnya kepada para pelaku bisnis untuk menentukan apa yang menjadi

kebutuhan mereka. Hal ini karena para pelaku bisnis yang lebih paham dan

mengetahui seluk-beluk berbagai kebutuhan dalam kegiatan bisnisnya10

9Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial (Jakarta: Prenada Media Group,2010), hlm. 96-97.

(4)

Melalui kontrak perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya dibingkai

dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam kontrak bisnis,

pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila

perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodasi melalui mekanisme

hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional dan seimbang.11 Dengan

demikian, kontrak sebagai proses mata rantai hubungan para pihak harus

dibangun berdasarkan pemahaman keadilan yang dilandasi atas pengakuan hak

para kontraktan. Pengakuan terhadap eksistensi hak para kontraktan tersebut

termanifestasi dalam pemberian peluang dan kesempatan yang sama dalam

pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban).12Namun demikian pengakuan

terhadap hak, kebebasan dan kesamaan dalam pertukaran kepentingan (hak dan

kewajiban) tersebut tetap harus dalam bingkai aturan main yang

mempertimbangkan prinsip distribusi yang proporsional dan seimbang.13

Teori hukum yang berlaku saat ini secara umum diakui bahwa asas-asas

hukum, disamping perundang-undangan, kebiasaan, dan putusan pengadilan juga

dianggap sebagai “sumber hukum”.14

Asas hukum merupakan landasan atau

pondasi yang menopang kukuhnya suatu norma hukum. Asas hukum berfungsi

sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental,

mengandung nilai-nilai, dan tuntutan-untutan etis. Bahkan dalam satu mata rantai

sistem, asas, norma, dan tujuan hukum berfungsi sebagai pedoman dan ukuran

(5)

sifatnya menjadi bagian suatu tatanan etis yang sesuai dengan nilai

kemasyarakatan. Meskipun asas hukum bukan norma hukum, namun tidak ada

norma hukum yang dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang

terdapat didalamnya15 sebab asas-asas hukum tersebut berfungsi untuk

menafsirkan aturan-aturan hukum dan juga memberi kan pedoman bagi suatu

perilaku. 16

Umumnya, asas hukum berubah mengikuti norma hukumnya, sedangkan

norma hukum akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat sehingga

dipengaruhi oleh dimensi ruang dan waktu.17 Dalam konteks pembahasan

asas-asas hukum kontrak, Niewenhuis dalam disertasinya yang berjudul “Drie

Beginselen van Het Contractenrecht”, yang menjelaskan hubungan fungsional

antara asas-asas hukum dengan norma atau peraturan hukum. Menurut

Niewenhuis asas-asas hukum itu berfungsi sebagai pembangun sistem karena

asas-asas itu bukan hanya memengaruhi hukum positif, tetapi juga di dalam

banyak keadaan menciptakan suatu sistem. Jadi suatu sistem tidak akan ada tanpa

adanya asas-asas. Lebih lanjut asas-asas itu sekaligus membentuk sistem “check

and balance”, artinya asas-asas itu akan saling tarik-menarik menuju proses

keseimbangan.18

Perbicangan mengenai eksistensi perjanjian di berbagai kajian akademis

acap kali dikaitkan dengan “keseimbangan dalam berkontrak” (asas

(6)

hentinya muncul anggapan bahwa perjanjian yang terjalin antara pihak-pihak

tidak memberikan keseimbangan posisi bagi salah satunya. Perjanjian yang

demikian dianggap tidak adil dan berat sebelah, sehingga memunculkan upaya

untuk mencari dan menggali temuan-temuan baru di bidang hukum perjanjian

agar dapat menyelesaikan problematika ketidakseimbangan dalam hubungan

kontraktual.

Kebebasan berkontrak yang merupakan „roh‟ dan „napas‟sebuah kontrak

atau perjanjian, secara implisit memberikan panduan bahwa dalam berkontrak

pihak-pihak diasumsikan mempunyai kedudukan yang seimbang pula bagi para

pihak. Fenomena adanya ketidakseimbangan dalam berkontrak sebagaimana

tersebut dapat dicermati dari beberapa model perjanjian, terutama

perjanjian-perjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha secara tertulis dalam bentuk

standar/baku yang didalamnya memuat isi atau klausul yang isinya (cenderung)

berat sebelah19 karena adanya pengalihan tanggung jawab atau penghapusan

tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak pelaku usaha kepada

pihak konsumen sebagai pembeli dan/atau pengguna jasa atau adanya klausul

yang sifatnya hanya melindungi pelaku usaha. Itulah faktor yang menjadi dasar

mengapa kotrak baku dianggap sebagai kontrak yang berat sebelah, tidak

seimbang, dan tidak adil. Selain itu, didalam penggunaan nya, kontrak baku kerap

melakukan penyalahgunaan keadaan dalam bentuk pencantuman klausul-klausul

yang sama sekali tidak mencerminkan keseimbangan, hal ini terjadi karena adanya

jaminan kebebasan dalam menentukan isi kontrak oleh hukum perjanjian yang

19

(7)

dimiliki oleh pelaku usaha. Kebebasan tersebut didukung pula secara tidak

langsung oleh sifat dari kontrak baku itu sendiri yakni take it or leave it, hal inilah

yang kerap membangun kepercayaan diri dari pelaku usaha dalam membentuk

kontrak baku yang tidak seimbang. Kontrak yang demikian sering kali diibaratkan

dengan pertarungan antara “David vs. Goliath”, dimana berhadapan dua kekuatan

yang tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat

(yang diposisikan sebagai Goliath) dengan pihak yang lemah bargaining

position-nya (yang diposisikan sebagai David). Dengan demikian pihak yang

lemah bargaining position-nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan

terpaksa (taken for granted), sebab apabila ia mencoba menawar dengan alternatif

lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang ia

butuhkan. Jadi hanya ada dua alternatif pilihan bagi pihak yang lemah bargaining

position-nya untuk menerima atau menolak (take it or leave it).20

Perjanjian baku biasanya berupa formulir yang isi, bentuk, serta cara

penutupannya telah terstandarisasi atau dibakukan secara sepihak oleh

pelakuusaha. Artinya,salah satu pihak dalam kontrak yang umumnya dengan

posisi tawar (bargaining position) yang lebih tinggi mendiktekan ketentuan

kontrak dan pihak yang lebihlemah harus menerima apa adanya terhadap isi

kontrak yang sudah disiapkan.21 Dalam praktiknya di dunia bisnis baik barang dan

jasa, penggunaan perjanjian baku sudah mulai berkembang, salah satu contoh

(8)

perbankan misalnya, terdapat klausul mewajibkan nasabah untuk tunduk terhadap

segala petunjuk dan perturan bank, baik yang sudah ada tau yang akan diatur

kemudian, atau klausul yang membebaskan bank dari kerugian nasabah sebagai

akibat tindakan bank. Dalam praktiknya, bank juga kerap mencantumkan

klausul-klausul yang mencerminkan ketidakseimbangan, yang akhirnya merugikan

nasabah. Selain itu, dalam praktik penyediaan jasa parkir misalnya, kerap para

pihak penyedia jasa parkir menggunakan klausul yang menekankan bahwa segala

kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada kendaraan pihak pengguna jasa parkir

menjadi tanggung jawab si pihak pengguna jasa parkir. Klausul tersebut diatas

pada umumnya merupakan klausul ekstensi yang isinya terkesan lebih

memberatkan satu pihak.

Semakin tinggi tingkat pemakaian suatu barang dan jasa maka semakin

besar pula peluang untuk terjadinya sengketa di antara para pihak, sehingga

keadaan tersebut mengkehendaki adanya penanganan yang khusus demi

melindungi kepentingan pihak yang lemah akibat penerapan kontrak baku. Tujuan

dibentuknya hukum serta aparat penegak hukum adalah untuk melindungi hak

setiap subjek hukum serta menegakkan dan menjamin adanya kepastian hukum

bagi para pencari keadilan, singkatnya tujuan hukum tersebut adalah untuk

memberikan perlindunngan hukum. Perlindungan hukum merupakan gambaran

dari fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

(9)

(pencegahan) maupun yang bersifat respresif (pemaksaan), baik yang secara

tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan hukum.22 Melalui hakim

sebagai penegak hukum maka sesuai amanat undang-undanghakim diwajibkan

untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di

tengah-tengah masyarakat. Dalam proses penegakan hukum tersebut para hakim

juga melakukan penemuan hukum. Penemuan hukum tersebut sangat berguna

untuk menyelesaikan sengketa meskipun undang-undang yang berkaitan dengan

sengketa belum ada atau sudah ketinggalan jaman. Putusan-putusan hakim sering

didasarkan pada asas kepastian hukum, asas keadilan dan kepatutan. Dalam suatu

kasus, putusan hakim lebih mendasarkan putusannya pada asas kepastian

hukum,tetapi pada kasus yang lain lebih mendasarkan pada asas keadilan dan

kepatutan. 23

Memperhatikan ciri-ciri kontrak baku dan dihubungkan dengan praktik

penggunaan nya selama ini, maka pihak penyedia jasa sebagai pihak yang kerap

menyusun dan menyediakan kontrak baku memiliki potensi untuk melakukan

penyalahgunaan keadaan terhadap pihak pengguna jasa yang nantinya akan

dihadapkan pada pilihan take it or leave it. Potensi pihak penyedia jasa dalam

melakukan penyalahgunaan keadaan bertendesi menimbulkan posisi yang tidak

seimbang diantara para pihak yang pada akhirnya menimbulkan suatu kedudukan

yang lemah bagi pihak pengguna jasa. Ajaran penyalahgunaan keadaan sendiri

22

Politkum.Blogspot.Com/2013/05/Pengertian-Perlindungan-Hukum.Html.(diakses tanggal 26 Januari 2016).

(10)

telah mulai dipergunakan sebagai dasar pemutusan perkara dan alasan pembatalan

suatu perjanjian.

Kebebasan berkontrak memang merupakan suatu asas yang mempunyai

kedudukan penting dalam pembentukan suatu kontrak sejak tahap pra kontraktual

hingga post kontraktual dan merupakan asas yang menjamin adanya kebebasan

bagi pihak-pihak dalam perjanjian untuk menentukan klausul apa yang akan

dicantumkan dalam perjanjiannya, namun dalam khasanah hukum perjanjian juga

dikenal asas keseimbangan yang juga merupakan asas yang mempunyai

kedudukan penting dalam pembuatan suatu kontrak, yang mana asas

keseimbangan tersebut menjamin pihak-pihak dalam perjanjian benar-benar

mempunyai kedudukan yang seimbang dan proporsional. Hukum pada hakikatnya

adalah untuk melindungi kepentingan manusia. Dalam setiap hubungan hukum

yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak, haruslah tercipta

keseimbangan didalamnya agar tidak terjadi konflik kepentingan yang akhirnya

menciderai serta melemahkan hak salah satu pihak. Sesuai dengan tujuan

dibentuknya hukum dan aparat penegak hukum sebagai penegak hukum , maka

disinilah peran keduanya dalam memberikan perlindungan serta jaminan

kepastian hukum bagi pihak pencari keadilan yang dalam hal ini dapat disebut

pihak pengguna jasa atau yang menerima perjanjian kontrak baku tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

(11)

1. Bagaimana kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum perjanjian?

2. Bagaimana pengaturan mengenai pembatalan perjanjian di Indonesia?

3. Bagaimana peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak baku antara

pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas keseimbangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

skripsi ini antara lain:

a. Untuk mengetahui kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum

perjanjian.

b. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pembatalan perjanjian di

Indonesia.

c. Untuk mengetahui peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak

baku antara pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas keseimbangan.

2. Manfaat penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain:

a. Secara teoritis

Skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam ilmu

pengetahuan di bidang hukum yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi

ini sehingga dapat memberi sumbangsih pemikiran dan dijadikan bahan kajian

yang bermanfaat sebagai tambahan dokumentasi segi hukum dalam rangka

(12)

bidang barang maupun jasa serta bagaimana peranan hakim dalam pembantalan

perjanjian baku yang dinilai tidak memberikan kedudukan yang seimbang di

antara para pihak.

b. Secara praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara umum bagi

masyarakat tentang perkembangan perjanjian kontrak baku serta bagaimana

peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak baku yang dinilai tidak

memberikan kedudukan yang seimbang di antara para pihak bilamana terjadi

permasalahan hukum yang ada kaitannya dengan penggunaan perjajian kontrak

baku di kemudian hari dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan

peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi

terkait substansi dari penulisan skripsi ini.

c. Secara akademis

Secara akademis, manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir

untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam hal ini Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul“ Peranan Hakim Dalam Pembatalan Perjanjian

Kontrak Baku Antara Pihak Penyedia dengan Pengguna Jasa Terkait Asas

Keseimbangan”. Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan

(13)

skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam

penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa penelitian skripsi yang telah

dilakukan oleh alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utarabaik yang

terkait dengan perjanjian kontrak baku. Adapun judul dari penelitian-penelitian,

antara lain:

1. Perlindungan Hukum Bagi Pelanggan PT.Telkom dalam Kontrak Baku oleh

Nizarly, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, 2010.

2. Aspek Hukum Pelaksanaan Perjanjian Baku oleh Developer Properties (Studi

pada PT. Multi Cipta Property) oleh Melva Theresia Simamora, Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2013.

3. Pelaksanaan Perjanjian Baku dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui

Perusahaan Angkutan darat di Kota Medan (Studi di Perusahaan Pengangkutan

Barang CV.ASIMURNI) oleh Ramadani Fitria Manurung, Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011.

4. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pemanfaatan Perjanjian

Baku Pada Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT.AMERICAN

INTERNATIONAL GROUP LIFE MEDAN) oleh Indri S Putri, Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009.

5. Kontrak Baku dalam Perspektif Unconscioability (Doktrin Ketidakadilan)

(Studi Penelitian di PT.Bank Danamon Indonesia,Tbk oleh Corodiol Medog

Surbakti, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

(14)

Penelitian-penelitian tersebut secara teknis memang sama dengan skripsi

ini yaitu mengkaji kontrak baku namun meskipun begitu tetaplah terdapat

perbedaan pada aspek pembahasannya seperti kelima penelitian tersebut memiliki

kasus pembahasan yang berbeda dengan skripsi ini, kemudian pada penelitian

pertama dan keempat membahas aspek perlindungan konsumen, lalu pada

penelitian kedua dan ketiga membahas pada aspek pelaksanaan perjanjian kontrak

baku, sedang penelitian kelima membahas perspektif doktrin ketidakadilan pada

perjanjian kontrak baku. Sedangkan penelitian skripsi ini membahas tentang aspek

pembatalan perjanjian oleh hakim terhadap kontrak baku yang dinilai tidak

mengandung asas keseimbangan yang dalam hal ini mencantumkan tiga (3) kasus

terkait penerapan perjanjian kontrak baku dalam tiga bidang pelayanan jasa yang

berbeda yakni perbankan, penerbangan dan perparkiran yang dimana kasus-kasus

tersebut telah diputuskan oleh hakim penyelesaiannya.

Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Perpustakaan Universitas

Cabang Fakultas Hukum melalui surat tertanggal 23 September 2015 yang

menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama dan tidak adanya keterkaitan”.

Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua

Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk

menerima judul yang diajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini

dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran

(15)

berlaku yang diperoleh melalui referensi-referensi Buku, media elektronik dan

bantuan dari berbagai pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu

jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang

lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan, maka akan bertanggung jawab

sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Kontrak atau perjanjian sangat berperan penting dalam membentuk

hubungan hukum di antara kedua belah pihakdalam kegiatan pelayanan jasa.

Dewasa ini, perjanjian atau kontrak antara penyedia jasa dengan pengguna jasa

nyaris selalu menggunakan perjanjian atau kontrak yang berbentuk standar atau

baku. Dalam hukum perjanjian, perjanjian atau kontrak demikian dinamakan

perjanjian kontrak baku.

Pihak penyedia jasa kerap membuat klausul-klausul yang bersifat

membatasi tanggungjawab nya dalam perjanjian kontrak baku tersebut. Dengan

klausul tersebut, pihak penyedia jasa berusaha membebaskan diri dari kewajiban

nya menanggung kemungkinan apabila terjadi kerugian pada pihak penyedia jasa

sebagai konsumen, sehingga apabila terjadi kerugian maka kerugian akan

ditanggung atau dibebankan pada pengguna jasa. Bentuk perjanjian seperti ini

(16)

kendaraan, polis asuransi, dan kredit perbankan. Adapun beberapa unsur yang

termasuk dalam bahan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengertian perjanjian kontrak baku

Istilah perjanjian kontrak baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris,

yaitu standaard contract. Standaard contract atau kontrak baku merupakan

perjanjian yang telah ditentukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.24

Perjanjian kontrak baku dialihbahasakan dari istilah yang dikenal dalam bahasa

Belanda yaitu “standaard contract” atau “standaard voorwaarden”. Kontrak

baku adalah kontrak yang berbentuk tertulis yang telah digandakan berupa

formulir-formulir yang isinya telah distandarkan atau dibakukan terlebih dahulu

secara sepihak oleh pelaku usaha, serta ditawarkan secara massal, tanpa

mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen.25

2. Kebatalan dalamperjanjian (nulitas)

Kebatalan perjanjian (nulitas) diatur dalam Pasal 1466 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) s.d. 1456 KUH

Perdata. Ada tiga penyebab timbulnya pembatalan kontrak, yaitu:26

a. Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan

dibawah pengampuan.

b. Tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang disyaratkan dalam

(17)

Ilmu hukum membedakan perjanjian ke dalam perjanjian konsensuil,

perjanjian riil dan perjanjian formil. Perjanjian konsensuil merupakan bentuk

perjanjian yang paling sederhana, karena hanya mensyaratkan adanya kesepakatan

antara mereka yang membuatnya.27 Perjanjian konsensuil ini harus memenuhi

persyaratan seperti ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, antara lain:28

a. Terdapat kata sepakat diantara mereka yang berjanji.

b. Mereka yang berjanji tersebut haruslah cakap menurut hukum.

c. Ada suatu hal atau pokok persoalan tertentu yang diperjanjikan.

d. Objek yang diperjanjikan adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh hukum

(merupakan kausa yang halal), dan bukan suatu sebab yang terlarang.

Keempat syarat tersebut merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi

agar suatu perjanjian dapat dianggap sah.29Keabsahan dari tiap perjanjian

ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditentukan oleh

undang-undang. Jika suatu perjanjian tidak sah maka berarti perjanjian itu

terancam batal.30Perjanjian yang sah dan mengikat adalah perjanjian yang

memenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.

Perjanjian yang sah dan mengikat diakui dan memiliki akibat hukum (legally

concluded contract). Menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, setiap

perjanjian selalu memiliki empat unsur dan pada setiap unsur melekat

syarat-syarat yang ditentukan undang-undang.31Perjanjian yang tidak memenuhi

(18)

unsur dan syarat-syarat seperti yang ditentukan diatas tidak akan diakui oleh

hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang membuatnya, tetapi tidak

mengikat, artinya tidak wajib dilaksanakan.32 Apabila dilaksanakan juga, sampai

suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya dan menimbulkan sengketa.

Apabila diajukan ke pengadilan, pengadilan akan membatalkan atau menyatakan

perjanjian itu batal.33

3. Asas keseimbangan dalam perjanjian

Menurut Bellefroid, asas hukum secara umum adalah norma dasar yang

dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal

dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan pengendapan

hukum positif dalam suatu masyarakat.34Asas hukum dibagi menjadi dua, yaitu:

asas hukum umum dan asas hukum khusus. Asas hukum umum adalah asas

hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum, seperti asas lex

posteriori derogat legi priori. Sedangkan asas hukum khusus adalah asas yang

berfungsi dalam bidang tertentu yang lebih sempit, seperti dalam bidang hukum

perdata, hukum pidana, dan sebagainya, misalnya asas pacta sunt servanda, dan

asas legalitas.35

Perjanjian adalah suatu “proses” yang bermula dari suatu janji menuju

kesepakatan (bebas) dari para pihak dan berakhir dengan pencapaian tujuan:

32

Ibid. 33

Ibid.

34Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty,2008), hlm. 34.

(19)

perjanjian yang tercapai dalam semangat dan jiwa keseimbangan. 36 Sebagaimana

dimaknai dalam bahasa sehari-hari, kata “seimbang” (evenwicht) menunjuk pada

pengertian suatu “keadaan pembagian beban di kedua sisi berada dalam keadaan

seimbang.37Asas Keseimbangan adalah asas yang mengkehendaki kedua belah

pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan

untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi

melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula kewajiban untuk

melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik. Dalam hal ini, perjanjian

yang dibuat di antara kedua belah pihak haruslah memberi kedudukan yang sama

diantara keduanya, artinya tidak boleh ada yang lebih dirugikan ataupun

diuntungkan, meskipun debitur kerap menduduki posisi yang lemah, namun

hak-haknya tidak boleh diciderai, perjanjian harus mampu mengakomodir kepentingan

dari kedua belah pihak secara seimbang.

F. Metode Penelitian

Penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur agar dapat

memperoleh data yang valid dan akurat.Oleh karena itu, metode yang dipakai

sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu suatu tipe pemikiran yang

dipergunakan dalam penelitian yang tersusun atas tahap-tahap atau urutan-urutan

bagaimana penelitian itu dilakukan. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang

dipakai adalah sebagai berikut :

36Herlien Boediono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,2006), hlm. 315.

(20)

1. Spesifikasi penelitian

Kata penelitian berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu research.

Kata research berasal dari re (kembali) dan to search (mencari). Research berarti

mencari kembali. Karena itu, penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya

pencarian”. Pada dasarnya yang dicari adalah pengetahuan atau pengetahuan yang

benar.38 Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan

konsisten.39

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

hukum (legal research), dimana pada skripsi ini akan diangkat suatu isu

permasalahan hukum sebagai topik yang akan dibahas lebih lanjut. Menurut

Soerjono Soekanto, tipologi penelitian hukum dapat dibagi dalam hukum normatif

dan hukum empiris. Hal ini di ungkapkan sebagai berikut:40

a. Penelitian Hukum Normatif

Penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif, terdiri atas:

1) Penelitian terhadap asas-asas hukum.

Penelitian hukum empiris atau sosiologis, terdiri atas:

(21)

1) Penelitian terhadap identifikasi hukum.

2) Penelitian terhadap efektivitas hukum.

Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder.41 Pada penelitian hukum jenis ini,

seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan

perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau

norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.42

Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber

hukum, peraturan-peraturan perundang-undangan, dan buku-buku yang terkait

dengan penulisan skipsi ini.

Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dimaksud untuk memberikan data serta gambaran tentang keadaan yang menjadi

objek penelitian yakni bagaimana peranan hakim dalam pembatalan perjanjian

kontrak baku antara pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas

keseimbangan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian

melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta literatur hukum

yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

41

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13.

(22)

2. Data penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.43 Sumber data

dapat dari data primer dan data sekunder. Penelitian yuridis normatif

menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau

oleh pihak lain44. Data sekunder berfungsi untuk mencari data awal/informasi,

mendapatkan batasan/definisi/arti suatu istilah. Data sekunder yang dipakai

adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autoritatif).45 Bahan hukum tersebut terdiri atas:

1) Peraturan perundang-undangan, seperti KUH Perdata dan UU No 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut

UUPK).

2) Catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan

perundang-undangan.

3) Putusan-putusan yang dikeluarkan oleh lembaga peradilan baik pada

tingkat pertama maupun hingga kasasi.

43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 172.

44 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 4.

(23)

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen yang tidak resmi.46 Bahan hukum sekunder terdiri atas

berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiah,

hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan

sebagainya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yang mencakup bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan

lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library

research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet. Metode

library research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang

dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan

(studi kepustakaan). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

(24)

dipecahkan.47 Penelitian kepustakaan dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku, literatur,

peraturan perundang-undangan, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang

terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisa data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.48Metode analisis data dilakukan dengan metode

kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan

selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang

dibahas. Adapun metode analisis data secara kualitatif yang digunakan penulis,

yaitu berupa :

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan

dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas

agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan

dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,

yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

(25)

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per

bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan yang

terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan hal-hal yang bersifat umum antara lain hal-hal

yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai

topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian yang digunakan serta

sistematika penulisan skripsi.

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN KONTRAK BAKU DITINJAU DARI

HUKUM PERJANJIAN

Pada bab ini akan membahas tentang pengaturan perjanjian dalam hukum

perjanjian di Indonesia, asas-asas dalam hukum perjanjain di Indonesia,

kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum perjanjain, perkembangan

penerapan perjanjian kontrak baku di Indonesia, keterikatan para pihak dalam

(26)

BAB III PENGATURAN MENGENAI PEMBATALAN PERJANJIAN DI

INDONESIA

Pada bab ini akan membahas tentang perjanjian yang batal demi hukum

dan dapat dibatalkan, hal atau kondisi yang menyebabkan batalnya perjanjian,

akibat pembatalan perjanjian, dan pembatalan perjanjain oleh pihak yang

berwenang karena undang-undang.

BAB IV PERANAN HAKIM DALAM PEMBATALAN PERJANJIAN

KONTRAK BAKU ANTARA PIHAK PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA

TERKAIT ASAS KESEIMBANGAN

Pada bab ini akan membahas tentang peranan hakim dalam pembatalan

perjanjian dikaitkan dengan sifat dari perjanjain kontrak baku, pertimbangan

hakim mengenai asas keseimbangan dan penyalahgunaan keadaan pada perjanjian

kontrak baku, perlindungan hukum bagi pihak yang lemah kedudukannya daam

perjanjain kontrak baku, dan tanggung jawab pihak penyedia jasa terhadap

pengguna jasa.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari skripsi ini. Pada bab ini

akan disimpulkan hasil uraian mulai dari bab I sampai dengan bab IV dengan

singkat dan sistematis, sebagai jawaban dari pembahasan dan terakhir ditutup

Referensi

Dokumen terkait

gratilla , jantan dan betina, tidak membentuk pola, sehingga pada kelompok ini, tidak belum dapat disimpulkan apakah ukuran morfologi ini berbeda pada kedua jenis

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yakni data kualitatif (yang berbentuk kata-kata atau kalimat) dan data kuantitatif

Bagir Manan berpendapat bahwa, “setiap Warga Negara Indonesia yang menerima kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri, secara hukum langsung kehilangan

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Rhododendron

Hasil penelitian ini adalah bahwa budaya tumbuh melalui proses media dengan simbol yang memiliki makna tersendiri dan hingga tumbuhnya Hiperrealitas simbol atribut budaya

PREFACE ... The Background of the Problem ... The Identification of the Problem ... The Limitation of the Problem ... The Question of the Research ... The Aims of the Research ...

Sedimen pada sisi timur Teluk Balohan memiliki ciri ukuran butiran rata-rata yang lebih kasar dan sortasi yang lebih buruk, disebabkan lokasi yang berdekatan dengan

menjadi negara-negara Arab independen. Hal itu bermula dari dialektika inteligensia 19 yang mendapat tantangan hebat dari penetrasi lempengan sejarah menarik yang menyedot