• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Setelah Dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Di Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Setelah Dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Di Daerah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG

DILAKUKAN OLEH KEJAKSAAN NEGERI KUALA SIMPANG

SETELAH DIBENTUKNYA PENGADILAN TINDAK PIDANA

KORUPSI DI DAERAH

TESIS

OLEH

CHOIRUN PARAPAT 127005056 / HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ii

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG

DILAKUKAN OLEH KEJAKSAAN NEGERI KUALA SIMPANG

SETELAH DIBENTUKNYA PENGADILAN TINDAK PIDANA

KORUPSI DI DAERAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

CHOIRUN PARAPAT

127005056/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

iii

(LEMBAR PENGESAHAN)

JUDUL TESIS :

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA

KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH

KEJAKSAAN NEGERI KUALA SIMPANG

SETELAH DIBENTUKNYA PENGADILAN

TINDAK PIDANA KORUPSI DI DAERAH

NAMA : CHOIRUN PARAPAT

N.I.M. : 127005056

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

(Dr. Madiasa Ablisar, SH, M.Hum). Ketua

(Dr. Marlina, SH, M.Hum) ( Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Magister Ilmu Huk Dekan Fakultas Hukum

(Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H) ( Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum)

(4)

iv

Telah Lulus Diuji

Pada Tanggal : 6 Juni 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: 1. Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.S

Anggota

: 2. Dr. Marlina, S.H., M. Hum

3. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M. Hum

4. Dr. M. Hamdan, S.H., M.H

(5)

i ABSTRAK

UU Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tipikor mengamanatkan pembentukan Pengadilan Tipikor pada setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia, namun pembentukannya tidak secara merata, sehingga menimbulkan beberapa dampak dalam penanganan perkara seperti yang terjadi pada Kejaksaan Negeri Kuala Simpang. Fokus pembahasan pada ketentuan perundang-undangan yang mengatur wewenang kejaksaan dalam menuntut perkara tipikor di Pengadilan Tipikor, kemudian tentang pelaksanaan penanganan perkara tipikor sebelum dan sesudah Pengadilan Tipikor Banda Aceh berdiri, terakhir adalah upaya-upaya progresif yang dapat dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Kuala Simpang.

Metode penelitian ini yuridis normatif, mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, mengacu pada doktrin-doktrin dan gagasan-gagasan hukum progresif, serta mengacu pada asas-asas dan prinsip-prinsip kekuasaan kehakiman. Sifat penelitian ini deskriptif analitis, menggambarkan fakta sekaligus menganalisisnya. Teknik pengumpulan data dilakukan studi pustaka dan studi lapangan melalui wawancara. Analisis data secara kualitatif dengan memfokuskan analisis pada teori sistim hukum dan teori hukum progresif, serta doktrin-doktrin, asas dan prinsip, serta kaidah-kaidah hukum yang relevan.

Ketentuan perundang-undangan yang mengatur wewenang kejaksaan dalam menuntut perkara tipikor di Pengadilan Tipikor tidak lagi memberi wewenang penuh kepada kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntutan perkara tipikor melainkan juga wewenang itu juga dimiliki oleh KPK. Penanganan perkara tipikor di Kejaksaan Negeri Kuala Simpang setelah Pengadilan Tipikor Banda Aceh didirikan berdampak bagi Kejaksaan Negeri Kuala Simpang antara lain proses birokrasi menjadi lambat karena jarak yang cukup jauh ± 473 kilometer dengan Pengadilan Tipikor Banda Aceh, biaya tinggi, dan jumlah hakim minim. Upaya-upaya progresif yang dilakukan dengan cara menambah anggaran, penyatuan jadwal sidang menjadi satu atau dua hari dalam satu minggu, keterangan sebagian saksi dibacakan di persidangan atas persetujuan majelis hakim setelah terlebih dahulu disumpah, penanganan perkara ditangani oleh majelis hakim yang sama, pemeriksaan saksi-saksi dilakukan bersamaan, penunjukan jumlah JPU seminimal mungkin, dan pengambalian kerugian keuangan negara untuk nilainya yang relatif kecil ke kas negara.

Agar kepada kejaksaan benar-benar menjalankan tugas dan wewenangnya menuntut perkara tipikor bersifat netral dan atau merdeka, terlepas dari pengaruh di luar institusinya. Agar Pemerintah segera merealisasikan amanat Pasal 3 UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor untuk mendirikan Pengadilan Tipikor di setiap kabupaten/kota. Agar upaya-upaya progresif Kejaksaan Negeri Kuala Simpang lebih diprioritaskan pada penambahan anggaran untuk menjamin pelaksanaaan persidangan yang murah, cepat, dan berbiaya ringan.

(6)

ii

ABSTRACT

Law No. 46/2009 on Corruption Criminal Act Jurisdiction stipulates the establishment of corruption criminal act jurisdiction (Tipikor Court of Justice) in every district/town throughout Indonesia. In general, the establishment of Tipikor Court of Justice in every district/town in Indonesia is not distributed evenly so that it brings about some problems in its practice such as what happens in the District Attorney’s Office, Kuala Simpang.

The problems of the research were as follows: first, how about legal provisions which regulated the authority of an attorney in prosecuting tipikor cases in Tipikor Court of Justice; secondly, how about the implementation of handling tipikor cases in the District Court, Kuala Simpang, before and after the establishment of Tipikor Court of Justice in Banda Aceh; and thirdly, what progressive efforts could be done by the District Attorney’s Office, Kuala Simpang, after the establishment of the Tipikor Court of Justice in Banda Aceh.

The conclusion of the research was that, first, legal provisions which regulated the authority of an attorney to prosecute tipikor cases in the Tipikor Court of Justice not only gave full authority to District Attorney’s Office as the only institution but also to KPK (Corruption Eradication Committee); secondly, the implementation of handling tipikor cases in the District Attorney’s Office, Kuala Simpang, after the establishment of the Tipikor Court of Justice, Banda Aceh, had its own effects on the District Attorney’s Office, Kuala Simpang, such as bureaucratic process became slower since the distance from the Tipikor Court of Justice, Banda Aceh, to the District Attorney’s Office, Kuala Simpang, was about 473 kilometers, high cost, and lacks of judges; and thirdly, Progressive efforts are made by increasing budget, uniting hearing schedules into one or two days in a week, testimony by some witnesses were read the hearing by the approval of the panel of judges before administering a vow, cases were handled by the same judges, examining witnesses was carried out at the same time, appointing prosecutors was as minimal as possible, and returning the loss of the State to the state treasury was relatively small.

It is recommended that attorneys should do their duty in prosecuting tipikor cases in the Tipikor Court of Justice as neutral or unbiased as possible and free from any influence from outside of his institution, the government should realize Article 3 of Law No. 46/2009 on Tipikor Court of Justice by establishing Tipikor Court of Justice in every district/town, and the District Attorney’s Office, Kuala Simpang, should make progressive efforts by prioritizing budgeting in order to guarantee inexpensive and fast hearing.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, studi untuk memperoleh gelar Magister Hukum (M.H) di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dapat diselesaikan dengan judul penelitian ”Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Setelah Dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Daerah”.

Dengan kerendahan hati yang tulus-ikhlas, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Sublihar, M.A., Ph.D., selaku pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.H selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum;

4. Bapak Dr. Madiasa Ablisar, S.H, M.S, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi masukan dan arahan sejak awal penulisan sampai selesainya penulisan tesis ini .

5. Ibu Dr. Marlina,SH.M.Hum selaku anggota Komisi Pembimbing I yang telah banyak memberikan koreksi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. 6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku anggota Komisi

Pembimbing II yang telah banyak memberikan koreksi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

(8)

iv

8. Seluruh dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, seluruh Staf/Pegawai Adminstrasi yang telah membantu segala urusan administrasi dan informasi;

9. Ayahanda tercinta (alm) Bungaran Parapat dan Ibunda Hj. Nurmina Sihombing yang telah memberikan kasih sayang, bimbingan, doa dan nasehat dalam penyelesaian tesis ini.

10.Istri tercinta Cherdina Efenti dan anak-anak ku tersayang Fauzan Rizki Parapat dan Fatiya Humairah Parapat yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayang sehingga studi ini dapat penulis selesaikan.

11.Abanganda Renward Parapat, ATD. MT, (alm) Lerman Parapat, Be, Drs. Irwansyah Sitorus, Ir. Hotman Gultom serta serta kakak-kakak saya Nursyamsiah Siregar, Dra. Lasma Parapat, Dra. Rosmila Parapat serta seluruh keponakan yang telah membantu memberikan semangat.

12.Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum USU Angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, telah membantu dan memberi masukan hingga selesainya penelitian ini.

13.Keluarga besar Kejaksaan Negeri Kuala Simpang, Kejaksaan Negeri Stabat dan Kejaksaan Negeri Jakarta Barat yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini dalam hal perolehan data di lapangan.

Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi semua pihak, menambah, dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan saya mampu mewujudkan karya ini untuk menjawab tantangan atas perkembangan ilmu hukum dalam masyarakat terkait penerapan konsep-konsep hukum progresif di lingkungan kejaksaan. Mohon maaf atas ketidaksempurnaan pembahsan dalam penelitian ini, kepada semua elemen diharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan ke depannya.

Medan, …. Mei 2015. Penulis

(9)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Choirun Parapat.

Tampat & Tgl Lahir : Sibulan-Bulan, 15 Januari 1976. Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Usia : 39 tahun

Status : Menikah

Alamat : Perumahan Citra Seroja Blok A No.4 Medan Sunggal.

E-mail : choirun-parapat @yahoo.com

II. Pendidikan

1. SD Negeri No.173249 Sibulan-Bulan Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara (Tamat dan berijazah tahun 1988).

2. SMP Negeri 11 Medan (Tamat dan berijazah tahun 1991). 3. SMA Negeri 1 Lubuk Pakam (Tamat dan berijazah tahun 1994). 4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (1994-2000).

(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ... 16

1. Kerangka Teori... 16

2. Landasan Konsepsional ... 28

G. Metode Penelitian... 31

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 31

2. Sumber Data ... 32

3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

(11)

vii

BAB II : KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR WEWENANG KEJAKSAAN DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN TERHADAP PERKARA

TIPIKOR DI PENGADILAN TIPIKOR ... 36

A. Evolusi Tugas dan Kewenangan Kejaksaan Dalam Sejarah ... 36

1. Kejaksaan Sebelum Periode Kemerdekaan ... 39

2. Kejaksaan Setelah Periode Kemerdekaan ... 43

B. Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) ... 50

C. Ketentuan Perundang-Undangan Yang Mengatur Wewenang Kejaksaan Dalam Melakukan Penuntutan Perkara Tipikor di Pengadilan Tipikor ... 58

1. KUHAP ... 58

2. UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan ... 61

3. UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah melalui UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ... 68

4. UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ... 73

BAB III : PELAKSANAAN PENANGANAN PERKARA TIPIKOR DI KEJAKSAAN NEGERI KUALA SIMPANG SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PENGADILAN TIPIKOR BANDA ACEH ... 76

A. Pengadilan Tipikor Sebagai Salah Satu Pengadilan Khusus ... 76

(12)

viii

C. Pelaksanaan Penanganan Perkara Tipikor di Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Sebelum dan Sesudah Berdirinya Pengadilan

Tipikor Banda Aceh ... 97

1. Pelaksanaan Penanganan Perkara Tipikor Sebelum Berdirinya Pengadilan Tipikor Banda Aceh ... 98

2. Pelaksanaan Penanganan Perkara Tipikor Sesudah Berdirinya Pengadilan Tipikor Banda Aceh ... 100

D. Kendala-Kendala Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Dalam Penanganan Tipikor Setelah Berdirinya Pengadilan Tipikor Banda Aceh ... 110

BAB IV : UPAYA-UPAYA PROGRESIF YANG DILAKUKAN KEJAKSAAN NEGERI KUALA SIMPANG DALAM PEMBERANTASAN TIPIKOR SETELAH BERDIRINYA PENGADILAN TIPIKOR DI BANDA ACEH ... 118

a. Upaya Penerapan Konsep Hukum Progresif ... 118

b. Upaya Penerapan Diskresi Dalam Penanganan Tipikor ... 125

c. Upaya-Upaya Progresif Yang Dilakukan Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Dalam Penanganan Tipikor Setelah Berdirinya Pengadilan Tipikor Banda Aceh ... 132

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

A. Kesimpulan ... 143

B. Saran ... 145

(13)

ix

DAFTAR SKEMA

Skema : 1 Struktur Organisasi Kejaksaan Agung Republik Indonesia ... 87

Skema : 2 Struktur Organisasi Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus ... 90

Skema : 3 Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi ... 92

Skema : 4 Struktur Organisasi Asisten Tipidsus Kejaksaan Tinggi ... 94

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel : 1 Jumlah Perkara Tipikor Yang Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Banda Aceh Tahun 2011-2014... 106 Tabel : 2 DIPA Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Tahun 2011 (Sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap pertama ini dilakukan beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu Seed opportunity in existing new value system ( kesempatan pasar yang

vulva hygiene saat menstruasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah didapatkan parameter cara membersihkan vulva , remaja yang menjawab “Ya”

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Hak Bebas Royalti noneksklusif atas laporan penelitian saya yang

Narasumber iya, karena saya berharap santri PPS APIK setelah lulus tidak hanya sebagai guru mengaji atau berdagang saja, tetapi juga bisa menjadi yang lain.. Seperti

Kurikulum pendidikan multikultural memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, politik dan tidak hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan

12 Efek residu tiga macam bahan vermikompos terhadap pertumbuhan, serapan hara dan hasil tanaman sawi Pak-coy (Brassica rapa L.) organik1. Lutfi Hisyam Khunaini 1 ,

Semua ini baru langkah awal dari banyak agen- da inovasi yang akan dilaluioleh Kota Makassar untuk tahun-tahun- mendatang dengan memfasilitasi seluruh SKPD di daerahnya maupun

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: “POLA PENGOBATAN